PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59

(1)

1

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Publikasi Karya Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi

Disusun Oleh :

FIRDA MAULIDA MAGHFIROH

J 310 110 063

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

3

HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Firda Maulida Maghfiroh (J 310 110 063) Pembimbing : Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

Ruli Sudaryanto, SST.Gz

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

Email : firdanutritionist@gmail.com

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN NUTRITION CONSCIOUS FAMILY (KADARZI) APPLICATION, EXCLUSIVE BREASTFEEDING, AND SNACK SELECTION IN 36-59 MONHT-OLD CHILDREN UNDER THE WORK DISTRICT OF PUBLIC HEALTH CENTRE (PUSKESMAS) OF GILINGAN, SURAKARTA

Background: Nutrition Conscious Family (KADARZI) is family wich can create a good nutritive condition and diverse food consumption behavior and quality of balanced nutrition. Exclusive breastfeeding until 6 months and mother behavior of snack selection for under-five-year-old children are some success keys of KADARZI programme.

Objective: to know the correlation between Nutrition Conscious Family (KADARZI) application, exclusive breastfeeding, and snack selection in 36-59 month-old children under the work district of public health centre (PUSKESMAS) of Gilingan, Surakarta.

Research Methods: An observational research with cross-sectional design, with 46 participants who were randomly choosen through Systematic Random Sampling. The participants in this research were mothers who had children aged 36-59 month-old. The data of nutrition conscious (KADARZI) application, esclusive breastfeeding, and snack selection, were obtained through direct interview using questionnaires and analyzed using the correlation test of Pearson Product Moment.

Result: Most of families (91,3%) had good nutrition conscious. There was 80,4% children were not exclusively breasrfed. Meanwhile, 56,5% mothers had a good snack selection. From the statistical test result, the correlation between Nutrition Conscious Family (KADARZI) application and exclusive breastfeeding showed p value : 0,399, while the correlation between Nutrition Conscious Family (KADARZI) application and snack selection showed p value : 0,004.


(4)

4

Conclussion: There was no correlation between Nutrition Conscious Family (KADARZI) application and exclusive breastfeeding, while there was a correlation between Nutrition Conscious Family (KADARZI) application and snack selection in 36-59 month-old children under the work district of Public Health Centre (PUSKESMAS) of Gilingan, Surakarta.

suggestion: Optimize the nutritional meeting between health providers and mothers to motivate and monitor mothers so their families wil be nutrition conscious families.

PENDAHULUAN

KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Apabila sikap dan perilaku suatu keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang tercermin dari pada konsumsi pangan yang beraneka ragam serta bermutu gizi seimbang maka keluarga tersebut termasuk dalam KADARZI. Sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar dalam hal ini bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga tersebut sehingga keluarga tersebut dikatakan Keluarga Sadar Gizi (Depkes, 2007).

Salah satu indikator KADARZI yaitu memberikan ASI saja hingga bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI saja sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi hingga berusia enam bulan. Berbagai masalah seperti ASI tidak keluar, Ibu bayi bekerja, bayi masih menangis setelah diberikan ASI serta pengetahuan yang rendah menyebabkan terhambatnya keberhasilan pemberian ASI Eksklusif hingga bayi berusia enam bulan. Hasil survei pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan

Surakarta didapatkan bahwa cakupan bayi yang diberikan ASI Eksklusif pada bulan Februari 2014 menunjukkan hanya 12 (10,5%) bayi ASI Eksklusif hingga 6 bulan dari total 114 bayi. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Bahar, Salam (2013) diperoleh bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI Ekslusif dengan proporsi 91 (87,5%) responden dan hanya 13 (12,5%) responden yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Pemilihan makanan jajanan merupakan salah satu gambaran perilaku gizi yang sangat perlu untuk diperhatikan. Masih rendahnya kesadaran ibu balita dalam memilih makanan jajanan yang baik untuk balita menyebabkan timbul masalah gizi yang tidak diinginkan. Akan tetapi, pemilihan makanan jajanan yang terbatas akan mengurangi konsumsi makanan yang beraneka ragam seperti yang tercantum dalam indikator KADARZI. Keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya gizi kurang dikarenakan konsumsi makanan yang kurang beraneka ragam makanan. Oleh karena itu, demi mewujudkan konsumsi makanan yang beraneka ragam dan memenuhi pedoman gizi seimbang perlu untuk memberikan makanan tambahan atau makanan jajanan yang baik dan menyehatkan. Hasil survei pendahuluan bulan Juli 2014 pemilihan makanan jajanan pada balita usia 36-59 bulan di wilayah


(5)

5 kerja Puskesmas Gilingan Surakarta sebanyak 80% ibu balita memiliki perilaku yang belum baik terhadap pemilihan makanan jajanan untuk balitanya.

Rendahnya persentase pemilihan makanan jajanan dan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh perilaku penerapan KADARZI yang belum baik. Perilaku penerapan KADARZI yang belum baik tersebut juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang rendah, sehingga dapat mempengaruhi ibu dalam memilih makanan jajanan untuk balita. Selain itu juga penerapan KADARZI yang belum baik dapat menyebabkan kurangnya kesadaran pemberian ASI saja hingga bayi berusia enam bulan. Subjek pada penelitian ini yaitu balita usia 36-59 bulan atau disebut usia pra-sekolah yang mana pada usia tersebut balita sudah mampu memilih makanan yang disukai maupun tidak disukainya serta memiliki aktivitas yang lebih banyak sehingga nutrisi pada anak usia pra-sekolah harus mempunyai nilai gizi yang seimbang dan kalori yang mencukupi. Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan (Santrock, 2011).

Penelitian mengenai hubungan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif dan pemilihan makanan jajanan pada balita usia 36-59 bulan belum pernah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan metode cross sectional. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Sampel penelitian ini ibu balita usia 36-59 bulan sebanyak 45 ibu balita. Penentuan sampel dilakukan secara Sistematic Random Sampling setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi memilki kesempatan untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Data penerapan KADARZI, Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan diperoleh dengan cara wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner.

Analisis data disajikan dalam tabel distribusi dari variabel yang diteliti meliputi penerapan KADARZI, Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh berupa distribusi dan persentase. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment. Uji hipotesis berdasarkan nilai probabilitas p<0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas Gilingan merupakan salah satu dari 17 puskesmas yang berada di wilayah Surakarta. Terletak di sebelah utara kota Surakarta dengan wilayah kerja di Kecamatan Banjarsari dan lebih tepatnya berada di wilayah Bibis Wetan RT 03 / XIX, Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Puskesmas Gilingan memiliki luas wilayah kerja 199 Ha atau 1.990 km² yang terbagi menjadi 3 kelurahan yaitu kelurahan


(6)

6 Gilingan, kelurahan Punggawan, dan kelurahan Kestalan. Sebelah utara puskesmas Gilingan berbatasan langsung dengan kelurahan Nusukan, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Jebres, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tegalharjo, dan sebelah

barat berbatasan dengan kelurahan Manahan.

B. Karakteristik Responden

Sampel pada penelitian ini adalah ibu balita usia 36-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta. Tabel 1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Ibu Balita

Variabel Frekuensi Persentase ( % )

Usia ibu <34 th 34-40 th ≥40 th 27 8 11 58,7 17,4 23,9 Pendidikan ibu SD SLTP SLTA Tamat PT 6 8 23 9 13,0 17,4 50,0 19,6 Pekerjaan ibu Guru

Karyawan swasta / pabrik Pedagang

Ibu rumah tangga

1 11 9 25 2,2 23,9 19,6 54,3 Pendapatan

<UMR 18 39,1

UMR 17 37,0

>UMR 11 23,9

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berusia dibawah 34 tahun yaitu sebesar 58,7%, pendidikan terakhir ibu sebagian besar adalah SLTA sebesar 50%, pekerjaan ibu sebagian besar adalah IRT sebesar 54,3%, dan sebesar 39,1% pendapatan keluarga kurang dari UMR.

Distribusi Sampel Berdasarkan Penerapan KADARZI

Tabel 2

Distribusi Penerapan KADARZI Kategori N (%) Sedang 4 8,7 Baik 42 91,3 Total 46 100,0

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa distribusi responden menurut penerapan KADARZI sebanyak 42 (91,3%) memiliki penerapan KADARZI yang baik.

Distribusi sampel berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Kategori N (%) Eksklusif 9 19,6 Tidak Eksklusif 37 80,4 Total 46 100,0

Hasil pengumpulan data distribusi responden menurut pemberian ASI Eksklusif, diketahui bahwa sebanyak 37 (80,4%) balita tidak diberikan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan. Menurut Harahap, Lubis, dan Ardiani (2014) Kurangnya kesadaran keluarga terhadap


(7)

7 pemberian ASI Eksklusif ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya untuk tumbuh kembang balita.

Distribusi sampel berdasarkan Pemilihan Makanan Jajanan

Tabel 4

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Kategori N (%) Sedang 20 43,5 Baik 26 56,5 Total 46 100,0 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa distribusi

responden menurut perilaku pemilihan makanan jajanan pada anak sebanyak 20 (43,5%) ibu balita memiliki perilaku sedang, dan sebanyak 26 (56,5%) ibu balita memiliki perilaku pemilihan makanan jajanan yang baik.

C. Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemberian ASI Eksklusif Hasil analisis hubungan antara Penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Penerapan KADARZI Pemberian ASI Eksklusif

Total

Eksklusif tidak eksklusif Nilai p Penerapan KADARZI N % Total N % Total N % Total

Sedang 0 0,0 4 100,0 4 100,0

Baik 9 21,4 33 78,6 42 100,0 0,399 Total 9 19,6 37 80,4 46 100,0

Persentase responden yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,4% yaitu berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI baik. Sedangkan responden yang tidak memberikan balitanya secara eksklusif yaitu sebesar 78.6% dengan penerapan KADARZI yang baik. Berdasarkan wawancara, sebagian besar ibu balita ketika dilakukan wawancara mengenai penerapan KADARZI mengatakan bahwa mereka memberikan bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan akan tetapi setelah dilakukan wawancara mendalam mengenai pemberian ASI Eksklusif banyak ibu balita yang sudah memberikan madu, MPASI, susu formula dan air. Banyak ibu yang menganggap madu dan air putih diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh bayi. Bahkan ketika bayi sakit langkah awal yang dilakukan sebagian besar ibu balita adalah memberikan madu agar bayi cepat sembuh. Selain itu, banyak ibu

yang menganggap ASI saja tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi dikarenakan setelah diberi ASI bayi masih rewel atau menangis. Beberapa hal tersebut kemungkinan menyebabkan tidak adanya hubungan penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif.

Hasil uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan nilai p sebesar 0,399 maka Ho ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif. Beberapa faktor yang mungkin terjadi dikarenakan oleh data balita yang Eksklusif hingga enam bulan hanya sebesar 9 balita dari sampel 45 responden. Kemudian, faktor lain dikarenakan oleh faktor pendidikan ibu balita yang berpengaruh pula pada pengetahuan sehingga dapat tercermin pada perilaku sehari-hari yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemberian ASI


(8)

8 Eksklusif hingga usia enam bulan. Sama hal nya dengan penelitian Anggrita (2009) bahwa tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan pendidikan ibu. Menurut Brown (2002) penyebab kegagalan menyusui adalah karena inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, paritas, umur,

status perkawinan, merokok, pengalaman menyusui yang gagal, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor sosial budaya dan petugas kesehatan, rendahnya pendidikan laktasi saat prenatal dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi.

D. Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemilihan Makanan Jajanan

Analisis hubungan antara penerapan KADARZI dengan

pemilihan makanan jajanan pada balita usia 36-59 bulan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Berdasarkan Penerapan KADARZI

perilaku pemilihan makanan jajanan

Total

Nilai p Sedang Baik

Penerapan KADARZI N % Total N % Total N % Total

0,004 Sedang 1 25,0 3 75,0 4 100,0

Baik 19 45,2 23 54,8 42 100,0 Total 20 43,5 26 56,5 46 100,0

Persentase responden yang berperilaku memilih makanan jajanan kategori sedang sebesar 45,2% berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI kategori baik. Sedangkan persentase responden yang berperilaku memilih makanan jajanan baik sebesar 54,8% berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI baik. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu balita sebagian besar adalah SLTA serta ibu balita sebagian besar tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yang memiliki perhatian penuh terhadap balitanya. Riskesdas (2010) menjelaskan bahwa Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan seseorang tersebut akan semakin tinggi. Namun seseorang yang

berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah.

Hasil uji analisis korelasi

Pearson Product Moment

menunjukan p sebesar 0,004 yang berarti ada hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemilihan makanan jajanan. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwaningrum dan Wardani (2012) mengatakan bahwa status kesadaran gizi keluarga berpengaruh terhadap asupan makan balita. Didukung pula dengan penelitian Askerning (2007) dimana ibu yang mempunyai sikap baik mengenai pemberian makanan yang tepat pada anak akan berbanding lurus dengan perilakunya.

Menurut Depkes (2007) KADARZI yaitu keluarga yang mampu berperilaku gizi yang benar, yaitu sikap dan perilaku dapat


(9)

9 secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin pada pola pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, faktor pengetahuan dan status ekonomi kemungkinan merupakan faktor utama dalam memilih makanan jajanan pada balitanya. Berdasarkan penelitian Hang et al (2007), Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan adalah faktor ketersediaan. Ketersediaan makanan jajanan dapat diartikan apakah jajanan tersedia di lingkungan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dijual di pertokoan dekat rumah, lingkungan sekolah, terdapat di rumah, dan dibeli oleh anak-anak. PENUTUP

Kesimpulan

Tidak ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan penerapan KADARZI pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p sebesar 0,399). Ada hubungan antara pemilihan makanan jajanan dengan penerapan KADARZI pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p sebesar 0,004).

Saran

1. Bagi DKK dan Puskesmas Meningkatkan penyuluhan serta memberikan motivasi kepada ibu balita mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dengan cara mengoptimalkan pertemuan gizi dengan ibu balita.

2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya perlu menambahkan faktor-faktor lain seperti pola asuh orang tua yang dihubungkan dengan

penerapan KADARZI karena pola asuh sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program KADARZI.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrita, K. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009. Skripsi.

Medan: Fakultas

Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Askerning. 2007. Sikap dan Perilaku

Keluarga dalam

Pengasuhan Anak. Jakarta : Rineka Cipta.S.

Brown, J. E. et.al. 2002. Nutrition Trought the Life Cycle. International Student Edition, 3rd, Thomson Wardsworth.

Depkes RI. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Ditjen Binkesmas, Direktorat Bina Gizi

Masyarakat. Jakarta.

Hang CM, Lin W, Yang HC, Pan WH. The relationship between snack intake and its availability of 4th-6th graders in Taiwan. Asia Pac. J Clin Nutr 2007;16. p. 547-553.

Harahap, R. Lubis, Z. Ardiani F. 2014. Gambaran Perilaku Sadar Gizi pada Keluarga yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.


(10)

10 Purwaningrum, S., & Wardani, Y.

(2012). Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I, Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 6(3).

Rahmawati, A., Bahar, B., & Salam, A. 2014. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan

Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Santrock. 2011. Masa

perkembangan anak.Buku 2 Edisi 11. Jakarta : Salemba Humanika.


(1)

5 kerja Puskesmas Gilingan Surakarta sebanyak 80% ibu balita memiliki perilaku yang belum baik terhadap pemilihan makanan jajanan untuk balitanya.

Rendahnya persentase pemilihan makanan jajanan dan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh perilaku penerapan KADARZI yang belum baik. Perilaku penerapan KADARZI yang belum baik tersebut juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang rendah, sehingga dapat mempengaruhi ibu dalam memilih makanan jajanan untuk balita. Selain itu juga penerapan KADARZI yang belum baik dapat menyebabkan kurangnya kesadaran pemberian ASI saja hingga bayi berusia enam bulan. Subjek pada penelitian ini yaitu balita usia 36-59 bulan atau disebut usia pra-sekolah yang mana pada usia tersebut balita sudah mampu memilih makanan yang disukai maupun tidak disukainya serta memiliki aktivitas yang lebih banyak sehingga nutrisi pada anak usia pra-sekolah harus mempunyai nilai gizi yang seimbang dan kalori yang mencukupi. Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan (Santrock, 2011).

Penelitian mengenai hubungan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif dan pemilihan makanan jajanan pada balita usia 36-59 bulan belum pernah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan metode cross sectional. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Sampel penelitian ini ibu balita usia 36-59 bulan sebanyak 45 ibu balita. Penentuan sampel dilakukan secara Sistematic Random Sampling setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi memilki kesempatan untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Data penerapan KADARZI, Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan diperoleh dengan cara wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner.

Analisis data disajikan dalam tabel distribusi dari variabel yang diteliti meliputi penerapan KADARZI, Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan Makanan Jajanan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh berupa distribusi dan persentase. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment. Uji hipotesis berdasarkan nilai probabilitas p<0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas Gilingan merupakan salah satu dari 17 puskesmas yang berada di wilayah Surakarta. Terletak di sebelah utara kota Surakarta dengan wilayah kerja di Kecamatan Banjarsari dan lebih tepatnya berada di wilayah Bibis Wetan RT 03 / XIX, Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Puskesmas Gilingan memiliki luas wilayah kerja 199 Ha atau 1.990 km² yang terbagi menjadi 3 kelurahan yaitu kelurahan


(2)

6 Gilingan, kelurahan Punggawan, dan kelurahan Kestalan. Sebelah utara puskesmas Gilingan berbatasan langsung dengan kelurahan Nusukan, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Jebres, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tegalharjo, dan sebelah

barat berbatasan dengan kelurahan Manahan.

B. Karakteristik Responden

Sampel pada penelitian ini adalah ibu balita usia 36-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta. Tabel 1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Ibu Balita

Variabel Frekuensi Persentase ( % )

Usia ibu <34 th 34-40 th ≥40 th

27 8 11

58,7 17,4 23,9 Pendidikan ibu

SD SLTP SLTA Tamat PT

6 8 23

9

13,0 17,4 50,0 19,6 Pekerjaan ibu

Guru

Karyawan swasta / pabrik Pedagang

Ibu rumah tangga

1 11

9 25

2,2 23,9 19,6 54,3 Pendapatan

<UMR 18 39,1

UMR 17 37,0

>UMR 11 23,9

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berusia dibawah 34 tahun yaitu sebesar 58,7%, pendidikan terakhir ibu sebagian besar adalah SLTA sebesar 50%, pekerjaan ibu sebagian besar adalah IRT sebesar 54,3%, dan sebesar 39,1% pendapatan keluarga kurang dari UMR.

Distribusi Sampel Berdasarkan Penerapan KADARZI

Tabel 2

Distribusi Penerapan KADARZI

Kategori N (%)

Sedang 4 8,7

Baik 42 91,3

Total 46 100,0

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa distribusi responden menurut penerapan KADARZI sebanyak 42 (91,3%) memiliki penerapan KADARZI yang baik.

Distribusi sampel berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif

Kategori N (%)

Eksklusif 9 19,6

Tidak Eksklusif 37 80,4

Total 46 100,0

Hasil pengumpulan data distribusi responden menurut pemberian ASI Eksklusif, diketahui bahwa sebanyak 37 (80,4%) balita tidak diberikan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan. Menurut Harahap, Lubis, dan Ardiani (2014) Kurangnya kesadaran keluarga terhadap


(3)

7 pemberian ASI Eksklusif ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya untuk tumbuh kembang balita.

Distribusi sampel berdasarkan Pemilihan Makanan Jajanan

Tabel 4

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif

Kategori N (%)

Sedang 20 43,5

Baik 26 56,5

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa distribusi

responden menurut perilaku pemilihan makanan jajanan pada anak sebanyak 20 (43,5%) ibu balita memiliki perilaku sedang, dan sebanyak 26 (56,5%) ibu balita memiliki perilaku pemilihan makanan jajanan yang baik.

C. Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemberian ASI Eksklusif Hasil analisis hubungan antara Penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Penerapan KADARZI Pemberian ASI Eksklusif

Total

Eksklusif tidak eksklusif Nilai p Penerapan KADARZI N % Total N % Total N % Total

Sedang 0 0,0 4 100,0 4 100,0

Baik 9 21,4 33 78,6 42 100,0 0,399

Total 9 19,6 37 80,4 46 100,0

Persentase responden yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,4% yaitu berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI baik. Sedangkan responden yang tidak memberikan balitanya secara eksklusif yaitu sebesar 78.6% dengan penerapan KADARZI yang baik. Berdasarkan wawancara, sebagian besar ibu balita ketika dilakukan wawancara mengenai penerapan KADARZI mengatakan bahwa mereka memberikan bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan akan tetapi setelah dilakukan wawancara mendalam mengenai pemberian ASI Eksklusif banyak ibu balita yang sudah memberikan madu, MPASI, susu formula dan air. Banyak ibu yang menganggap madu dan air putih diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh bayi. Bahkan ketika bayi sakit langkah awal yang dilakukan sebagian besar ibu balita adalah memberikan madu agar bayi cepat sembuh. Selain itu, banyak ibu

yang menganggap ASI saja tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi dikarenakan setelah diberi ASI bayi masih rewel atau menangis. Beberapa hal tersebut kemungkinan menyebabkan tidak adanya hubungan penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif.

Hasil uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan nilai p sebesar 0,399 maka Ho ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemberian ASI Eksklusif. Beberapa faktor yang mungkin terjadi dikarenakan oleh data balita yang Eksklusif hingga enam bulan hanya sebesar 9 balita dari sampel 45 responden. Kemudian, faktor lain dikarenakan oleh faktor pendidikan ibu balita yang berpengaruh pula pada pengetahuan sehingga dapat tercermin pada perilaku sehari-hari yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemberian ASI


(4)

8 Eksklusif hingga usia enam bulan. Sama hal nya dengan penelitian Anggrita (2009) bahwa tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan pendidikan ibu. Menurut Brown (2002) penyebab kegagalan menyusui adalah karena inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, paritas, umur,

status perkawinan, merokok, pengalaman menyusui yang gagal, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor sosial budaya dan petugas kesehatan, rendahnya pendidikan laktasi saat prenatal dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi.

D. Hubungan Penerapan KADARZI dengan Pemilihan Makanan Jajanan

Analisis hubungan antara penerapan KADARZI dengan

pemilihan makanan jajanan pada balita usia 36-59 bulan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Berdasarkan Penerapan KADARZI

perilaku pemilihan makanan jajanan

Total

Nilai p Sedang Baik

Penerapan KADARZI N % Total N % Total N % Total

0,004

Sedang 1 25,0 3 75,0 4 100,0

Baik 19 45,2 23 54,8 42 100,0

Total 20 43,5 26 56,5 46 100,0

Persentase responden yang berperilaku memilih makanan jajanan kategori sedang sebesar 45,2% berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI kategori baik. Sedangkan persentase responden yang berperilaku memilih makanan jajanan baik sebesar 54,8% berasal dari responden yang berpenerapan KADARZI baik. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu balita sebagian besar adalah SLTA serta ibu balita sebagian besar tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yang memiliki perhatian penuh terhadap balitanya. Riskesdas (2010) menjelaskan bahwa Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan seseorang tersebut akan semakin tinggi. Namun seseorang yang

berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah.

Hasil uji analisis korelasi Pearson Product Moment menunjukan p sebesar 0,004 yang berarti ada hubungan antara penerapan KADARZI dengan pemilihan makanan jajanan. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwaningrum dan Wardani (2012) mengatakan bahwa status kesadaran gizi keluarga berpengaruh terhadap asupan makan balita. Didukung pula dengan penelitian Askerning (2007) dimana ibu yang mempunyai sikap baik mengenai pemberian makanan yang tepat pada anak akan berbanding lurus dengan perilakunya.

Menurut Depkes (2007) KADARZI yaitu keluarga yang mampu berperilaku gizi yang benar, yaitu sikap dan perilaku dapat


(5)

9 secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin pada pola pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, faktor pengetahuan dan status ekonomi kemungkinan merupakan faktor utama dalam memilih makanan jajanan pada balitanya. Berdasarkan penelitian Hang et al (2007), Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan adalah faktor ketersediaan. Ketersediaan makanan jajanan dapat diartikan apakah jajanan tersedia di lingkungan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dijual di pertokoan dekat rumah, lingkungan sekolah, terdapat di rumah, dan dibeli oleh anak-anak. PENUTUP

Kesimpulan

Tidak ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan penerapan KADARZI pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p sebesar 0,399). Ada hubungan antara pemilihan makanan jajanan dengan penerapan KADARZI pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p sebesar 0,004).

Saran

1. Bagi DKK dan Puskesmas Meningkatkan penyuluhan serta memberikan motivasi kepada ibu balita mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dengan cara mengoptimalkan pertemuan gizi dengan ibu balita.

2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya perlu menambahkan faktor-faktor lain seperti pola asuh orang tua yang dihubungkan dengan

penerapan KADARZI karena pola asuh sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program KADARZI.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrita, K. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009. Skripsi.

Medan: Fakultas

Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Askerning. 2007. Sikap dan Perilaku Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jakarta : Rineka Cipta.S.

Brown, J. E. et.al. 2002. Nutrition Trought the Life Cycle. International Student Edition, 3rd, Thomson Wardsworth.

Depkes RI. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Ditjen Binkesmas, Direktorat Bina Gizi

Masyarakat. Jakarta.

Hang CM, Lin W, Yang HC, Pan WH. The relationship between snack intake and its availability of 4th-6th graders in Taiwan. Asia Pac. J Clin Nutr 2007;16. p. 547-553.

Harahap, R. Lubis, Z. Ardiani F. 2014. Gambaran Perilaku Sadar Gizi pada Keluarga yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.


(6)

10 Purwaningrum, S., & Wardani, Y.

(2012). Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I, Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 6(3).

Rahmawati, A., Bahar, B., & Salam, A. 2014. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan

Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Santrock. 2011. Masa

perkembangan anak.Buku 2 Edisi 11. Jakarta : Salemba Humanika.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 0-12 Bulan

0 62 71

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 1 4

PUBLIKASI KARYA ILMIAH Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 6 10

HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan Surakarta.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan Surakarta.

0 3 5

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 12 – 59 BULAN DI POSYANDU DEWI SARTIKA CANDRAN SIDOARUM SLEMAN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 12 – 59 Bulan di Posyandu Dewi Sar

0 0 12

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 12-59 BULAN DI POSYANDU TEMUPOH IX KARANGWARU TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan di Posyandu Temupoh

0 0 8