BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI Adversity Quotient Pada Guru Paud Daerah Rawan Bencana Lereng Gunung Merapi.

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam

Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128

TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI

Naskah Publikasi


Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam

Diajukan Oleh :

Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128

Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI


Diajukan Oleh :

Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128

Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Taufik S.Psi, Msi PhD

Dra. Hj. Chusniatun, M Ag

Surakarta 24 Juni 2015


iii

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 2 Juli 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama
Taufik S.Psi, Msi PhD
Penguji Pendamping I
Dra. Hj. Chusniatun, M Ag
Penguji Pendamping II
Dr. Eny Purwandari, M.Si
Penguji Pendamping III
Drs. Saifuddin Zuhri, M.Ag


Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Fakultas Psikologi

Fakultas Agama Islam

Taufik S.Psi, Msi PhD

Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag

iv

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
ABSTRAKSI
Latifa Ayu Fatmawati
Taufik- Chusniatun
Fakultas Psikologi dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Adversity Quotient merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi
kesulitan hingga menemukan jalan keluar. Guru PAUD adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar , membimbing dan mengevaluasi peserta didik dalam
pendidikan anak usia 3 bulan hingga 6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana Adversity Quotient pada guru PAUD daerah rawan bencana
lereng gunung Merapi.
Informan penelitian ini berjumlah 5 orang guru PAUD dengan karakteristik sebagai
berikut: 1) Guru bertempat tinggal di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu warga desa
Balerante; 2) Guru yang berada pada rentang usia 20-40 tahun. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru yang mengajar di PAUD memiliki
kemampuan Adversity quotient, sehingga guru mampu menyelesaikan kesulitan yang
dihadapinya, dalam hal ini kesulitan mencari tema yang akan disampaikan kepada peserta
didik. Kesulitan mencari tema disebabkan karena PAUD yang ada di daerah rawan bencana
erupsi Merapi tergolong baru dan belum tercatat didalam Dinas Pendidikan, sehingga materi
yang akan disampaikan belum mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan, melainkan menggunakan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan
menggunakan bahan atau media yang ada di lingkungan sekitar sebagai materi yang akan di
sampaikan. Temuan lain dalam penelitian ini adalah faktor keikhlasan. Ikhlas yang dimaksud
disini adalah guru mengajar di PAUD dengan semangat dan senang hati tanpa berharap

mendapatkan imbalan.

Kata kunci: Adversity Quotient, Guru, PAUD

v

menghadapi

PENDAHULUAN
Manusia yang ada di dunia ini pasti

tersebut.

rintangan

hal

tersebut

dan


halangan

dikalangan

para

menginginkan adanya keberhasilan ataupun

ilmuwan psikologi disebut dengan Adversity

kesuksesan.

quotient.

Keberhasilan

merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh individu


Berkenaan

dengan

hal

tersebut,

untuk melewati dan mengatasi dari satu

Stoltz (2005) mengemukakan Adversity

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa

Quotient (AQ) sebagai kecerdasan seseorang

kehilangan semangat. Keberhasilan memang

dalam menghadapi rintangan atau kesulitan


tidak datang dengan sendirinya, melainkan

secara teratur. AQ membantu individu

membutuhkan proses, pengorbanan dan

memperkuat kemampuan dan ketekunan

perjuangan yang harus dilalui. Adanya

dalam menghadapi tantangan hidup sehari-

kegagalan dan keharusan untuk mencoba

hari seraya tetap berpegang teguh pada

kembali harus menjadi sebuah semboyan

prinsip dan impian tanpa memperdulikan


dan pondasi bagi individu yang ingin meraih

apa yang sedang terjadi untuk memahami

sebuah keberhasilan.

dan meningkatkan semua segi kesuksesan,

Dari semua profesi yang ada, salah

dalam

hal

ini

kesuksesan

berarti


satunya adalah guru. Dalam proses belajar

keberhasilan guru dalam mengajar. AQ

mengajar

berperan

disekolah,

semua

guru

dalam

meramalkan

dan

mengharapkan agar peserta didik dapat

menentukan kesuksesan seseorang. Disadari

mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya,

atau

sebagai wujud keberhasilan guru dalam

ditemukan oleh guru sebagai pengajar dalam

mengajar.

proses

peningkatan prestasi belajar siswa, untuk itu

beberapa

guru harus mempunyai AQ yang tinggi

rintangan dan halangan yang akan dihadapi

untuk dapat mengatasi segala permasalahan

oleh setiap guru, Sehingga bagaimana guru

yang dihadapinya. Berdasar atas pendapat

belajar

Dalam

mengajar,

melaksanakan
akan

ada

1

tidak

berbagai

macam

hambatan

stoltz (2005) AQ memberi tahu seberapa

atau belum mampu bertahan dari kesulitan

jauh seseorang mampu bertahan menghadapi

kesulitan

kesulitan dan seberapa besar kemampuan

terutama bencana yang telah menyisakan

yang dimiliki untuk mengatasinya.

luka. Salah satu profesi yang menuntut AQ

Adversity Quotient juga memberikan
manfaat,

diantaranya

telah

menghampirinya,

yaitu Guru. Seorang guru dituntut untuk

memberikan

memiliki AQ yang tinggi, mengingat tugas

petunjuk tentang seberapa tabah seseorang

guru sebagai pendidik dan sebagai model

dalam menghadapi sebuah kemalangan,

bagi peserta didiknya.

Memperkirakan

AQ

yang

tentang

seberapa

besar

Dalam islam pendidikan anak usia

kemampuan seseorang dalam menghadapi

dini tersebut dalam QS An Nahl: 78

setiap kesulitan dan ketidakmampuannya

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur". (An Nahl: 78)

dalam menghadapi kesulitan tersebut, AQ
juga memperkirakan siapa yang mampu dan
tidak mampu melampaui harapan, kinerja

Sebagai seorang guru, baik disadari
serta

potensi

nya

dan

AQ

dapat
ataupun tidak, banyak sekali hambatan yang

memperkirakan siapa yang putus asa dalam
dihadapi oleh guru tersebut, seperti halnya
meghadapi kesulitan dan siapa yang akan
hambatan dalam meningkatkan prestasi
bertahan (Stolz, 2005)
belajar siswa. Guru yang berada di daerah
AQ dibutuhkan disemua orang, di
rawan bencana harus memiliki AQ yang
semua tempat dan daerah. Pada beberapa
tinggi,

sebab

di

dalam

meningkatkan

yang tinggal di daerah daerah dengan
prestasi belajar siswa, guru harus selalu
hambatan tertentu dibutuhkan AQ. di daerah
waspada dengan adanya bencana yang
rawan bencana, AQ yaitu memberitahu
sewaktu waktu dapat datang tanpa adanya
kepada penduduk daerah rawan bencana,
tanda tanda kedatangannya.
apakah seseorang tersebut mampu bertahan

2

PAUD merupakan pendidikan bagi

dapat melihat, namun belum mengerti apa

anak-anak usia tiga sampai enam tahun yang

makna dari yang dilihat. Kewajiban orang

pelaksanaannya

melalui

tua atau orang dewasa untuk mengajarkan

pendidikan pada kelompok bermain (play

dan memberitahu kepada anak anak yang

group) dan taman kanak-kanak PAUD

baik dan buruk, sehingga anak dapat

sangat penting karena pada masa usia

membedakan dua hal tersebut.

antara

lain

tersebut merupakan “kesempatan emas”

Aspek penting dari AQ diringkas

meletakkan sendi-sendi yang kuat untuk

dari Stoltz (2005) CO2RE, yaitu Control,

pengembangan aspek-aspek psikis seperti

Origin

intelektual, emosi, motivasi, konsep diri,

Endurance.

dan

Ownership,

Reach

dan

kerjasama dan kepercayaan diri. Penelitian

Menurut Stoltz (2005) ada beberapa

Hasnah (2005) menyimpulkan bahwa anak-

faktor yang mempengaruhi AQ yaitu daya

anak SD yang mengikuti sekolah taman

saing,

kanak-kanak

perkembangan

resiko, perbaikan dan belajar. Faktor faktor

prososialnya daripada anak-anak yang tidak

ini sangat berpengaruh terhadap AQ pada

mengikuti taman kanak-kanak. Anak-anak

guru PAUD daerah rawan bencana lereng

SD yang berasal dari taman kanak-kanak

gunung Merapi. Dalam islam AQ didukung

lebih toleran, lebih mandiri, lebih baik

oleh beberapa faktor, diantaranya ikhtiar,

penyesuaian dirinya, dan lebih bisa bergaul

tawakkal,

ketimbang anak-anak yang tidak mengikuti

istiqomah.

taman kanak-kanak.

METODE

lebih

baik

kreativitas,

sabar,

motivasi,

ikhlas,

mengambil

syukur

dan

Subjek penelitian: subjek penelitian ini

Anak yang lahir ke bumi ini dalam
suatu

berjumlah 5 orang guru PAUD di daerah

apapun. Anak hanya dapat mendengar,

lereng gunung Merapi dengan karakteristik

namun belum mengerti maknanya dan anak

sebagai berikut: 1) Guru bertempat tinggal

keadaan

suci

tanpa

mengetahui

3

di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu

mengharuskan guru untuk mencari tema

warga desa Balerante, 2) Guru yang berada

sendiri dengan menggunakan benda benda

pada rentang usia 20-40 tahun, karena pada

yang ada di lingkungan sekitar. Tema adalah

masa dewasa muda adalah tahapan yang

materi yang akan disampaikan kepada

dilalui seseorang setelah melewati masa

peserta didik dalam suatu proses kegiatan

remaja. Papalia (2009) menjelaskan bahwa

belajar mengajar.

ketika memasuki dewasa muda, seseorang

Guru mulai mengajar di PAUD sejak

akan mengalami perubahan fisik, kognitif

bulan Oktober 2014. Ketika informan

hingga psikososial. Pada masa dewasa

memilih

muda, individu sudah mulai bergerak dari

banyak sekali respon atau tanggapan dari

sekolah ke bekerja, artinya mereka sudah

warga sekitar informan. Ada yang berupa

mulai bertanggung jawab untuk kemandirian

respon positif, namun ada pula yang

finansial masing-masing.

memberikan

profesi

sebagai

respon

guru

negative.

PAUD,

Respon

dengan

tersebut merupakan cobaan awal yang

menggunakan wawancara. Pada penelitian

dihadapi guru PAUD. Informan menanggapi

ini, analisis data menggunakan model

respon dari warga sekitar, terutama respon

fenomenologis, yaitu dengan organisasi data,

negative

koding, menentukan tema, mencari kategori,

menjalankan tugasnya sebagai guru PAUD

mendeskripsikan kategori dan pembahasan

yaitu mendidik anak usia dini. Informan

hasil analisis.

yang bersabar dalam menerima cobaan atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

ujian dari Allah akan mendapatkan pahala

Alat

pengumpul

data,

Guru yang mengajar di PAUD memiliki

dari-Nya.

dengan

bersabar

Informan

dan

yang

tetap

dapat

kesulitan mencari tema, karena tema yang

mengendalikan dirinya dengan baik, maka

akan diajarkan belum memiliki ketetapan

akan dapat mengambil keputusan dalam

dari

menghadapi kesulitan dengan mudah.

Dinas

pendidikan,

sehingga

4

Kesulitan mencari tema meerupakan

mengganggu

masalah internal yang dialami oleh sumber

aktivitas

guru

dalah

kehidupannya sehari hari.

daya manusia yang ada di PAUD. Masalah

Upah yang diterima informan selama

internal berhubungan dengan perencanaan

mengajar di PAUD adalah dua puluh empat

dan pengelolaan lembaga itu sendiri agar

ribu rupiah dalam satu bulannya. Selain dari

dapat berfungsi secara maksimal, termasuk

upah yang diterima, tempat mengajar yang

didalamnya

kurikulum

merupakan daerah rawan bencana erupsi

yang ditunjang oleh

gunung Merapi menjadi kendala untuk guru.

penyusunan

berkesinambungan
tenaga

pengajar

(Muliawan,

2009).

Dengan upah dan lokasi tempat mengajar

Kesulitan tersebut muncul bukan karena

yang merupakan daerah rawan bencana,

guru tidak memiliki kemampuan untuk

tidak menjadikan guru putus asa dan patah

mencari tema, melainkan karena guru belum

semangat untuk melaksanakan tugasnya

memiliki referensi atau panduan yang tetap

sebagai guru. Guru PAUD masih tetap

dalam mencari tema pembelajaran.

bertahan mengajar dengan tujuan pendidikan

AQ juga merupakan kemampuan

yang baik dan lebih maju untuk masyarakat

individu untuk memperkecil akibat dari

desa tempat tinggalnya dan bukan karena

kesulitan agar kesulitan yang dihadapi tidak

upah finansialnya.

mempengaruhi sisi lain dari kehidupannya

Dalam Al-Qur’an Surah Arra’du : 11

(Stoltz, 2005). Dampak dari kesulitan

“Allah tidak akan merubah suatu kaum
sampai mereka merubah keadaannya
sendiri” (QS Arra’du: 11)

mencari tema tersebut mengakibatkan proses
belajar mengajar menjadi tidak tepat waktu,

Temuan lain dalam penelitian ini
dan harus terlambat sampai ± 15 menit.
adalah faktor keikhlasan. Ikhlas merupakan
Walaupun

kesulitan

mencari

tema
perasaan legowo atas semua yang diberikan

menimbulkan dampak pada proses belajar
oleh Allah SWT tanpa mengharapkan
mengajar, namun kesulitan tersebut tidak
pamrih. Mengerjakan segala perintah tanpa

5

berharap mendapatkan imbalan (Shabir,

dan semangat yang membuat guru dapat

2004). Upah yang diterima guru belum

menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.

memenuhi seluruh kebutuhannya, namun

Secara umum para guru telah melakukan

guru tetap bertahan mengajar di PAUD dan

proses dalam mengatasai kesulitan atau yang

merasa ikhlas mengajar disana. Tujuan

disebut Adversity Quotient dalam berbagai

utama informan mengajar di PAUD bukan

cara, yaitu: pertama, menerima berbagai

karena upah finansial, melainkan informan

macam

menginginkan pendidikan yang baik dan

berusaha untuk menyelesaikan kesulitan

lebih maju untuk masyarakat desa tempat

kesulitan tersebut, kedua, berusaha dari sisi

tinggalnya.

spiritual, yaitu dengan menata kembali

KESIMPULAN

keimanan kepada Allah dalam bentuk

kesulitan

yang

dihadapi

dan

dan

bersabar, sehingga mampu menghadapi

dapat

kesulitan yang menghampiri kehidupannya,

disimpulkan bahwa guru yang mengajar di

ketiga, berusaha dalam tindakan nyata

PAUD daerah rawan bencana lereng gunung

berupa mencari solusi dari kesulitan yang

Merapi memiliki kemampuan Adversity

dihadapi dengan menggunakan benda benda

Quotient, yang kemampuan ini menjadi

yang ada di lingkungan sekitar dalam

sumber untuk merubah keadaan.

melakukan proses pembelajaran, karena

Berdasarkan
pembahasan

hasil
penelitian

analisis
maka

Pada guru PAUD, kesadaran akan

pada dasarnya guru memiliki tanggung

tugasnya sebagai pengajar dan pentingnya

jawab terhadap peserta didiknya, keempat,

pendidikan di desa Balerante memberi

menjalin hubungan interpersonal dengan

kekuatan

dalam

sesama guru, berupa saling membantu dalam

menyelesaikan berbagai macam kesulitan.

menghadapi kesulitan, karena dengan saling

Selain itu adanya teman seperjuangan

membantu guru menganggap tidak ada

kepada

guru

di

sesama guru yang saling memberi dukungan

6

kesulitan yang berat dan semua dapat

Papalia, D. E., & Feldman, R.D. (2009).
Human Development, 10th Edition.

terselesaikan dengan mudah.

Newyork: McGraw-Hill Book Co,
Temuan lain dari penelitian ini adalah
Shabir, M. (2004). Terjemahan Riyadhus

faktor keikhlasan. Keikhlasan ini memberi

Sholihin. Semarang: PT. Karya Toha

kekuatan untuk tidak menyerah dalam

Putra

menghadapi kesulitan dan terus berjuang

Stoltz, P G. (2005). Adversity Quotient :
Mengubah

untuk memajukan pendidikan serta tidak

di kerjakan. Faktor keyakinan juga menjadi
sumber AQ yang penting untuk guru.
Keyakinan yang berada dalam diri guru
membuat guru optimis dalam menyelesaikan
kesulitan dan yakin bahwa kesulitan tersebut
dapat diatasi dan diselesaikan sehinggan
guru

semakin

bersabar

dan

semakin gigih dalam mencari solusi dari
kesulitan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah.

(2005).

Hubungan

antara

adversity quotient dengan prestasi
belajar siswa SMUN 102 Jakarta
Timur
Muliawan, J U. (2009). Manajemen Play
group

&

Taman

Menjadi

Peluang. Jakarta : PT Grasindo.

mengharapkan imbalan dari apa yang telah

membuat

Hambatan

kanak-kanak.

Jogjakarta: Diva press

7