Kampanye Pengenalan Hanacaraka Aksara Bali untuk Anak-Anak.

(1)

ABSTRAK

KAMPANYE PENGENALAN HANACARAKA AKSARA BALI UNTUK ANAK-ANAK

Oleh Virnando Agassi

NRP 0964142

Hanacaraka merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan Bali yang tidak lepas dari dunia pendidikan anak. Semenjak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diajarkan mengenal bentuk aksara dan membaca aksara Bali. Akan tetapi, untuk belajar aksara tidaklah gampang, banyak sekali bentuk dan perubahan yang membuat anak sulit untuk mengenalnya. Di Bali, metode pengenalan Hanacaraka masih sebatas belajar dari guru dan buku teks, belum ada gerakan atau kampanye yang yang membantu anak untuk mengenal aksara dengan cara yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan trend pada zama sekarang.

Melalui Kampanye pengenalan aksara Bali yang akan diadakan di Pesta Kesenian Bali, anak-anak akan dapat mengenal aksara Bali dengan cara yang lebih menyenangkan, tidak sekedar mengenal dan menghafal dari buku pelajaran. Kampanye bertepatan dengan penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali, yang merupakan acara kebudayaan yang diadakan setahun sekali oleh Pemerintah Bali. Kampanye pengenalan aksara Bali ini diharapkan mampu meningkatkan semangat anak-anak untuk belajar aksara Bali.

Kata kunci: Bali, Kebudayaan, Pendidikan.


(2)

ABSTRACT

CAMPAIGN TO INTRODUCE HANACARAKA BALINESS LETTERS TO CHILDREN

Submitted by Virnando Agassi

NRP 0964142

Hanacaraka is one of the forms of Balinese culture which can be separated for children education. Since in the primary school, children have been taught to know the shapes and read Balinese letters. However, to learn letters is not that easy, there are a lot of shapes and changes which make is difficult for children to know it. In Bali, the method use to introduce Hanacaraka is still limited by learning from the teacher and textbook, there is not such movement or campaign done to help children to know the letters in a more fun and appropriate way according to the modern tends.

Through the campaign of the introduction to Balinese letters in the Balinese Arts Party event, children will be able to know Balinese letters in a more fun way, not just knowing and memorizing them from a textbook. The campaign is done during the Balinese Arts Party event, a yearly event funded by the government of Bali. This campaign is expected to increase children’s motivation to learn Balinese letters.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3

1.2.1 Permasalahan ... 3

1.2.2 Ruang Lingkup ... 4

1.3 Tujuan Perancangan ... 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5 Skema ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Pengertian Perkembangan Psikologi Anak ... 7

2.2 Pengertian Kebudayaan ... 11

2.3 Pengertian Pendidikan ... 11

2.4 Pengertian Kampanye ... 12

2.4.1 Jenis Kampanye ... 12

2.4.2 Pedoman Kampanye ... 13

2.4.3 Pengaruh Model ... 13

2.4.4 Teknik Berkomunikasi ... 14

2.4.5 Strategi Persuasi dalam Kampanye ... 15

2.4.6 Tujuan Pencapaian Kampanye ... 18

2.4.7 Goal dari Kampanye ... 18


(4)

2.5 Pengertian Bahasa ... 19

2.5.1 Fungsi-fungsi Bahasa ... 19

2.6 Teori Mengenai Layout ... 21

2.7 Teori Mengenai Tipografi ... 22

2.8 Teori Mengenai Warna ... 23

2.9 Teori Mengenai Ilustrasi ... 24

2.10 Teori Mengenai Analisis SWOT ... 25

2.11 Teori Mengenai STP ... 25

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta ... 28

3.1.1 Profil Lembaga Terkait ... 28

3.1.2 Hasil Wawancara dengan Nyoman Arini ... 31

3.1.3 Hasil Kuesioner ... 32

3.1.5 Tinjauan Karya Sejenis ... 30

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 36

3.2.1 Analisa SWOT ... 36

3.2.2 Analisa STP ... 37

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi ... 36

4.2 Konsep Kreatif ... 37

4.3 Konsep Media ... 40

4.3.1 Budgeting Produksi Buku ... 41

4.4 Hasil Karya ... 42

4.4.1 Logo ... 43

4.4.2 Mini Booklet ... 44

4.4.3 Poster ... 47

4.4.4 Sosial Media ... 52

4.4.5 Aplikasi Game ... 53

4.4.6 Merchandise ... 54

4.4.6.1 T-Shirt ... 54

4.4.6.2 Tote Bag dan Drawstring Backpack ... 55


(5)

4.4.6.4 Notebook ... 56 4.4.6.5 Mug ... 56 4.5 Pembiayaan Media Kampanye ... 57

BAB V: KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 58 5.2 Saran Penulis ... 59


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 6

Gambar 3.1 Logo Dinas Pendidikan dan Olahraga ... 28

Gambar 3.2 Poster Tipografi Hangul (Korea) ... 36

Gambar 3.3 Poster Hangul (Korea) ... 37

Gambar 4.1 Logo Kampanye Hanacaraka ... 42

Gambar 4.2 Color Chart ... 42

Gambar 4.3 Timeline Kampanye ... 45

Gambar 4.4 Logo Kampanye ... 46

Gambar 4.5 Mini Booklet Karya Penulis ... 47

Gambar 4.6 Poster Awareness Karya Penulis ... 49

Gambar 4.7 Poster Informing Karya Penulis ... 50

Gambar 4.8Poster Event Kampanye Hanacaraka ... 51

Gambar 4.9 Social Media dan Facebook Cover ... 52

Gambar 4.10 Social Media & Facebook Cover ... 53

Gambar4.11 T-shirts Kampanye Hanacaraka ... 54

Gambar 4.12 Tote Bag dan Drawstring Backpack ... 55

Gambar 4.13 Pencil Case ... 55

Gambar 4.14 Note Book Melajah Hanacaraka ... 56 Gambar 4.15 Mug Kampanye Hanacaraka  


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana berpikir, tetapi juga sebagai hasil, bagian, dan kondisi kebudayaan (Laksana, 2009: 11). Bahasa sebagai hasil kebudayaan artinya bahasa yang dituturkan oleh suatu masyarakat adalah cerminan keseluruhan budaya masyarakat itu. Bahasa sebagai bagian kebudayaan berarti bahasa merupakan salah satu penanda kebudayaan disamping peralatan, lembaga, adat, dan kepercayaan. Sebagai kondisi kebudayaan, bararti kebudayaan dipelajari melalui bahasa. Sehubungan dengan hal itu, bahasa Bali sebagai salah satu bahasa di Indonesia merupakan bahasa daerah yang masih hidup, berkembang, dibina, dan didukung oleh masyarakat penuturnya, yaitu sebagian besar masyarakat Bali. Bahasa Bali merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali. Bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi, baik di dalam keluarga maupun antar sesama masyarakat Bali juga merupakan sarana pengungkap kebudayaan Bali dalam arti luas. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Bali secara langsung juga berarti mempelajari kebudayaan Bali.

Pasal 36 UUD 1945 menjelaskan bahwa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara oleh negara. Bahasa daerah itu juga merupakan sebagian dan kebudayaan Indonesia yang hidup. Sejalan dengan itu bahasa Bali sebagai salah satu bahasa daerah yang memiliki tradisi lisan dan tulis juga telah mendapat perhatian dari pemerintah. Dalam usaha memelihara dan membina bahasa, aksara dan Sastra Bali, Pemerintah Daerah Tingkat l Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1992 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat l Bali Tahun 1992 Nomor 385 Seri D Nomor 3799).

Kemajuan serta perkembangan jaman sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat di Bali, kota Denpasar pada khususnya. Sudah merupakan hal yang lumrah apabila kita melihat anak-anak fasih menggunakan bahasa inggris dan bahasa


(8)

asing lainnya, namun patut disayangkan melihat banyak anak yang tidak menggunakan bahasa Bali dalam bahasa kesehariannya. Bahasa Bali sepertinya terpinggirkan dengan adanya perkembangan zaman, teknologi dan pergaulan pada anak yang mengikuti gaya barat.

Dalam pendidikan di Bali, seni dan budaya Bali dikenalkan kepada anak-anak dalam bentuk muatan lokal, yaitu pelajaran tambahan yang wajib untuk diikuti. Muatan lokal berbentuk pelajaran bahasa Bali, pelatihan tari Bali, mekidung (bernyanyi dalam bahasa Bali) dan Geguritan. Mengenalkan kebudayaan Bali harus mulai dari dasar, mulai dari mengenalkan aksara, membaca cerita rakyat Bali dalam bentuk aksara Bali, sampai mengenalkan adat-adat Bali. Semua itu ada dalam buku pelajaran bahasa Bali yang sudah disediakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bali.

Masih dapat diingat saat para orang dewasa saat ini ketika masih duduk di bangku sekolah, kira-kira mata pelajaran apa yang menjadi “momok” saat itu. Jawabannya berkisar pada pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi maupun Kimia. Namun sekarang apa yang terjadi? Berdasarkan survey, terlihat bahwa Bahasa Bali telah menjadi “momok” bagi para pelajar. Kenapa hal itu bisa terjadi? Menurut Survei yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Bali tahun 2013, lingkungan merupakan salah satu alasan kenapa Bahasa Bali dikatakan sebagai “momok” bagi anak-anak di Bali. Bahasa keseharian anak-anak, mulai dari rumah, teman-teman sepergaulan bahkan di sekolah lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia ketimbang bahasa Bali sekalipun itu dilakukan dengan sesama orang Bali. Menggunakan bahasa Bali, terutama berbahasa Bali yang baik dan benar dianggap sulit, sehingga penggunaan bahasa Indonesia lebih sering digunakan(http://denpasarkota.go.id/index.php/baca-

artikel/154/TAMIANG-min-Melestarikan-Bahasa-dan-Aksara-Bali-ditengah-kemajuan-teknologi diakses pada 17 Febuari 2014).

Menurut survei yang dilakukan pada salah satu SD di kota Denpasar, aksara bali merupakan hal yang paling sulit untuk dipelajari , bahkan lebih susah dari pelajaran yang lainnya dan dianggap kuno . Aksara Bali yang kita kenal adalah aksara yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan akasara Latin maupun aksara lainnya. Banyak ketentuan dalam penulisan aksara Bali yang harus diketahui, mulai dari penggunaan gantungan atau gempelan ataupun ketentuan-ketentuan lainnya.


(9)

Aksara Bali hanya diajarkan melalui buku teks pelajaran dan lembar soal yang terkadang membuat anak enggan untuk mempelajarinya karena terkesan membosankan dan kurang menyenangkan, belum ada gerakan dari sekolah-sekolah di Bali dan pemerintah yang benar-benar menarik perhatian anak untuk membuat aksara bali terlihat menyenangkan sehingga belajar aksara jadi lebih mudah. Mengenalkan aksara Bali tidak hanya dapat dilakukan melalui pelajaran bahasa Bali yang diadakan di sekolah-sekolah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pengadaan kampanye sebagai usaha untuk mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan selera anak-anak zaman sekarang. Tidak hanya mengenalkan dan mengajarkan aksara dan bahasa Bali saja, kebudayaan Bali juga akan dikenalkan kepada anak-anak di Bali karena Bahasa dan Kebudayaan erat hubungannya satu sama lain.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Dalam menyusun laporan ini, penulis menemukan masalah apa saja yang terjadi yang sudah dijelaskan pada bagian latar belakang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat aksara Bali yang selama ini dianggap “momok” bagi pelajar menjadi lebih menyenangkan?

2. Bagaimana cara menghilangkan kendala dalam mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali agar tidak menjadi “momok” bagi pelajar di Bali ?

Membuat aksara Bali terkesan menyenangkan untuk dikenal dan dipelajari oleh generasi muda bertujuan untuk menghilangkan pandangan negatif mengenai aksara bali dan mengenalkan salah satu kebudayaan Bali yang dikemas kedalam pendidikan di Bali dengan cara yang berbeda. Aksara Bali sering dianggap “momok” oleh pelajar karena dianggap susah, banyak ketentuan dalam menulisnya dan system pengajaran terkadang membuat pelajar jenuh. Kendala-kendala dapat dhilangkan melalui system pengenalan dan pengajaran aksara Bali kedalam bentuk yang berbeda seperti pendekatan melalui keseharian anak-anak, pergaulan, trend dan bahasa mereka. Tidak


(10)

ada salahnya kita menyisipkan aksara Bali di antara Hal-Hal itu karena secara tidak langsung membuat aksara Bali terkesan menyenangkan, dan gampang dipelajari

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pembahasan ini adalah pendidikan di Bali yang membahas salah satu unsur dari kebudayaan yaitu aksara Bali. Aksara Bali akan dikenalkan kembali dan diajarkan kepada remaja usia 15-18, khususnya pelajar SMA di Denpasar yang menganggap aksara Bali merupakan “momok” di dalam mata pelajaran.

1.3 Tujuan Perancangan

Poin-poin masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :

1. Membuat aksara Bali menjadi menyenangkan melalui gaya visual yang mengikuti perkembangan, trend dan favorit anak-anak zaman sekarang. Aksara Bali dapat disisipkan ke dalam hal-hal seperti tadi sehingga menjadi

trend yang baru, aksara Bali tidak terkesan menyeramkan, melainkan terkesan

fun dan menghibur. Gaya visual yang diberikan akan memudahkan pelajar untuk mengetahui aksara Bali.

2. Membuat Kampanye mengenai aksara Bali yang menyenangkan, sesuai dengan perkembangan ana-anak zaman sekarang melalui kampanye yang mampu mengubah pola pikir mereka mengenai belajar aksara Bali

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, digunakan teknik observasi, wawancara terstruktur, kuesioner, dan studi pustaka.

1. Wawancara

Wawancara kepada pengamat, pakar, dan guru, merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan dengan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang permasalahan guna mendapatkan data yang akurat. Penulis melakukan wawancara dengan budayawan dan guru bahasa yang mengerti tentang aksara Bali.


(11)

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku mengenai aksara Bali. Beberapa buku yang menggunakan bahasa baliberisi aturan-aturan yang harus diterapkan ketika menulis aksara Bali. Literatur dan laporan yang ditulis oleh Dosen ISI Bali dan budayawan Bali juga membantu dalam proses pengumpulan data

3. Kuesioner

Kuesioner disebar di sekolah-sekolah dasar di Bali, dimana target market

penulis adalah anak-anak di Bali

4. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung fenomena yang terjadi di masyarakat.


(12)

1.5 Skema                                                        

Bagan 1.1 Skema Perancangan Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Latar Belakang

• Sulitnya mengenal dan belajar aksara Bali

• Aksara Bali kurang diperhatikan oleh anak-anak di Bali • Belum ada usaha dari pemerintah atau sekolah agar

generasi muda di Bali tertarik untuk belajar aksara Bali

Rumusan Masalah

• Bagaimana cara mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali kepada anak-anak di Bali khususnya kota Denpasar melalui kampanye?

Kuesioner Wawancara

& Observasi

Studi Pustaka

Perancangan Media

• Menggunakan media berupa poster, iklan, brosur, game, facebook, , booklet, dan event yang akan diadakan di PKB 2015

Tujuan Perancangan

Melalui kampanye pengenalan dan pengajaran aksara Bali , diharapkan mengenal dan belajar aksara Bali menjadi jauh lebih mudah dan menyenangkan, sehingga anggapan anak-anak yang menganggap aksara bali sebagai “momok” akan hilang

Konsep

Membuat sebuah kampanye sebagai untuk mempelajari mengenal aksara Bali dengan cara yang menyenangkan agar lebih disukai anak-anak.


(13)

BAB V

Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Aksara Bali atau Hanacaraka merupakah salah satu peninggalan kebudayaan Bali yang sudah dikenal oleh masyarakat Bali secara turun-menurun. Bentuk aksara Bali banyak diaplikasikan kedalam sastra bali ku, ditulis di atas lontar tetapi sekarang mulai jarang yang melakukan hal itu sehingga aksara Bali ini patut untuk dilestarikan sebelum hilang oleh perkembangan zaman. Dengan adanya perkembangan di dunia desain dan ide-ide baru dari generasi muda, diharapkan aksara Bali mampu berkembang dan mengikuti zaman.

Kampanye Hanacaraka merupakan usaha untuk mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan selera anak-anak zaman sekarang. Tidak hanya mengenalkan dan mengajarkan aksara dan bahasa Bali saja, kebudayaan Bali juga akan dikenalkan kepada anak-anak di Bali karena Bahasa dan Kebudayaan erat hubungannya satu sama lain. Melalui Kampanye ini diharapkan anak-anak mampu mengenal aksara dengan cara yang baru melalui poster, booklet

dan game yang disediakan ketika kampanye ini berlangsung.

Aksara Bali yang dikemas ke dalam gaya visual yang baru diharapkan mampu membantu anak-anak di Bali untuk mengenal dan belajar aksara secara lebih menyenangkan. Aksara Bali yang selama ini dianggap sebagai “momok”, kuno dan kurang menarik oleh anak-anak akan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dipelajari melalui kampanye Hanacaraka ini.


(14)

5.2 Saran dari Penulis

Kampanye Hanacaraka ini diharapkan mampu membawa hawa segar ke dalam dunia pendidikan anak sekaligus mengenalkan kebudayaan bali kedalam bentuk visual yang baru. Dengan bentuk visual yang baru, aksara bali akan menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari.

Untuk Selanjutnya, kampanye pengenalan Aksara Bali atau Hanacaraka ini dilakukan bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dalam upaya untuk melestarikan kebudayaan Bali.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Charlotte, dan Fiell Peter. 2005. Graphic Design Now. Taschen: Cologne Chijiiwa, Hideaki. 1987. Color Harmony. Rockport, Gloucester

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dharmayua, Suasthawa. 1995. Kebudayaan Bali, Pra Hindhu, Masa Hindhu dan Pasca Hindhu. Denpasar : Kayumas Agung

Haslam, Andrew. 2006. Book Design, Laurence King, London

Kirana Nathalia. 2013. Desain Komunikasi Visual; Dasar-dasar Panduan untuk

Pemula. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia

Rice, Ronald E dan Atkin, Charles K. 2001. Public Communication Campaigns. Sage Publications: California.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 1989. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada Shadiri, Hasan. 1983. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ichtiar Baru-Van Hoeve,

Jakarta

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Pedagogia Tri Prasetya, Joko. 2013. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta

Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa. Rekatama Media:Bandung. Pfau, Michael dan Roxanne Parrot. 1993. Persuasive Communication Campaign.


(1)

ada salahnya kita menyisipkan aksara Bali di antara Hal-Hal itu karena secara tidak langsung membuat aksara Bali terkesan menyenangkan, dan gampang dipelajari

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pembahasan ini adalah pendidikan di Bali yang membahas salah satu unsur dari kebudayaan yaitu aksara Bali. Aksara Bali akan dikenalkan kembali dan diajarkan kepada remaja usia 15-18, khususnya pelajar SMA di Denpasar yang menganggap aksara Bali merupakan “momok” di dalam mata pelajaran.

1.3 Tujuan Perancangan

Poin-poin masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :

1. Membuat aksara Bali menjadi menyenangkan melalui gaya visual yang mengikuti perkembangan, trend dan favorit anak-anak zaman sekarang. Aksara Bali dapat disisipkan ke dalam hal-hal seperti tadi sehingga menjadi trend yang baru, aksara Bali tidak terkesan menyeramkan, melainkan terkesan fun dan menghibur. Gaya visual yang diberikan akan memudahkan pelajar untuk mengetahui aksara Bali.

2. Membuat Kampanye mengenai aksara Bali yang menyenangkan, sesuai dengan perkembangan ana-anak zaman sekarang melalui kampanye yang mampu mengubah pola pikir mereka mengenai belajar aksara Bali

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, digunakan teknik observasi, wawancara terstruktur, kuesioner, dan studi pustaka.


(2)

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku mengenai aksara Bali. Beberapa buku yang menggunakan bahasa baliberisi aturan-aturan yang harus diterapkan ketika menulis aksara Bali. Literatur dan laporan yang ditulis oleh Dosen ISI Bali dan budayawan Bali juga membantu dalam proses pengumpulan data

3. Kuesioner

Kuesioner disebar di sekolah-sekolah dasar di Bali, dimana target market penulis adalah anak-anak di Bali

4. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung fenomena yang terjadi di masyarakat.


(3)

1.5 Skema                                                     Latar Belakang

• Sulitnya mengenal dan belajar aksara Bali

• Aksara Bali kurang diperhatikan oleh anak-anak di Bali • Belum ada usaha dari pemerintah atau sekolah agar

generasi muda di Bali tertarik untuk belajar aksara Bali

Rumusan Masalah

• Bagaimana cara mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali kepada anak-anak di Bali khususnya kota Denpasar melalui kampanye?

Kuesioner Wawancara

& Observasi

Studi Pustaka

Perancangan Media

• Menggunakan media berupa poster, iklan, brosur, game, facebook, , booklet, dan event yang akan diadakan di PKB 2015

Tujuan Perancangan

Melalui kampanye pengenalan dan pengajaran aksara Bali , diharapkan mengenal

Konsep

Membuat sebuah kampanye sebagai untuk mempelajari mengenal aksara Bali dengan cara yang menyenangkan agar lebih disukai anak-anak.


(4)

BAB V

Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Aksara Bali atau Hanacaraka merupakah salah satu peninggalan kebudayaan Bali yang sudah dikenal oleh masyarakat Bali secara turun-menurun. Bentuk aksara Bali banyak diaplikasikan kedalam sastra bali ku, ditulis di atas lontar tetapi sekarang mulai jarang yang melakukan hal itu sehingga aksara Bali ini patut untuk dilestarikan sebelum hilang oleh perkembangan zaman. Dengan adanya perkembangan di dunia desain dan ide-ide baru dari generasi muda, diharapkan aksara Bali mampu berkembang dan mengikuti zaman.

Kampanye Hanacaraka merupakan usaha untuk mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan selera anak-anak zaman sekarang. Tidak hanya mengenalkan dan mengajarkan aksara dan bahasa Bali saja, kebudayaan Bali juga akan dikenalkan kepada anak-anak di Bali karena Bahasa dan Kebudayaan erat hubungannya satu sama lain. Melalui Kampanye ini diharapkan anak-anak mampu mengenal aksara dengan cara yang baru melalui poster, booklet dan game yang disediakan ketika kampanye ini berlangsung.

Aksara Bali yang dikemas ke dalam gaya visual yang baru diharapkan mampu membantu anak-anak di Bali untuk mengenal dan belajar aksara secara lebih menyenangkan. Aksara Bali yang selama ini dianggap sebagai “momok”, kuno dan kurang menarik oleh anak-anak akan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dipelajari melalui kampanye Hanacaraka ini.


(5)

5.2 Saran dari Penulis

Kampanye Hanacaraka ini diharapkan mampu membawa hawa segar ke dalam dunia pendidikan anak sekaligus mengenalkan kebudayaan bali kedalam bentuk visual yang baru. Dengan bentuk visual yang baru, aksara bali akan menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari.

Untuk Selanjutnya, kampanye pengenalan Aksara Bali atau Hanacaraka ini dilakukan bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dalam upaya untuk melestarikan kebudayaan Bali.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Charlotte, dan Fiell Peter. 2005. Graphic Design Now. Taschen: Cologne Chijiiwa, Hideaki. 1987. Color Harmony. Rockport, Gloucester

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dharmayua, Suasthawa. 1995. Kebudayaan Bali, Pra Hindhu, Masa Hindhu dan Pasca Hindhu. Denpasar : Kayumas Agung

Haslam, Andrew. 2006. Book Design, Laurence King, London

Kirana Nathalia. 2013. Desain Komunikasi Visual; Dasar-dasar Panduan untuk

Pemula. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia

Rice, Ronald E dan Atkin, Charles K. 2001. Public Communication Campaigns. Sage Publications: California.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 1989. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada Shadiri, Hasan. 1983. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ichtiar Baru-Van Hoeve,

Jakarta

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Pedagogia Tri Prasetya, Joko. 2013. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta

Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa. Rekatama Media:Bandung. Pfau, Michael dan Roxanne Parrot. 1993. Persuasive Communication Campaign.