PERBEDAAN ANTARA RELAKSASI DAN KOMPRES TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI HAID (Pada Mahasiswa Di Akper Giri Satria Husada Wonogiri).
PERBEDAAN ANTARA RELAKSASI DAN KOMPRES
TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI HAID
(Pada Mahasiswa Di Akper Giri Satria Husada Wonogiri)
Marni1, A.A. Subiyanto2, Hari Wujoso3
Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana UNS
murni_skh@hotmail.co.id
ABSTRAK
Masa remaja ditandai dengan perubahan biologis yaitu haid (menstruasi), yang seringkali wanita mengalami rasa tidak nyaman di perut bagian bawah keadaan ini yang disebut dengan nyeri haid. Nyeri haid ini biasanya sampai mengganggu sehingga harus meninggalkan pekerjaannya dan memaksa harus beristirahat atau mencari pengobatan. Ada 2 cara untuk mengatasi nyeri haid, yaitu secara farmakologi dan non farmakologi. Sedangkan banyak mahasiswa yang belum mengetahui cara mengatasi nyeri haid ini secara nonfarmakologi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid.
Metode penelitian dengan menggunakan quasy eksperimental design
dengan rancangan pretest-posttest design. Batasan populasi pada penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami dismenorea, mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri semester 1, besarnya populasi adalah 70 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel secara random, diperoleh jumlah sampel sebanyak 60 orang. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan uji Mann-Whitney.
Hasil penelitian dengan uji Mann-Whitney didapatkan nilai Z hitung sebesar -2.226 dengan nilai signifikansi (p) 0,026; artinya p < α, dengan nilai < 0,05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dengan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid pada mahasiswa di Akper Giri Satria Husada Wonogiri.
(2)
PENDAHULUAN
Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun (Soetjiningsih,2004). Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik psikis maupun biologis.
Perubahan perkembangan biologis, ditandai dengan keremajaan secara biologi yaitu di mulainya haid (menstruasi). Haid (menstruasi) merupakan proses pengeluaran darah dari uterus disertai serpihan selaput dinding uterus pada wanita dewasa yang terjadi secara periodik (Maulana, 2009). Pada saat dan sebelum haid (menstruasi), seringkali wanita mengalami rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Akan tetapi jika rasa tidak nyaman itu sampai mengganggu sehingga harus meninggalkan pekerjaannya dan memaksanya harus beristirahat atau mencari pengobatan keadaan ini disebut sebagai nyeri haid (dismenorea). Ada dua jenis
dismenorea, yaitu primer dan sekunder. Pada masa puber ini biasanya dismenorea
yang dialami adalah dismenorea primer.
Dismenorea bisa menyebabkan seseorang merasa mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, bahkan pingsan (Anurogo & Wulandari, 2011). Jika
dismenorea ini tidak mendapat penanganan yang tepat, maka bias menyebabkan mual, diare, sakit kepala dan bahkan bias pingsan. Pada saat dismenoreaini nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Angka kejadian dismenoreadi dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap Negara mengalami dismenorea(Fajaryati, 2010). Di Amerika Serikat diperkirakan 45-90% perempuan mengalami dismenorea, dan 12% nyeri berat, 37 % sedang, 49% ringan, yang mengakibatkan14% remaja putrid tidak hadir disekolah. Selain ketidakhadiran disekolah, dismenoreaini juga berdampak pada kerugian ekonomi di Amerika Serikat tiap tahun yang diperkirakan mencapai 600 juta jam kerja dan dua miliar dolar (Anurogo & Wulandari, 2011). Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenorea tidak dapat dipastikan secara mutlak di karenakan kurangnya kesadaran penderita untuk berkunjung / melaporkan kedokter. Boleh dikatakan 90 % perempuan Indonesia pernah mengalami
(3)
peroleh dari hasil wawancara dan penyebaran angket terhadap 60 mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri menunjukkan bahwa 45 % mengatakan nyeri ringan, 40 % nyeri sedang, 15 % nyeri berat, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui manfaat dan prosedur dari relaksasi & kompres hangat. Responden melakukan penanganan dismenorea dengan menggunakan minyak kayu putih, istirahat ditempat tidur, dan ada yang tidak melakukan apa-apa.
Dari permasalahan diatas maka perlu kiranya diadakan penelitian yang dapat memberikan kenyamanan pada saat mahasiswa menderita dismenore sehingga penulis ingin meneliti tentang perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid.
Hipotesis
Ada perbedaan antara relaksasi dan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid, dimana penurunan skala nyeri haid pada pemberian kompres lebih besar dari pada pada pemberian relaksasi.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Akper Giri Satria Husada Wonogiri. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan April 2013. Penelitian ini menggunakanQuasy eksperimental design dengan rancangan pretest-posttest design.
Gambar3.1 Bagan Rancangan Penelitian Quasy Eksperimental Design Pretest Posttest Design
Keterangan:
OA1: Hasil pengukuran pada kelompok sebelum diberi relaksasi
OA2: Hasil pengukuran pada kelompok setelah diberi relaksasi
OB1 : Hasil pengukuran pada kelompok sebelum diberi kompres
OB2: Hasil pengukuran pada kelompok setelah diberi kompres
OA1 X1 OA2
(4)
X 1: Pemberian Perlakuan Relaksasi
X 2: Pemberian Perlakuan Kompres
Batasan populasi pada penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami
dismenorea, sedang kuliah di Akper Giri Satria Husada Wonogiri pada semester I, Sedangkan besar populasinya adalah 70 orang mahasiswa putri. Adapun besar sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan menggunakan rumus ( Notoatmojo, 2003) sebagai berikut:
n = N 1 + N (d²)
Keterangan: n = Besar sampel N = Besar populasi = 70
d = tingkat signifikansi 0,05 n = 70
1+70(0,052) n = 70
1,175
n = 59,6 = 60 orang. Jadi besar sampelsebanyak 60orang.
Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Relaksasi dan Kompres. Sedangkan variabel terikat adalah Skala Nyeri Haid.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dimulai dari member penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian, kemudian meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan. Membagi kuesioner untuk pengukuran awal skala nyeri. Kemudian peneliti membagi responden dalam dua kelompok, dan memberikan perlakuan pada kelompok pertama membimbing relaksasi dan kelompok kedua melakukan kompres hangat.
Setelah diberikan perlakuan tersebut maka mengukur variabel dependen. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel dependen adalah kuesioner dan alat ukur skala intensitas nyeri numerik. Peneliti mengobservasi skala nyeri responden.
(5)
Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel dependen dan variabel independen yang langkah selanjutnya adalah mengolah data tentang dismenorea sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan kompres hangat, yang sebelumnya dilakukan tes Kolmogorov-Smirnovsatu sampel untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak normal. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid, analisis data yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.
(6)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden berdasarkan umur
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa putri Akper Giri Satria Husada Wonogiri tingkat I sebanyak 60 orang. Umur responden pada kelompok umur 16 – 18 tahun sebanyak 23 orang, kelompok umur 19 – 21 tahun sebanyak 35 orang, 21 – 24 tahun sebanyak 1 orang, sedangkan pada kelompok umur > 24 tahun sebanyak satu orang
Tabel 4.1. Distribusi responden penelitian menurut karakteristik umur
0 100
16-18 t hn21-24 t hn
p e r se n ta se Umur Distribusi Responden menurut
karakteristik umur
1. Karakteristik responden berdasarkan usia Menarche
Tabel 4.2. Distribusi responden menurut umur menarchea
0.00% 50.00% 100.00%
< 11 t hn
11-13 t hn
> 14 t hn
P e r s e n t a s e Usia Menarche Distribusi Responden Menurut
Umur Menarche
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami menarche pada usia 11-13 tahun yaitu sebesar 75 %.
2. Analisis Univariat
a. Nyeri dismenorrea sebelum dan setelah diberikan tindakan relaksasi nafas dalam
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi subyek berdasarkan nyeri dismenorrea sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam.
Skala Nyeri Sebelum Relaksasi Setelah Relaksasi Frek Persent Frek Persen
Nyeri Ringan 3 orang 10 % 16 orang 53,3 % Nyeri Sedang 22 orang 73,3% 14 orang 46,7 % Nyeri Berat 5 orang 16,7, %
(7)
b. Nyeri dismenorrea sebelum dan setelah diberikan kompres hangat nyeri Tabel 4.4 Distribusi frekuensi subyek berdasarkan nyeri dismenorrea sebelum dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat.
Skala Nyeri Sebelum Kompres Setelah Kompres Freki Persent Frek Persent Nyeri Ringan 6 orang 20 % 19 orang 63,3 % Nyeri Sedang 19 orang 63,3 % 11 orang 36,7 % Nyeri Berat 5 orang 16,7 %
-JUMLAH 30 orang 100 % 30 orang 100 %
3. Analisis Bivariat Variabel Penelitian
a. Tabel 4.5. Perbedaan rata-rata antara variabel nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi.
N Mean Std. Dev Asym p. Sig.
(2-tailed)
Z
Sbl Relak 30 5.83 1.642
Ssdh Relak 30 3.80 1.243 .000 -4.845a
Nilai rata-rata variabel skala nyeri haid sebelum dilakukan relaksasi sebesar 5,83 dengan standar deviasi sebesar 1,642 dan nilai rata-rata setelah dilakukan relaksasi sebesar 3,80 dengan standar deviasi 1,243. Sedangkan untuk nilai Z hitung sebesar -4,845 dengan signifikansi 0,000 < α = 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi.
b. Tabel 4.6. Perbedaan rata-rata antara variabel nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat.
N Mean Std. Dev Std Error Mean
Sig. (2-tailed)
t
Sbl kompres 30 5.53 1.776 .324
Ssd kompres 30 3.03 1.377 .251 .000 21.7
45
Nilai rata-rata variabel skala nyeri haid sebelum dilakukan kompres hangat sebesar 5,53 dengan standar deviasi sebesar 1,776 dan nilai rata-rata setelah dilakukan kompres hangat sebesar 3,03 dengan standar deviasi 1,377. Sedangkan
untuk nilai t hitung sebesar 21.745 dengan signifikansi 0,000 < α = 0,05 yang
berarti ada perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat.
c.
Tabel 4.7 Perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid (uji Mann-Whitney).(8)
Penurunan N Mean
Z
Asymp.
(2-tailed) Relaksasi 30 2.03
Kompres 30 2.50 -2.226 .026 Jumlah 60
Nilai rata-rata penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan relaksasi sebesar 2.03 dengan dan nilai rata-rata penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan kompres hangat sebesar 2.50. Sedangkan untuk nilai Z hitung sebesar -2,226 dengan nilai signifikansi (p) 0,026 artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid, dimana penurunan skala nyeri pada pemberian kompres lebih besar daripada pada pemberian relaksasi
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil análisis data tentang perbedaan skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi menunjukkan nilai signifikansi (p) 0,000
artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna
skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi adalah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri adalah teori Huges, 1995 dalam Ernawati (2010), menurutnya dalam keadaaan tertentu tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen
yaitu endhorphin dan enkefalin. Zat-zat tersebut mempunyai sifat mirip morfin dengan efek analgetik yang membentuk suatu “system penekan nyeri”. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen sehingga terbentuk system penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri.
Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2010) yang mengatakan terdapat perbedaan perbedaan nyeri dismenorrea sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada mahasiswa S-1 Keperawatan Unimus dengan Uji Wilcoxon diketahui nilai significant difference p = 0.000, < α (0,05).
Hasil análisis data tentang perbedaan skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat menunjukkan nilai 0,000 < α = 0,05
(9)
yang berarti ada perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat adalah sesuai dengan teori Perry (2005) yang menyatakan bahwa kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningrum, 2012 yang mengatakan bahwa terdapat penurunan skala dismenorrea pada remaja di SMA N 3 Padang pada kelompok yang mendapatkan kompres hangat.
Pada penelitian ini didapatkan data terdistribusi tidak normal yang dibuktikan dengan uji prasyarat uji normalitas nilai p nya adalah 0,000 yang berarti data terdistribusi tidak normal. Dengan menggunakan uji Mann-Whitney
tentang perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid menunjukkan nilai signifikansi (p) 0,026 artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid, Pada penelitian ini 30 responden diberikan kompres hangat selama 20 menit dan 30 responden dilakukan relaksasi pada saat dismenorrea timbul, setelah itu diukur skala nyerinya. Pada penelitian ini responden mengalami penurunan nyeri yang cukup signifikan bisa dilihat dari nilai mean dengan nilai mean untuk penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan relaksasi sebesar 2.03 sedangkan pada pada kompres hangat didapatkan nilai mean penurunannya sebesar 2.50, yang berarti pemberian kompres hangat lebih menurunkan nyeri dibanding pemberian relaksasi nafas dalam. Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin, namun demikian masih ada beberapa kelemahan dan keterbatasan, yang meliputi: Pertama : Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri pada saat haid, yang sifatnya subyektif, mungkin setiap individu berbeda dalam mempersepsikan rasa nyeri haid tersebut, tergantung dari faktor yang mempengaruhi kondisi individu tersebut, padahal dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri tersebut. Kedua: Penelitian dilakukan secara kuantitatif sehingga kurang mendalam dalam menggali data, responden hanya menjawab sesuai instrumen yang dibagikan saja.
(10)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Ada perbedaan yang bermakna
antara relaksasi dan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid pada
mahasiswa di Akper Giri Satria Husada Wonogiri, dimana terjadi penurunan skala
nyeri haid pada pemberian kompres lebih besar daripada pemberian relaksasi.
Pada hasil penelitian didapatkan penurunan skala nyeri setelah diberikan tindakan
relaksasi maupun kompres dengan rata-rata penurunan pada pemberian tindakan
relaksasi sebesar 2.03, sedangkan pada pemberian kompres rata-rata penurunan
sebesar 2.50. Dengan menggunakan Mann-Whitney Testdidapatkan nilai Z hitung
sebesar -2.226 dengan nilai signifikansi (p) 0,026; artinya p < α, dengan nilai < 0,05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dengan kompres
terhadap penurunan skala nyeri haid. Skala nyeri haid responden berbeda secara
signifikan antara diberikan relaksasi dan diberikan kompres hangat, dimana
penurunan skala nyeri pada pemberian kompres lebih besar daripada pada
pemberian relaksasi.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi remaja putri diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
dismenorea dengan cara relaksasi dan kompres dan meningkatkan ketrampilan
melakukan relaksasi dan kompres dengan cara menambah informasi baik dengan
membaca buku, jurnal, dan perlu latihan yang intensif sehingga mampu
melakukan relaksasi dan kompres dengan baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan menambah referensi baik buku
maupun jurnal tentang cara penanganan nyeri haid secara non farmakologis untuk
(11)
3. Bagi penelitian lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambah besar
sampel penelitian dan menambah daerah penelitian sehingga dapat terjangkau
sasaran penelitian untuk mengetahui sejauh mana perbedaan relaksasi dan
kompres terhadap penurunan skala nyeri haid, selain itu juga perlu penelitian
lanjutan cara menurunkan nyeri haid dengan cara terapi non farmakologis yang
(12)
DAFTAR PUSTAKA
Abedian, Z, Kabirian, M, Mazlom, S.R, Mahram, B. 2011. The Effect of Peer Education on health Behaviors in girls with Dysmenorrhea, American Science. J. 2011; 7 (1):431-438 diunduh di http://www.americanscience.org pada tanggal 10 september 2011.
Anurogo & Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid, Yogyakarta, ANDI.
Ariyoso. 2009. Uji Mann-Whitney U. diunduh pada tanggal 12 Januari 2013 di http://statistik4life.blogspot.com/2009/12/uji-mann-whitney-u.html.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2010. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, http://jateng.bps.go.id/ diunduh 6 september 2012.
Badziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi, Edisi kedua. Jakarta. Media Aesculapius.
Depkes RI. 2002. Kurikulum Diploma III Kebidanan, Jakarta, Depkes RI.
Rahayuningrum, D.C. 2012. Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Kompres Hangat Dalam menurunkan Dismenorea Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. Penelitian. Abstr. Universitas Andalas, Sumatra Barat.
Fajaryati. N. 2010. Hubungan Kebiasaan Olah raga dengan Dismenorea primer remaja putri di SMP N 2 Mirit Kebumen. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol 3, No 01 tahun 2012
Fanada, M., Muda, W. 2012. Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang, Badan Diklat Provinsi Sumatra Selatan.
Harel, Z. 2006. Dismenorrhea in adolescents and young adults: etiology and management. Journal of Pediatric Adolencents Gynecology 19(6):363-71 Di unduh di http://www.ncbi.nlm.nih pada tanggal 10 september 2012.
Hartati, Munjiati, Khaerunisa. 2012. Mekanisme koping mahasiswi keperawatan dalam menghadapi dismenore, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No 1. Diunduh pada tanggal 6 September 2012 di https://www.google.co.id
Maulana & Mirza. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Katahati.
---, 2009. Seluk Beluk Reproduksi Dan Kehamilan, Grahailmu, Jogjakarta
(13)
Mi Jun, E., Chang, S., Kang, D.H., Kim, S. 2006. Effects of acupressure on dysmenorrheal and skin temperature changes in college students: A non – randomized controlled trial. Internasioanal Journal of Nursing Studies 44 (2007) 973-981. Diunduh pada www.elsevier.com.
Notoatmodjo, 2005a. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
---, 2005b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Saifuddin, Afandi, Baharudin, Soekir. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya, CV Sagung Seto, Jakarta
Soliman & Mohamed. 2013. Effects of Zikr Meditation and Jaw Relaxation on Posoperative Pain, Anxiety and Physiologyc Response of Patient Undergoing Abdominal Surgery. Journal of Biology, Agricultur and Healthcare, ISSN 2224-3208(paper) ISSN 2225-093X (online) Vol. 3, No.2, 2013.
Trisianah. I. 2011. Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 15 Semarang, Tesis, Universitas Muhamadyah Semarang, diunduh pada tanggal 8 maret 2013 di http://digilib.unimus.ac.id.
Yanuar. 2012. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon Dan Uji Mann Whitney, http://search.conduit.com diunduh tanggal 20 november 2012
(1)
Penurunan N Mean Z
Asymp. (2-tailed) Relaksasi 30 2.03
Kompres 30 2.50 -2.226 .026 Jumlah 60
Nilai rata-rata penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan relaksasi sebesar 2.03 dengan dan nilai rata-rata penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan kompres hangat sebesar 2.50. Sedangkan untuk nilai Z hitung sebesar -2,226 dengan nilai signifikansi (p) 0,026 artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid, dimana penurunan skala nyeri pada pemberian kompres lebih besar daripada pada pemberian relaksasi
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil análisis data tentang perbedaan skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi menunjukkan nilai signifikansi (p) 0,000 artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi adalah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri adalah teori Huges, 1995 dalam Ernawati (2010), menurutnya dalam keadaaan tertentu tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen yaitu endhorphin dan enkefalin. Zat-zat tersebut mempunyai sifat mirip morfin dengan efek analgetik yang membentuk suatu “system penekan nyeri”. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen sehingga terbentuk system penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri.
Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2010) yang mengatakan terdapat perbedaan perbedaan nyeri dismenorrea sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada mahasiswa S-1 Keperawatan Unimus dengan Uji Wilcoxon diketahui nilai significant difference p = 0.000, < α (0,05).
Hasil análisis data tentang perbedaan skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat menunjukkan nilai 0,000 < α = 0,05
(2)
yang berarti ada perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat adalah sesuai dengan teori Perry (2005) yang menyatakan bahwa kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningrum, 2012 yang mengatakan bahwa terdapat penurunan skala dismenorrea pada remaja di SMA N 3 Padang pada kelompok yang mendapatkan kompres hangat.
Pada penelitian ini didapatkan data terdistribusi tidak normal yang dibuktikan dengan uji prasyarat uji normalitas nilai p nya adalah 0,000 yang berarti data terdistribusi tidak normal. Dengan menggunakan uji Mann-Whitney tentang perbedaan antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid menunjukkan nilai signifikansi (p) 0,026 artinya p < α, dengan nilai < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres dalam menurunkan skala nyeri haid, Pada penelitian ini 30 responden diberikan kompres hangat selama 20 menit dan 30 responden dilakukan relaksasi pada saat dismenorrea timbul, setelah itu diukur skala nyerinya. Pada penelitian ini responden mengalami penurunan nyeri yang cukup signifikan bisa dilihat dari nilai mean dengan nilai mean untuk penurunan skala nyeri haid pada responden yang dilakukan relaksasi sebesar 2.03 sedangkan pada pada kompres hangat didapatkan nilai mean penurunannya sebesar 2.50, yang berarti pemberian kompres hangat lebih menurunkan nyeri dibanding pemberian relaksasi nafas dalam. Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin, namun demikian masih ada beberapa kelemahan dan keterbatasan, yang meliputi: Pertama : Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri pada saat haid, yang sifatnya subyektif, mungkin setiap individu berbeda dalam mempersepsikan rasa nyeri haid tersebut, tergantung dari faktor yang mempengaruhi kondisi individu tersebut, padahal dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri tersebut. Kedua: Penelitian dilakukan secara kuantitatif sehingga kurang mendalam dalam menggali data, responden hanya menjawab sesuai instrumen yang dibagikan saja.
(3)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid pada mahasiswa di Akper Giri Satria Husada Wonogiri, dimana terjadi penurunan skala nyeri haid pada pemberian kompres lebih besar daripada pemberian relaksasi. Pada hasil penelitian didapatkan penurunan skala nyeri setelah diberikan tindakan relaksasi maupun kompres dengan rata-rata penurunan pada pemberian tindakan relaksasi sebesar 2.03, sedangkan pada pemberian kompres rata-rata penurunan sebesar 2.50. Dengan menggunakan Mann-Whitney Testdidapatkan nilai Z hitung sebesar -2.226 dengan nilai signifikansi (p) 0,026; artinya p < α, dengan nilai < 0,05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara relaksasi dengan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid. Skala nyeri haid responden berbeda secara signifikan antara diberikan relaksasi dan diberikan kompres hangat, dimana penurunan skala nyeri pada pemberian kompres lebih besar daripada pada pemberian relaksasi.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi remaja putri diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi dismenorea dengan cara relaksasi dan kompres dan meningkatkan ketrampilan melakukan relaksasi dan kompres dengan cara menambah informasi baik dengan membaca buku, jurnal, dan perlu latihan yang intensif sehingga mampu melakukan relaksasi dan kompres dengan baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan menambah referensi baik buku maupun jurnal tentang cara penanganan nyeri haid secara non farmakologis untuk penelilitian lanjutan.
(4)
3. Bagi penelitian lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambah besar sampel penelitian dan menambah daerah penelitian sehingga dapat terjangkau sasaran penelitian untuk mengetahui sejauh mana perbedaan relaksasi dan kompres terhadap penurunan skala nyeri haid, selain itu juga perlu penelitian lanjutan cara menurunkan nyeri haid dengan cara terapi non farmakologis yang lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abedian, Z, Kabirian, M, Mazlom, S.R, Mahram, B. 2011. The Effect of Peer Education on health Behaviors in girls with Dysmenorrhea, American Science. J. 2011; 7 (1):431-438 diunduh di http://www.americanscience.org pada tanggal 10 september 2011.
Anurogo & Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid, Yogyakarta, ANDI.
Ariyoso. 2009. Uji Mann-Whitney U. diunduh pada tanggal 12 Januari 2013 di http://statistik4life.blogspot.com/2009/12/uji-mann-whitney-u.html.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2010. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, http://jateng.bps.go.id/ diunduh 6 september 2012. Badziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi, Edisi kedua. Jakarta. Media
Aesculapius.
Depkes RI. 2002. Kurikulum Diploma III Kebidanan, Jakarta, Depkes RI.
Rahayuningrum, D.C. 2012. Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Kompres Hangat Dalam menurunkan Dismenorea Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. Penelitian. Abstr. Universitas Andalas, Sumatra Barat.
Fajaryati. N. 2010. Hubungan Kebiasaan Olah raga dengan Dismenorea primer remaja putri di SMP N 2 Mirit Kebumen. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol 3, No 01 tahun 2012
Fanada, M., Muda, W. 2012. Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang, Badan Diklat Provinsi Sumatra Selatan.
Harel, Z. 2006. Dismenorrhea in adolescents and young adults: etiology and management. Journal of Pediatric Adolencents Gynecology 19(6):363-71 Di unduh di http://www.ncbi.nlm.nih pada tanggal 10 september 2012. Hartati, Munjiati, Khaerunisa. 2012. Mekanisme koping mahasiswi keperawatan
dalam menghadapi dismenore, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No 1. Diunduh pada tanggal 6 September 2012 di https://www.google.co.id
Maulana & Mirza. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Katahati. ---, 2009. Seluk Beluk Reproduksi Dan Kehamilan, Grahailmu,
(6)
Mi Jun, E., Chang, S., Kang, D.H., Kim, S. 2006. Effects of acupressure on dysmenorrheal and skin temperature changes in college students: A non – randomized controlled trial. Internasioanal Journal of Nursing Studies 44 (2007) 973-981. Diunduh pada www.elsevier.com.
Notoatmodjo, 2005a. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
---, 2005b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Saifuddin, Afandi, Baharudin, Soekir. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya, CV
Sagung Seto, Jakarta
Soliman & Mohamed. 2013. Effects of Zikr Meditation and Jaw Relaxation on Posoperative Pain, Anxiety and Physiologyc Response of Patient Undergoing Abdominal Surgery. Journal of Biology, Agricultur and Healthcare, ISSN 2224-3208(paper) ISSN 2225-093X (online) Vol. 3, No.2, 2013.
Trisianah. I. 2011. Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 15 Semarang, Tesis, Universitas Muhamadyah Semarang, diunduh pada tanggal 8 maret 2013 di http://digilib.unimus.ac.id.
Yanuar. 2012. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon Dan Uji Mann Whitney, http://search.conduit.com diunduh tanggal 20 november 2012