PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN SAH YANG MENDAPATKAN PENYANGKALAN OLEH AYAHNYA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN NOMOR 23 TAHUN 2002.
ABSTRAK
PENYANGKALAN SEORANG BAPAK TERHADAP ANAKNYA YANG DILAHIRKAN
DALAM PERKAWINAN YANG SAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Adam Ramadani
(110113080052)
Dalam konstitusi Negara Kesatuan republik Indonesia yaitu Undang-undang
Dasar 1945 amandemen keempat terutama dalam Pasal 28 huruf b Pasal 1
menyebutkan bahwa Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Ketentuan yang tercantum dalam subtansi
Pasal 28 huruf b Undang-undang Dasar 1945 amandemen keempat tersebut mengatur
secara jelas bahwa setiap orang memiliki hak untuk berkeluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Hak untuk berkeluarga tersebut merupakan
hak dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Perkawinan bukanlah sekedar itu untuk
mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang
masing-masing punya peranan penting untuk menjaga keutuhan lembaga tersebut.
Setiap perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal selama-lamanya.
Kebahagian lahir-batin menjadi dambaan setiap manusia. Kelahiran seorang
anak merupakan sebuah peristiwa hukum yang menimbulkan banyak akibat hukum.
Peristiwa kelahiran akan menimbulkan hubungan waris, hubungan keluarga, hubungan
perwalian, dan hubungan-hubungan lainnya yang berkaitan dengan anak tersebut.
Salah satuhal yang berkaitan dengan kelahiran seorang anak yaitu mengenai
penyangkalan anak, penyangkalan anak sendiri diatur di dalam undang-undang nomor
1 tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan permasalahan yang dikemukakan
pada penelitian ini, maka penulis menarik kesimpulan Status hukum anak yang
dilahirkan dalam perkawinan yang sah yang disangkal oleh ayahnya dilihat dari segi
undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan akibat penyangkalan anak, telah
ditegaskan pada Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo
Pasal 100 Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi: ”anak yang dilahirkan diluar
perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”.
Namun ketentuan pasal 43 ayat (1) tersebut telah diubah sesuai dengan putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor : 46/PUU-VIII/2010 yang menyatakan bahwa, anak yang
dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagaiayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan /atau alat bukti lain menurut hokum
mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.
IV
PENYANGKALAN SEORANG BAPAK TERHADAP ANAKNYA YANG DILAHIRKAN
DALAM PERKAWINAN YANG SAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Adam Ramadani
(110113080052)
Dalam konstitusi Negara Kesatuan republik Indonesia yaitu Undang-undang
Dasar 1945 amandemen keempat terutama dalam Pasal 28 huruf b Pasal 1
menyebutkan bahwa Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Ketentuan yang tercantum dalam subtansi
Pasal 28 huruf b Undang-undang Dasar 1945 amandemen keempat tersebut mengatur
secara jelas bahwa setiap orang memiliki hak untuk berkeluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Hak untuk berkeluarga tersebut merupakan
hak dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Perkawinan bukanlah sekedar itu untuk
mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang
masing-masing punya peranan penting untuk menjaga keutuhan lembaga tersebut.
Setiap perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal selama-lamanya.
Kebahagian lahir-batin menjadi dambaan setiap manusia. Kelahiran seorang
anak merupakan sebuah peristiwa hukum yang menimbulkan banyak akibat hukum.
Peristiwa kelahiran akan menimbulkan hubungan waris, hubungan keluarga, hubungan
perwalian, dan hubungan-hubungan lainnya yang berkaitan dengan anak tersebut.
Salah satuhal yang berkaitan dengan kelahiran seorang anak yaitu mengenai
penyangkalan anak, penyangkalan anak sendiri diatur di dalam undang-undang nomor
1 tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan permasalahan yang dikemukakan
pada penelitian ini, maka penulis menarik kesimpulan Status hukum anak yang
dilahirkan dalam perkawinan yang sah yang disangkal oleh ayahnya dilihat dari segi
undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan akibat penyangkalan anak, telah
ditegaskan pada Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo
Pasal 100 Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi: ”anak yang dilahirkan diluar
perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”.
Namun ketentuan pasal 43 ayat (1) tersebut telah diubah sesuai dengan putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor : 46/PUU-VIII/2010 yang menyatakan bahwa, anak yang
dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagaiayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan /atau alat bukti lain menurut hokum
mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.
IV