Internal Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penggangaran Terhadap Senjangan Anggaran Pada Bank Perkreditan Rakyat di Provensi Bali.
INTERNALLOCUS OF CONTROLSEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT
DI PROVINSI BALI
SKRIPSI
Oleh:
NGURAH GEDE PANDE HENDRA PRANATA NIM : 1206305174
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016
(2)
i
INTERNALLOCUS OF CONTROLSEBAGAI PEMODERASI
PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT
DI PROVINSI BALI
SKRIPSI
Oleh:
NGURAH GEDE PANDE HENDRA PRANATA NIM : 1206305174
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
(3)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 16 Mei 2016
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. Dra. Gayatri, M.Si..Ak. .. .
2. Sekretaris : Dr. I G.A.M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si. ..
3. Anggota : Gede Juliarsa, SE., M.Si. ..
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
(Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si.) (Dr. I G.A.M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si.) NIP : 19641225 199303 1 003 NIP : 19670501 199203 2 002
(4)
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Mei 2016 Mahasiswa
Ngurah Gede Pande Hendra Pranata NIM: 1206305174
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Internal Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran pada BPR di Provinsi Bali tepat pada waktunya.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi serta Dr. I Gst Ngr. Agung Suaryana, SE., M.Si.,Ak,. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. I Made Karya Utama, SE., M. Com,.Ak., selaku Pembimbing Akademis yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam melaksanakan perkuliahan.
5. Dr. I G.A.M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si., selaku Pembimbing Seminar dan Skripsi yang selalu meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta selalu memberikan semangat selama bimbingan penelitian dan penulisan skripsi serta serta membagi pengalamannya untuk penulis.
6. Dr. Dra. Gayatri, Msi.,Ak selaku penguji skripsi yang selalu meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan kepada penulis.
7. Gede Juliarsa, SE., M.Si., selaku pembahas skripsi yang selalu meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan kepada penulis.
(6)
v
8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
9. Bapak, Ibu, Adik, Sri Wahyuni dan semua keluarga besar atas dukungan dan doa yang tulus tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta dorongan baik moral, materiil dan spiritual kepada penulis.
10. Sahabat yang setia membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi Yudi Aristianto, Kadek Mudiarsana, dan Febi Suryani.
11. Sahabat-sahabat Wisnu, Cok Meggy, Gus Adi, Putra Pranata, Artha Septiana, Ahmad Taufik, M. Rayinda, serta teman-teman yang telah banyak membantu serta memberi warna dalam masa-masa kuliah ini serta dukungannya kepada penulis.
12. Teman-teman pejuang skripsi Adi, Dwik, Wiguna, April, Agnes, Linda, Ucca, Ratna untuk semangat yang diberikan kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Denpasar, Mei 2016
(7)
vi
Judul : Internal Locus Of Control sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Bali
Nama : Ngurah Gede Pande Hendra Pranata NIM : 1206305174
ABSTRAK
Partisipasi manajemen dalam proses penyusunan anggaran cenderung menimbulkan senjangan anggaran tergantung pada kepentingan yang dimiliki oleh manajemen. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran serta mengetahui internallocus of control sebagai variabel moderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran. Penelitian ini dilakukan pada 35 Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Bali dan masing-masing Bank Perkreditan Rakyat diambil 3 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada 105 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan anggaran. Internal Locus of Control dapat memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran.
Kata kunci: partisipasi penganggaran, Internal Locus of Control, senjangan anggaran.
(8)
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.5 Sistematika Penulisan... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10
2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10
2.1.2 Teori Kontijensi... 11
2.1.3 Anggaran ... 13
2.1.4 Proses Penyusunan Anggaran ... 18
2.1.5 Partisipasi Penganggaran... 19
2.1.6 Senjangan Anggaran ... 21
2.1.7 InternalLocus Of Control... 22
2.2 Pengembangan Hipotesis... 24
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran. ... 25
2.2.2 Pengaruh InternalLocus Of Controlterhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Senjangan Anggaran. ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 28
3.1 Desain Penelitian ... 28
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 29
3.3 Obyek Penelitian ... 29
3.4 Identifikasi Variabel ... 29
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.6.1 Jenis Data ... 31
3.6.2 Sumber Data ... 32
3.7 Populasi, Sampel, Metode Penentuan Sampel Penelitian, dan Responden Penelitian ... 32
(9)
viii
3.7.1 Populasi Penelitian ... 32
3.7.2 Sampel Penelitian ... 32
3.7.3 Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 33
3.7.4 Responden Penelitian ... 34
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.9 Teknik Analisis Data ... 35
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35
3.9.2 Uji Instrumen... 35
3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 36
3.9.4 Uji Anova (analysis of varian) ... 37
3.9.5 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 38
3.9.6 Metode Pengujian Hipotesis... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40
4.1 Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat 40 4.1.1 Difinisi, Asas, Fungsi, Tujuan BPR, dan Sasaran BPR .. 41
4.1.2 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 41
4.1.3 Perijinan BPR ... 42
4.1.4 Struktur Organisasi BPR ... 43
4.2 Data Penelitian... 48
4.2.1 Responden Penelitian ... 48
4.2.2 Profil Responden ... 50
4.3 Hasil Penelitian... 52
4.3.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 52
4.3.2 Uji Instrumen Penelitian... 54
4.3.3 Uji Asumsi Klasik ... 55
4.3.4 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana... 58
4.3.5 Hasil Uji ANOVA ... 59
4.3.6 Hasil UjiModerated Regression Analysis(MRA)... 61
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 64
4.4.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran ... 64
4.4.2 Pengaruh InternalLocus of Controldalam Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran ... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 66
5.1 Simpulan... 66
5.2 Saran ... 66
DAFTAR RUJUKAN... 68
(10)
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 3.1 Rincian Perhitungan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian... 33
Tabel 4.1 Rincian Distribusi Kuesioner ... 49
Tabel 4.2 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 50
Tabel 4.3 Demografi Responden... 51
Tabel 4.4 Hasil Statistik Deskriptif ... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji R2... 58
Tabel 4.11 Hasil Regresi Linier Sederhana... 58
Tabel 4.12 Pairwise Comparions ... 59
Tabel 4.13 Descriptive Statistics... 60
Tabel 4.14 Hasil Uji Keterkaitan InternalLocus of Control... 61
Tabel 4.15 Hasil UjiAdjustedR2... 62
Tabel 4.16 Hasil Uji F... 62
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 28 4.1 Struktur Organisasi BPR ... 43
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Daftar Nama dan Alamat BPR di Provinsi Bali... 74
2 Daftar Nama dan Alamat BPR yang Digunakan Sampel Penelitian ... 79
3 Kuesioner Penelitian ... 81
4 Statistik Deskriptif ... 85
5 Uji Validitas Variabel Partisipasi Anggaran (X1) ... 86
6 Hasil Uji Reliabilitas... 89
7 Uji Normalitas (Regresi Linier Sederhana) ... 90
8 Uji Heteroskedastisitas (Regresi Linier Sederhana) ... 91
9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 91
10 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 92
11 Hasil Uji Anova ... 93
(13)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank Perkreditan Rakyat berbeda dengan bank umum lainnya karena Bank Perkreditan Rakyat berorientasi pada usaha masyarakat di daerah. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat sangat dirasakan oleh pemerintah Indonesia, khususnya dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena Bank Perkreditan Rakyat berorientasi pada kemajuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui kredit atau pinjaman yang diberikan. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan (Setyari, 2007). Bali merupakan salah satu provinsi yang masyarakatnya sadar akan pentingnya lembaga keuangan yang memudahkan usaha mereka. Sampai saat ini jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Bali berjumlah 137 BPR yang tersebar di 9 Kabupaten di Bali. Provinsi Bali tercatat sebagai Provinsi ke-4 yang memiliki jumlah BPR terbanyak setelah Provinsi Jawa Timur (325 BPR), Jawa Barat (299 BPR), dan Jawa Tengah (253 BPR) (Bank Indonesia, 2016) sehingga potensi pemberian kredit kepada masyarakat cukup tinggi. Hal tersebut mewajibkan BPR untuk meningkatkan kinerja usahanya.
Lingkungan usaha yang semakin kompetitif menuntut masing-masing bank untuk dapat mengelola usahanya secara efektif dan efisien sehingga dapat
(14)
2
memenangkan persaingan. Bank membutuhkan suatu alat perencanaan dan pengendalian yang baik sehingga kegiatan operasional bank dapat berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Alat yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengendalian tersebut adalah anggaran.
Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (Nouri, 1996). Anggaran memegang peranan penting bagi manajemen sebagai alat untuk mengendalikan operasi perusahaan agar strategi yang ditetapkan dapat digunakan dalam mencapai tujuan perusahaan (Triana dkk. 2012). Anggaran membantu manajer untuk lebih bertanggungjawab karena anggaran merupakan cara untuk mengkomunikasikan rencana, mengalokasikan sumber daya, menentukan tujuan, dan berfungsi sebagai patokan dalam suatu organisasi (Garrison dan Noreen dalam Bradshawet al. 2007). Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Schief dan Lewin, 1970; Welsch, Hilton dan Gordon, 1996). Anggaran dapat juga dikatakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang perusahaan. Anggaran dideskripsikan sebagai sebuah rencana tentang kegiatan di masa mendatang yang mengidentifikasikan kegiatan perusahaan sampai dengan tujuan (Yuwono,1999), alat koordinasi dan komunikasi antara pimpinan dengan bawahan di dalam organisasi (Kenis, 1979). Menurut Arbenethy dan Brownell (1999), saat anggaran dibuat dengan proses interaktif, maka anggaran tersebut dapat menjadi
(15)
3
alat perencanaan, evaluasi dan kontrol yang baik dalam implementasi rencana strategi.
Partisipasi penganggaran adalah proses penyusunan anggaran yang melibatkan individu-individu yang mempunyai pengaruh terhadap target anggaran (Brownell, 1980). Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Terdapat perilaku individu yang mungkin timbul sebagai akibat dari partisipasi penganggaran, misalnya peningkatan kinerja karena penghargaan yang diberikan perusahaan apabila target anggaran telah tercapai (Raghunandan et al. 2012). Terdapat dua macam metode partisipasi yang dapat dilakukan dalam penyusunan anggaran, yaitu dengan metode top-down dan bottom-up (Rosalina, 2011). Metode top-down merupakan metode penyusunan anggaran yang hampir seluruhnya dilakukan oleh manajemen level atas, sedangkan manajemen level menengah dan level bawah hanya melaksanakan anggarannya saja. Sedangkan metode bottom-up merupakan metode penyusunan anggaran yang dilakukan oleh manajemen level bawah kemudian dilanjutkan oleh manajemen level menengah dan disahkan oleh manajemen level atas. Partisipasi manajer maupun bawahan dalam penyusunan anggaran sangat diperlukan, mengingat bahwa merekalah yang lebih mengetahui tentang tugas dan kondisi yang akan mereka hadapi pada setiap bagian dimana mereka ditempatkan oleh karena itu, adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran sering dikatakan efektif, efisien dan informasi yang dihasilkan lebih akurat namun setiap anggota organisasi yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran akan cenderung untuk membuat anggaran yang bias atau terlalu rendah, tergantung dari perilaku yang dimiliki oleh anggota organisasi, karena dengan
(16)
4
membuat anggaran yang rendah akan membuat mereka lebih gampang mencapainya, sehingga kinerja mereka terlihat baik. Perilaku anggota organisasi yang menyusun anggaran dengan cara ini akan menciptakan senjangan anggaran. Bahkan beberapa ahli (antara lain Lyne, 1995; Walker dan Choudhury, 1987) menyatakan bahwa timbulnya senjangan anggaran dalam penyusunan anggaran secara partisipatif adalah merupakan hal yang biasa (common).
Seringkali manajer bawah memperendah kemampuan kinerjanya dengan meninggikan kebutuhan sumber-sumber daya yang dialokasikan dalam anggaran atau meninggikan pengeluaran atau memperendah pendapatan dalam menyusun anggaran (Kren, 2003). Senjangan anggaran akan membuat informasi yang dihasilkan diragukan keakuratannya. Beberapa hasil penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara partisipasi bawahan dengan senjangan anggaran menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan Lowe dan Shaw (1968), Young (1985), Lukka (1988), Falikhatun (2007), Kartika (2010), Widyaningsih (2011), dan Pello (2014), menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan senjangan anggaran berpengaruh positif. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam penganggaran membawa kepentingan pribadinya. Ketika orang tersebut diberikan kesempatan untuk ikut dalam proses penyusunan anggaran maka secara tidak langsung orang itu memiliki kesempatan menciptakan senjangan anggaran. Sebaliknya, hasil penelitian Camman (1976), Merchant (1985), Chow et al (1988), Dunk (1993), Supanto (2010) dan Apriyandi (2011) menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi senjangan anggaran atau dapat dikatakan berpengaruh negatif.
(17)
5
Keikutsertaan seseorang dalam menyusun suatu anggaran maka orang tersebut akan merasa terlibat dan harus bertanggung jawab pada pelaksanaan anggaran, sehingga nantinya dapat melaksanakan anggaran tersebut dengan baik. Oleh sebab itu, kemungkinan timbulnya senjangan anggaran pun dapat diminimalkan. Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa masih terdapat ketidak konsistenan dari hasil penelitian sebelumnya, apakah partisipasi penganggaran memiliki pengaruh secara pasti pada senjangan anggaran atau sebaliknya partisipasi penganggaran tidak memiliki pengaruh pada senjangan anggaran. Karena hasil dari penelitian sebelumnya masih bertentangan, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali hubungan partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran.
Perbedaan hasil penelitian yang ada dapat diselesaikan melalui pendekatan kontingensi (contingency approach). Pemakaian pendekatan kontingensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor moderating atau intervening yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Hal ini dikarenakan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian ini memasukkan variabel internal locus of control sebagai variabel pemoderasi, dimana pada dasarnya kinerja seorang manajerial ditentukan oleh kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal dari dalam individu yang disebut dengan faktor individual, kondisi yang berasal dari luar individu yang disebut faktor situasional dan di dalam salah satu faktor individual tersebut terdapat internallocus of control(Alter 1992 dalam Rezsa 2008). InternalLocus of control merupakan karakteristik psikologis sebagai keyakinan masing-masing individu
(18)
6
karyawan tentang kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya. Locus of control didefinisikan Mac Donald (1973) dalam Tsui dan Gul (1996) sebagai sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan keefektifan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan senjangan anggaran melalui pendekatan kontingensi, maka penulis tertarik untuk fokus pada variabel pemoderasi yang hanya akan memberikan pengaruh dalam hal memperlemah hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan senjangan anggaran, dengan memilih mengobservasi internal locus of control saja tanpa mempertimbangkan eksternal locus of control. Seseorang yang memiliki Internal locus of control akan membuat orang tersebut menjadi lebih aktif dan mampu memilih informasi yang dia butuhkan. Seseorang dengan kemampuannya sendiri, dia dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, apakah itu baik atau buruk, sehingga dapat mengurangi terjadinya senjangan anggaran (Silmilian, 2013). Sebaliknya, individu yang tidak memiliki Internal Locus of control akan menimbulkan terjadinya senjangan anggaran apabila dia terlibat dalam penyusunan anggaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya dan masih terdapat ketidak konsistenan hasil pada penelitian terdahulu, maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian kembali dengan judul Internal Locus Of Control sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Senjangan Anggaran .Penelitian ini akan dilakukan pada BPR di Provinsi Bali.
(19)
7 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian yang hendak dibahas adalah :
1) Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran pada BPR di Provinsi Bali?
2) Apakah internal locus of control dapat memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada BPR di Provinsi Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran pada BPR di Provinsi Bali
2) Untuk mengetahui pengaruh internal locus of control berpengaruh terhadap senjangan anggaran pada BPR di Provinsi Bali
3) Untuk mengetahui pengaruh internal locus of control dalam memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada BPR di Provinsi Bali.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(20)
8 1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai penerapan teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, dan bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai bagaimana pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran yang dimoderasi oleh internal locus of control . Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian sejenis maupun civitas akademika lainnya untuk dapat semakin memperluas wawasan.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini selain memiliki kegunaan teoritis, juga diharapkan memiliki kegunaan praktis, yaitu bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan, bahan pertimbangan bagi manajer dalam menetapkan keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran.
1.5 Sistematika Penulisan
Pada tulisan ini, penulis membagi penulisan menjadi 5 Bab, yaitu:
BAB I Bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. BAB II Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada
hubungannya dengan pokok permasalahan yaitu mengenai partisipasi penganggaran, internal locus of control, dan senjangan anggaran.
(21)
9
BAB III Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, teknik penentuan sampel, responden penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat dan gambaran umum BPR, responden penelitian, pembahasan mengenai statistik deskriptif, teknik analisis, uji instrumen, uji asumsi klasik, moderated regression analysis, uji anova, dan uji hipotesis penelitian.
BAB V Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada bab ini juga dijelaskan tentang saran yang diberikan oleh penulis dalam penelitian ini.
(22)
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan agensi muncul ketika satu pihak atau lebih (principal) memperkerjakan pihak lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang kepada agen tersebut untuk membuat suatu keputusan (Anthony dan Govindajaran, 2007). Teori keagenan yang dimaksudkan dalam praktik senjangan anggaran adalah konflik kepentingan antara agen dan principal yang muncul pada saat tiap pihak berusaha mencapai keberhasilan yang mereka kehendaki. Dalam proses penyusunan anggaran perusahaan, manajer yang berpartisipasi cenderung akan memberikan informasi berbeda dari sumber daya yang seharusnya mereka miliki dengan tujuan untuk mendapatkan rewards. Hal tersebut dapat menyebabkan agen salah dalam menyajikan informasi kepada prinsipal, sehingga prinsipal mengambil keputusan yang salah yang berdampak pada kelancaran kegiatan operasional perusahaan.
Hubungan keagenan ini akan mengakibatkan dua permasalahan yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik, dan (b) terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan kepentingan/tujuan tersebut, dimana manajemen tidak selalu
(23)
11
bertindak sesuai kepentingan pemilik. Ikhsan dan Iskak (2005: 56) menyatakan hal yang banyak terjadi dalam teori keagenan adalah agent lebih memahami organisasi sehingga menimbulkan asimetri informasi yang menyebabkan principal tak mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan agent benar-benar optimal. Adanya asimetri informasi ini menyebabkan kemungkinan timbulnya konflik antara pihak principal dan agent. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya atau tidaknya informasi yang disampaikan tersebut.
2.1.2 Teori Kontijensi
Sebuah perusahaan berkaitan erat dengan suatu interaksi dalam penyesuaian dan pengendalian terhadap lingkungan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Ikhsan dan Ishak, 2011). Pendekatan kontijensi (Contijency Approach), merupakan perkembangan penting dari akuntansi manajerial. Menurut Otley (1980) para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisa dan mendisain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk melihat hubungan variabel-vaiabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas, struktur dan kultur budaya organisasional, ketidakpastian strategi dengan
(24)
12
desain sistem akuntansi manajamen. Pendekatan kontijensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem akuntansi manajemen menjadi lebih efektif.
Saat ini perumusan kontijensi telah mempertimbangkan pengaruh dari teknologi, struktur organisasi dan teori serta lingkungan dalam upaya menjelaskan bagaimana sistem akuntansi berbeda dalam berbagai situasi. Efektifitas suatu organisasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan merupakan berbagai subsistem untuk memenuhi tuntutan lingkungan yang saling berhubungan. Teori kontijensi menyatakan bahwa lingkungan eksternal organisasi banyak mengandung ketidakpastian. Tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian tertentu dapat berjalan efektif hanya untuk perusahaan tertentu saja, hal ini diakibatkan oleh tidak ada strategi yang sama untuk semua organisasi karena setiap organisasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sistem yang dirancang dan digunakan dalam suatu perusahaan belum tentu dapat dipakai oleh organisasi lainnya. Kondisi dan lingkungan di sekitar perusahaan yang menyebabkan sistem dalam suatu perusahaan menjadi berbeda. Desain dan sistem pengendalian dalam suatu organisasi bergantung pada konteks organisasi dimana pengendalian tersebut dilaksanakan.
Pendekatan kontijensi dipakai dalam penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran pada senjangan anggaran. Teori kontijensi menjelaskan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran harus disesuaikan untuk masing-masing organisasi yang berbeda dan dalam keadaan tertentu dalam perusahaan. Penelitian ini menggunakan faktor kontijensi berupa
(25)
13
internal locus of control sebagai variabel moderasi karena dianggap mampu memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
2.1.3 Anggaran
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2002:61). Berdasarkan PP No. 71 tahun 2010, anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Pengganggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara sistematis yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam unit (satuan) moneter standar satuan ukuran lain yang berlaku untuk jangka waktu (periode) satu tahun (Mulyadi, 2001:488). Menurut Kenis (1979) dalam Burhanuddin (2009), anggaran merupakan satu alat untuk pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, dan motivasi, bukan hanya mencakup suatu rencana keuangan semata yang terdiri dari seperangkat biaya dan pendapat sasaran suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan. Sehingga suatu anggaran dapat memberikan atau berkontribusi atas dasar untuk manajer dalam mengukur efisiensi serta pengidetifikasian masalah-masalah.
Menurut (Mulyadi, 2001:490), Karakteristik anggaran diantaranya: 1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan non keuangan 2) Mencakup periode waktu satu tahun
(26)
14
3) Anggaran mencakup komitmen atau kesanggupan manajemen, tanggung jawab yang telah disetujui oleh para manajer untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran
4) Pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran terlebih dahulu memeriksa kembali usulan anggaran untuk selanjutnya disetujui
5) Anggaran tidak dapat diubah dibawah kondisi tertentu, karena anggaran hanya ditetapkan atau disetujui sekali saja.
6) Diperlukan melakukan perbandingan kinerja keuangan dengan anggaran untuk mengetahui selisih kemudian dianalisis dan dijelaskan kembali.
Menurut Nafarin (2007:19), manfaat anggaran diantaranya:
1) Segala sumber daya yang terdapat di perusahaan (tenaga kerja, peralatan, dan dana) dapat dipergunakan seefisien mungkin.
2) Dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kelebihan dan kekurangan tenaga kerja.
3) Memotivasi pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran 4) Pemborosan dan pembayaran yang tidak perlu dapat dihindari
5) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran
6) Manajer dapat memanfaatkan anggaran untuk pendidikan
Tujuan dari disusunnya suatu anggaran menurut Nafarin (2007:19): 1) Sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana 2) Digunakan untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
(27)
15
3) Untuk mengadakan pembatasan jumlah sumber dana yang dicari dan digunakan
4) Untuk merasionalkan sumber dan investasi dana supaya hasil yang akan dicapai dapat maksimal
5) Rencana yang telah disusun dapat disempurnakan karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan terlihat nyata
6) Setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan akan ditampung dan dianalisa serta diputuskan hasilnya
Menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:8), keunggulan dari penyusunan anggaran antara lain:
1) Sebelum suatu penyusunan anggaran dilaksanakan terlebih dahulu harus diproyeksikan. Bagi manajemen, hasil proyeksi ini akan menciptakan peluang untuk pemilihan rencana kedepan yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan.
2) Analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan sangat bermanfaat bagi manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut.
3) Sebagai patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh, anggaran dipakai penelitian untuk pekerjaan.
4) Diperlukan dukungan organisasi yang baik sehingga setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan dan kewajibannya. Sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan dalam melakukan suatu kegiatan.
(28)
16
5) Terciptanya perasaan ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran (sense of participation)
Menurut Nafarin (2007:19), selain keunggulan yang dimiliki oleh suatu anggaran, terdapat pula beberapa kelemahan antara lain:
1) Mengandung unsur ketidakpastian karena anggaran tersebut dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan
2) Memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit dalam penyusunan anggaran yang cermat
3) Berdampak pada pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran seperti menentang sehingga tidak efisien dan efektif
Berdasarkan penjelasan diatas maka perusahaan dapat dinilai dengan perbandingan dan analisis untuk selanjutnya akan diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasinya. Kelemahan-kelemahan dan keunggulan yang dimiliki perusahaan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk penyusunan anggaran selanjutnya lebih akurat. Selain itu agar perusahaan berjalan dengan baik maka suatu anggaran biasanya diterapkan dalam bentuk paket, yaitu anggaran tersebut disusun dengan lengkap menyangkut rencana untuk keseluruhan, sehingga meliputi anggaran untuk beberapa bagian perusahaan.
Jenis-jenis anggaran menurut Nafarin (2007:19), dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya:
1) Menurut penyusunnya:
a) Anggaran variabel merupakan anggaran yang disusun berdasarkan interval (jarak), kapasitas (kegiatan) tertentu dan intinya merupakan suatu seri
(29)
17
anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda
b) Anggaran tetap merupakan anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu
2) Menurut cara penyusunannya :
a) Angggaran periodik yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.
b) Anggaran kontinyu yaitu anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3) Menurut jangka waktunya
a) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) yaitu anggaran yang dibuat dalam jangaka waktu paling lama sampai satu tahun. Dipakai sebagai keperluan modal kerja
b) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Dibuat untuk keperluan investasi barang modal dan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
4) Menurut bidangnya:
a) Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran rugi laba yang terdiri dari anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran laporan laba rugi.
(30)
18
b) Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca, anggaran ini terdiri anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran hutang dan anggaran neraca.
c) Anggaran induk merupakan suatu jaringan kerja yang berisi berbagai macam anggaran yang terpisah namun saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain.
5) Menurut kemampuan menyusun:
a) Komprehensif budget yaitu rangkaian berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap
b) Partial budgetyaitu anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja
6) Menurut fungsinya :
a) Appropriation budget adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Misalnya anggaran untuk penelitian dan pengembangan
b) Performance budget adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menilai apakah biaya atau beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
2.1.4 Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran yang dikemukakan oleh Ikhsan dan Ishak (2011:228) dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu :
(31)
19 1) Penetapan tujuan
Menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus merupakan aktivitas awal dalam perencanaan anggaran. Dalam proses penetapan tujuan sebaiknya manajer tingkat bawah dan para karyawan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dengan demikian proses penyusunan anggaran akan terlaksana lebih efektif.
2) Implementasi
Mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi merupakan hal yang dilakukan dalam tahap implementasi. Konsep keperilakuan utama yang mempengaruhi tahap implementasi adalah komunikasi, kerjasama, dan koordinasi.
3) Pengendalian dan evaluasi kinerja
Dalam tahap ini, anggaran digunakan sebagai tolak ukur suatu keberhasilan terhadap kinerja nyata dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan.
2.1.5 Partisipasi Penganggaran
Partisipasi penganggaran didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan para manajer dalam menentukan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya dalam suatu organisasi (Wartono, 1998). Disini partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik manajer tingkat bawah maupun manajer tingkat atas, dengan kata lain anggaran yang disusun tidak semata-mata ditentukan oleh atasan saja, melainkan juga keterlibatan bawahan.
(32)
20
Pada sebagian besar organisasi, para manajer di tingkat menengah ke bawah lebih banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan dengan atasannya. Sementara disisi lain, manajemen tingkat atas yang lebih dominan dalam posisinya akan merasakan lebih mampu menyusun anggaran. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya perbedaan persepsi pada kedua tingkatan manajer ini, serta memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif, maka para manajer bawah di tingkat organisasi harus diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dalam proses penyusunan anggaran dengan mengungkapkan informasi yang dimiliki yang terkait dengan pekerjaan sebagai kontribusi dalam penetapan jumlah anggaran (Andrianto, 2008). Partisipasi para manajer dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan inisiatif mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi meningkatkan kebersamaan, dan merasa memiliki, sehingga kerjasama diantara anggota dalam mencapai tujuan juga ikut meningkat. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran merupakan suatu cara efektif untuk menciptakan keselarasan tujuan setiap pusat pertanggungjawaban dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh (Siegel dan Marconi, 1989).
Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) membedakan proses penganggaran sebagai berikut:
1)Top down approach
Anggaran disusun oleh manajer tingkat atas dengan sedikit atau bahkan sama sekali tidak bekerjasama dengan manajer tingkat bawah. Atau dapat dikatakan tidak ada keterlibatan manajer tingkat bawah.
(33)
21 2)Bottom up approach
Anggaran yang disiapkan oleh pihak pelaksana anggaran tersebut yang kemudian diteruskan kepada tingkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuan.
3) Top down dan bottom up approach
Penyusunan anggaran dimulai dari pimpinan tertinggi kemudian dijabarkan oleh karyawan bawahan, berarti anggaran berdasarkan pedoman dari pimpinan kemudian dilanjutkan oleh bawahan.
2.1.6 Senjangan Anggaran
Senjangan anggaran adalah tindakan bawahan menyatakan terlalu rendah kapabilitas atau kemampuan produktifnya ketika mengusulkan anggaran (Young, 1985). Senjangan anggaran merupakan perbedaan yang dihasilkan antara estimasi anggaran dengan realisasi anggaran. Bawahan menciptakan senjangan anggaran dengan menyatakan terlalu tinggi biaya yang direncanakan serta menyatakan terlalu rendah pendapatan yang diharapkan.
Terdapat 3 (tiga) alasan utama manajer melapis anggaran dengan senjangan anggaran (Hilton dalam Falikhatun, 2007:208), yaitu:
1) Hasil pekerjaan mereka akan terlihat baik dimata atasan apabila mereka dapat mencapai anggaran tersebut.
2) Senjangan anggaran selalu digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, jika tidak ada kejadian tak terduga manajer tersebut dapat melampaui anggaran. Sedangkan, apabila ada kejadian tak terduga maka ia dapat menggunakan
(34)
22
senjangan tersebut untuk mengurangi kejadian tersebut dan masih dapat mencapai anggaran.
3) Bahwa rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya.
Dapat disimpulkan, bahwa senjangan anggaran merupakan suatu fenomena yang terjadi pada saat proses perencanaan anggaran, ketika seseorang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyatakan target anggaran maka dia tidak akan membuat target sesuai kemampuan optimalnya, akan tetapi membuat anggaran yang mudah dicapai sehingga timbul senjangan anggaran.
2.1.7 InternalLocus Of Control
Locus of control didefinisikan sebagai besarnya keyakinan karyawan terhadap kemampuannya dalam mengahadapi tantangan dalam bekerja tergantung pada dirinya sendiri dan juga lingkungannya (Triana dkk. 2012). Menurut Robbins (2007:136) tempat kendali (locus of control) adalah suatu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri. Locus of control adalah keyakinan bahwa seorang individu dapat atau tidak dapat mengendalikan kejadian yang mempengaruhi mereka. Dalam hal pembelajaran sosial, Rotter (1966) dalam Nanda (2010) menyatakan bahwa individu menerima kekuatan yang berbeda pada beberapa kondisi.Sifat-sifatlocus of controlterdiri dari:
a) Bersifat internal, di mana orang-orang berpendapat bahwa mereka mengendalikan nasib mereka sendiri.
(35)
23
b) Bersifat eksternal, di mana orang-orang yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar.
Internal locus of control memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding eksternal locus of controldalam sebuah lingkungan organisasi dalam memberikan kinerja yang lebih memuaskan. Dalam internallocus of control, individu meyakini bahwa mereka memegang kendali atas peristiwa-peristiwa atau segala sesuatu yang terjadi pada mereka. Seseorang yang mempunyai internal locus of control memiliki tingkat keyakinan yang lebih kuat. Seseorang dengan internal locus of control akan menjadi lebih aktif dan mampu memilih informasi yang dia butuhkan. Dengan kemampuannya sendiri dia dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, apakah itu baik atau buruk. Individu dengan internal locus of control yang tinggi, memiliki pengendalian diri yang lebih baik, cenderung lebih menunjukkan perilaku politik, dan lebih memiliki kemungkinan untuk mencoba mempengaruhi orang lain. Locus of control diperkirakan akan berpengaruh pula terhadap kemungkinan diciptakannya senjangan anggaran. Seseorang yang memiliki internal locus of control diperkirakan cenderung untuk tidak menciptakan kesenjangan anggaran meskipun ia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sementara seseorang yang memiliki eksternallocus of controlakan cenderung untuk menciptakan senjangan anggaran bila ia berkesempatan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran karena keraguan yang dimilikinya.
Menurut Robbins (2007), elemen yang dapat dijadikan indikator untuk internallocus of controladalah sebagai berikut :
(36)
24 1) Kepercayaan diri
Jika karyawan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri maka karyawan tersebut memiliki external locus of control, dan sebaliknya jika karyawan percaya akan kemampuan diri sendiri maka karyawan tersebut memiliki internallocus of control.
2) Usaha/kerja keras
Jika karyawan tidak bekerja dengan sekuat tenaga, maka karyawan tersebut memiliki externallocus of control, dan jika mereka bekerja dengan sekuat tenaga maka karyawan tersebut memiliki internallocus of control.
3) Kepercayaan akan adanya takdir
Jika karyawan memiliki kepercyaan akan adanya takdir yang menentukan dan mengiringi setiap aktivitasnya, maka karyawan tersebut memiliki external locus of control, dan jika mereka tidak memiliki kepercayaan bahwa takdir dapat menentukan semua aktivitasnya maka karyawan tersebut memiliki internal locus of control.
2.2 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2013:93). Maka berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, teori teori yang mendukung, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(37)
25
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran. Partisipasi merupakan cara efektif menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara menyeluruh. Partisipasi penganggaran memiliki arti penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi bawahan dengan memberikan target untuk mencapai tujuan. Dengan adanya proses partisipasi, pihak manajemen dapat memberikan informasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga pemilik perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan organisasi (Ikhsan dan Ishak, 2005). Meskipun partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki berbagai keunggulan, namun ada juga penelitian yang menemukan permasalahan yang ditimbulkan dalam partisipasi penganggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) menyatakan partisipasi bawahan dalam menyusun anggaran dapat memicu terjadinya senjangan anggaran. Hal ini disebabkan oleh bawahan yang cenderung membuat anggaran yang mudah dicapai yaitu dengan cara melonggarkan anggaran. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran membuat bawahan akan leluasa dalam menentukan apa yang akan dicapai untuk kepentingan sendiri bukan kepentingan organisasi atau institusi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Djasuli (2011) yang menyebutkan partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran.
Menurut Lau dan Eggleton (2003) bawahan memiliki inisiatif yang besar untuk menciptakan senjangan anggaran dalam proses partisipasi penganggaran disebabkan karena bawahan memiliki informasi lebih dibandingkan atasan serta adanya target anggaran yang diberikan kepada bawahan. Bawahan akan cendrung
(38)
26
menyatakan kebutuhan yang tinggi dan produktivitas yang rendah dalam anggaran yang disusunnya untuk memudahkan tercapainya anggaran tersebut (Widanaputra dan Mimba, 2014)
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) dan Ramdeen (2006) yang menyatakan semakin tinggi partisipasi pengganggaran maka semakin tinggi pula senjangan anggaran yang ditimbulkan. H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran.
2.2.2 Pengaruh Internal Locus Of Control terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Senjangan Anggaran.
Locus of control didefinisikan sebagai besarnya keyakinan karyawan terhadap kemampuannya dalam mengahadapi tantangan dalam bekerja tergantung pada dirinya sendiri dan juga lingkungannya (Triana Maya dkk. 2012). Locus of control dibagi menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of control. Seseorang yang memiliki internal locus of control diperkirakan cenderung untuk tidak menciptakan kesenjangan anggaran meskipun ia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sementara seseorang yang memiliki eksternal locus of control akan cenderung untuk menciptakan senjangan anggaran bila ia berkesempatan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran karena keraguan yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi dan Mardiasmo (2002) yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh terhadap slack anggaran. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan oleh Sinaga (2013) pada SKPD Daerah Kota Pematang Siantar menunjukan bahwa variable internallocus of control mampu memoderasi
(39)
27
hubungan antara partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Pello (2014) pada hotel berbintang di Kabupaten Badung menunjukan bahwa internallocus of control mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ardianti (2015) dimana variabel Internal locus of control
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Dimana, apabila setiap individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran memiliki internallocus of controlyang tinggi, maka individu tersebut tidak akan melakukan senjangan anggaran. Hal ini disebabkan karena setiap individu yang memiliki internallocus of controlyang tinggi akan mengetahui konsekuensi apa yang akan diterimanya apabila melakukan senjangan anggaran (Sari, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Licata, et al., (1986), Manajer dengan internallocus
of control lebih bisa memberikan kesempatan untuk bawahan untuk mengemukakan
pendapat mereka daripada manajer denganlocus of controleksternal.Setiap individu dengan internal locus of control yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggungjawab atas kinerjanya tersebut, sehingga dalam hal ini setiap individu tidak akan melakukan senjangan anggaran.
H2 :Internal locus of control mampu memperlemah hubungan partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran.
(1)
senjangan tersebut untuk mengurangi kejadian tersebut dan masih dapat mencapai anggaran.
3) Bahwa rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya.
Dapat disimpulkan, bahwa senjangan anggaran merupakan suatu fenomena yang terjadi pada saat proses perencanaan anggaran, ketika seseorang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyatakan target anggaran maka dia tidak akan membuat target sesuai kemampuan optimalnya, akan tetapi membuat anggaran yang mudah dicapai sehingga timbul senjangan anggaran.
2.1.7 InternalLocus Of Control
Locus of control didefinisikan sebagai besarnya keyakinan karyawan terhadap kemampuannya dalam mengahadapi tantangan dalam bekerja tergantung pada dirinya sendiri dan juga lingkungannya (Triana dkk. 2012). Menurut Robbins (2007:136) tempat kendali (locus of control) adalah suatu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri. Locus of control adalah keyakinan bahwa seorang individu dapat atau tidak dapat mengendalikan kejadian yang mempengaruhi mereka. Dalam hal pembelajaran sosial, Rotter (1966) dalam Nanda (2010) menyatakan bahwa individu menerima kekuatan yang berbeda pada beberapa kondisi.Sifat-sifatlocus of controlterdiri dari:
(2)
b) Bersifat eksternal, di mana orang-orang yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar.
Internal locus of control memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding eksternal locus of controldalam sebuah lingkungan organisasi dalam memberikan kinerja yang lebih memuaskan. Dalam internallocus of control, individu meyakini bahwa mereka memegang kendali atas peristiwa-peristiwa atau segala sesuatu yang terjadi pada mereka. Seseorang yang mempunyai internal locus of control memiliki tingkat keyakinan yang lebih kuat. Seseorang dengan internal locus of control akan menjadi lebih aktif dan mampu memilih informasi yang dia butuhkan. Dengan kemampuannya sendiri dia dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, apakah itu baik atau buruk. Individu dengan internal locus of control yang tinggi, memiliki pengendalian diri yang lebih baik, cenderung lebih menunjukkan perilaku politik, dan lebih memiliki kemungkinan untuk mencoba mempengaruhi orang lain. Locus of control diperkirakan akan berpengaruh pula terhadap kemungkinan diciptakannya senjangan anggaran. Seseorang yang memiliki internal locus of control diperkirakan cenderung untuk tidak menciptakan kesenjangan anggaran meskipun ia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sementara seseorang yang memiliki eksternallocus of controlakan cenderung untuk menciptakan senjangan anggaran bila ia berkesempatan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran karena keraguan yang dimilikinya.
Menurut Robbins (2007), elemen yang dapat dijadikan indikator untuk internallocus of controladalah sebagai berikut :
(3)
1) Kepercayaan diri
Jika karyawan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri maka karyawan tersebut memiliki external locus of control, dan sebaliknya jika karyawan percaya akan kemampuan diri sendiri maka karyawan tersebut memiliki internallocus of control.
2) Usaha/kerja keras
Jika karyawan tidak bekerja dengan sekuat tenaga, maka karyawan tersebut memiliki externallocus of control, dan jika mereka bekerja dengan sekuat tenaga maka karyawan tersebut memiliki internallocus of control.
3) Kepercayaan akan adanya takdir
Jika karyawan memiliki kepercyaan akan adanya takdir yang menentukan dan mengiringi setiap aktivitasnya, maka karyawan tersebut memiliki external locus of control, dan jika mereka tidak memiliki kepercayaan bahwa takdir dapat menentukan semua aktivitasnya maka karyawan tersebut memiliki internal locus of control.
2.2 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2013:93). Maka berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, teori teori yang
(4)
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran. Partisipasi merupakan cara efektif menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara menyeluruh. Partisipasi penganggaran memiliki arti penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi bawahan dengan memberikan target untuk mencapai tujuan. Dengan adanya proses partisipasi, pihak manajemen dapat memberikan informasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga pemilik perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan organisasi (Ikhsan dan Ishak, 2005). Meskipun partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki berbagai keunggulan, namun ada juga penelitian yang menemukan permasalahan yang ditimbulkan dalam partisipasi penganggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) menyatakan partisipasi bawahan dalam menyusun anggaran dapat memicu terjadinya senjangan anggaran. Hal ini disebabkan oleh bawahan yang cenderung membuat anggaran yang mudah dicapai yaitu dengan cara melonggarkan anggaran. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran membuat bawahan akan leluasa dalam menentukan apa yang akan dicapai untuk kepentingan sendiri bukan kepentingan organisasi atau institusi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Djasuli (2011) yang menyebutkan partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran.
Menurut Lau dan Eggleton (2003) bawahan memiliki inisiatif yang besar untuk menciptakan senjangan anggaran dalam proses partisipasi penganggaran disebabkan karena bawahan memiliki informasi lebih dibandingkan atasan serta adanya target anggaran yang diberikan kepada bawahan. Bawahan akan cendrung
(5)
menyatakan kebutuhan yang tinggi dan produktivitas yang rendah dalam anggaran yang disusunnya untuk memudahkan tercapainya anggaran tersebut (Widanaputra dan Mimba, 2014)
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) dan Ramdeen (2006) yang menyatakan semakin tinggi partisipasi pengganggaran maka semakin tinggi pula senjangan anggaran yang ditimbulkan. H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran.
2.2.2 Pengaruh Internal Locus Of Control terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Senjangan Anggaran.
Locus of control didefinisikan sebagai besarnya keyakinan karyawan terhadap kemampuannya dalam mengahadapi tantangan dalam bekerja tergantung pada dirinya sendiri dan juga lingkungannya (Triana Maya dkk. 2012). Locus of control dibagi menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of control. Seseorang yang memiliki internal locus of control diperkirakan cenderung untuk tidak menciptakan kesenjangan anggaran meskipun ia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sementara seseorang yang memiliki eksternal locus of control akan cenderung untuk menciptakan senjangan anggaran bila ia berkesempatan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran karena keraguan yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi dan Mardiasmo (2002) yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh terhadap slack anggaran. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan oleh Sinaga (2013) pada SKPD Daerah Kota Pematang
(6)
hubungan antara partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Pello (2014) pada hotel berbintang di Kabupaten Badung menunjukan bahwa internallocus of control mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ardianti (2015) dimana variabel Internal locus of control
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Dimana, apabila setiap individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran memiliki internallocus of controlyang tinggi, maka individu tersebut tidak akan melakukan senjangan anggaran. Hal ini disebabkan karena setiap individu yang memiliki internallocus of controlyang tinggi akan mengetahui konsekuensi apa yang akan diterimanya apabila melakukan senjangan anggaran (Sari, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Licata, et al., (1986), Manajer dengan internallocus of control lebih bisa memberikan kesempatan untuk bawahan untuk mengemukakan pendapat mereka daripada manajer denganlocus of controleksternal.Setiap individu dengan internal locus of control yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggungjawab atas kinerjanya tersebut, sehingga dalam hal ini setiap individu tidak akan melakukan senjangan anggaran.
H2 :Internal locus of control mampu memperlemah hubungan partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran.