BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI Adversity Quotient Pada Guru Paud Daerah Rawan Bencana Lereng Gunung Merapi.
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Taufik S.Psi, Msi PhD
Dra. Hj. Chusniatun, M Ag
Surakarta 24 Juni 2015
iii
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 2 Juli 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama
Taufik S.Psi, Msi PhD
Penguji Pendamping I
Dra. Hj. Chusniatun, M Ag
Penguji Pendamping II
Dr. Eny Purwandari, M.Si
Penguji Pendamping III
Drs. Saifuddin Zuhri, M.Ag
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Fakultas Psikologi
Fakultas Agama Islam
Taufik S.Psi, Msi PhD
Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag
iv
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
ABSTRAKSI
Latifa Ayu Fatmawati
Taufik- Chusniatun
Fakultas Psikologi dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Adversity Quotient merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi
kesulitan hingga menemukan jalan keluar. Guru PAUD adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar , membimbing dan mengevaluasi peserta didik dalam
pendidikan anak usia 3 bulan hingga 6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana Adversity Quotient pada guru PAUD daerah rawan bencana
lereng gunung Merapi.
Informan penelitian ini berjumlah 5 orang guru PAUD dengan karakteristik sebagai
berikut: 1) Guru bertempat tinggal di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu warga desa
Balerante; 2) Guru yang berada pada rentang usia 20-40 tahun. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru yang mengajar di PAUD memiliki
kemampuan Adversity quotient, sehingga guru mampu menyelesaikan kesulitan yang
dihadapinya, dalam hal ini kesulitan mencari tema yang akan disampaikan kepada peserta
didik. Kesulitan mencari tema disebabkan karena PAUD yang ada di daerah rawan bencana
erupsi Merapi tergolong baru dan belum tercatat didalam Dinas Pendidikan, sehingga materi
yang akan disampaikan belum mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan, melainkan menggunakan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan
menggunakan bahan atau media yang ada di lingkungan sekitar sebagai materi yang akan di
sampaikan. Temuan lain dalam penelitian ini adalah faktor keikhlasan. Ikhlas yang dimaksud
disini adalah guru mengajar di PAUD dengan semangat dan senang hati tanpa berharap
mendapatkan imbalan.
Kata kunci: Adversity Quotient, Guru, PAUD
v
menghadapi
PENDAHULUAN
Manusia yang ada di dunia ini pasti
tersebut.
rintangan
hal
tersebut
dan
halangan
dikalangan
para
menginginkan adanya keberhasilan ataupun
ilmuwan psikologi disebut dengan Adversity
kesuksesan.
quotient.
Keberhasilan
merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh individu
Berkenaan
dengan
hal
tersebut,
untuk melewati dan mengatasi dari satu
Stoltz (2005) mengemukakan Adversity
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa
Quotient (AQ) sebagai kecerdasan seseorang
kehilangan semangat. Keberhasilan memang
dalam menghadapi rintangan atau kesulitan
tidak datang dengan sendirinya, melainkan
secara teratur. AQ membantu individu
membutuhkan proses, pengorbanan dan
memperkuat kemampuan dan ketekunan
perjuangan yang harus dilalui. Adanya
dalam menghadapi tantangan hidup sehari-
kegagalan dan keharusan untuk mencoba
hari seraya tetap berpegang teguh pada
kembali harus menjadi sebuah semboyan
prinsip dan impian tanpa memperdulikan
dan pondasi bagi individu yang ingin meraih
apa yang sedang terjadi untuk memahami
sebuah keberhasilan.
dan meningkatkan semua segi kesuksesan,
Dari semua profesi yang ada, salah
dalam
hal
ini
kesuksesan
berarti
satunya adalah guru. Dalam proses belajar
keberhasilan guru dalam mengajar. AQ
mengajar
berperan
disekolah,
semua
guru
dalam
meramalkan
dan
mengharapkan agar peserta didik dapat
menentukan kesuksesan seseorang. Disadari
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya,
atau
sebagai wujud keberhasilan guru dalam
ditemukan oleh guru sebagai pengajar dalam
mengajar.
proses
peningkatan prestasi belajar siswa, untuk itu
beberapa
guru harus mempunyai AQ yang tinggi
rintangan dan halangan yang akan dihadapi
untuk dapat mengatasi segala permasalahan
oleh setiap guru, Sehingga bagaimana guru
yang dihadapinya. Berdasar atas pendapat
belajar
Dalam
mengajar,
melaksanakan
akan
ada
1
tidak
berbagai
macam
hambatan
stoltz (2005) AQ memberi tahu seberapa
atau belum mampu bertahan dari kesulitan
jauh seseorang mampu bertahan menghadapi
kesulitan
kesulitan dan seberapa besar kemampuan
terutama bencana yang telah menyisakan
yang dimiliki untuk mengatasinya.
luka. Salah satu profesi yang menuntut AQ
Adversity Quotient juga memberikan
manfaat,
diantaranya
telah
menghampirinya,
yaitu Guru. Seorang guru dituntut untuk
memberikan
memiliki AQ yang tinggi, mengingat tugas
petunjuk tentang seberapa tabah seseorang
guru sebagai pendidik dan sebagai model
dalam menghadapi sebuah kemalangan,
bagi peserta didiknya.
Memperkirakan
AQ
yang
tentang
seberapa
besar
Dalam islam pendidikan anak usia
kemampuan seseorang dalam menghadapi
dini tersebut dalam QS An Nahl: 78
setiap kesulitan dan ketidakmampuannya
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur". (An Nahl: 78)
dalam menghadapi kesulitan tersebut, AQ
juga memperkirakan siapa yang mampu dan
tidak mampu melampaui harapan, kinerja
Sebagai seorang guru, baik disadari
serta
potensi
nya
dan
AQ
dapat
ataupun tidak, banyak sekali hambatan yang
memperkirakan siapa yang putus asa dalam
dihadapi oleh guru tersebut, seperti halnya
meghadapi kesulitan dan siapa yang akan
hambatan dalam meningkatkan prestasi
bertahan (Stolz, 2005)
belajar siswa. Guru yang berada di daerah
AQ dibutuhkan disemua orang, di
rawan bencana harus memiliki AQ yang
semua tempat dan daerah. Pada beberapa
tinggi,
sebab
di
dalam
meningkatkan
yang tinggal di daerah daerah dengan
prestasi belajar siswa, guru harus selalu
hambatan tertentu dibutuhkan AQ. di daerah
waspada dengan adanya bencana yang
rawan bencana, AQ yaitu memberitahu
sewaktu waktu dapat datang tanpa adanya
kepada penduduk daerah rawan bencana,
tanda tanda kedatangannya.
apakah seseorang tersebut mampu bertahan
2
PAUD merupakan pendidikan bagi
dapat melihat, namun belum mengerti apa
anak-anak usia tiga sampai enam tahun yang
makna dari yang dilihat. Kewajiban orang
pelaksanaannya
melalui
tua atau orang dewasa untuk mengajarkan
pendidikan pada kelompok bermain (play
dan memberitahu kepada anak anak yang
group) dan taman kanak-kanak PAUD
baik dan buruk, sehingga anak dapat
sangat penting karena pada masa usia
membedakan dua hal tersebut.
antara
lain
tersebut merupakan “kesempatan emas”
Aspek penting dari AQ diringkas
meletakkan sendi-sendi yang kuat untuk
dari Stoltz (2005) CO2RE, yaitu Control,
pengembangan aspek-aspek psikis seperti
Origin
intelektual, emosi, motivasi, konsep diri,
Endurance.
dan
Ownership,
Reach
dan
kerjasama dan kepercayaan diri. Penelitian
Menurut Stoltz (2005) ada beberapa
Hasnah (2005) menyimpulkan bahwa anak-
faktor yang mempengaruhi AQ yaitu daya
anak SD yang mengikuti sekolah taman
saing,
kanak-kanak
perkembangan
resiko, perbaikan dan belajar. Faktor faktor
prososialnya daripada anak-anak yang tidak
ini sangat berpengaruh terhadap AQ pada
mengikuti taman kanak-kanak. Anak-anak
guru PAUD daerah rawan bencana lereng
SD yang berasal dari taman kanak-kanak
gunung Merapi. Dalam islam AQ didukung
lebih toleran, lebih mandiri, lebih baik
oleh beberapa faktor, diantaranya ikhtiar,
penyesuaian dirinya, dan lebih bisa bergaul
tawakkal,
ketimbang anak-anak yang tidak mengikuti
istiqomah.
taman kanak-kanak.
METODE
lebih
baik
kreativitas,
sabar,
motivasi,
ikhlas,
mengambil
syukur
dan
Subjek penelitian: subjek penelitian ini
Anak yang lahir ke bumi ini dalam
suatu
berjumlah 5 orang guru PAUD di daerah
apapun. Anak hanya dapat mendengar,
lereng gunung Merapi dengan karakteristik
namun belum mengerti maknanya dan anak
sebagai berikut: 1) Guru bertempat tinggal
keadaan
suci
tanpa
mengetahui
3
di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu
mengharuskan guru untuk mencari tema
warga desa Balerante, 2) Guru yang berada
sendiri dengan menggunakan benda benda
pada rentang usia 20-40 tahun, karena pada
yang ada di lingkungan sekitar. Tema adalah
masa dewasa muda adalah tahapan yang
materi yang akan disampaikan kepada
dilalui seseorang setelah melewati masa
peserta didik dalam suatu proses kegiatan
remaja. Papalia (2009) menjelaskan bahwa
belajar mengajar.
ketika memasuki dewasa muda, seseorang
Guru mulai mengajar di PAUD sejak
akan mengalami perubahan fisik, kognitif
bulan Oktober 2014. Ketika informan
hingga psikososial. Pada masa dewasa
memilih
muda, individu sudah mulai bergerak dari
banyak sekali respon atau tanggapan dari
sekolah ke bekerja, artinya mereka sudah
warga sekitar informan. Ada yang berupa
mulai bertanggung jawab untuk kemandirian
respon positif, namun ada pula yang
finansial masing-masing.
memberikan
profesi
sebagai
respon
guru
negative.
PAUD,
Respon
dengan
tersebut merupakan cobaan awal yang
menggunakan wawancara. Pada penelitian
dihadapi guru PAUD. Informan menanggapi
ini, analisis data menggunakan model
respon dari warga sekitar, terutama respon
fenomenologis, yaitu dengan organisasi data,
negative
koding, menentukan tema, mencari kategori,
menjalankan tugasnya sebagai guru PAUD
mendeskripsikan kategori dan pembahasan
yaitu mendidik anak usia dini. Informan
hasil analisis.
yang bersabar dalam menerima cobaan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
ujian dari Allah akan mendapatkan pahala
Alat
pengumpul
data,
Guru yang mengajar di PAUD memiliki
dari-Nya.
dengan
bersabar
Informan
dan
yang
tetap
dapat
kesulitan mencari tema, karena tema yang
mengendalikan dirinya dengan baik, maka
akan diajarkan belum memiliki ketetapan
akan dapat mengambil keputusan dalam
dari
menghadapi kesulitan dengan mudah.
Dinas
pendidikan,
sehingga
4
Kesulitan mencari tema meerupakan
mengganggu
masalah internal yang dialami oleh sumber
aktivitas
guru
dalah
kehidupannya sehari hari.
daya manusia yang ada di PAUD. Masalah
Upah yang diterima informan selama
internal berhubungan dengan perencanaan
mengajar di PAUD adalah dua puluh empat
dan pengelolaan lembaga itu sendiri agar
ribu rupiah dalam satu bulannya. Selain dari
dapat berfungsi secara maksimal, termasuk
upah yang diterima, tempat mengajar yang
didalamnya
kurikulum
merupakan daerah rawan bencana erupsi
yang ditunjang oleh
gunung Merapi menjadi kendala untuk guru.
penyusunan
berkesinambungan
tenaga
pengajar
(Muliawan,
2009).
Dengan upah dan lokasi tempat mengajar
Kesulitan tersebut muncul bukan karena
yang merupakan daerah rawan bencana,
guru tidak memiliki kemampuan untuk
tidak menjadikan guru putus asa dan patah
mencari tema, melainkan karena guru belum
semangat untuk melaksanakan tugasnya
memiliki referensi atau panduan yang tetap
sebagai guru. Guru PAUD masih tetap
dalam mencari tema pembelajaran.
bertahan mengajar dengan tujuan pendidikan
AQ juga merupakan kemampuan
yang baik dan lebih maju untuk masyarakat
individu untuk memperkecil akibat dari
desa tempat tinggalnya dan bukan karena
kesulitan agar kesulitan yang dihadapi tidak
upah finansialnya.
mempengaruhi sisi lain dari kehidupannya
Dalam Al-Qur’an Surah Arra’du : 11
(Stoltz, 2005). Dampak dari kesulitan
“Allah tidak akan merubah suatu kaum
sampai mereka merubah keadaannya
sendiri” (QS Arra’du: 11)
mencari tema tersebut mengakibatkan proses
belajar mengajar menjadi tidak tepat waktu,
Temuan lain dalam penelitian ini
dan harus terlambat sampai ± 15 menit.
adalah faktor keikhlasan. Ikhlas merupakan
Walaupun
kesulitan
mencari
tema
perasaan legowo atas semua yang diberikan
menimbulkan dampak pada proses belajar
oleh Allah SWT tanpa mengharapkan
mengajar, namun kesulitan tersebut tidak
pamrih. Mengerjakan segala perintah tanpa
5
berharap mendapatkan imbalan (Shabir,
dan semangat yang membuat guru dapat
2004). Upah yang diterima guru belum
menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
memenuhi seluruh kebutuhannya, namun
Secara umum para guru telah melakukan
guru tetap bertahan mengajar di PAUD dan
proses dalam mengatasai kesulitan atau yang
merasa ikhlas mengajar disana. Tujuan
disebut Adversity Quotient dalam berbagai
utama informan mengajar di PAUD bukan
cara, yaitu: pertama, menerima berbagai
karena upah finansial, melainkan informan
macam
menginginkan pendidikan yang baik dan
berusaha untuk menyelesaikan kesulitan
lebih maju untuk masyarakat desa tempat
kesulitan tersebut, kedua, berusaha dari sisi
tinggalnya.
spiritual, yaitu dengan menata kembali
KESIMPULAN
keimanan kepada Allah dalam bentuk
kesulitan
yang
dihadapi
dan
dan
bersabar, sehingga mampu menghadapi
dapat
kesulitan yang menghampiri kehidupannya,
disimpulkan bahwa guru yang mengajar di
ketiga, berusaha dalam tindakan nyata
PAUD daerah rawan bencana lereng gunung
berupa mencari solusi dari kesulitan yang
Merapi memiliki kemampuan Adversity
dihadapi dengan menggunakan benda benda
Quotient, yang kemampuan ini menjadi
yang ada di lingkungan sekitar dalam
sumber untuk merubah keadaan.
melakukan proses pembelajaran, karena
Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian
analisis
maka
Pada guru PAUD, kesadaran akan
pada dasarnya guru memiliki tanggung
tugasnya sebagai pengajar dan pentingnya
jawab terhadap peserta didiknya, keempat,
pendidikan di desa Balerante memberi
menjalin hubungan interpersonal dengan
kekuatan
dalam
sesama guru, berupa saling membantu dalam
menyelesaikan berbagai macam kesulitan.
menghadapi kesulitan, karena dengan saling
Selain itu adanya teman seperjuangan
membantu guru menganggap tidak ada
kepada
guru
di
sesama guru yang saling memberi dukungan
6
kesulitan yang berat dan semua dapat
Papalia, D. E., & Feldman, R.D. (2009).
Human Development, 10th Edition.
terselesaikan dengan mudah.
Newyork: McGraw-Hill Book Co,
Temuan lain dari penelitian ini adalah
Shabir, M. (2004). Terjemahan Riyadhus
faktor keikhlasan. Keikhlasan ini memberi
Sholihin. Semarang: PT. Karya Toha
kekuatan untuk tidak menyerah dalam
Putra
menghadapi kesulitan dan terus berjuang
Stoltz, P G. (2005). Adversity Quotient :
Mengubah
untuk memajukan pendidikan serta tidak
di kerjakan. Faktor keyakinan juga menjadi
sumber AQ yang penting untuk guru.
Keyakinan yang berada dalam diri guru
membuat guru optimis dalam menyelesaikan
kesulitan dan yakin bahwa kesulitan tersebut
dapat diatasi dan diselesaikan sehinggan
guru
semakin
bersabar
dan
semakin gigih dalam mencari solusi dari
kesulitan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah.
(2005).
Hubungan
antara
adversity quotient dengan prestasi
belajar siswa SMUN 102 Jakarta
Timur
Muliawan, J U. (2009). Manajemen Play
group
&
Taman
Menjadi
Peluang. Jakarta : PT Grasindo.
mengharapkan imbalan dari apa yang telah
membuat
Hambatan
kanak-kanak.
Jogjakarta: Diva press
7
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1)
Sarjana Psikologi dan Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Taufik S.Psi, Msi PhD
Dra. Hj. Chusniatun, M Ag
Surakarta 24 Juni 2015
iii
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
Diajukan Oleh :
Latifa Ayu Fatmawati
F100110115 - G000110128
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 2 Juli 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama
Taufik S.Psi, Msi PhD
Penguji Pendamping I
Dra. Hj. Chusniatun, M Ag
Penguji Pendamping II
Dr. Eny Purwandari, M.Si
Penguji Pendamping III
Drs. Saifuddin Zuhri, M.Ag
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Fakultas Psikologi
Fakultas Agama Islam
Taufik S.Psi, Msi PhD
Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag
iv
ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN
BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI
ABSTRAKSI
Latifa Ayu Fatmawati
Taufik- Chusniatun
Fakultas Psikologi dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Adversity Quotient merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi
kesulitan hingga menemukan jalan keluar. Guru PAUD adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar , membimbing dan mengevaluasi peserta didik dalam
pendidikan anak usia 3 bulan hingga 6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana Adversity Quotient pada guru PAUD daerah rawan bencana
lereng gunung Merapi.
Informan penelitian ini berjumlah 5 orang guru PAUD dengan karakteristik sebagai
berikut: 1) Guru bertempat tinggal di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu warga desa
Balerante; 2) Guru yang berada pada rentang usia 20-40 tahun. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru yang mengajar di PAUD memiliki
kemampuan Adversity quotient, sehingga guru mampu menyelesaikan kesulitan yang
dihadapinya, dalam hal ini kesulitan mencari tema yang akan disampaikan kepada peserta
didik. Kesulitan mencari tema disebabkan karena PAUD yang ada di daerah rawan bencana
erupsi Merapi tergolong baru dan belum tercatat didalam Dinas Pendidikan, sehingga materi
yang akan disampaikan belum mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan, melainkan menggunakan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan
menggunakan bahan atau media yang ada di lingkungan sekitar sebagai materi yang akan di
sampaikan. Temuan lain dalam penelitian ini adalah faktor keikhlasan. Ikhlas yang dimaksud
disini adalah guru mengajar di PAUD dengan semangat dan senang hati tanpa berharap
mendapatkan imbalan.
Kata kunci: Adversity Quotient, Guru, PAUD
v
menghadapi
PENDAHULUAN
Manusia yang ada di dunia ini pasti
tersebut.
rintangan
hal
tersebut
dan
halangan
dikalangan
para
menginginkan adanya keberhasilan ataupun
ilmuwan psikologi disebut dengan Adversity
kesuksesan.
quotient.
Keberhasilan
merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh individu
Berkenaan
dengan
hal
tersebut,
untuk melewati dan mengatasi dari satu
Stoltz (2005) mengemukakan Adversity
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa
Quotient (AQ) sebagai kecerdasan seseorang
kehilangan semangat. Keberhasilan memang
dalam menghadapi rintangan atau kesulitan
tidak datang dengan sendirinya, melainkan
secara teratur. AQ membantu individu
membutuhkan proses, pengorbanan dan
memperkuat kemampuan dan ketekunan
perjuangan yang harus dilalui. Adanya
dalam menghadapi tantangan hidup sehari-
kegagalan dan keharusan untuk mencoba
hari seraya tetap berpegang teguh pada
kembali harus menjadi sebuah semboyan
prinsip dan impian tanpa memperdulikan
dan pondasi bagi individu yang ingin meraih
apa yang sedang terjadi untuk memahami
sebuah keberhasilan.
dan meningkatkan semua segi kesuksesan,
Dari semua profesi yang ada, salah
dalam
hal
ini
kesuksesan
berarti
satunya adalah guru. Dalam proses belajar
keberhasilan guru dalam mengajar. AQ
mengajar
berperan
disekolah,
semua
guru
dalam
meramalkan
dan
mengharapkan agar peserta didik dapat
menentukan kesuksesan seseorang. Disadari
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya,
atau
sebagai wujud keberhasilan guru dalam
ditemukan oleh guru sebagai pengajar dalam
mengajar.
proses
peningkatan prestasi belajar siswa, untuk itu
beberapa
guru harus mempunyai AQ yang tinggi
rintangan dan halangan yang akan dihadapi
untuk dapat mengatasi segala permasalahan
oleh setiap guru, Sehingga bagaimana guru
yang dihadapinya. Berdasar atas pendapat
belajar
Dalam
mengajar,
melaksanakan
akan
ada
1
tidak
berbagai
macam
hambatan
stoltz (2005) AQ memberi tahu seberapa
atau belum mampu bertahan dari kesulitan
jauh seseorang mampu bertahan menghadapi
kesulitan
kesulitan dan seberapa besar kemampuan
terutama bencana yang telah menyisakan
yang dimiliki untuk mengatasinya.
luka. Salah satu profesi yang menuntut AQ
Adversity Quotient juga memberikan
manfaat,
diantaranya
telah
menghampirinya,
yaitu Guru. Seorang guru dituntut untuk
memberikan
memiliki AQ yang tinggi, mengingat tugas
petunjuk tentang seberapa tabah seseorang
guru sebagai pendidik dan sebagai model
dalam menghadapi sebuah kemalangan,
bagi peserta didiknya.
Memperkirakan
AQ
yang
tentang
seberapa
besar
Dalam islam pendidikan anak usia
kemampuan seseorang dalam menghadapi
dini tersebut dalam QS An Nahl: 78
setiap kesulitan dan ketidakmampuannya
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur". (An Nahl: 78)
dalam menghadapi kesulitan tersebut, AQ
juga memperkirakan siapa yang mampu dan
tidak mampu melampaui harapan, kinerja
Sebagai seorang guru, baik disadari
serta
potensi
nya
dan
AQ
dapat
ataupun tidak, banyak sekali hambatan yang
memperkirakan siapa yang putus asa dalam
dihadapi oleh guru tersebut, seperti halnya
meghadapi kesulitan dan siapa yang akan
hambatan dalam meningkatkan prestasi
bertahan (Stolz, 2005)
belajar siswa. Guru yang berada di daerah
AQ dibutuhkan disemua orang, di
rawan bencana harus memiliki AQ yang
semua tempat dan daerah. Pada beberapa
tinggi,
sebab
di
dalam
meningkatkan
yang tinggal di daerah daerah dengan
prestasi belajar siswa, guru harus selalu
hambatan tertentu dibutuhkan AQ. di daerah
waspada dengan adanya bencana yang
rawan bencana, AQ yaitu memberitahu
sewaktu waktu dapat datang tanpa adanya
kepada penduduk daerah rawan bencana,
tanda tanda kedatangannya.
apakah seseorang tersebut mampu bertahan
2
PAUD merupakan pendidikan bagi
dapat melihat, namun belum mengerti apa
anak-anak usia tiga sampai enam tahun yang
makna dari yang dilihat. Kewajiban orang
pelaksanaannya
melalui
tua atau orang dewasa untuk mengajarkan
pendidikan pada kelompok bermain (play
dan memberitahu kepada anak anak yang
group) dan taman kanak-kanak PAUD
baik dan buruk, sehingga anak dapat
sangat penting karena pada masa usia
membedakan dua hal tersebut.
antara
lain
tersebut merupakan “kesempatan emas”
Aspek penting dari AQ diringkas
meletakkan sendi-sendi yang kuat untuk
dari Stoltz (2005) CO2RE, yaitu Control,
pengembangan aspek-aspek psikis seperti
Origin
intelektual, emosi, motivasi, konsep diri,
Endurance.
dan
Ownership,
Reach
dan
kerjasama dan kepercayaan diri. Penelitian
Menurut Stoltz (2005) ada beberapa
Hasnah (2005) menyimpulkan bahwa anak-
faktor yang mempengaruhi AQ yaitu daya
anak SD yang mengikuti sekolah taman
saing,
kanak-kanak
perkembangan
resiko, perbaikan dan belajar. Faktor faktor
prososialnya daripada anak-anak yang tidak
ini sangat berpengaruh terhadap AQ pada
mengikuti taman kanak-kanak. Anak-anak
guru PAUD daerah rawan bencana lereng
SD yang berasal dari taman kanak-kanak
gunung Merapi. Dalam islam AQ didukung
lebih toleran, lebih mandiri, lebih baik
oleh beberapa faktor, diantaranya ikhtiar,
penyesuaian dirinya, dan lebih bisa bergaul
tawakkal,
ketimbang anak-anak yang tidak mengikuti
istiqomah.
taman kanak-kanak.
METODE
lebih
baik
kreativitas,
sabar,
motivasi,
ikhlas,
mengambil
syukur
dan
Subjek penelitian: subjek penelitian ini
Anak yang lahir ke bumi ini dalam
suatu
berjumlah 5 orang guru PAUD di daerah
apapun. Anak hanya dapat mendengar,
lereng gunung Merapi dengan karakteristik
namun belum mengerti maknanya dan anak
sebagai berikut: 1) Guru bertempat tinggal
keadaan
suci
tanpa
mengetahui
3
di kawasan lereng gunung Merapi, yaitu
mengharuskan guru untuk mencari tema
warga desa Balerante, 2) Guru yang berada
sendiri dengan menggunakan benda benda
pada rentang usia 20-40 tahun, karena pada
yang ada di lingkungan sekitar. Tema adalah
masa dewasa muda adalah tahapan yang
materi yang akan disampaikan kepada
dilalui seseorang setelah melewati masa
peserta didik dalam suatu proses kegiatan
remaja. Papalia (2009) menjelaskan bahwa
belajar mengajar.
ketika memasuki dewasa muda, seseorang
Guru mulai mengajar di PAUD sejak
akan mengalami perubahan fisik, kognitif
bulan Oktober 2014. Ketika informan
hingga psikososial. Pada masa dewasa
memilih
muda, individu sudah mulai bergerak dari
banyak sekali respon atau tanggapan dari
sekolah ke bekerja, artinya mereka sudah
warga sekitar informan. Ada yang berupa
mulai bertanggung jawab untuk kemandirian
respon positif, namun ada pula yang
finansial masing-masing.
memberikan
profesi
sebagai
respon
guru
negative.
PAUD,
Respon
dengan
tersebut merupakan cobaan awal yang
menggunakan wawancara. Pada penelitian
dihadapi guru PAUD. Informan menanggapi
ini, analisis data menggunakan model
respon dari warga sekitar, terutama respon
fenomenologis, yaitu dengan organisasi data,
negative
koding, menentukan tema, mencari kategori,
menjalankan tugasnya sebagai guru PAUD
mendeskripsikan kategori dan pembahasan
yaitu mendidik anak usia dini. Informan
hasil analisis.
yang bersabar dalam menerima cobaan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
ujian dari Allah akan mendapatkan pahala
Alat
pengumpul
data,
Guru yang mengajar di PAUD memiliki
dari-Nya.
dengan
bersabar
Informan
dan
yang
tetap
dapat
kesulitan mencari tema, karena tema yang
mengendalikan dirinya dengan baik, maka
akan diajarkan belum memiliki ketetapan
akan dapat mengambil keputusan dalam
dari
menghadapi kesulitan dengan mudah.
Dinas
pendidikan,
sehingga
4
Kesulitan mencari tema meerupakan
mengganggu
masalah internal yang dialami oleh sumber
aktivitas
guru
dalah
kehidupannya sehari hari.
daya manusia yang ada di PAUD. Masalah
Upah yang diterima informan selama
internal berhubungan dengan perencanaan
mengajar di PAUD adalah dua puluh empat
dan pengelolaan lembaga itu sendiri agar
ribu rupiah dalam satu bulannya. Selain dari
dapat berfungsi secara maksimal, termasuk
upah yang diterima, tempat mengajar yang
didalamnya
kurikulum
merupakan daerah rawan bencana erupsi
yang ditunjang oleh
gunung Merapi menjadi kendala untuk guru.
penyusunan
berkesinambungan
tenaga
pengajar
(Muliawan,
2009).
Dengan upah dan lokasi tempat mengajar
Kesulitan tersebut muncul bukan karena
yang merupakan daerah rawan bencana,
guru tidak memiliki kemampuan untuk
tidak menjadikan guru putus asa dan patah
mencari tema, melainkan karena guru belum
semangat untuk melaksanakan tugasnya
memiliki referensi atau panduan yang tetap
sebagai guru. Guru PAUD masih tetap
dalam mencari tema pembelajaran.
bertahan mengajar dengan tujuan pendidikan
AQ juga merupakan kemampuan
yang baik dan lebih maju untuk masyarakat
individu untuk memperkecil akibat dari
desa tempat tinggalnya dan bukan karena
kesulitan agar kesulitan yang dihadapi tidak
upah finansialnya.
mempengaruhi sisi lain dari kehidupannya
Dalam Al-Qur’an Surah Arra’du : 11
(Stoltz, 2005). Dampak dari kesulitan
“Allah tidak akan merubah suatu kaum
sampai mereka merubah keadaannya
sendiri” (QS Arra’du: 11)
mencari tema tersebut mengakibatkan proses
belajar mengajar menjadi tidak tepat waktu,
Temuan lain dalam penelitian ini
dan harus terlambat sampai ± 15 menit.
adalah faktor keikhlasan. Ikhlas merupakan
Walaupun
kesulitan
mencari
tema
perasaan legowo atas semua yang diberikan
menimbulkan dampak pada proses belajar
oleh Allah SWT tanpa mengharapkan
mengajar, namun kesulitan tersebut tidak
pamrih. Mengerjakan segala perintah tanpa
5
berharap mendapatkan imbalan (Shabir,
dan semangat yang membuat guru dapat
2004). Upah yang diterima guru belum
menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
memenuhi seluruh kebutuhannya, namun
Secara umum para guru telah melakukan
guru tetap bertahan mengajar di PAUD dan
proses dalam mengatasai kesulitan atau yang
merasa ikhlas mengajar disana. Tujuan
disebut Adversity Quotient dalam berbagai
utama informan mengajar di PAUD bukan
cara, yaitu: pertama, menerima berbagai
karena upah finansial, melainkan informan
macam
menginginkan pendidikan yang baik dan
berusaha untuk menyelesaikan kesulitan
lebih maju untuk masyarakat desa tempat
kesulitan tersebut, kedua, berusaha dari sisi
tinggalnya.
spiritual, yaitu dengan menata kembali
KESIMPULAN
keimanan kepada Allah dalam bentuk
kesulitan
yang
dihadapi
dan
dan
bersabar, sehingga mampu menghadapi
dapat
kesulitan yang menghampiri kehidupannya,
disimpulkan bahwa guru yang mengajar di
ketiga, berusaha dalam tindakan nyata
PAUD daerah rawan bencana lereng gunung
berupa mencari solusi dari kesulitan yang
Merapi memiliki kemampuan Adversity
dihadapi dengan menggunakan benda benda
Quotient, yang kemampuan ini menjadi
yang ada di lingkungan sekitar dalam
sumber untuk merubah keadaan.
melakukan proses pembelajaran, karena
Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian
analisis
maka
Pada guru PAUD, kesadaran akan
pada dasarnya guru memiliki tanggung
tugasnya sebagai pengajar dan pentingnya
jawab terhadap peserta didiknya, keempat,
pendidikan di desa Balerante memberi
menjalin hubungan interpersonal dengan
kekuatan
dalam
sesama guru, berupa saling membantu dalam
menyelesaikan berbagai macam kesulitan.
menghadapi kesulitan, karena dengan saling
Selain itu adanya teman seperjuangan
membantu guru menganggap tidak ada
kepada
guru
di
sesama guru yang saling memberi dukungan
6
kesulitan yang berat dan semua dapat
Papalia, D. E., & Feldman, R.D. (2009).
Human Development, 10th Edition.
terselesaikan dengan mudah.
Newyork: McGraw-Hill Book Co,
Temuan lain dari penelitian ini adalah
Shabir, M. (2004). Terjemahan Riyadhus
faktor keikhlasan. Keikhlasan ini memberi
Sholihin. Semarang: PT. Karya Toha
kekuatan untuk tidak menyerah dalam
Putra
menghadapi kesulitan dan terus berjuang
Stoltz, P G. (2005). Adversity Quotient :
Mengubah
untuk memajukan pendidikan serta tidak
di kerjakan. Faktor keyakinan juga menjadi
sumber AQ yang penting untuk guru.
Keyakinan yang berada dalam diri guru
membuat guru optimis dalam menyelesaikan
kesulitan dan yakin bahwa kesulitan tersebut
dapat diatasi dan diselesaikan sehinggan
guru
semakin
bersabar
dan
semakin gigih dalam mencari solusi dari
kesulitan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah.
(2005).
Hubungan
antara
adversity quotient dengan prestasi
belajar siswa SMUN 102 Jakarta
Timur
Muliawan, J U. (2009). Manajemen Play
group
&
Taman
Menjadi
Peluang. Jakarta : PT Grasindo.
mengharapkan imbalan dari apa yang telah
membuat
Hambatan
kanak-kanak.
Jogjakarta: Diva press
7