Kondisi Vegetasi Dan Produksi Seresah Mangrove Di Pesisir Teluk Cendrawasih.

KONDISI VEGETASI DAN PRODUKSI SERESAH MANGROVE
DI PESISIR TELUK CENDRAWASIH

Budi Irawan
Jurusan Biologi FMIPA UNPAD

PENDAHULUAN
Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai
penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan
laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral,
energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir
dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang.
Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun,
terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponenkomponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan
dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah.
Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove. Hutan
mangrove mempunyai fungsi ekologi yang penting, seperti peredam gelombang dan
angin, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan penangkap sedimen yang
diangkut oleh aliran air, sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan serta
merupakan tempat pemijahan bermacam-macam biota perairan, sebagai penyubur
perairan karena menghasilkan detritus dari seresah daun yang diuraikan oleh bakteri

menjadi zat hara (Bengen 2001a). Selain itu produk dari mangrove dapat dihasilkan baik
secara langsung ataupun tidak langsung sebagai kayu bakar, bahan bangunan, keperluan
rumah tangga/perkakas, bahan kertas,bahan tekstil, alat perikanan, pupuk pertanian dan
obat-obatan (Noor, Khazali dan Suryadiputra 1999).

TUJUAN PENELITIAN
Kawasan pesisir Teluk Cendrawasih merupakan salah satu kawasan yang
memiliki ekosistem hutan mangrove yang berperan dalam menyokong wilayah pesisir
laut, oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis vegetasi mangrove, kondisi dan struktur komunitas vegetasi mangrove dan
kaitannya dengan daya dukung laut.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk
mengetahui keanekaragaman tumbuhan mangrove digunakan metode eksplorasi dan
inventarisasi (Vogel 1987; Irawan 2003; Rugayah dkk. 2004). Koleksi tumbuhan
dilakukan dengan membuat specimen herbarium (Vogel 1987; Bridson and Forman 1992;
Rugayah dkk, 2004). Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan buku
identifikasi mangrove dan tumbuhan berbiji (Balgooy 1999; Noor, Khazali dan
Suryadipura 1999; Hsuan 1978; Backer and Bakhuizen 1968; Tomlinson 1986). Untuk

mengetahui struktur komunitas vegetasi mangrove dilakukan dengan membuat petak
kuadrat berukuran 10X10 m (Bengen 2001b) sebanyak 5 buah di setiap stasiun
penelitian.

Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung jumlah jenis, jumlah

individu, dan DBH setiap jenis. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk
mengetahui kerapatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting setiap jenis tumbuhan.
Untuk mengetahui produktivistas seresah dilakukan pemasangan trap dari kantung
polyetilen (kantung urea) berukuran 1 X 1 m untuk menampung seresah. Trap dipasang
pada 3 individu dominan di setiap lokasi, kemudian seresah tersebut dikeringkan pada
oven dengan suhu 100 0C selama 24 Jam ( Newbold 1976 dalam Arisandi 2004). Setelah
itu ditimbang untuk mengetahui biomassa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan Penyebaran Jenis Vegetasi Mangrove
Jenis mangrove yang terdapat di kawasan teluk cendrawasih (meliputi daerah
Manokwari: Teluk Sowi dan Oransbari Pantai; Rumberpon: Yembekiri; Wasior: Miei,
Moru, Kaebi dan Muara Sungai Wosimi; Nabire : Sungai Wadio) sebanyak 42 jenis


yang terdiri dari 26 mangrove sejati dan 16 mangrove ikutan (Tabel 1). Keanekaragaman
tertinggi secara berturut-turut adalah Yembekiri, Rumberpon (25 jenis), Sugai Wadio.
Nabire (20 jenis) dan Miei, Wasior (19 Jenis).
Jenis yang mempunyai penyebaran hampir merata adalah Sonneratia alba,
Rhiophora mucronata, Avicennia alba, Aegiceras corniculatum dan Hibiscus tiliaceus
(Tabel 2). Jenis yang mempunyai penyebaran terbatas dan jarang ditemui adalah
Acanthus ebracteatus, , Aegiceras floridum, Avicennia marina, Bruguiera parviflora,
Bruguiera sexangula, Camptostemon schulzii dan Scyphiphora hydrophyllacea.

Tabel 1. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Mangrove di Teluk Cendrawasih
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Nama Ilmiah
Acanthus ebracteatus Vahl.
Acanthus ilicifolius L.
Achrosticum aureum L.
Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Aegiceras floridum R. & S.
Avicennia alba Bl.
Avicennia lanata Ridl.
Avicennia marina (Forsk.) Verh.
Baringtonia asiatica (L.) Kurz.
Bruguiera cylindrica (L.) Bl.
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.
Bruguiera parviflora (Roxb.) W.&
A.ex Griff.
Bruguiera sexangula (Lour.) Poir.
Camptostemon schulzii Masters
Ceriops decandra (Grift.) Ding Hou
Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob.
Clerodendrum inerme Gaertn.
Derris trifoliata Lour.
Exoecaria agallocha L.
Hibiscus tiliaceus L.
Ipomoea pes- casprae L.
Lumnitzera racemosa Willd.
Morinda citrifolia L.


24
25
26

Nypa fruticans L.
Passiflora foetida L.
Pandanus tectorius L.

Nama Lokal
tamatara
Parai Korowai
Parai Korowai
Parai Korowai
Popotiri
Popotiri
Popotiri

Famili
Acanthaceae

Acanthaceae
Pteridaceae
Myrsinaceae
Myrsinaceae
Avicenniaceae
Avicenniaceae
Avicenniaceae
Lechytidaceae
Rhizophoraceae
Rhizophoraceae
Rhizophoraceae

Ket.
MS
MS
MS
MS
MS
MS
MS

MS
MI
MS
MS
MS

Popotiri
Serewiri
Karandani
Robon
manisan
Pare
Sambesia

Rhizophoraceae
Bombacaceae
Rhizophoracaae
Rhizophoracaae
Verbenaceae
Papilionaceae

Euphorbiaceae
Malvaceae
Convolvulaceae
Combretaceae
Rubiaceae

MS
MS
MS
MS
MI
MI
MS
MI
MI
MS
MI

Araceaea
Pasiifloraceae

Pandanaceae

MS
MI
MI

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

41
42

Pandanus odoratissimus L.
Pongamia pinnata (L.) Piere
Rhizhopora apiculata Bl.
Rhizhophora mucronata Lamk.
Sarcolobus globosa R. & R.
Sesuvium portulacastrum L.
Scaevola taccada (Gaerth.) Roxb.
Scyphiphora hydrophyllacea Gaerth.
Sonneratia alba J.E Smith.
Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.
Terminalia catappa L.
Thespesia populnea (L.)Soland Ex
Correa
Xylocarpus granatum Koen.
Xylocarpus mollucensis (lamk.) Roem.
Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb.
Wedelia biflora (L.) DC.

Sambesia
Ama
Parai amau
Parai amau
Nanai
Atari
-

Pandanaceae
Papilionaceae
Rhizophoraceae
Rhizophoraceae
Asclepiadaceae
Aizoaceae
Goodeniaceae
Rubiaceae
Sonneratiaceae
Verbenaceae
Combretaceae
Malvacerae

MI
MI
MS
MS
MS
MI
MI
MS
MS
MI
MI
MI

Kabau
Kabau
Kabau
Kaninui

Meliaceae
Meliaceae
Meliaceae
Asteraceae

MS
MS
MS
MI

Tabel 2. Penyebaran Jenis Vegetasi Mangrove di Teluk Cendrawasih
No

Nama Ilmiah
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Acanthus ebracteatus Vahl.
Acanthus ilicifolius L.
Achrosticum aureum L.
Aegiceras corniculatum (L.) Blanco
Aegiceras floridum R. & S.
Avicennia alba Bl.
Avicennia lanata Ridl.
Avicennia marina (Forsk.) Verh.
Baringtonia asiatica (L.) Kurz.
Bruguiera cylindrica (L.) Bl.
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.
Bruguiera parviflora (Roxb.) W.&
A.ex Griff.
Bruguiera sexangula (Lour.) Poir.
Camptostemon schulzii Masters
Ceriops decandra (Grift.) Ding Hou
Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob.
Clerodendrum inerme Gaertn.
Derris trifoliata Lour.
Exoecaria agallocha L.
Hibiscus tiliaceus L.
Ipomoea pes- casprae L.
Lumnitzera racemosa Willd.

2

3

Lokasi
4
5

6

7

*
*

*
*
*
*
*
*

*
*

*

*

*
*

*

*
*

*

*
*

8
*
*
*
*
*
*

*
*

*
*
*

*
*

*
*
*

*
*

*
*

*
*
*
*
*

*
*
*

*
*

*

*
*

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Morinda citrifolia L.
*
*
*
*
Nypa fruticans L.
*
*
Passiflora foetida L.
*
Pandanus tectorius L.
*
*
*
Pandanus odoratissimus L.
*
Pongamia pinnata (L.) Piere
*
*
*
Rhizhopora apiculata Bl.
*
*
*
Rhizhophora mucronata Lamk.
*
*
*
*
*
*
Sarcolobus globosa R. & R.
*
*
Sesuvium portulacastrum L.
*
Scaevola taccada (Gaerth.) Roxb.
*
*
Scyphiphora hydrophyllacea Gaerth.
*
Sonneratia alba J.E Smith.
*
*
*
*
*
*
*
Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.
Terminalia catappa L.
*
*
*
Thespesia populnea (L.)Soland Ex
*
*
Correa
39 Xylocarpus granatum Koen.
40 Xylocarpus mollucensis (lamk.)
*
*
*
Roem.
41 Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb.
*
42 Wedelia biflora (L.) DC.
*
*
*
Jumlah
13 13 25 19 6
3
9
Ket: 1=Sowi, 2=Oransbari pantai, 3=Yembekiri, 4=Miei,Wasior, 5= Moru, Wasior,

*
*

*
*

*

*
*

20

6=Kaebi, Wasior, 7= Sungai Wosimi, Wasior,8=Sungai Wadio, Nabire)

Kondisi Vegetasi
Jenis-jenis mangrove umumnya tumbuh pada substrat pasir, lumpur, karang mati
atau kombinasi diantara ketiga subtrat. Pada substrat pasir umumnya ditemui di lokasi
Wasior (Miei, Moru dan Kaebi), substrat lumpur terdapat di lokasi Wasior (Sungai
Wosimi) dan Nabire (Sungai Wadio), substrat pasir berlumpur ditemukan di Manokwari
(Oransbari pantai) dan Rumberpon (Yembekiri), sedangkan pasir-karang mati terdapat di
Manokwari (Pantai Sowi) .
Zonasi vegetasi umumnya diawali oleh jenis Aviccenia alba (di lokasi Miei,
Moru, Kaebi dan Sungai Wosimi). Di Yembekiri zonasi diawali oleh Rhizphora
mucronata,jika keadaan surut terendah tergenang dan Sonneratia alba, jika keadaan surut
terendah tidak tergenang. Kondisi seperti ini sama dengan lokasi Oransbari Pantai dan
Sowi.

Jenis Avicennia alba merupakan jenis yang dominan di Wasior, dari keempat
lokasi (Miei, Moru, Kaebi dan Wosimi) menunjukkan jenis tersebut memiliki kerapatan,
dominansi dan nilai penting yang tinggi, secara berturut-turut 92,77; 201,06; 163,81;
140,47. Keadaan ini didukung oleh tipe substrat berpasir dan jarak pasang tertinggi
dengan surut terendah sangat jauh, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Jenis
Rhizophora apiculata merupakan jenis yang dominan dan mempunyai nilai penting yang
tinggi (94,12) di Oransbari pantai sedangkan jenis Sonneratia alba mempunyai nilai
penting yang tinggi di Pantai Sowi (200,3115). Jenis Sonneratia alba merupakan jenis
yang mempunyai nilai penting tertinggi di Yembekiri (213,46), sementara di Wadio,
Nabire jenis Avicennia lanata merupakan jenis yang mempunyai nilai penting tertinggi
(69,07).
Kerapatan individu di lokasi Oransbari pantai sebesar 19,2 individu/100m2 ,
Yembekiri
Moru,

sebesar 11 individu/100m2,

Wasior sebesar 10,4

Miei, Wasior sebesar 9,2 individu/100m2 ,

individu/100m2, Wosimi, Wasior sebesar 10,29

individu/100m2, dan Wadio, Nabire sebesar 19,6 individu/100m2 . Lokasi Sungai Wadio,
Nabire merupakan lokasi yang mempunyai kerapatan cukup tinggi. Menurut penduduk
tumbuhan mangrove yang terdapat dilokasi tersebut merupakan generasi kedua dari
tumbuhan mangrove yang tumbuh pada generasi sebelumnya. Pada pengamatan juga
ditemukan banyak anakkan dan semai dari jenis Xylocarpus granatum dan Avicennia
alba. Berarti daya regenerasi di tempat ini cukup tinggi. Walaupun demikian di lokasi
tersebut dekat dengan lokasi tambak yang dulunya merupakan lahan mangrove. Daerah
ini direkomendasikan untuk dilindungi. Daerah Miei dan Moru memiliki kerapatan
individu yang relatif kecil, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini diakibatkan
karena lokasinya yang sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Walaupun demikian,
telah ada upaya dari masyarakat setempat untuk menyelamatkan mangrove, seperti
teramati pada petak kuadrat, rata-rata diameter setiap individu kurang dari 10 cm. Selain
itu penduduk di daerah ini umumnya mengenal mangrove sampai tingkatan marga dalam
bahasa lokal setempat, contohnya

Avicennia (parai korowai), Bruguiera (popotiri),

Rhizophora(parai amau). Di Lokasi Sungai Wosimi kerapatan individu tidak terlalu
besar. Hal ini disebabkan karena individu yang terdapat di lokasi tersebut memili ukuran

diameter yang relatif besar (mencapai 50 – 100 cm atau lebih), sehingga individuindividu yang berada dibawah kanopinya kalah bersaing dalam melakukan pertumbuhan.

Tabel 3. Kerapatan, Frekuensi, Dominansi dan Nilai Penting
TELUK SOWI
NO
1
2
3
4

NAMA JENIS
Aegiceras floridum
Bruguiera gymnorrhiza
Rhizophora mucronata
Sonneratia alba

Km
0.03
0.01
0.15
0.48
0.67

KR (%)
4.48
1.49
22.39
71.64
100

Fm
0.6
0.2
0.8
1
2.6

FR (%)
23.07692
7.692308
30.76923
38.46154
100

Dm
0.358
0.308
1.066
15.965
17.697

DR (%)
2.03
1.74
6.02
90.21
100

INP
29.58692
10.92231
59.17923
200.3115
300

Km
0.19
0.01
0.3
0.01
0.36
0.05

KR (%)
19.59
1.03
30.93
1.03
37.11
5.16

Fm
0.8
0.2
1
0.2
0.8
0.6

FR (%)
21.05
5.26
26.32
5.26
21.05
15.8

Dm
5.8
0.077
8.629
0.077
12.044
5.393

DR (%)
17.32
0.23
25.77
0.23
35.96
16.1

INP
57.96
6.52
83.02
6.52
94.12
37.06

0.05
0.97

5.16
100

0.2
3.8

5.26
100

1.471
33.491

4.39
100

14.81
300.01

Km
0.01
0.05
0.06
0.51
0.63

KR (%)
1.59
7.94
9.52
80.95
100

Fm
0.2
0.2
0.4
1
1.8

FR (%)
11.11
11.11
22.22
55.56
100

Dm
0.027
2.119
2.534
15.621
20.301

DR (%)
0.13
10.44
12.48
76.95
100

INP
12.83
29.49
44.22
213.46
300

Km
0.02
0.14
0.08
0.01
0.02
0.17
0.01
0.45

KR (%)
4.44
31.11
17.78
2.22
4.44
37.78
2.22
100

Fm
0.2
0.8
0.6
0.2
0.2
1
0.2
3.2

FR (%)
6.25
25
18.75
6.25
6.25
31.25
6.25
100

Dm
0.067
0.679
3.112
0.031
0.121
1.423
0.1
5.533

DR (%)
1.21
12.28
56.24
0.56
2.19
25.72
1.8
100

INP
11.9
68.39
92.77
9.03
12.88
94.75
10.27
299.99

ORANSBARI PANTAI
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA JENIS
A.lanata
Bruguiera cylindrica
C.decandra
L.racemosa
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba
Schyphiphora
hydrophyllacea

P. RUMBERPON
NO
1
2
3
4

NAMA JENIS
A.marina
Rhizophora apiculata
Rhizophora mucronata
Sonneratia alba

MIEI WASIOR
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA JENIS
Aegiceras corniculatum
A.alba
A.lanata
Bruguiera cylindrica
Hibiscus tiliaceus
Rhizophora mucronata
Sonneratia alba

MORU, WASIOR
NO
1
2
3
4

NAMA JENIS
Aegiceras corniculatum
A.alba
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba

Km
0.01
0.34
0.01
0.16
0.52

KR (%)
1.92
65.39
1.92
30.77
100

Fm
0.2
1
0.2
0.8
2.2

FR (%)
9.09
45.46
9.09
36.36
100

Dm
0.43
28.01
0.1
2.51
31.05

DR (%)
1.39
90.21
0.32
8.08
100

INP
12.4
201.06
11.33
75.21
300

Km
0.19
0.34
0.01
0.01
0.17
0.72

KR (%)
26.39
47.22
1.39
1.39
23.61
100

Fm
0.286
1
0.143
0.143
0.714
2.286

FR (%)
12.5
43.75
6.25
6.25
31.25
100

Dm
1.21
24.18
0.14
0.31
7.36
33.2

DR (%)
3.65
72.84
0.42
0.93
22.17
100.01

INP
42.54
163.81
8.06
8.57
77.03
300.01

Km
0.33
0.51
0.33
1.17

KR (%)
28.21
43.59
28.21
100

Fm
1
1
1
3

FR (%)
33.33
33.33
33.33
100

Dm
33.49
4.35
4.59
42.43

DR (%)
78.93
10.25
10.82
100

INP
140.47
87.17
72.36
300

Km
0.07
0.24
0.01
0.05
0.4
0.01
0.18
0.96

KR (%)
7.29
25
1.04
5.21
41.67
1.04
18.75
100

Fm
0.6
0.8
0.2
0.4
1
0.2
0.8
4

FR (%)
15
20
5
10
25
5
20
100

Dm
4.49
5.58
0.07
0.42
6.04
0.05
6.53
23.18

DR (%)
19.36
24.07
0.3
1.81
26.08
0.2
28.18
100

INP
41.65
69.07
6.34
17.02
92.75
6.24
66.93
300

WOSIMI, WASIOR
NO
1
2
3
4
5

NAMA JENIS
Aegiceras corniculatum
A.alba
B.parviflora
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba

KAEBI
NO
1
2
3

NAMA JENIS
A.alba
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba

NABIRE
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA JENIS
A.alba
A.lanata
Bruguiera cylindrica
Bruguiera gymnorrhiza
Rhizophora apiculata
Rhizophora mucronata
X. granatum

Produksi Seresah
Seresah merupakan materi organik telah mati yang terdapat dilantai hutan,
sebagian besar tersusun oleh potongan organ tumbuhan yang telah mati, sehingga

produksi seresah dapat didefinisikan sebagai berat material yang mati dalam luas area
tertentu per satuan waktu. Produksi seresah ini dipengaruhi oleh struktur vegetasi, umur
tegakan, kondisi geografi dan perubahan iklim musiman (Arisandi 2004). Produksi
jatuhan seresah di hutan mangrove akan masuk kedalam sistem estuari yang menjadi
dasar bagi jaring-jaring makanan kompleks.
Hasil produksi seresah di wilayah teluk cendrawasih (Tabel 3) tertinggi terdapat
di Wodia, Nabire (12,85 gr/m2 /hari ) dan Wosimi, Wasior (11,95 gr/m2 /hari). Kedua lokasi
ini mempunyai rata-rata biomassa daun dan ranting yang tinggi. Pada dua lokasi ini
memiliki struktur vegetasi yang rapat (19,6 individu/100m2 di Wodia), sedangkan di
Wasior (10,29 individu/100m2). Hal ini juga didukung oleh jenis vegetasi yang tumbuh di
kedua lokasi tersebut memiliki rata-rata tinggi pohon diatas 10 m dan diameter batang
ada yang mencapai 100 cm., sehingga produksi seresah yang dihasilkan cukup tinggi.
Keberadaan seresah yang tinggi merupakan sumber detritus yang berperan dalam rantai
makanan.
Tabel 4. Produksi seresah mangrove di wilayah pesisir teluk cendrawasih
No

1
2
3
4
5
6
7
7

LOKASI

Teluk Sowi
Oransbari Pantai
Yembekiri, Rumberpon
Miei, Wasior
Moru, Wasior
Wosimi, Wasior
Kaebi, Wasior
Wodia, Nabire

JENIS DOMINAN

Sonneratia alba
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba
Rhizophora mucronata
Avicennia alba
Avicennia alba
Avicennia alba
Avicennia lanata

Rata-rata BIOMASSA
(gr/m2 /hari)
Daun
Ranting
Total
3,258
0,675
3,933
3,183
4,422
7,60
5,1
3,05
8,15
1,25
1,475
3,725
2,175
4,05
6,225
6,45
5,5
11,95
6,05
2,45
5,5
7,1
5,75
12,85

Kesimpulan
1. Setidaknya terdapat 42 jenis yang terdiri dari

26 mangrove sejati dan 16

mangrove ikutan di pesisir teluk cendrawasih
2. Jenis-jenis mangrove umumnya tumbuh pada substrat pasir, lumpur, karang mati
atau kombinasi diantara ketiga subtrat. Zonasi vegetasi umumnya diawali oleh
jenis Aviccenia alba.
3. Kondisi Vegetasi umumnya masih baik terutama di daerah Wadio, Nabire sebesar
19,6 individu/100m2, Oransbari pantai dengan kerapatan individu sebesar 19,2

individu/100m2, Yembekiri sebesar 11 individu/100m2, dan Wosimi, Wasior
sebesar 10,29 individu/100m2.
4. Hasil produksi seresah di wilayah teluk cendrawasih (Tabel 3) tertinggi terdapat
di Wodia, Nabire (12,85 gr/m2 /hari ) dan Wosimi, Wasior (11,95 gr/m2 /hari).

DAFTAR PUSTAKA
Arisandi P. 2004. Produktivitas Mangrove di Pantai Timur Surabaya. www. Ecoton.co.id.
[diakses Juni 2005]
Backer CA anad Bakhuizen v.d. B Jr. 1968. Flora of Java. Netherland: P. Noordoff.
Balgooy MMJ van. 1999. Malesian Seed Plants. Rijksherbarrium Leiden.
Bengen DG. 2001a. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor
Bengen DG. 2001b. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor
Bridson and Forman. 1992. Handbook of Herbarium. Kew: Royal Botanic Garden.
Hsuan K. 1978. Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore University Press.
Irawan B. 2003. Kondisi Vegetasi Mangrove di Pulau Bintan, Kabupaten Kepulauan Riau
dalam Burhanuddin dkk (ed.) Kondisi Ekosistem Pesisir Pulau
Bintan.Pusriswilnon-BRKP-Dep. KP. ISBN 979-98165-0-5; hlm 50-58.
Noor YL,Khazali M dan Suryadipura INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Bogor : Wetland International – Indonesia Programme
Rugayah T, Retnowati A, Indarti FI dan Hidayat A. 2004. Pengumpulan Data
Taksonomi, dalam Rugayah (ed.). Metode Pengumpulan Data Keanekaragaman
Flora. Puslit Biologi- LIPI, Bogor.
Tomlinson. 1986. The Botany of Mangrove. Cambridge University Press.

Vogel de EF. 1987. Manual of Herbarium Theory and Practice. Jakarta: Unesco.