PUBLIKASI KARYA ILMIAH Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN
JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi

Disusun Oleh:

ABDURRAKHMAN
J310110036

PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN
JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA
Abdurrakhman
Pembimbing : Dr. Mutalazimah, SKM., M. Kes
Muwakhidah, SKM., M. Kes
Program studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
CORRELATIONS BETWEEN THE DURATION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AND
THE SELECTION OF STREET SNACKS, AND STUNTING IN 36-59 MONTH-OLD
CHILDREN AT SOCIETY HEALTH CENTER OF GILINGAN, SURAKARTA
Introduction: Stunting is defined whenthe index ofthe height-for-ageless than negative 2 of
standard deviation or below average. Parenting is one of factors affecting stunting. Exclusive
breastfeeding and the selection of street snacks are parts of parenting. Based on an initial
survey conducted at Society Health Center of Gilingan Surakarta, it was found that the
prevalence of stunting was high which was 15.8% and the implementation of exclusive
breastfeedingwas still low.
Purpose: This research aimed to find the correlations between the duration of exclusive
breastfeeding, the selection of street snacks and stunting in children of 36-59 month-old at

Society Health Center of Gilingan, Surakarta.
Research Method: This research used cross-sectional design and had 47 children and
mothers as respondents. The variable used in this research was the duration of
breastfeeding which the data were obtained through cross-check questionnaire on exclusive
breastfeeding. The selection of street snacks measured by conducting interview using20
question-questionnaire.Stunting which was the dependent variable, the data ware obtained
through anthropometry measurements. Product moment correlations tests were used to
asses the correlations.
Result: There was 23.4% children who were stunting. The average of exclusive
breastfeeding duration was 3.19 months. The number of children who were exclusively
breastfeeding was 19.1%. The results of product moment correlations showed stunting had
no relations with exclusive breastfeeding duration (p=0,229) and street snacks (p=0,928).
Conclusion: Based on the results of the research, there was no correlations between the
duration of exclusive breastfeeding, the selection of street snacks, and stunting in 36-59
month-oldchildren at Society Health Center.of Gilingan, Surakarta.
Keyword: breastfeeding, street snacks, stunting
Bibliography: 58: 1997-2015
1

PENDAHULUAN

Masalah gizi khususnya balita
stunting dapat menghambat proses
tumbuh kembang balita. Balita pendek
memiliki dampak negatif yang akan
berlangsung dalam kehidupan selanjutnya
(Unicef, 2012). Stunting didefinisikan
sebagai indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U) kurang dari minus dua standar
deviasi (-2 SD) atau dibawah rata-rata
standar
yang
ada
(Chaggan,
2009).Kejadian
stunting
merupakan
gangguan gizi yang bersifat kronis.
Stunting yang terjadi pada balita
disebabkan
oleh

beberapa
faktor,
diantaranya
akibat
gangguan
pertumbuhan dalam kandungan, kurang
asupan gizi mikro, intake energi yang
kurang dan infeksi (Bhutta et al, 2008).
Faktor pola pengasuhan erat
kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak balita. Anak usia 1259 bulan (balita) adalah masa anak-anak
yang masih tergantung pada perawatan
dan pengasuhan ibunya. Masa dimana
anak masih membutuhkan asupan
makanan dan gizi yang mencukupi
(Santoso,
2009).
Pola
pemberian
makanan dan pemberian ASI eksklusif

merupakan pola pengasuhan ibu pada
balita.
Pemberian ASI Eksklusif pada 6
bulan pertama dapat menghasilkan
pertumbuhan tinggi badan yang optimal.
Durasi pemberian ASI yang tidak cukup
menjadi salah satu faktor resiko yang
menyebabkan defisiensi makronutrien
maupun mikronutrien pada usia dini
(Manary dan Solomons, 2009).
Pemberian ASI eksklusif dapat
mempengaruhi angka kematian bayi
(AKB) karena ASI dapat meningkatkan
dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh pada bayi sehingga tidak mudah
terserang penyakit infeksi. Menurut data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SKDI) pada tahun 2007 bahwa angka
kematian bayi mengalami penurunan dari
39,5% pada tahun 2002 menjadi 32,4%.

Hal ini disebabkan karena pemberian ASI
secara eksklusif yang sudah semakin baik
(Kemenkes RI, 2010).
Faktor pola pengasuhan ibu
selain pemberian ASI eksklusif meliputi
praktek pemberian makanan yang salah

satunya adalah pemilihan makanan
jajanan. Adair (2005) menjelaskan bahwa
makanan jajanan merupakan makanan
dan minuman yang dijual dan disediakan
oleh pedagang yang berada di jalanan
dan di tempat umum lainnya yang secara
langsung dibeli, dimakan dan dikonsumsi
dengan tidak dilakukannya pengolahan
lebih
lanjut.Menurut
Sihadi
(2004)
menjelaskan bahwa perilaku jajan anak

dalam memilih makanan yang dibelinya
memiliki dampak yang positif dan negatif
bagi kesehatannya.
Dampaknya dari segi kesehatan
perilaku anak dalam memilih makanan
jajanan akan positif bila anak memilh
makanan jajanan yang cukup nilai gizinya
dan akan menjadi negatif bila makanan
jajanan dapat menimbulkan kerugian
contohnya timbulnya penyakit infeksi.
Menurut penelitian Suiraoka (2011)
menyatakan bahwa kaitannya infeksi
terhadap penyakit dapat memperburuk
keadaan gizi dan keadaan gizi yang
kurang dapat mempermudah terkena
penyakit infeksi yang mengakibatkan
penurunan nafsu makan, penyerapan
pada saluran pencernaan terganggu atau
peningkatan kebutuhan zat gizi oleh
adanya penyakit sehingga kebutuhan zat

gizinya
tidak
terpenuhi
dan
mengakibatkan malnutrisi.
Menurut hasil riset kesehatan
dasar tahun 2013 angka prevalensi
pendek secara nasional tahun 2013
adalah 37,2%, yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010
sebesar 35,6% dan 2007 sebesar 36,8%.
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa
Tengah memiliki prevalensi stunting
sebesar 33,9% yang terdiri dari 16,9%
sangat pendek dan 17% pendek (Depkes
RI 2013).
Berdasarkan survey pendahuluan
yang dilakukan di Puskesmas Gilingan
Surakarta, angka prevalensi stunting pada

tahun 2013 adalah 16,6% dan pada tahun
2014 angka prevalensi stunting sebesar
15,8%. Pada kasus pemberian ASI
eksklusif dari jumlah bayi sebanyak 114
bayi,
hanya
10.5%
bayi
yang
mendapatkan ASI eksklusif. Persentase
yang rendah pada pemberian ASI
eksklusif dan prevalensi stunting yang
2

cukup tinggi menyebabkan penulis tertarik
untuk meneliti masalah tersebut.

(63,8%), sedangkan umur balita sebagian
besar berumur ≤48 bulan (61,7%).


METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan desain cross
sectional, dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan yang terdiri dari
Keluarahan
Gilingan,
Kelurahan
Punggawan dan Kelurahan Kestalan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2015. Subyek penelitian ini adalah ibu dan
balita usia 36-59 bulan dengan sampel
sebesar 47 orang. Variabel yang diteliti
adalah lama pemberian ASI eksklusif,
perilaku ibu dalam pemilihan makanan
jajanan dan stunting. Data-data yang
dikumpulkan adalah tinggi badan balita
dengan pengukuran antropometri. Data
lama pemberian ASI eksklusif dan perilaku
ibu dalam pemilihan makanan jajanan

menggunakan metode wawancara dengan
kuesioner. Analisis dilakukan secara
univariat dan bivariat. Analisis univariat
untuk mengetahui distribusi masingmasing variabel, sedangkan analisis
bivariat adalah analisis yang dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat yaitu
lama pemberian ASI eksklusif dan
pemilihan makanan jajanan terhadap
ejadian stunting pada balita. Analisis
dilakukan dengan uji korelasi product
moment.

Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita
Variabel
Pekerjaan Ibu
Guru
Karyawan
Pedagang
IRT
Pendidikan Ibu
SD
SLTP
SMA
Tamat PT

Frekuensi

Persentase

1
11
9
26

2,1%
23,4%
19,1%
55,3%

6
9
23
9

12,8%
19,1%
48,9%
19,1%

Tabel 2 menjelaskan data
tentang pekerjaan ibu yang mayoritas ibu
bekerja menjadi ibu rumah tangga (IRT)
yaitu sebesar 55,3%. Mayoritas ibu balita
sebagai ibu rumah tangga atau tidak
bekerja sehingga pendapatan kelaurga
hanya berasal dari suami. Pedapatan
keluarga dapat ditingkatkan dengan ibu
yang memiliki penghasilan sehingga
berpengaruh
terhadap
peningkatan
pangan, kualitas diet anak dan pelayanan
kesehatan (Willey, 2009).
Berdasarkan data pendidikan
terakhir ibu mayoritas memiliki pendidikan
terakhir SLTA yaitu sebesar 48,9%.
Pendidikan ibu balita sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu. Pendidikan
yang tinggi lebih memudahkan ibu dalam
menerima informasi gizi dan kesehatan
(Hastuningtyas, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Karakteristik Responden

Status Gizi Balita
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Subjek
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Balita
Variabel
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
≤48 bulan
>48 bulan

Frekuensi

Persentase

30
17

63,8%
36,2%

29
18

61,7%
38,3%

Tabel 3 Distribusi z-skor indeks TB/U
Balita Usia 36-59 Bulan
Indeks TB/U
Rata-rata
-1,19
Maksimal
0,83
Minimal
-3,71
Standar Deviasi
1,05

Tabel 12 menunjukkan bahwa ratarata nilai z-skor TB/U pada balita adalah 1,19. Hal ini dapat diartikan bahwa pada
penelitian ini rata-rata balita memiliki
status normal menurut indeks z-skor TB/U

Tabel 1 menunjukkan sebagian
besar balita berjenis kelamin laki-laki
3

dikarenakan nilai TB/U ≥-2 SD. Nilai
minimum TB/U adalah -3,71 yang dapat
diartikan sebagai more stunting karena
nilai z-skor TB/U ≥-3 SD. Nilai maksimum
untuk z-skor TB/U pada balita adalah 0,83
sehingga dapat diartikan memiliki status
normal karena ≥-2 SD. Standar deviasi
dari status gizi balita usia 36-59 bulan
adalah
1,05.
Hasil
tersebut
bila
dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rohmatun (2014) di Klaten
yang menunjukkan bahwa rata-rata TB/U
pada balita adalah -1,83 dan nilai
minimum TB/U adalah -3,62 yang artinya
lebih besar daripada penelitian ini.
Menurut Gibson (2005), indikator
TB/U
merupakan
ukuran
yang
menggambarkan pertumbuhan linier dan
dapat digunakan sebagai indeks untuk
mengetahui status gizi atau status
kesehatan pada masa lampau. Nilai TB/U
yang rendah sering diartikan sebagai
“pendek”, hal tersebut merupakan salah
satu akibat dari gagal tumbuh yang terjadi
pada anak-anak.
Tabel 4Distribusi Balita
Kategori Z-Skor TB/U

Berdasarkan

Z-skor TB/U
Normal
Stunting
Jumlah

Persentase
76,6%
23,4%
100

Frekuensi
36
11
47

Tabel 5 Distribusi Lama Pemberian ASI
Lama
Pemberian
ASI
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
Total

Frekuensi
(n)

Persentase
(%)

8
4
4
10
6
6
9
47

17
8,5
8,5
21,3
12,8
12,8
19,1
100

Tabel 5 menunjukkan bahwa
lama pemberian ASI yang paling banyak
pada bayi usia 3 bulan sebesar 21,3%
sehingga sebagian besar bayi tidak
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Data pemberian ASI eksklusif dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6 Distribusi ASI Eksklusif Pada
Balita
ASI
Eksklusif
Ya
Tidak
Total

Frekuensi

Persentase

9
38
47

19,1
80,9
100

Tabel 6 menunjukkan bahwa
balita yang diberikan ASI eksklusif
sebesar 19,1%, sedangkan balita yang
diberikan ASI tidak eksklusif sebesar
80,9%. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui jumlah seluruh balita
yang mendapat ASI eksklusif adalah
sebanyak 9 balita dari 47 balita yang
menjadi
responden
penelitian.Angka
tersebut sangat rendah jika dibandingkan
oleh penelitian Purnawati (2012) tentang
lama pemberian ASI di Kelurahan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo yaitu
sebesar 22,8%.

Tabel 13 menunjukkan sebagian
besar balita (76,6%) adalah normal,
sedangkan
balita
yang
mengalami
stunting sebesar 23,4%. Angka ini
merupakan angka yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan target Milenium
Development Goald (MDGs) yaitu 15%
balita stunting (Depkes, 2013).
Lama Pemberian ASI Eksklusif
Lama
pemberian
ASI
didefinisikan jangka waktu ketika ibu
hanya memberikan ASI saja kepada balita
tanpa makanan pendamping apapun.
Rata-rata lama pemberian ASI pada balita
usia 36-59 bulan adalah 3,19 bulan.
Distribusi lama pemberian ASI eksklusif
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Pemilihan Makanan Jajanan
Pemilihan
makanan
jajanan
dengan metode wawancara pada ibu
balita meliputi perilaku ibu balita dalam
memilih makanan jajanan untuk balita.
Hasil penelitian perilaku ibu balita dalam
memilih makanan jajanan adalah sebagai
berikut:

4

Tabel 7 Distribusi Skor
Pemilihan Makanan Jajanan
Skor
Rata-rata
Maksimal
Minimal
Median
Standar Deviasi

adalah kurang, sedang dan baik. Berikut
ini distribusi perilaku ibu dalam memilih
makanan jajanan:

Kuesioner

Jumlah
49,18
58,30
34,62
48,02
5,83

Tabel 8 Distribusi Perilaku Ibu Dalam
Memilih Makanan Jajanan
Kategori
Kurang
Sedang
Baik

Frekuensi
0
23
24

Persentase
0%
48,94%
51,06%

Tabel 7 menunjukkan bahwa ratarata skor kuesioner pemilihan makanan
jajanan pada ibu balita adalah 49,18. Nilai
Tabel 8 menjelaskan bahwa ibu
skor minimum kuesioner pemilihan
balita yang memiliki perilaku yang sedang
makanan jajanan adalah 34,62. Nilai skor
dalam pemilihan makanan jajanan adalah
maksimal kuesioner pemilihan makanan
48,94%, sedangkan ibu balita yang
jajanan adalah 58,30. Nilai standar deviasi
memiliki perilaku yang baik dalam
dari skor kuesioner pemilihan makanan
pemilihan makanan jajanan adalah
jajanan adalah 5,83. Kategori perilaku ibu
51,06% dan tidak didapatkan perilaku ibu
dalam memilih makanan jajanan didapat
yang kurang dalam memilih makanan
melalui interpretasi skor menurut Azwar
jajanan.
(2006) yang menginterpretasikan skor
kuesioner. Interpretasi perilaku ibu ini
Tabel 9 Distribusi Lama Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting
ASI Eksklusif
Tidak
Ya

Z-skor (TB/U)
Normal
Stunting
n (%)
n (%)
8 (21,1)
30 (78,9)
3 (33,3)
6 (66,7)

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari
38 balita yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif sebagian besar memiliki indeks
z-skor TB/U normal (78,9%) sedangkan
dari 9 balita yang yang mendapatkan ASI
eksklusif sebagian besar memiliki indeks
TB/U normal (66,7%). Berdasarkan
analisis bivariat menghasilkan p>0,05
yang berarti tidak ada hubungan atau
tidak bermakna. Hal ini berarti tidak ada
hubungan antara lama pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada
balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Potutu (2014) di Puskesmas
Tuminting Kota Manado yang sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting dengan
nilai p 0.203. Hal yang sama juga
ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan
oleh Anugraheni (2012) di Kabupaten Pati

Jumlah N (%)
38 (100)
9 (100)

p
0,229

yaitu dimana tidak ada hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting dengan nilai p> 0,05. Selain itu,
Syarif (2008) mengemukakan bahwa
kejadian stunting pada anak disebabkan
karena pemberian makanan pendamping
ASI sebelum usia 6 bulan. Selain itu,
asupan yang kurang adekuat juga
mempengaruhi stunting.
Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hadi (2013) di Kota
Banda Aceh yang menunjukkan bahwa
kejadian stunting pada balita disebabkan
oleh pemberian ASI yang tidak eksklusif
(p=0,002; OR=4,2). Penelitian tersebut
sependapat dengan penelitian Rohmatun
(2014) di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Klaten yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting pada balita di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.
Berdasarkan hasil wawancara,
pengetahuan
yang
kurang
juga
berdampak terhadap praktek pemberian
5

digunakan sebagai minuman pendamping
ketika bayi mengkonsumsi obat. Selain itu,
pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) terlalu dini diberikan dengan
alasan agar bayi tidak rewel karena lapar.
Jenis-jenis MP-ASI yang digunakan masih
dalam bentuk bubur instant seperti bubur
bayi (nestle, sun, bubur biskuit). Menurut
Prasetyono (2009) menjelaskan bahwa
rendahnya tingkat pemahaman tentang
pentingnya ASI selama 6 bulan pertama
kelahiran bayi dikarenakan kurangnya
informasi dan pengetahuan yang dimiliki
oleh para ibu mengenai segala nilai plus
nutrisi dan manfaat yang terkandung
dalam ASI.

makanan dan minuman pendamping
sebelum waktunya. Sebagian besar
makanan dan minuman yang diberikan
kepada balita usia 0-6 bulan adalah susu
formula, madu dan air putih. Pemberian
susu formula dapat diberikan kepada bayi
dengan alasan bahwa susu formula dapat
menggantikan ASI. Selain itu, ASI yang
tidak keluar dari payudara ibu atau ASI
yang keluar kurang kuantitasnya menjadi
alasan ibu untuk tidak memberikan ASI
eksklusif. Ibu yang memberikan madu
memiliki persepsi bahwa madu dapat
menurunkan suhu tubuh anak ketika
demam
dan
dapat
menghilangkan
sariawan pada bayi. Air putih yang
diberikan pada bayi sebelum usia 6 bulan

Tabel 10 Distribusi Pemilihan Makanan Jajanan dengan Kejadian Stunting
Pemilihan
Makanan
Jajanan
Baik
Sedang

Z-skor (TB/U)
Normal
Stunting
n (%)
n (%)
7 (29,2)
17 (70,8)
4 (17,4)
19 (82,6)

Jumlah N (%)
24 (100)
23 (100)

p
0,928

buahan. Sebanyak >78,7% ibu selalu dan
sering memberikan asupan berupa buah,
sayur dan susu. Hal ini dapat dikatakan
bahwa perilaku ibu sudah memberikan
makanan jajanan dengan baik. Penelitian
sejenis yang dilakukan oleh Candra dkk
(2013)
yang
menunjukkan
bahwa
pemberian
makanan
jajanan
tidak
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap status gizi.
Hasil yang berbeda ditunjukkan
oleh
Prakoso
dkk
(2011)
yang
menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara perilaku ibu
dalam
pemberian makan pada anak dengan
status gizi balita. Selain itu, penelitian
yang dilakukan Metz (2002) juga
menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara perilaku ibu dalam pemberian
makan terhadap indeks masa tubuh.
Berdasarkan
wawancara,
beberapa ibu balita kurang mengawasi
balita dalam memilih makanan jajanan.
Selain itu, beberapa ibu balita sudah
berperilaku baik dalam memilih makanan
jajanan,
dapat
diketahui
melalui
wawancara langsung bahwa balita yang
sudah memasuki pra-sekolah sudah

Tabel 10 menunjukkan bahwa 24
ibu yang berperilaku baik dalam pemilihan
makanan jajanan sebagian besar memiliki
balita yang normal (70,8%), sedangkan
dari 23 ibu yang berperilaku sedang dalam
pemilihan makanan jajanan sebagian
besar memiliki balita yang normal (76,6%).
Berdasarkan
analisis
bivariat
menghasilkan p>0,05 dengan nilai
signifikasi 0,928 yang berarti tidak ada
hubungan antara pemilihan makanan
jajanan dengan kejadian stunting pada
usia 36-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta. Hal ini
disebabkan
karena
sikap
dan
pengetahuan ibu tentang makanan
jajanan sudah baik di Puskesmas Gilingan
Surakarta. Hasil penelitian yang dilakukan
Ranie (2015) menunjukkan bahwa
persepsi ibu mengenai gizi seimbang di
wilayah
kerja
Puskesmas
Gilingan
Surakarta sebagian besar cukup baik.
Pada item pertanyaan nomor 10
dan 11 pada kuesioner pemilihan
makanan jajanan yang menjelaskan
perilaku ibu mengenai jenis asupan
makanan yang sering dikonsumsi anak
balita berupa susu, sayur dan buah6

dibekali snacksebagai makanan
cemilan ketika waktu istirahat.

karena ibu balita masih belum paham
mengenai ASI eksklusif sehingga
cenderung tidak menerapkan ASI
eksklusif dan program KP-ibu masih
dikatakan gagal.
2. Bagi Masyarakat
Ibu balita diharapkan mampu
menerapkan ASI eksklusif dan dapat
lebih selektif lagi dalam memilih
makanan jajanan untuk balitanya
sehingga balita dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dalam
masa pertumbuhannya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian
selanjutnya
diharapkan dapat memperluas lokasi
penelitian sehingga jumlah responden
lebih banyak. Selain itu, penelitian
selanjutnya diharapkan untuk meneliti
mengenai jenis makanan jajanan
yang dikonsumsi balita, frekuensi ibu
dalam mengeluarkan ASI dengan
status gizi dan sikap ibu dalam
memilih makanan jajanan.

atau

KESIMPULAN
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Balita yang mengalami stunting
sebanyak 11 orang (23,4%) dan balita
yang normal sebanyak 36 orang
(76,6%) di Puskesmas Gilingan
Surakarta.
2. Rata-rata lama pemberian ASI
eksklusif adalah 3,19 bulan. Balita
yang mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 9 orang (19,1%) dan balita
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 38 orang (80,9%). Balita
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
dan mengalami stunting sebanyak 8
orang (21,1%).
3. Perilaku ibu yang sedang dalam
pemilihan makanan jajanan sebanyak
23 orang (47,91%), perilaku ibu yang
baik dalam pemilihan makanan
jajanan sebanyak 24 orang (51,06%),
dan tidak ada ibu yang berperilaku
kurang
baik
dalam
pemilihan
makanan jajanan.
4. Tidak ada hubungan antara lama
pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting di Puskesmas
Gilingan Surakarta (p>0.05).
5. Tidak ada hubungan antara pemilihan
makanan jajanan dengan kejadian
stunting di Puskesmas Gilingan
Surakarta (p>0.05)
6. Pemberian air susu ibu hingga usia
dua tahun, makan yang halal dan
thayyiban serta senantiasa menjaga
kesehatannya sudah ada didalam AlQur’an dan sabda Rasullulah.

REFERENSI
Addair L.S dan Popkin B.M. 2005. Are
child
eating
patterns
being
transformed globally?. Obes Res.
Jul; 13(7): p. 1281-99

Azwar, S. 2004. Pengukuran Skala
Psikologi.
Pustaka
Pelajar:
Yogyakarta
Bhutta, Z.A., Ahmed, T., Black, RE.,
Cousens, S., Dewey, K., Giugliani,
E. Haider, B.A., Kirkwood, B., Marris,
S.S., Sachdev, H.P.S., and Shekar,
M. 2008. Mathernal and Child
Undernutrition 3. What works?
Interventions for Mathernal and Child
Undernutrition
and
Survival:
www.thelancet.com; [diakses 23 juni
2014].

SARAN

Candra, A.A., Setiawan, B., Daminik,
M.R.M., 2013. Pengaruh Pemberian
Makanan Jajanan, Pendidikan Gizi
Dan Suplementasi Besi Terhadap
Status Gizi, Pengetahuan Gizi dan
Status Anemia Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Gizi dan Pangan.
(ISSN 1978-1059)

1. Bagi Puskesmas
Penelitian
ini
diharapkan
dapat dijadikan masukan data tentang
pemberian
ASI
eksklusif
dan
pemilihan makanan jajanan. selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan masukan dalam evaluasi
program keluarga pendamping ibu
(KP-ibu) yang harus sering dilakukan
7

Rohmatun, N.Y., 2014. Hubungan Tingkat
Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Desa Sidowarno
Kecamatan Wonosaro Kabupaten
Klaten.
FIK
Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Chaggan, M.K., Broeck, J.V.D., Luabeya,
K.K.A., Mpontshane, N., Tucker,
K.L., Bennish M.L. 2009. Effect f
Micronutrient Supplementation on
diarrhoeal disease amng stunted
children in rural South Africa.
European
Journal
of
Clinical
Nutrition (2009) 63, 850–857

Santoso, S., Ranti, A.L. 2009. Kesehatan
dan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta.

Sihadi. 2004. Makanan jajanan Bagi Anak
Sekolah. Jurnal kedokteran. Yarsi.
12(2):91-95

Gibson. 2005. Principle of Nutrition
Assesment. Oxford University: New
York

Syarif, I. 2008. Hubungan Antara
Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Umur
2-3 Tahun di Seluma Provinsi
Bengkulu. Tesis: Universitas Gajah
Mada: Yogyakarta

Hadi, A., Al-Rahmad, A.H., Miko, A. 2013.
Kajian Stunting Pada Anak Balita
Ditinjau
Dari
Pemberian
ASI
Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi
Dan Karakteristik Keluarga Di Kota
Banda Aceh. Politeknik Kesehatan
Aceh

Unicef. 2012. Ringkasan Kajian: Gizi Ibu
dan Anak.

Kemenkes RI. 2010. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial. Jakarta

Willey BA, Cameron N, Noris SA, Pettifor
JM, Griffiths PL. Socio-economic
predictor of stunting in preschool
children a population-based study
from Johannesburg and Soweto.
South African Medical Journal 2009

Manary, M. J & Solomons, N. W. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi
dan Perkembangan Anak. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Metz, D.S., Lindquist, C.H., Birch, L.L.,
Fisher, J.O., Goran, M.I. 2002.
Relation between mothers’ childfeeding practice and children
adiposity.
Am
J
Clin
Nutr
2002;75:581. American Society for
Clinical Nutrition.
Potutu, M., Malonda, N.S.H., Rattu,
A.J.M., 2014. Hubungan Antara
Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Usia
13-36 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tuminting Kota Manado.
FKM Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Purnawati, R. 2012. Perbedaan Lama
Pemberian ASI dan Pengetahuan
Ibu Tentang ASI Antara Yang
Memiliki Balita Stunting dan Non
Stunting Di Keluarahan Kartasura
Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo. Skirpsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan.
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
8

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan Surakarta.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas ‎Gilingan Surakarta.

0 3 5

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENERAPAN KADARZI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI Hubungan Penerapan KADARZI Dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Pemilihan ‎Makanan Jajanan pada Balita Usia 36-59

0 1 10

HUBUNGAN PERSEPSI IBU DAN PARTISIPASI BALITA KE POSYANDU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN Hubungan Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilin

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 3 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

0 7 6