KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN SEBAGAI AHLI WARIS PADA MASYARAKAT ADAT SUKU AMUNGME TIMIKA-PAPUA.

ABSTRAK

KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN SEBAGAI AHLI WARIS PADA
MASYARAKAT ADAT SUKU AMUNGME TIMIKA-PAPUA

Ario Ronald Fransisco Marpaung
110111090039
Indonesia merupakan negara hukum yang terdiri dari berbagaisuku
bangsa, budaya dan adat istiadat. Dalam Masyarakat Amungme, menganut
sistem kekeluargaan Patrilineal yaitu menarik garis keturunan berdasarkan garis
keturunan dari ayah ataulaki-laki. Penerusan terhadap harta warisan berada
pada anak laki-laki (ahli waris) sedangkan anak perempuan bukan sebagai ahli
waris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kedudukan anak
perempuan sebagai ahli waris pada masyarakat adat Suku Amungme TimikaPapua, dan merumuskan penyelesaian sengketa apabila hak waris bagi anak
perempuan tidak terpenuhi dal hal pembagian warisan menurut hukum adat
Amungme.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis
normatif yaitu suatu metode pendekatan yang menekankan pada ilmu hukum
dengan cara penelitian terhadap inventarisasi hukum positif, disamping juga
berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat.
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini termasuk

penelitian yang bersifat deskriptif analitis karena tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh, sistematis dan akurat mengenai halhal yang berkaitan dengan kedudukan anak perempuan sebagai ahli waris pada
masyarakat adat Amungme Timika-Papua.Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis kualitatif yaitu metode penelitian yang bertitik
tolak dari norma-norma, asas-asas dan peraturan perundang-undangan yang
ada sebagai norma hukum positif yang kemudian dianalisis secara yuridis
kualitatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam skripsi ini sehingga dapat
memperoleh suatu kesimpulan dalam menjawab permasalahan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan anak perempuan
menurut hukum waris masyarakat adat Suku Amungme lebih rendah
dibandingkan dengan anak laki-laki. Sehingga hak waris pada masyarakat
patrilineal khususnya Suku Amungme berada pada anak laki-laki sedangkan
anak perempuan bukan sebagai ahli waris. Dalam penyelesaian sengketa
pembagian warisan pada masyarakat Amungme mengunakan dua cara yaitu
melalui musyawarah keluarga dan musyawarah adat.Kedudukan anak
perempuan sangat penting dalam suatu keluarga, dengan adanya keputusan
Mahkamah Agung Nomor 179/Sip/1961yang merupakan yurisprudensi yang
memposisikan bahwa kedudukan anak perempuan setara dengan kedudukan
anak laki-laki dalam hal pewarisan. Dalam menyelesaikan sengketa pembagian
waris dalam hal kasus-kasus tertentu diselesaikan dengan cara musyawarah.


iv