Pengaruh Partisipasi Penganggaran Pada Kesenjangan Anggaran Dengan Ambiguitas Peran Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Denpasar).

(1)

i

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA KESENJANGAN ANGGARAN DENGAN AMBIGUITAS PERAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI EMPIRIS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA DENPASAR)

SKRIPSI

Oleh :

MELI YULIANA NIM: 1215351162

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 21 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Maria M Ratna Sari, SE., M.Si., Ak ...………….

2. Sekretaris : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak ...………….

3. Anggota : Naniek Noviari, SE., M.Si., Ak ...………….

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak. NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak NIP. 19650123 199303 1 002


(3)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 21 Januari 2016 Mahasiswa,

Meli Yuliana NIM: 1215351162


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatrahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penganggaran Pada Kesenjangan Anggaran dengan Ambiguitas Peran sebagai Variabel Peoderasi (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dekan serta Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Udayana.

2. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi, serta Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. P. D’Yan Yaniartha S., SE., Ak., M. Acc. Selaku Pembimbing Akademik 5. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi., SE., Ak., Msi selaku Dosen Pembimbing atas

waktu, bimbingan, masukan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Maria M Ratna Sari, SE., Msi., Ak. selaku Dosen Pembahas atas masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. IGW. Dwisandita., SE., Ak., CA., CRBD selaku orang tua penulis atas motivasi dan masukan yang diberikan dan semua anggota keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa yang sangat berarti bagi penulis.


(5)

v

8. Teman-teman seperjuangan FEB Unud Angkatan 2012 atas kerjasama dan kebersamaannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terkait.

Denpasar, 21 Januari 2016


(6)

vi

Judul : Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran

dengan Ambiguitas Peran sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar)

Nama : Meli Yuliana

NIM : 1215351162

ABSTRAK

Partisipasi penganggaran dalam proses penyusunan anggaran suatu perusahaan dapat menimbulkan perilaku disfungsional dari manajer, manajer cenderung menciptakan kesenjangan anggaran. Manajer yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan penganggaran mengalami ambiguitas peran akan semakin mendorong manajer menimbulkan kesenjangan anggaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris ambiguitas peran sebagai pemoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada kesenjangan anggaran BPR di Kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan pada 21 BPR di Kota Denpasar dengan metode survei menggunakan instrumen kuesioner. Jumlah sampel yang dianalisis sebesar 105 responden dengan menggunakan metode penentuan sampel

purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Moderated regression analysis (MRA).

Hasil penelitian membuktikan bahwa ambiguitas peran memperlemah hubungan negatif partisipasi penganggaran pada kesenjangan anggaran BPR di Kota Denpasar. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat ambiguitas peran yang dimiliki manajer yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan meningkatnya kesenjangan anggaran


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujun Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Sistematika Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark

not defined.

2.1 Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Pendekatan Kontijensi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Pengertian Anggaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Partisipasi Penganggaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Kesenjangan Anggaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.6 Ambiguitas Peran ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Pengaruh Ambiguitas Peran dalam memoderasi hubungan antara

Partisipasi Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Identifikasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.


(8)

viii

3.6 Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.7.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Uji Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.9.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.10 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.10.1 Moderated Regression Analysis (MRA) ... Error! Bookmark not defined. 3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVPEMBAHASANHASIL PENELITIAN .. Error! Bookmark not defined.

4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian... Error! Bookmark not defined.

4.2 Statistik Deskriptif ... 37 4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Deskripsi responden ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Uji Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not

defined.

4.4.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) . Error! Bookmark not defined. 4.4.5 Hasil Analisis Kelayakan Model (F) ... Error! Bookmark not defined. 4.4.6 Uji Hipotesis (Uji t) ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Ambiguitas Peran sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi

Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran ... Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR RUJUKAN ... Error! Bookmark not defined. Lampiran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar BPR di Kota Depasar... 25

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 37

Tabel 4.2 Daftar Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner... 43

Tabel 4.3 Daftar Pengembalian dan Penggunaan Kuesioner... 44

Tabel 4.4 Profil Responden... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas... 48

Tabel 4.6 Hasil Uji Relaibilitas... 49

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas... 50

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedasitas... 50

Tabel 4.11 Hasil Uji MultikolInearitas... 51


(10)

x

DAFTAR GAMBAR


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kesediaan Mengisi Kuesioner... 66

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian………... 67

Lampiran 3 Statistik Deskriptif... 70

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kesenjangan Anggaran... 71

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Partisipasi Penganggaran... 72

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Ambiguitas Peran………...…... 73

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas………..………..…... 74

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas………...………..…... 75

Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedasitas ………..…...76

Lampiran 10 Hasil Uji Multikolinearitas………..…... 77


(12)

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam menjalankan operasinya memiliki tujuan yang jelas sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas oleh masing-masing karyawannya. Demi menjamin tercapainya tujuan perusahaan agar lebih efektif dan efisien, maka setiap perusahaan memerlukan suatu pengendalian manajemen. Salah satu elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah anggaran. Anggaran memegang peranan penting sebagai alat manajemen mengendalikan operasi perusahaan agar strategi yang ditetapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan (Triana, dkk. 2012). Baridwan (1989) dalam Hafsah (2005), menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana kegiatan organisasi yang dinyatakan dalam satuan moneter untuk menunjukan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan. Anggaran memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan manajemen yaitu fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Hal tersebut disebabkan karena anggaran sebagai alat manajemen dalam pelaksanaan fungsinya (Nafarin, 2009).

Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Terdapat perilaku yang negatif maupun positif yang mungkin timbul sebagai akibat dari anggaran. Perilaku positif yang timbul karena manajer merasa termotivasi oleh anggaran yang digunakan


(14)

2

sebagai dasar penilaian kinerja sehingga manajer semakin meningkatkan kinerjanya. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa motivasi yang tinggi atas anggaran yang telah dibuat sebagai akibat bahwa anggaran tersebut merupakan dasar penilai kinerja manajer. Sebaliknya, manajer juga dapat berperilaku disfungsional yaitu dengan menciptakan kesenjangan anggaran. Raghunandan et al. (2012), menyatakan bahwa kecenderungan manajer menciptakan kesenjangan dalam anggaran adalah salah satu hal yang timbul dari adanya perilaku negatif.

Ditinjau dari teori agensi, proses penyusunan anggaran merupakan tindak lanjut dari kontrak antara prinsipal dan agen (Parwati, dkk., 2015). Teori agensi menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangannya kepada bawahan (agent) untuk melakukan suatu tugas atau otorisasi untuk membuat keputusan. Jika bawahan yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan perusahaan. Namun, sering kali keinginan atasan tidak sama dengan bawahan sehingga menimbulkan konflik kepentingan. Hal ini dapat terjadi misalnya, jika dalam melakukan kebijakan pemberian reward perusahaan kepada bawahan didasarkan pada pencapaian anggaran. Bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar anggaran mudah dicapai dan mendapatkan reward berdasarkan pencapaian anggaran tersebut. Kondisi ini jelas akan menyebabkan terjadinya kesenjangan anggaran.


(15)

3

Kesenjangan anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan (Anthony dan Govindarajan, 2007:84). Tagwireyi (2012) menyatakan bahwa para manajer cenderung akan menganggarkan pendapatan lebih rendah dan menggarkan biaya yeng lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi nyata yang dimiliki perusahaan. Kesenjangan anggaran dapat terjadi karena manajer berusaha untuk melindungi dirinya sendiri dari risiko tidak tercapainya target anggaran (Ajibolade dan Opeyemi, 2014). Kesenjangan anggaran dilakukan oleh manajer, sehingga kinerja manajer akan terlihat baik karena jumlah yang dianggarkan mudah dicapai dan menerima kompensasi atas pencapaian target anggaran berupa bonus (reward).

Para peneliti akuntansi menemukan bahwa kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999). Partisipasi penganggaran merupakan faktor yang banyak dihubungkan dengan kesenjangan anggaran. Partisipasi penganggaran memiliki tiga potensi masalah, yaitu menetapkan standar yang terlalu tinggi atau rendah, dan membuat kelonggaran dalam anggaran, dan partisipasi semu (Hasen dan Mowen, 2009:448). Manajer cenderung membuat anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar dalam partisipasi penyusunan anggaran. Anggaran yang dibuat ketat biasanya dapat menjadi sebuah motivasi bagi manajer yang agresif dan kreatif, sedangkan anggaran yang longgar merupakan kesempatan bagi manajer yang ingin mencapai anggaran dengan mudah, sehingga mengurangi risiko yang harus dihadapi. Terlebih jika kebijakan perusahaan akan memberikan bonus, insentif, dan penghargaan lainnya


(16)

4

kepada bawahan yang dapat memenuhi target anggaran dan sebaliknya jika bawahan tidak dapat memenuhi target anggaran, maka akan kehilangan bonus bahkan kemungkinan untuk kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu kecenderungan bawahan dalam menciptakan kesenjangan anggaran semakin tinggi.

Penelitian tentang hubungan antara partisipasi anggaran dengan kesenjangan anggaran telah banyak dilakukan, namun dari hasil penelitian tersebut menunjukan temuan yang berbeda-beda. Partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kesenjangan anggaran, hasil tersebut merupakan hasil penelitian oleh Antle dan Eppen (1985) dalam Muhamad (2001), Young (1985), dan Falikhatun (2007). Hasil penelitian yang berbeda ditunjukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Onsi (1973), Dunk (1993), Camman (1976), Baiman (1982) dan Collins (1978) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi kesenjangan anggaran (budgetary slack).

Govindarajan (1986) menyatakan bahwa perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontijensi (contingency approach). Hal ini dilakukan dengan memasukan variabel lain yang mungkin memengaruhi partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditambahkan variabel moderasi ambiguitas peran yang diduga memiliki pengaruh antara partisipasi penganggaran pada kesenjangan anggaran.

Marini (2001) menyatakan bahwa ambiguitas peran adalah ketidakbenaran informasi yang memadai diperlukan seseorang agar dapat menyelesaikan perannya secara optimal. Chenhall dan Brownell (1988) menyatakan bahwa jika seseorang


(17)

5

mengalami ambiguitas peran, maka akan menyebabkan produktivitas rendah, ketegangan, dan ketidakpuasan. Seseorang yang mengalami ambiguitas peran tidak memeroleh kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya, antara lain disebabkan oleh job description yang tidak ditulis atau dijelaskan secara rinci, kurangnya pengetahuan orang tersebut dalam melaksanakan perannya, tidak adanya pengalaman dan ketidakpastian pengawasan oleh atasan. Orang yang mengalami ambiguitas peran tersebut harus menebak dan memprediksi sendiri setiap tindakannya. Hasil penelitian Febrisa (2012) menunjukan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran, ambiguitas peran memperkuat hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran.

Jika keterlibatan manajer level bawah dan menengah dalam menyusun anggaran dihubungkan dengan evaluasi kinerja, dan apabila kedua level di atas mengalami ambiguitas peran maka kedua level manajer di atas termotivasi untuk memberikan informasi yang bias agar kinerjanya terlihat baik. Anggaran yang disusun berdasarkan informasi bawahan yang bias, akan menyebabkan besaran anggaran tidak sesuai dengan estimasi sesungguhnya dan dapat dikatakan bahwa anggaran tersebut cenderung memiliki kesenjangan (slack).

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu lembaga keuangan dengan segmentasi mikro (Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006). Penelitian ini mengambil BPR sebagai objek penelitian karena BPR sebagai salah satu lembaga keuangan yang melaksanakan partisipasi dalam penyusunan anggaran. Perbarindo (dalam Sulaksono, 2005) menyatakan bahwa jika akhir-akhir ini timbul adanya


(18)

6

kecenderungan bahwa sebagian besar BPR menerapkan rencana kerja yang semakin ketat karena banyak berdiri BPR yang baru dan kebijakan bank umum yang berusaha mengambil pangsa pasar BPR dengan mendirikan koperasi..

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada

Kesenjangan Anggaran dengan Ambiguitas Peran sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada BPR di Kota Denpasar)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ambiguitas peran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada kesenjanganan anggaran.

1.3 Tujun Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris ambiguitas peran sebagai pemoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada kesenjangan anggaran pada BPR di Kota Denpasar.


(19)

7

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan di bidang akuntansi mengenai pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kesenjangan anggaran dengan ambiguitas peran sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian sejenis selanjutnya.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi saran dan sebagai bahan pertimbangan bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan anggaran di BPR

1.5 Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang ada,


(20)

8

menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan, pendekatan kontijensi, pengertian anggaran, partisipasi penganggaran, kesenjangan anggaran dan ambiguitas peran. Bab ini juga menguraikan tentang pembahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta rumusan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan bab yang terdiri dari gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, deskripsi data hasil penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Penutup

Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca.


(21)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang menjelaskan pengertian anggaran, partisipasi penganggaran, ambiguitas peran, serta teori yang menjelaskan hubungan dari beberapa variabel tersebut. Landasan teori juga digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan hubungan agensi yang muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada

agent. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori

agensi bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara satu atau lebih pihak (principal) dengan pihak lain (agent). Messier et al., (2006:7) menyatakan bahwa hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan yaitu: (1) terjadinya informasi asimetri, manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (2) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan keadaan kepentingan pemilik.


(22)

10

Teori keagenan yang dimaksudkan dalam praktik kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik yang timbul saat setiap pihak berusaha untuk mencapai tingkat keberhasilan yang dikehendakinya. Konflik yang dimaksud dapat dilihat dalam hal pemberian reward

dari principal kepada manajemen atas dasar pencapaian target anggaran di suatu

perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran perusahaan, manajer yang ikut berpartisipasi cenderung akan memberikan informasi berbeda dari sumber daya yang seharusnya, dengan cara meninggikan biaya dari yang seharusnya atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar target anggaran dapat dengan mudah dicapai sehingga manajer akan mendapatkan kompensasi atau penghargaan (rewards). Kondisi demikian jelas akan menimbulkan kesenjangan anggaran dalam suatu perusahaan.

2.1.2 Pendekatan Kontijensi

Pada penelitian sebelumnya banyak yang mengindikasikan hasil yang saling bertentangan mengenai hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Latuheru (2005) dan Desmiyawati (2009) menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi senjangan anggaran. Hal ini terjadi karena bawahan membantu memberikan informasi mengenai prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukan oleh Husnatarina dan Nor (2007), Falikhatun (2007) dan Sardjito dan Muthaher (2007)


(23)

11

menyatakan bahwa partisipasi penganggaran yang tinggi semakin meningkatkan kesenjangan anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa bawahan memberikan informasi yang bias dalam penyusunan anggaran, sehingga mengurangi keakuratan dalam penyusunan anggaran. Akibat ketidakkonsistenan hasil tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kontijensi untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai penelitian tersebut.

Govindarajan (1986) menyatakan bahwa jika penelitian-penelitian sebelumnya mengindikasikan hasil yang saling bertentangan mengenai hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran, maka dapat digunakan pendekatan kontijensi sebagai prediktor adanya kesenjangan anggaran. Penelitian ini menggunakan faktor kontijensi untuk mengevaluasi keefektifan hubungan partisipasi penganggaran pada kesenjangan anggaran.

Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel moderasi adalah variabel yang memengaruhi hubungan partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran. Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasari pada suatu anggapan bahwa sistem akuntansi secara universal selalu tepat untuk dapat digunakan pada seluruh organisasi dalam keadaan apapun, tetapi sistem akuntansi manajemen juga bergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi tersebut.

Dalam penelitian ini pendekatan kontijensi akan diadopsi untuk mengevaluasi partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang bertindak sebagai variabel moderasi yang memengaruhi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan


(24)

12

kesenjangan anggaran. Faktor kontijensi dalam penelitian ini adalah ambiguitas peran.

2.1.3 Pengertian Anggaran

Hansen dan Mowen (2009:423) menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana keuangan masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran mencerminkan tujuan detail perusahaan dan perencanaan untuk mencapainya dengan sumber daya yang terbatas (Suartana, 2010:138). Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan untuk melaksanakan kegiatan tertentu di masa yang akan dating (Kartika, 2010). Selain itu, anggaran merupakan alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan (Ikhsan dan Ishak, 2008:161). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan alat yang digunakan untuk merencanakan berbagai aktivitas suatu pusat pertanggungjawaban agar pelaksanaan aktivitasnya sesuai dengan apa yang direncanakan.

Anggaran juga merupakan rencana laba jangka pendek yang komperhensif, yang membuat tujuan dan target manajemen dilaksanakan (Ikhsan dan Ishak, 2008:160). Mulyadi (2001:490) menyatakan bahwa anggaran memiliki beberapa karakteristik adalah sebagai berikut.


(25)

13

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

4) Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari pihak yang menyusun anggaran.

5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat dirubah dibawah kondisi tertentu.

6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun dan membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diperhitungkan. Anggaran harus memiliki inovasi dan fleksibelitas untuk menghadapi kejadian-kejadiaan yang tidak diduga dicapai (Shim dan Siegel, 2000:6). Nafarin (2009:19), menyatakan bahwa penyusunan anggaran memiliki tujuan sebagai berikut.

1) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana.

2) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.


(26)

14

4) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaranlah rencana lebih jelas dan nyata terlihat.

6) Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan penelitian yang berkaitan dengan keuangan.

Anggaran telah menjadi alat manajemen yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi. Sekali anggaran ditetapkan, pencapaian sasaran anggaran hanya dapat dilakukan melalui serangkaian aktivitas yang ditetapkan sebelumnya dalam anggaran. Mulyadi (2001:502) menyatakan bahwa anggaran memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi internal yang mengubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawahan dengan manajer atas.

4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.

5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.


(27)

15

6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk memengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.

Proses penyusunan anggaran merupakan tahap yang paling menentukan dalam pengalokasian dana dan sumber daya. Penyusunan anggaran didasarkan pada aktivitas dan target kinerja yang hendak dicapai serta menekankan pada kebutuhan untuk mengukur masukan dan keluaran. Adanya berbagai kepentingan dan kebutuhan serta terbatasnya dan yang tersedia memerlukan mindset yang mampu mentransformasikan arah dan kebijakan umum yang telah diformulasikan dalam bentuk program kerja dan strategi, baik strategi jangka pendek maupun jangka panjang. Ikhsan dan Ishak (2011:228) menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran sebagai berikut.

1) Penetapan Tujuan

Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan aktivitas yang khusus. Controller dan direktur perencanaan memainkan peranan kunci dalam proses penyusunan anggaran yang disesuaikan dengan struktur organisasi, maupun gaya kepemimpinanya. Manajer tingkat bawah dan para karyawan sebaiknya diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan, karena mereka merupakan bagian dari organisasi tersebut, dengan demikian proses penyusunan anggaran akan terlaksana lebih efektif.


(28)

16 2) Implementasi

Pada tahap implementasi, rencana formal digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam orgnanisasi. Konsep ilmu keperilakuan utama yang mempengaruhi tahap implementasi adalah komunikasi, kerjasama, dan koordinasi.

3) Pengendalian dan Evaluasi Kinerja

Setelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi sebagai element kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolak ukur terhadap kinerja aktual sebanding dengan kinerja yang direncanakan.

2.1.4 Partisipasi Penganggaran

Partisipasi dalam penyusunan angggaran dapat diartikan sebagai keikutsertaan manager tingkat bawah dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan datang dalam mencapai sasaran anggaran. Brownell (1982) menyatakan partisipasi penganggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kenis (1979) menyatakan bahwa partisipasi penganggaran adalah sejauhmana manajer berpartisipasi dalam menyiapkan anggaran dan memengaruhi sasaran anggaran dari masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Darlis (2002) menyatakan partisipasi penganggaran terutama dilakukan oleh manajer tingkat menengah yang memegang pusat-pusat pertanggungjawaban dengan


(29)

17

menekankan pada keikutsertaan dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Keterlibatkan manajer dalam penyusunan anggaran, akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang sedang dan yang akan dihadapi serta membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran. Partisipasi juga dapat mengurangi tekanan serta kegelisahan pada bawahan. Hal ini karena manajer dapat mengetahui suatu tujuan yang relevan, yang dapat diterima dan dapat dicapai. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran merupakan suatu cara efektif untuk menciptakan keselarasan tujuan setiap pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara umum. Partisipasi akan mengarah pada komunikasi yang positif, karena dengan partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi.

Manfaat partisipasi penganggaran dalam penyusunan anggaran secara partisipasi akan menyebabkan manajer tingkat bawah memiliki rasa tanggung jawab atas realisasi dari pelaksanaan anggaran tersebut (Sugiwardani, 2012). Peningkatan tanggung jawab dan kreativitas akan memberikan kontribusi yang baik bagi organisasi terutama menyangkut kinerja dan produktivitas karyawan. Kelemahan partisipasi penganggaran menurut Hansen dan Mowen (2009) adalah sebagai berikut. 1) Penetapan standar yang terlalu tinggi atau rendah.

2) Masuknya slack (senjangan) dalam anggaran. 3) Partisipasi semu.


(30)

18

2.1.5 Kesenjangan Anggaran

Kesenjangan anggaran adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2007:289). Kesenjangan anggaran (budgetary slack) adalah selisih atau perbedaan antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran (Sugiwardani, 2012). Kesenjangan anggaran merupakan suatu tindakan dari bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika ia diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya (Young, 1985). Apabila bawahan berada dalam keadaan kesenjangan anggaran maka akan lebih cenderung untuk menganggarkan pendapatan lebih rendah dan pengeluaran lebih tinggi, dibandingkan dengan estimasi terbaik perusahaan mengenai jumlah-jumlah tersebut sehingga target anggaran akan lebih mudah dicapai.

Kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999). Penjelasan di atas menggambarkan partisipasi penganggaran digunakan untuk melihat keikutsertaan seseorang terhadap aktivitas anggaran yang sedang dibuat, sedangkan keterlibatan seseorang digunakan untuk melihat pandangan dan pengaruh seseorang dalam pekerjaannya (Latuheru, 2005). Kesenjangan anggaran itu sebenarnya muncul karena keinginan dari pemilik dan manajer yang tidak sama terutama jika kinerja tergantung pada pencapaian sasaran anggaran, karena manajer akan membuat kesenjangan


(31)

19

anggaran melalui proses partisipasi (Schiff dan Lewin, 1970, Chow et al. 1988, Grediani dan Sugiri, 2010).

2.1.6 Ambiguitas Peran

Ambiguitas peran menurut Luthans (2001:473) terjadi ketika individu tidak memeroleh kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya atau lebih umum

dikatakan “tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Job description yang tidak

jelas, perintah-perintah yang tidak lengkap dari atasan, dan tidak adanya pengalaman memberikan kontribusi terhadap ambiguitas peran. Robbins (2001) menyatakan bahwa ambiguitas peran muncul ketika peran yang diharapkan (role expectation) tidak secara jelas dimengerti dan seseorang tidak yakin pada apa yang dia lakukan.

Kreitner (2004) menyatakan bahwa Ambiguitas peran terjadi ketika seseorang tidak mengetahui akan harapan pada peran manajer. Yousef (2002), mendeskripsikan ambiguitas peran sebagai situasi dimana individu tidak memiliki arah yang jelas mengenai harapan akan perannya dalam organisasi. Kemudian Lapopolo (2002) menyebutkan bahwa ambiguitas peran muncul ketika seseorang karyawan merasa bahwa terdapat banyak sekali ketidakpastian dalam aspek-aspek peran atau keanggotaan karyawan tersebut dalam kelompok.

Barron dan Greenberg (1990:228) mengatakan bahwa ambiguitas peran dapat terjadi ketika individu mengalami ketidakpastian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaannya seperti, mengenai lingkup tanggung jawabnya, apa yang diharapkan darinya, dan bagaimana mengerjakan pekerjaan yang beragam.


(32)

20

Ambiguitas sering tidak disukai dan cukup mengakibatkan tekanan bagi banyak orang akan tetapi hal ini seringkali pula tidak dapat dihindari.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori serta hasil penelitian sebelumnya maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1 Pengaruh Ambiguitas Peran dalam memoderasi hubungan antara

Partisipasi Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran

Proses partisipasi dalam penganggaran mempunyai arti penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi karyawan dan manajer dengan memberikan mereka target untuk mencapai tujuan. Adanya proses partisipasi, pihak manajemen dapat memberikan informasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga pemilik perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan organisasi. Namun apabila pihak manajemen menyalahgunakan keterlibatannya dalam proses penyusunan anggaran, maka dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan anggaran. Wadhan (2005) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi penganggaran akan mengakibatkan kesenjangan anggaran dengan tujuan untuk memudahkan pencapaian anggaran mereka.


(33)

21

Veronika, dkk. (2008) menyatakan bahwa partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada agen untuk melakukan slack. Hal ini akibat, adanya keinginan untuk menghindari resiko, agen yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan kesenjangan (slack). Semakin tinggi resiko, manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan kesenjangan anggarannya (Falikhatun, 2007).

Ambiguitas peran merupakan ketidakbenaran informasi yang memadai yang diperlukan seseorang agar dapat menyelesaikan perannya secara optimal (Marini, 2001). Individu yang mengalami ambiguitas peran akan mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan dengan kurang efektif dibandingkan individu lain sehingga menurunkan kinerja individu.

Hasil penelitian Febrisa (2012) menyatakan bahwa ambiguitas peran yang dialami seseorang dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk menciptakan kesenjangan anggaran. Dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa manajer yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan mengalami ambiguitas peran akan cenderung menciptakan kesenjangan anggaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febi (2012) menunjukan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran, ambiguitas memperkuat hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran.

Karyawan dapat mengalami ambiguitas peran jika karyawan tersebut merasa tidak adanya kejelasan sehubungan dengan ekspektasi pekerjaan, seperti kurangnya informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tidak memeroleh


(34)

22

kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya. Ambiguitas peran yang dialami oleh karyawan dapat menyebabkan menurunnya motivasi kerja karena berdampak negatif terhadap perilaku individu, seperti timbulnya ketegangan kerja dan penurunan kepuasan kerja sehingga menurunkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, karyawan yang mengalami ambiguitas peran akan mengalami penurunan kinerja. Karyawan yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan mengalami ambiguitas peran akan memberikan informasi yang bias agar target anggaran mudah tercapai, sehingga kinerjanya terlihat baik. Anggaran yang disusun berdasarkan informasi yang bias akan menyebabkan anggaran tersebut tidak sesuai dengan estimasi terbaik perusahaan, hal tersebut cenderung menimbulkan kesenjangan anggaran. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1: Ambiguitas Peran Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kesenjangan anggaran telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan menunjukan hasil penelitian yang berbeda-beda. Hasil penelian yang dilakukan oleh Antle dan Eppen (1985) dalam Muhamad (2001), Young (1985), dan Falikhatun (2007) menunjukan hasil penelitian bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan pada kesenjangan anggaran. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Onsi (1973), Dunk (1993),


(35)

23

Camman (1976), Baiman (1982) dan Collins (1978) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi kesenjangan anggaran (budgetary slack).

Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kesenjangan anggaran. Tujuannya adalah untuk mengatahui pengaruh variabel moderasi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardila (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian. Ardila (2013) melakukan penelitian pada SKPD di Kota Padang, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Denpasar.

Lokasi penelitian yang digunakan oleh Ardila (2013) adalah SKPD di mana SKPD merupakan organisasi sektor publik. Dalam organisasi sektor publik tidak terdapat kebijakan pemberian bonus atau reward atas pencapaian target anggaran, sedangkan pada BPR terdapat kebijakan pemberian bonus atau reward atas pencapaian target anggaran, sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian.


(1)

18 2.1.5 Kesenjangan Anggaran

Kesenjangan anggaran adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2007:289). Kesenjangan anggaran (budgetary slack) adalah selisih atau perbedaan antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran (Sugiwardani, 2012). Kesenjangan anggaran merupakan suatu tindakan dari bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika ia diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya (Young, 1985). Apabila bawahan berada dalam keadaan kesenjangan anggaran maka akan lebih cenderung untuk menganggarkan pendapatan lebih rendah dan pengeluaran lebih tinggi, dibandingkan dengan estimasi terbaik perusahaan mengenai jumlah-jumlah tersebut sehingga target anggaran akan lebih mudah dicapai.

Kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999). Penjelasan di atas menggambarkan partisipasi penganggaran digunakan untuk melihat keikutsertaan seseorang terhadap aktivitas anggaran yang sedang dibuat, sedangkan keterlibatan seseorang digunakan untuk melihat pandangan dan pengaruh seseorang dalam pekerjaannya (Latuheru, 2005). Kesenjangan anggaran itu sebenarnya muncul karena keinginan dari pemilik dan manajer yang tidak sama terutama jika kinerja tergantung pada pencapaian sasaran anggaran, karena manajer akan membuat kesenjangan


(2)

19

anggaran melalui proses partisipasi (Schiff dan Lewin, 1970, Chow et al. 1988, Grediani dan Sugiri, 2010).

2.1.6 Ambiguitas Peran

Ambiguitas peran menurut Luthans (2001:473) terjadi ketika individu tidak memeroleh kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya atau lebih umum dikatakan “tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Job description yang tidak jelas, perintah-perintah yang tidak lengkap dari atasan, dan tidak adanya pengalaman memberikan kontribusi terhadap ambiguitas peran. Robbins (2001) menyatakan bahwa ambiguitas peran muncul ketika peran yang diharapkan (role expectation) tidak secara jelas dimengerti dan seseorang tidak yakin pada apa yang dia lakukan.

Kreitner (2004) menyatakan bahwa Ambiguitas peran terjadi ketika seseorang tidak mengetahui akan harapan pada peran manajer. Yousef (2002), mendeskripsikan ambiguitas peran sebagai situasi dimana individu tidak memiliki arah yang jelas mengenai harapan akan perannya dalam organisasi. Kemudian Lapopolo (2002) menyebutkan bahwa ambiguitas peran muncul ketika seseorang karyawan merasa bahwa terdapat banyak sekali ketidakpastian dalam aspek-aspek peran atau keanggotaan karyawan tersebut dalam kelompok.

Barron dan Greenberg (1990:228) mengatakan bahwa ambiguitas peran dapat terjadi ketika individu mengalami ketidakpastian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaannya seperti, mengenai lingkup tanggung jawabnya, apa yang diharapkan darinya, dan bagaimana mengerjakan pekerjaan yang beragam.


(3)

20

Ambiguitas sering tidak disukai dan cukup mengakibatkan tekanan bagi banyak orang akan tetapi hal ini seringkali pula tidak dapat dihindari.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori serta hasil penelitian sebelumnya maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1 Pengaruh Ambiguitas Peran dalam memoderasi hubungan antara Partisipasi Penganggaran pada Kesenjangan Anggaran

Proses partisipasi dalam penganggaran mempunyai arti penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi karyawan dan manajer dengan memberikan mereka target untuk mencapai tujuan. Adanya proses partisipasi, pihak manajemen dapat memberikan informasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga pemilik perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan organisasi. Namun apabila pihak manajemen menyalahgunakan keterlibatannya dalam proses penyusunan anggaran, maka dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan anggaran. Wadhan (2005) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi penganggaran akan mengakibatkan kesenjangan anggaran dengan tujuan untuk memudahkan pencapaian anggaran mereka.


(4)

21

Veronika, dkk. (2008) menyatakan bahwa partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada agen untuk melakukan slack. Hal ini akibat, adanya keinginan untuk menghindari resiko, agen yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan kesenjangan (slack). Semakin tinggi resiko, manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan kesenjangan anggarannya (Falikhatun, 2007).

Ambiguitas peran merupakan ketidakbenaran informasi yang memadai yang diperlukan seseorang agar dapat menyelesaikan perannya secara optimal (Marini, 2001). Individu yang mengalami ambiguitas peran akan mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan dengan kurang efektif dibandingkan individu lain sehingga menurunkan kinerja individu.

Hasil penelitian Febrisa (2012) menyatakan bahwa ambiguitas peran yang dialami seseorang dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk menciptakan kesenjangan anggaran. Dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa manajer yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan mengalami ambiguitas peran akan cenderung menciptakan kesenjangan anggaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febi (2012) menunjukan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran, ambiguitas memperkuat hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran.

Karyawan dapat mengalami ambiguitas peran jika karyawan tersebut merasa tidak adanya kejelasan sehubungan dengan ekspektasi pekerjaan, seperti kurangnya informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tidak memeroleh


(5)

22

kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya. Ambiguitas peran yang dialami oleh karyawan dapat menyebabkan menurunnya motivasi kerja karena berdampak negatif terhadap perilaku individu, seperti timbulnya ketegangan kerja dan penurunan kepuasan kerja sehingga menurunkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, karyawan yang mengalami ambiguitas peran akan mengalami penurunan kinerja. Karyawan yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan mengalami ambiguitas peran akan memberikan informasi yang bias agar target anggaran mudah tercapai, sehingga kinerjanya terlihat baik. Anggaran yang disusun berdasarkan informasi yang bias akan menyebabkan anggaran tersebut tidak sesuai dengan estimasi terbaik perusahaan, hal tersebut cenderung menimbulkan kesenjangan anggaran. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1: Ambiguitas Peran Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada

Kesenjangan Anggaran.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kesenjangan anggaran telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan menunjukan hasil penelitian yang berbeda-beda. Hasil penelian yang dilakukan oleh Antle dan Eppen (1985) dalam Muhamad (2001), Young (1985), dan Falikhatun (2007) menunjukan hasil penelitian bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan pada kesenjangan anggaran. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Onsi (1973), Dunk (1993),


(6)

23

Camman (1976), Baiman (1982) dan Collins (1978) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi kesenjangan anggaran (budgetary slack).

Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kesenjangan anggaran. Tujuannya adalah untuk mengatahui pengaruh variabel moderasi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardila (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian. Ardila (2013) melakukan penelitian pada SKPD di Kota Padang, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Denpasar.

Lokasi penelitian yang digunakan oleh Ardila (2013) adalah SKPD di mana SKPD merupakan organisasi sektor publik. Dalam organisasi sektor publik tidak terdapat kebijakan pemberian bonus atau reward atas pencapaian target anggaran, sedangkan pada BPR terdapat kebijakan pemberian bonus atau reward atas pencapaian target anggaran, sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN AMBIGUITAS PERAN DAN PENEKANAN ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Belitung Timur)

3 20 151

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 5 14

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAPKINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 4 16

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 4 7

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 3 25

PENUTUP PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 6 61

Internal Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penggangaran Terhadap Senjangan Anggaran Pada Bank Perkreditan Rakyat di Provensi Bali.

0 5 39

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DENGAN GROUP COHESIVENESS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

0 0 11

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Semarang - Unika Repository

0 0 12

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Semarang - Unika Repository

0 0 12