PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA OPERASI FRKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DI RSUD. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasca Operasi Fraktur Femur 1/3 Distal Dextra di RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo Dengan Modalitas Terapi Latihan.

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA

OPERASI FRKTUR

FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA

DI RSUD.

Dr. HARDJONO S. PONOROGO DENGAN MODALITAS

TERAPI LATIHAN

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

Wahyu Panji Saputro J100130038

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

POST

OPERTIF

FRKTUR

FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA

DI RSUD. Dr.

SOEDJONO S. PONOROGO DENGAN MODALITAS TERAPI

LATIHAN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Wahyu Panji Saputro J100130038

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

POST

OPERTIF

FRKTUR

FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA

DI RSUD. Dr.

SOEDJONO S. PONOROGO DENGAN MODALITAS TERAPI

LATIHAN

OLEH

Wahyu Panji Saputro J100130038

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 23 Juli 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Wijianto, SST.FT., M.Or. (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

2. Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc (………) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Dwi Kurniawati, SSt.Ft., M.Kes (……….) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr.Suwadji.,M.Kes NIK.195311231983031002


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 23 Juli 2016

Penulis

Wahyu Panji Saputro J100130038


(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA OPERASI FRKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DI RSUD Dr. HARDJONO S.

PONOROGO DENGAN MODALITAS TERAPI LATIHAN

Abstrak

Latar belakang: Fraktu femur 1/3 distal adalah hilangnya diskontiuitas di daerah metafisis sekitar

8 sampai 15 cm distal of femur. Permasalahnya berupa nyeri , bengkak, penurunan lingkup gerak sendi (LGS), penurunan kekuatan otot kemampuan fungsional. Modalitas yang digunakan adalah terapi latihan.

Tujuan: Untuk rmenetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, bengkak,

meningkatkan LGS, kekuaktan otot dan kemampuan fungsional pada kasus fraktur femur 1/3 distal dengan modalitas terapi latihan.

Hasil: Setelah 6 kali terapi didapatkan penurunan nyeri diam T1: 1,5 cm menjadi T6: 0 cm; nyeri

tekan T1: 4,9 cm menjadi T6: 2,7 cm; nyeri gerak T1: 5,9 cm menjadi T6: 3,9 cm. penurunan bengkak pada maleolus medial dari T1: 30 cm menjadi T6: 28 cm; pada tuberositas tibia dari T1: 56,5 cm menjadi T6: 54,5 cm. peningkatan LGS hip dari T1: S: 00-0-100 menjadi T6: S: 100-0-600, LGS knee dari T1: S: 00-0-100 menjadi T6: S: 00-0-450. Peningkatan otot abduktor hip dari T1: 3 menjadi T6: 4; adduktor hip T1: 3 menjadi T6: 4; kemampuan fungsional dari T1: tidak mampu duduk T6: berjalan dengan kruk.

Kesimpulan: Terapi latihan dapat mengurangi nyeri, bengkak, meningkatkan kekuatan otot, LGS

dan kemampuan fungsional.

Kata kunci: fraktur femur 1/3 distal dextra, terapi latihan.

Abstract

Background: Fractures femur 1/3 distal is the loss of metaphysical discontinuity in the distal

femur covering 8 to 15 cm distal of femur. The problem is pain, edema, limitation of Range of Motion (ROM), decreased muscle strength and functional ability. The modalities used are exercise therapy

Aim: To find out the physiotherapy in reducing pain and edema, increase ROM, muscle strength

and functional ability in the case of fracture distal 1/3 femur using exercise therapy modalities.

Result: After 6 treatment the results is silent pain reduction T1: 1,5 cm to T6: 0 cm; tenderness

T1: 4,9 cm to T6: 2,7 cm and painful motion T1: 5,9 cm to T6: 3,9 cm. Maleolus decrease edema in the medial (at 6 cm) of T1: 30 cm into T6: 28 cm; on the tuberosiy of tibia from T1: 56,5 cm to T6: 54,5 cm. Increased LGS hip of T1: S: 00-0-100 be T6: S: 100-0-600, increased LGS knee of T1: S: 00-0-100 be T6: S: 00-0-450. Increased muscle strength muscle hip abductor muscle T1: 3 to T6: 4, hip adductor of T1: 3 to T6: 4. Increased functional abilities of T1: not able to sit into T6: walking with cruck.

Conclusion: Therapeutic exercise can reduce pain, swelling, increasing range of motion, muscle

strength and functional ability.


(6)

2

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Patah tulang atau fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2013). Patah tulang sering terjadi akibat kecelakaan lalu lintas namun dapat juga disebabkan oleh osteoporosis dan kegnasan pada tulang. Menurut data Korlantas POLRI tahun 2015, terjadi 1.855 jumlah kejadian. Dari jumlah kejadian tersebut sebanyak 365 meninggal dunia, 630 mengalami luka berat, 2.145 mengalami luka ringan. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan pada kejadian di tahun 2014. Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.Soedarso Pontianak, didapatkan data bahwa angka kejadian fraktur terbanyak pada kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur femur dengan angka kejadian 54 kasus dari 300 kasus dan presentase sebesar 18% (Ike, 2012 dalam Ariesanti, 2015).

Fisioterapi dalam kasus femur 1/3 distal berperan dalam mengurangi problematik yang muncul dengan menggunakan terapi latihan berupa

pumping action, static contraction, active excercise, stretching hold-relax

dan latihan jalan

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah terapi latihan dapat mengurangi nyeri dan oedem?

1.2.2 Apakah terapi latihan dapat memelihara kekuatan otot dan menjaga tonus otot?

1.2.3 Apakah terapi latihan dapat meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS)?

1.2.4 Apakah terapi latihan dapat meningkatkan kemampuan fungsional?

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam mengurangi


(7)

3

1.3.2 Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam menjaga kekuatan dan tonus otot.

1.3.3 Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam meningkatkan lingkup gerak sendi.

1.3.4 Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dapat meningkatkan kemampuan fungsional.

1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan mengidentifikasi tentang Fraktur Femur 1/3 Distal dengan modalitas Terapi Latihan.

1.3.2 Bagi Institui

Menambah wawasan dan pengetahuan kepada institusi pendidikan maupun kesehatan dalam mempelajari dan menganalisa permasalahan Fraktur Femur 1/3 Distal dan intervensi fisioterapi dengan modalitas Terapi Latihan.

1.3.3 Bagi Pembaca

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang Fraktur Femur 1/3 Distal serta peran fisioterapi dalam penanganan kasus tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

Fraktur adalah hancurnya struktur dari kontinuitas tulang (Sambrook, dkk, 2010). Fraktur femur 1/3 distal atau sering disebut fraktur suprakondiler femur adalah fraktur yang melibatkan aspek distal metafisis femur yang mencangkup 8 sampai 15 cm bagian distal femur (Thomas, 2011).

2.2 Etiologi

Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1) Fraktur traumatik disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga


(8)

4

terjadi fraktur, (2) Fraktur patologis disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis didalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daearah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainya. Pada fraktur ini tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas, (3) Fraktur stress disebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

2.3 Patofisiologi

Pada kondisi trauma, farktur ini membutuhkan gaya yang besar untuk mematahkan tulang femur. Kebanyakan terjadi pada orang yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan tulang femur dapat mematahkan tulang femur.

Kerusakan neurovaskuler menimbulkan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat. Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom kompartemen.. Kerusakan fragmen tulang femur diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas dan menimbulkan resiko terjadinya mal union

pada tulang femur. (Arif, 2008)

3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI 3.1 Problematik Fisioterapi

Problematik fisioterapi dapat disimpulkan pada impairment

didapatkan (1) adanya nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak pada knee

sampai hip dextra, (2) adanya oedem pada knee dan hip dextra, (3) keterbatasan LGS sendi knee dan hip dextra (3) penurunan kekuatan otot-otot penggerak sendi knee dan sendi hip dextra. Funcional limitation

gangguan transver mandiri, gangguan berjalan secara mandiri, gangguan berdiri secara mandiri, gangguan dressing dan toileting secara mandiri.

Disability Pasien tidak bisa menjalankan aktivitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga dan tidak bisa mengikuti kegiatan dimasyarakat


(9)

5

3.2 Pelaksanaaan Fisioterapi 3.2.1 Pumping action

Posisi pasien supine lying dengan kedua kaki lurus dan diganjal guling, kemudian pasien diminta untuk menggerakkan kedua

anklenya dorsi fleksi dan plantar fleksi secara bergantian.

3.2.2 Static contraction otot quadriceps

Posisi pasien supine lying dengan kedua kaki lurus, tangan terapis berada dibawah kaki pasien, kemudian pasien diminta untuk menekan tangan terapis dengan menggunakan kakinya secara bersamaan.

3.2.3 Stretching hold-relax.

Posisi pasien duduk ongkang-ongkang di tepi bed, kemudian pasien diminta untuk menekuk lututnya sampai sebatas nyeri, lalu terapis memberi dorongan ke arah fleksi knee dan pasien diminta untuk mempertahankan posisinya. Pasien diminta untuk rileks lalu pasien menambah langsung fleksi sendi knee.

3.2.4 Active excecise Posisi pasien supine lying, kemudian diminta untuk menggerakkan seluruh anggota gerak tubuhnya baik yang sakit maupun yang sehat secara aktif.

3.2.5 Latihan jalan.

Posisi pasien tidur terlentang, pasien diminta untuk miring ke kiri terlebih dahulu dan kaki kanan tidak boleh tertindih dengan kaki sedikit terjuntai diluar bed, jika pasien merasa pusing minta pasien untuk berdiri bersandar di tepi bed dengan menggunakan kruk sebagai penyangga, selanjutnya pasien ditanya apakah masih merasa pusing atau tidak, kalau tidak maka minta pasien untuk berlatih berjalan lagi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil

Pasien atas nama Ny. K umur 34 tahun dengan diagnosa medis fraktur femur 1/3 distal dextra saat ditemui pada tanggal 8 Januari 2016 dengan


(10)

6

permasalahan nyeri, bengkak, penurunan LGS dan penurunan kekuatan otot pada tungkai kanan serta penurunan kemmpuan fungsional. Setalah dilakukan intervensi fisioterapi selama 6 kali dengan pumping action, static contraction, active exercise, stretching hold relax dan latihan jalan dengan kruk sebanyak 3 kali, didapatkan hasil sebagai berikut

4.1.1 Pengurangan nyeri

Grafik 4.1 Evaluasi nyeri dengan VAS

4.1.2 Pengurangan oedem

Grafik 4.2 Evaluasi oedem dengan meter line 10 cm diatas

maleolus medial dan 20 cm diatas tuberositas tibia.

4.1.3 Peningkatan kekuatan otot

Grafik 4.3 Evaluasi kekuatan otot dengan MMT

0 2 4 6 8 10

T1 T2 T3 T4 T5 T6

C

M

VAS

Nyeri diam

Nyeri tekan di sisi lateral tungkai atas dexra

Nyeri pada gerakan fleksi knee 0 10 20 30 40 50 60

T1 T2 T3 T4 T5 T6

10 cm diatas maleolus medial dextra (di 6 cm) 10 cm diatas maleolus medial sinistra (di 6 cm) 20 cm diatas tuberositas tibia dextra ( di 12 cm)


(11)

7

4.1.4 Peningkatan LGS

Grafik 4.4 Evluasi LGS dengan goniometer

Grafik 4.5 Evaluasi LGS dengan goniometer

0 1 2 3 4 5

T1 T2 T3 T4 T5 T6

MMT

Fleksor hip

Ekstensor hip Abduktor hip Adduktor hip Fleksor knee Ekstensor knee

fleksi hip ekstensi hip abduksi hip adduksi hip fleksi knee ekstensi knee

T1 10 0 10 0 10 0

T2 10 0 10 0 10 0

T3 30 10 15 5 20 0

T4 40 15 15 5 30 0

T5 40 20 20 10 35 0

T6 60 30 30 20 45 0

0 20 40 60 80 100 120 N il a i LG S

LGS Gerak Aktif

fleksi hip ekstensi hip abduksi hip adduksi hip fleksi knee ekstensi knee

T1 15 10 15 5 15 0

T2 15 10 15 10 15 0

T3 40 15 20 10 25 0

T4 45 20 20 15 35 0

T5 50 20 25 15 50 0

T6 65 25 40 25 60 0

0 20 40 60 80 100 120 N il a i LG S


(12)

8

4.1.5 Peningkatan Kemampuan Funsional

Grafik 4.5 Evaluasi kemampuan fungsional dengan LEFS

4.2Pembahasan

4.2.1 Penurunan nyeri

Pemberian terapi latihan static contraction dimaksudkan agar terjadi pumping action dari pembuluh darah balik sehingga terjadi peningkatan resitance blood of perifer blood dan metabolisme lancar

(Kisner dan Colby’s, 2007). Selain itu, adanya kontraksi otot quadriceps

dan hamstring menyebabkan mekanisme pumping action sehingga metabolisme dan sirkulasi lokal dapat berlangsung dengan baik karena vasodilatasi dan relaksasi otot tersebut (Marlina, 2015). Dengan pemberian latihan ini dimaksudkan zat-zt mediator nyeri dapat diabsorbsi oleh tubuh dan spasme berkurang.

4.2.2 Penurunan Oedema

Pemberian terapi latihan berupa pumping action dan static contraction dimaksudkan agar terjadi pumping action pembuluh darah balik sehingga terjadi peningkatan resitance blood of perifer blood

sehingga aliran darah lancar dan oedem berkurang (Kisner dan Colby’s,

2007). Selain itu pemberian elevasi pada latihan ini bertujuan untuk membantu pengembalian darah ke jantung dan mencegah padanya akumulasi darah di daerah cidera (Naimer, 2010). Prinsip diberikan elevasi adalah dengan menggunakan memanfaatkan gaya gravitasi bumi,

0 20 40 60 80

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Kemampuan Fungsional

dengan LEFS

Kemampuan Fungsional dengan LEFS


(13)

9

sehingga darah yang bercampur cairan inflamator dapat di pompa balik ke jantung dan di arbsorbsi kembali oleh tubuh.

4.2.3 Peningkatan kekuatan otot

Pada kondisi imobilisasi pemberian active movement

bermanfaat untuk mencegah terjadinya stiffnes joint dan kelemahan otot, saat terjadi penurunan kekuatan otot, latihan active excercise dapat mengurangi nyeri dengan adanya kontraksi-relaksasi pada otot dan adanya pumping action (Kisner dan Colby’s, 2007). Latihan active movment dengan melawan gravitasi tanpa penambahan beban tahanan dikombinasikan dengan kuantitas kontrksi otot dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot (Nolte dan Resnburg, 2013).

4.2.4 Peningkatan LGS

Pemberian latihan berupa stretching hold-relax dimaksudkan untuk menambah LGS dan mengurangi nyeri dengan cara mengontraksikan secara isometrik pada otot antagonis (otot yaang mengalami pemendekan) sehingga nanti didapatkan relaksasi pada otot antagonis sehingga dapat terulur (Buck, Becker dan Adler, 2008)

4.2.5 Peningkatan Kemampuan Fungsional

Pada pasien post fraktur extremitas bawah 48 jam post operatif pasien harus memulai latihan ambulasi berupa ambulation-assisted

(Dionyssiotis, et al, 2008). Latihan jalan dengan menggunakan kruk bertujuan untuk pengurangan pembebanan berat tubuh. Pola jalan dengan menggunakan kruk ada 2 yaitu pola swing gait dan pola point gait

(Greene, 2006). Latihan dengan teknik swing trough 3 point gait non weight bearing.

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Setelah diberikan program fisioterapi selama enam kali pertemuan dengan modalits terapi latihan dapat disimpulkan bahawa modalitas tersebut berpengaruh dalam : (1) Pengurangan nyeri, (2) Peningkatan kekuatan otot,


(14)

10

(3) Peningkatan LGS, (4) Pengurangan bengkak (5) Peningkatan kemampuan fungsional.

5.2Saran

5.2.1 Saran bagi fisioterapis

Fisioterapi merupakan salah satu tim medis, yang ikut bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan. Hendaknya selalu melakukan pemeriksaan yang lebih teliti, cermat dan melakukan evaluasi pada sebelum dan setelah selesai tindakan.

5.2.1 Saran bagi pasien dan keluarga

Keberhasilan fisioterapi terhadap pasien sangat dipengaruhi adanya kerjasama antara fisioterapi, pasien dan keluarga. Karena itu hendaknya pasien mentaati dan melaksanakan perintah dokter, kerja sama dengan baik dengan fisioterapis dan pasien untuk berlatih sesuai dengan yang diprogramkan fisioterapis.

Diharapkan pada saat berjalan dengan menggunakan kruk hendaknya tungkai yang sakit tetap menggantung 3 minggu NWB (non weight bearing) yang kemudian diteruskan dengan PWB (parsial weight bearing) pasien dapat menapak kaki tidak penuh, setelah dapat menapak penuh diteruskan FWB (full weight bearing).

DAFTAR PUSTAKA

Adler, S, S, Beckers, D dan Buck, M. 2008. PNF in Practice. 3th ed. Berlin: Springer Medizin Verlag Heidelberg.

Ariesanti, M. 2015. Katakteristik Fraktur Shaft Femur di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makasar Periode Januari 2014-September 2015. Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Dionyssiotis Y., Dontas I.A., Economopoulos D., Lyritis G.P. 2008. Rehabilitation After Falls and Fractures. Journal Musculosceletal Neuronal Interact. 8(03): Pages 244-250.


(15)

11

Helmi, N, Z. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Banjarmasin: Salemba Medika.

Kisner, C dan Colby’s, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and

Tehnique Foundation.5th ed. Philadelphia: Davis Company.

Korlantas Polri. 2015. Data Analisa dan Evaluasi Tingkat Kecelakaan Selama Operasi Zebra 2015. Jakarta: NTMC Polri.

Marlina, T, T. 2015. Efektifitas Latihan Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut Di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Volume 2. Nomor 1: Januari 2015.

Muttaqin, A. 2008. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Naimer, S, A dan Shelma, F. 2000. Elastic Adhesive Dressing Treatment of Blending in trauma victims

Nolte, K dan Resnburg, V, J. 2013. Excercise Prescription in The Management of Rheumatoid Arthritis. Journal musculosceletal. Volume 55. Nomor 4. Sambrook, P, Schrieber, L, Thomas, T dan Ellis, A. 2010. The Musculoskeletal

System. 2nd ed. Livingstone: Elsevier.

Thomas, A, M. 2011. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Dialihbahasakan oleh Kuncara Y. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


(1)

6

permasalahan nyeri, bengkak, penurunan LGS dan penurunan kekuatan otot pada tungkai kanan serta penurunan kemmpuan fungsional. Setalah dilakukan intervensi fisioterapi selama 6 kali dengan pumping action, static contraction, active exercise, stretching hold relax dan latihan jalan dengan kruk sebanyak 3 kali, didapatkan hasil sebagai berikut

4.1.1 Pengurangan nyeri

Grafik 4.1 Evaluasi nyeri dengan VAS

4.1.2 Pengurangan oedem

Grafik 4.2 Evaluasi oedem dengan meter line 10 cm diatas

maleolus medial dan 20 cm diatas tuberositas tibia.

4.1.3 Peningkatan kekuatan otot

Grafik 4.3 Evaluasi kekuatan otot dengan MMT 0

2 4 6 8 10

T1 T2 T3 T4 T5 T6

C

M

VAS

Nyeri diam

Nyeri tekan di sisi lateral tungkai atas dexra

Nyeri pada gerakan fleksi knee

0 10 20 30 40 50 60

T1 T2 T3 T4 T5 T6

10 cm diatas maleolus medial dextra (di 6 cm)

10 cm diatas maleolus medial sinistra (di 6 cm)

20 cm diatas tuberositas tibia dextra ( di 12 cm)


(2)

7 4.1.4 Peningkatan LGS

Grafik 4.4 Evluasi LGS dengan goniometer

Grafik 4.5 Evaluasi LGS dengan goniometer

0 1 2 3 4 5

T1 T2 T3 T4 T5 T6

MMT

Fleksor hip

Ekstensor hip

Abduktor hip

Adduktor hip

Fleksor knee

Ekstensor knee

fleksi hip ekstensi hip abduksi hip adduksi hip fleksi knee ekstensi knee

T1 10 0 10 0 10 0

T2 10 0 10 0 10 0

T3 30 10 15 5 20 0

T4 40 15 15 5 30 0

T5 40 20 20 10 35 0

T6 60 30 30 20 45 0

0 20 40 60 80 100 120 N il a i LG S

LGS Gerak Aktif

fleksi hip ekstensi hip abduksi hip adduksi hip fleksi knee ekstensi knee

T1 15 10 15 5 15 0

T2 15 10 15 10 15 0

T3 40 15 20 10 25 0

T4 45 20 20 15 35 0

T5 50 20 25 15 50 0

T6 65 25 40 25 60 0

0 20 40 60 80 100 120 N il a i LG S


(3)

8

4.1.5 Peningkatan Kemampuan Funsional

Grafik 4.5 Evaluasi kemampuan fungsional dengan LEFS

4.2Pembahasan

4.2.1 Penurunan nyeri

Pemberian terapi latihan static contraction dimaksudkan agar terjadi pumping action dari pembuluh darah balik sehingga terjadi peningkatan resitance blood of perifer blood dan metabolisme lancar

(Kisner dan Colby’s, 2007). Selain itu, adanya kontraksi otot quadriceps

dan hamstring menyebabkan mekanisme pumping action sehingga

metabolisme dan sirkulasi lokal dapat berlangsung dengan baik karena vasodilatasi dan relaksasi otot tersebut (Marlina, 2015). Dengan pemberian latihan ini dimaksudkan zat-zt mediator nyeri dapat diabsorbsi oleh tubuh dan spasme berkurang.

4.2.2 Penurunan Oedema

Pemberian terapi latihan berupa pumping action dan static

contraction dimaksudkan agar terjadi pumping action pembuluh darah

balik sehingga terjadi peningkatan resitance blood of perifer blood sehingga aliran darah lancar dan oedem berkurang (Kisner dan Colby’s,

2007). Selain itu pemberian elevasi pada latihan ini bertujuan untuk membantu pengembalian darah ke jantung dan mencegah padanya akumulasi darah di daerah cidera (Naimer, 2010). Prinsip diberikan elevasi adalah dengan menggunakan memanfaatkan gaya gravitasi bumi,

0 20 40 60 80

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Kemampuan Fungsional

dengan LEFS

Kemampuan Fungsional dengan LEFS


(4)

9

sehingga darah yang bercampur cairan inflamator dapat di pompa balik ke jantung dan di arbsorbsi kembali oleh tubuh.

4.2.3 Peningkatan kekuatan otot

Pada kondisi imobilisasi pemberian active movement

bermanfaat untuk mencegah terjadinya stiffnes joint dan kelemahan otot, saat terjadi penurunan kekuatan otot, latihan active excercise dapat mengurangi nyeri dengan adanya kontraksi-relaksasi pada otot dan adanya pumping action (Kisner dan Colby’s, 2007). Latihan active

movment dengan melawan gravitasi tanpa penambahan beban tahanan

dikombinasikan dengan kuantitas kontrksi otot dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot (Nolte dan Resnburg, 2013).

4.2.4 Peningkatan LGS

Pemberian latihan berupa stretching hold-relax dimaksudkan untuk menambah LGS dan mengurangi nyeri dengan cara mengontraksikan secara isometrik pada otot antagonis (otot yaang mengalami pemendekan) sehingga nanti didapatkan relaksasi pada otot antagonis sehingga dapat terulur (Buck, Becker dan Adler, 2008)

4.2.5 Peningkatan Kemampuan Fungsional

Pada pasien post fraktur extremitas bawah 48 jam post operatif pasien harus memulai latihan ambulasi berupa ambulation-assisted

(Dionyssiotis, et al, 2008). Latihan jalan dengan menggunakan kruk bertujuan untuk pengurangan pembebanan berat tubuh. Pola jalan dengan menggunakan kruk ada 2 yaitu pola swing gait dan pola point gait

(Greene, 2006). Latihan dengan teknik swing trough 3 point gait non

weight bearing.

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Setelah diberikan program fisioterapi selama enam kali pertemuan

dengan modalits terapi latihan dapat disimpulkan bahawa modalitas tersebut


(5)

10

(3) Peningkatan LGS, (4) Pengurangan bengkak (5) Peningkatan kemampuan

fungsional.

5.2Saran

5.2.1 Saran bagi fisioterapis

Fisioterapi merupakan salah satu tim medis, yang ikut bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan. Hendaknya selalu melakukan pemeriksaan yang lebih teliti, cermat dan melakukan evaluasi pada sebelum dan setelah selesai tindakan.

5.2.1 Saran bagi pasien dan keluarga

Keberhasilan fisioterapi terhadap pasien sangat dipengaruhi adanya kerjasama antara fisioterapi, pasien dan keluarga. Karena itu hendaknya pasien mentaati dan melaksanakan perintah dokter, kerja sama dengan baik dengan fisioterapis dan pasien untuk berlatih sesuai dengan yang diprogramkan fisioterapis.

Diharapkan pada saat berjalan dengan menggunakan kruk hendaknya tungkai yang sakit tetap menggantung 3 minggu NWB (non

weight bearing) yang kemudian diteruskan dengan PWB (parsial weight

bearing) pasien dapat menapak kaki tidak penuh, setelah dapat menapak

penuh diteruskan FWB (full weight bearing). DAFTAR PUSTAKA

Adler, S, S, Beckers, D dan Buck, M. 2008. PNF in Practice. 3th ed. Berlin: Springer Medizin Verlag Heidelberg.

Ariesanti, M. 2015. Katakteristik Fraktur Shaft Femur di RSUP Wahidin

Sudirohusodo Makasar Periode Januari 2014-September 2015. Skripsi.

Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Dionyssiotis Y., Dontas I.A., Economopoulos D., Lyritis G.P. 2008. Rehabilitation After Falls and Fractures. Journal Musculosceletal

Neuronal Interact. 8(03): Pages 244-250.


(6)

11

Helmi, N, Z. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Banjarmasin: Salemba Medika.

Kisner, C dan Colby’s, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and

Tehnique Foundation.5th ed. Philadelphia: Davis Company.

Korlantas Polri. 2015. Data Analisa dan Evaluasi Tingkat Kecelakaan Selama

Operasi Zebra 2015. Jakarta: NTMC Polri.

Marlina, T, T. 2015. Efektifitas Latihan Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut Di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan

Sriwijaya. Volume 2. Nomor 1: Januari 2015.

Muttaqin, A. 2008. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Naimer, S, A dan Shelma, F. 2000. Elastic Adhesive Dressing Treatment of Blending in trauma victims

Nolte, K dan Resnburg, V, J. 2013. Excercise Prescription in The Management of Rheumatoid Arthritis. Journal musculosceletal. Volume 55. Nomor 4.

Sambrook, P, Schrieber, L, Thomas, T dan Ellis, A. 2010. The Musculoskeletal System. 2nd ed. Livingstone: Elsevier.

Thomas, A, M. 2011. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Dialihbahasakan oleh


Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASCA OPERASI FRAKTUR COLLES DEXTRA DI RSUD DR Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Pasca Operasi Fraktur Colles Dextra Di Rsud Dr Harjdono Ponorogo.

0 3 17

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL ANTEBRACHII DEXTRA DI RSUD. Dr. HARDJONO S. Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

0 5 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

0 4 18

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

0 2 6

TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

0 3 20

PELAKSANAAN STUDI KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

1 2 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Fraktur 1/3 Proksimal Antebrachii Dextra Di Rsud. Dr. Hardjono S. Ponorogo.

0 6 8

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasca Operasi Fraktur Femur 1/3 Distal Dextra di RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo Dengan Modalitas Terapi Latihan.

7 20 15

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasca Operasi Fraktur Femur 1/3 Distal Dextra di RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo Dengan Modalitas Terapi Latihan.

0 3 4

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA.

0 17 111