PEMBINAAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (SD) : Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan Profesional Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat.

PEMBINAAN PROFESIONAL GURU

SEKOLAH DASAR (SD)
(Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profeslonal Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Geiar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

NURHATTAT
9132317

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
1995

Disetujui Pembimbing

Pembimbing I,

Prof. Dk.

H. Achmad Sanusi, SH,

M.PA

Pembimbing II,

Gaffar,

Pembimbing III,

DR.


H. Djaman Satori, MA

M.Ed

Disetujui

Kcsardinator Efidang Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana ikip Bandung

&

Prof.

DR.

H.

Achmad


Sanusi,

111

SH.

M.PA

ABSTRAK

Nurhattati. Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar
(Penelitian
Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional
Guru SD Di Kodya Bandung Jawa Barat)

Sekolah Dasar (SD)

merupakan jenjang pendidikan


dasar

yang bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi peserta didik
yanq

diharapkan

pendidikan di

SD

di

di

pihak

menjadi


pijakan

bagi

Indonesia secara kuantitatif relatif
lain kondisi tersebut belum

upaya

Untuk

memadai,

menampakkan

namun

kualitas

itu pemerintah telah melakukan berba-


perbaikan kualitas,

pembinaan profesional

Dalam

keberhasilan

jenjang selanjutnya. Pada kenyataannya kondisi

yanq diharapkan.

gai

akan

yang salah

satunya


melalui

guru.

pelaksanaannya pembinaan

profesional

guru

setiap

daerah memiliki keragaman.

Keragaman tersebut

hirkan

keragaman


,

hasil

pembinaan

melahirkan keragaman hasil

Kodya
dan

yang

pendidikan pula.

Bandung sebagai daerah yang memiliki

latar sosial


budaya perkotaan tentu saja

penanganan pendidikan yang profesional,

pembinaan gurunya,
Penelitian

kepadatan

termasuk

cukup

memerlukan

penanganan

sebagai salah satu faktor terpentingnya.
ini memfokuskan


pembinaan profesional
sanakan di

mela-

gilirannya

dinamika penduduk cukup tinggi, memiliki sekolah

banyak,

P

pada

di

pada

bagaimanakah


sistem

guru SD Kodya Bandung baik yang dilak-

tinqkat wilayah (Bid.

dan K wilayah DT Jabar),

di

iv

Pendas Depdikbud dan

tingkat Kodya

(Seksi

Dinas
Pendas

Depdikbud dan Dinas P dan K DT II Kodya Bandung), di tingkat
kecamatan (Kandepdikbud Cam, penilik dan Kepala Sekolah).
Penelitian

profesional

ini bertujuan

guru

efektifitasnya

SD

mendeskripsikan

Kodya Bandung,

dan

pembinaan

melihat

tingkat

terhadap kemampuan mengajar guru, serta

me-

ngetahui peluang pengembangan sistem pembinaan yang dilaksanakan.

iietoda penelitian menggunakan metoda kualitatif

yaitu

penelitian yanq mencoba mendeskripsikan dan memahami keselu-

ruhan perilaku manusia secara empirik berdasar titik pandang
mereka

sendiri,

fenomena

bersifat

seadanya

dengan

naturalistik,
jalan

yaitu

menceburkan

mengangkat

diri

secara

langsung di lapanqan untuk menjaring data secara luas, kaya,
real

hingga dapat digeneralisir menjadi kesimpulan absah.

Penelitian
kecamatan,

berlokasi di Kodya Bandung, melingkupi

membawahi 982 SD Negeri dan swasta. Sumber

26
data

adalah para pembina yang berkedudukan di tingkat wilayah
I dan II,
guru

para Kandepdikbudcam,

SD. Jumlah sumber data diamb.il

karakteristik
wawancara

data

penilik,

kepala sekolah

secara purposif

yang dituju. Data dikumpulkan

dengan

herfokus, observasi dan dokumentasi.

dilakukan

melalui

tahap

orientasi,

dan

sesuai

teknik

Pengumpulan

eksplorasi

member-check. Untuk memperoleh keabsahan penelitian
nakan sejumlah kriteria yaitu kriteria

DT

dan

menggu

kredibi1 itas, trans-

VI

ferabilitas,
analisis

dependabi1itas

data

reduksi data,

dilakukan
unitisasi,

Penelitian

ini

dan

konfirmabilitas.

melalui

tahapan

kategorisasi dan

menemukan

wilayah DT

II

(Kodya),

Pembinaan

Dikdas Kanwil

Kasi

di

Dinas P dan

IPTEK,

penataran

publikasi media.
K DT

melahirkan

lokal dan

tidak

mampunya/keenqganan kedua

lomba

guru

penataran

guru,

tulis,

wilayah

pembinaan.

kebijaksa-

pembi

Dilihat dari sistem
Kunjungan daerah

penataran profesional cukup relevan dengan
lomba dan penataran

hal

Kurang

kekakuann birokrasi pengurusan SD menyebabkan

sedangkan berbagai

rapat

wawasan

baca

instansi menerjemahkan

terdapat keragaman hasil.

Bid.

teladan,

penataran

kasi se propinsi yang paling dirasakan manfaatnya.
jenis

I,

Sedangkan yang dilaksa

efektifnya

naan profesional kurang efektif.
naan

dilaksanakan

Terjadi dualisme pembinaan di tingkat

tersebut

naan,

I,

I Jabar meliputi

muatan

profesional

yang dilakukan melalui

penataran profesional,

nakan

penafsiran.

tingkat wilayah DT

tingkat wilayah DT

lomba bidang studi,

dan

tingkat kecamatan dan sekolah.

Depdikbud Jabar,

Dikdas,

hitung.

di

penelaahan

bahwa pembinaan

guru SD Kodya Bandung dilaksanakan di

Sedang

pembi

dan

rapat.

Berbagai
kebutuhan

IPTEK menunjuk-

kan relevansinya yang kurang.
Pembinaan

yanq

di

tingkat Kodya

dilaksanakan

seksi

Dikdas Depdikbud Kodya dengan dua sistem pembinaan yaitu SPP

VI1

melalui wadah KKPS, dan non
sional

dan

manfaat

SPP

meliputi

berbagai lomba. Penataran

besar bagi guru,

penataran profe

profesional

sedangkan berbagai

memiliki

lomba

kurang

bermanfaat. Pembinaan SPP melalui KKPS sangat berguna karena

terjadi koordinasi dan konsultasi yang melahirkan
orientasi

dan

persepsi,

serta dasar pijakan bagi penilik, kepala

sekolah

guru da lam proses pembinaan. Dinas P dan K DT II

Eiandunq
krut

Kodya

walau telah memiliki otonomi, hanya berperan

peserta

pembinaan. Kondisi tersebut

karena

mere-

penerima

otonomi belum siap untuk melaksanakan otonomi yang dimilikinya.

Di

sistem
serta

tingkaxt kecamatan pembinaan

umum

(konvensional), seperti

sistem

khusus ( SPP, penilik

Penataran,

lomba berjalan baik.

efektifitasnya

beragam

SPP

dilaksanakan

penataran
dan

melalui

dan

lomba

kepala

sekolah).

diberbagai

kecamatan

yang tergantung pada letak

geogra-

fis, tuntutan masyarakat, kualitas pembina serta kelengkapan
sarana.

Terdapat hubungan efektifitas antara KKG,

KKKS.

Pembinaan yang dilakukan penilik dan

belum

menunjukkan

kekurang

hasil

yang

PK6

kepala

mengembirakan,

sekolah

dikarenakan

fahaman penilik dan kepala sekolah terhadap

dan fungsinya sebagai

dan

peran

pembina.

Sehubungan dengan temuan tersebut, direkomendasikan perlunya

V 111

1)

Perumusan ulang konsep pembinaan

Indonesia,

2)

Remodifikasi

lembaga

pendidikan

organisasi

profesi

kebijakan,

5)

pembinaan guru

guru,

3)

guru (LPTK),
4)

pihak yang

pengguna

Pelatihan

bagi

an bagi

tentang

terkait,

6)

penilik dan kepala sekolah,

penilik dan kepala sekolah,

dan kepala sekolah yang selektif,
PKG dan

KKG dikembangkan.

ber-

9)

guru,

para

8)

pentingnya

7)

pembi

Analisis

program pelatih

Pengangkatan

dan 10)

dan

pembuat

Kesesuaian

naan dengan kebutuhan dasar yang dirasakan guru,
jabatan bagi

di

Pembina guru harus melibat-

Penyadaran yang intensif
pada

guru SD

perundangan/peraturan yanq

kaitan dengan pembinaan guru,

kan

profesional

Wadah KKPS,

penilik
KKKS,

DAFTAR

ISI

i

JUDUL

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
AB3TRAK

ii
.

_

iv

KATA PENGANTAR

±>.

UCAPAN TERIMA KASIH

>;i

DAFTAR ISI

,

DAFTAR TABEL

>ivii

;

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

BAB

xiii

,

;.;vi±±

I PENDAHULUAN
A.

i

Latar Belakang Masalah

;......

1

1. Peran Pendidikan Dalam Pembangunan
Nasiona 1
2.

1

Posisi Sekolah Dasar Dalam Pendidikan
Nasiona 1

3.

4

Kondisi SD di

Indonesia

6

4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam
Pendidikan

B.

BAB



lO

5. Pentingnya pembinaan guru

11

Asumsi dan Masalah Penelitian

16

,

Xh

1.

Asumsi

2.

Masalah Penelitian

20

C.

Pentingnya Penelitian

23

D.

Tujuan Penelitian

27

E.

Manfaat Penelitian

28

II KONSEP PEMBINAAN PROFESIONAL GURU
A.

29

Peran Guru Dalam Pendidikan

29

1. Peran Guru Sebagai Pendidik

31

2. Peran Guru Sebagai Manajer Pembelajaran

38

xi 11

;:iv

B.

C.

Pembinaan

Profesional

111

65

1.

Konsep Pembinaan

65

2.

Guru Profesional Sebagai Tuntutan Zaman

67

3.

Sistem

79

Pembinaan

Profesional

Guru

.....

Efektifitas Sistem Pengembangan Guru

95

1.

Konsep Efektifitas

95

2.

Kriteria Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional

BAB

Guru

METODOLOGI

Guru

PENELITIAN

98

.

106

A.

Metode

Penelitian

106

B.

Lokasi

Penelitian

109

C.

Sumber

Data

110

D.

Teknik Pengumpulan Data

E.

Pelaksanaan Pengumpulan Data

F.

Cara-cara Memperoleh Keabsahan Hasil

.

120

Penelitian
G.

BAB

IV

Teknik

A.

124

Analisis

HASIL-HASIL

Data

129

PENELITIAN

132

Deskripsi Efektifitas Sistem
Profesional

Pembinaan

Guru SD Kodya Bandung

Pada

Tingkat Wilayah
1.

2.

132

Sistem

Pembinaan

Kodya

Bandung

Kanwil

Depdikbud Jabar

Sistem

Profesional

Yang

Pembinaan

B.

dan

K

Deskripsi

DT

Jawa

Kodya

Guru SD

SD

Dilaksanakan
132
Guru

Dilaksanakan

SD

Dinas

Barat

Efektifitas

Profesi onal
Tingkat

I

Guru

Profesional

Kodya Bandung Yang
P

112

Sistem

.156

Pembinaan

Kodya Bandung

Pada
166

XV

1.

Sistem Pembinaan

Profesional

Guru SD

Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Oleh
Dinas P dan K Kodya Bandung
2.

Sistem Pembinaan

167

Profesional

Guru

SD

Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Dinas

P dan K Dati
C.

11 Kodya Bandung

Deskripsi Efektifitas Sistem

Profesional

185

Pembinaan

Guru SD Kodya Bandung Yang

Dilaksanakan Pada Tingkat Kecamatan
1.

Sistem Pembinaan

Profesional

Guru

...

138

SD

Oleh Kandepdiktaudcam

188

a)

Pembinaan

Bersifat

Umum

189

b)

Pembinaan

Bersifat

Khusus

192

.1)

Implementasi

2)

Pembinaan Yang Dilaksanakan
Peni 1 i k

SPP-CBSA

.

192

SD

205

3) Pembinaan Yang Dilakukan Kepa
la
2.

Sekolah

Sistem Pembinaan

215
Profesional

Guru

SD

Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Ran
ting Dinas P dan

BAB

V

K

Kecamatan

.......

RANGKLIMAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.

Efektifitas

Sistem

Guru SE> Kodya

Pembinaan

Bandung

Yang

...

Efektifitas

Sistem

222

Profesional

Dilaksanakan

di Tingkat Wilayah

B.

220

223

Pembinaan profesional

Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat. Kodya

C.

Efektifitas

.

Sistem

237

Pembinaan

profesional

Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat

Kecamatan

248

>;v i

1.

Sistem Pembinaan Profesional

Guru SD

Yang Bersifat Umum
2.

Sistem Pembinaan Profesional

Yang Bersifat

BAB

VI

248
Guru SD

Khusus

269

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

281

A.

Kesimpulan

B.

Rekomendasi

,

285

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.

TABEL

B.

RIWAYAT HIDUP

281

,

293

:
302

.

306

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid SD Negeri Dan Swasta

di

Kodya bandung Jawa Barat

15

2.

KKG Kategori Sangat Aktif

302

3.

KKG Kategori Aktif

303

4.

KKG Kategori

304

5.

KKG Kategori Tidak Aktif

Kurang Aktif

xvii

305

DAFTAR GAMBAR

DAN

BAGAN

1.

Gambar Masalah/Ruang Lingkup Penelitian

2.

Gambar Struktur dan Mekanisme Keorganisasian SPP" ..

KVlll

19

182

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

1.

Peran pendidikan dalam pembangunan Nasiona1

Pembangunan

ke

arah

lebih

pada dasarnya merupakan proses

tercapainya kemajuan atau

baik.

Sebagai

pembangunan tidak

upaya

bentuk

perubahan

perubahan

kualitas

kualitatif,

:

proses

diarahkan kepada perubahan sektor pereko-

nomian yang menyangkut kebutuhan materia1-finansia1

seperti

hidup

pemenuhan kebutuhan sandang,

pangan

semata,

dan

papan,

serta pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, namun juga

diarahkan kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
sektor

idiologi,

tergantung
Proses

budaya,

keamanan,

pada tingkat kebutuhan masyarakat

pembangunan

acapkali

agama, sosial-

di

suatu negara,

atau

secara

berbedanya orientasi.,

tujuan,

negara.

sosiokultural

berbeda dengan proses pembangunan di

dikarenakan

yang

negara

pendekatan

lain
serta

prioritas kebutuhan yang ditempuhnya.

Tujuan

dan

orientasi

pembangunan

nasiona1

adalah

mewujudkan

merata

material dan spiritual. Dengan perkataan lain,

bangunan
pada

diorientasikan untuk meningkatkan

segenap

budaya,

suatu masyarakat adil

sektor : idiologi,

pertahanan

dan

politik,

dan

Indonesia,
makmur

kualitas
ekonomi

keamanan, dengan sasaran

yang
pem

hidup
sosial,

strategis

seperti dicanangkan dalam GBHN, dalam upaya membentuk

manu-

sia seutuhnya.

Dalam

konteks pembangunan nasional

tersebut,

pendi

dikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan

dupan

bangsa dan pengembangan manusia

menjadi
hasilan

seutuhnya

dan memiliki posisi sangat strategis, dalam

ekonomi,

spesifik,

dalam

bidang

pembangunan

pendidikan memiliki nilai strategis dan

tif dalam pencapaian kesejahteraan
pendidikan

bidang

determina-

hidup masyarakat.

merupakan salah satu alat efektif

kesejahteraan

ekonomi masyarakat.

Melalui

suatu proses peralihan pengetahuan,

upaya

meraih

pendidikan

pengalihan keterampiIan,

pembentukan sikap dan etos kerja individu dapat

leh lapangan pekerjaan atau menciptakan
yang

lapangan

diwu-

mempero
pekerjaan,

pada gilirannya akan diperoleh penghasilan yang

dipergunakan
teks

ini,

pendidikan

proses

bahkan Blaug (1970,
dari

1973 : 2)

sudut ekonomi secara

sebagai

lebih

alat produksi,

investasi

baik

kependidikan,

sedemikian rupa sehingga memiliki
Ian yang sesuai dengan harapan
Berdasarkan

Dalam

tegas

sebagai

kemudian

untuk

kon
konsep

"Pengetahuan dan keterampiIan hasil

atau untuk kepentingan sosial dalam

Melalui

dapat

merumuskan

dinilai sebagai human capital yang

dijadikan
prihadi

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

investasi.

didikan

nya.

Di sini

untuk

judkan, sehingga lulusan akan dengan relatif mudah

luas."

keber

pembangunan.

Secara

atau

Indonesia

kehi-

pen

dapat

kepentingan

konteks

manusia

lebih

diproses

pengetahuan dan keterampi-

produktifitas yang dirancang-

penelitian di

banyak

negara,

misalkan,

Kanada,

Selandia Baru, dan sebagainya.

Blaug

menyimpulkan

bahwa pertumbuhan ekonomi yang biasanya diukur dengan
kat pertumbuhan pendapatan nasional
oleh

faktor pendidikan.

(GNP)

ting

sangat dipengaruhi

Perluasan dan

peningkatan

pendidi

kan cenderung meningkatkan pendapatan/

penghasilan

bagi yang

memanfaatkannya.
mengakselerasi

Dengan kata

pertumbuhan ekonomi.

Dalam bidang sosial
sosialisasi

lain investasi dalam pendidikan

juga

politik,

pendidikan sebagai

memiliki nilai

pencapaian

dikan,

sosialisasi nilai-nilai kehidupan

sial,

atau proses pembentukan budaya berpolitik
1981

: 19)

pembangunan nasional.

yang

dalam

nan,

tujuan

konstributif

pendi

berpolitik,

berso-

(Tom

Bren-

dapat diselenggarakan dalam rangka pembentu

sistem politik yang dianut oleh negaranya.

dan

besar

Lewat

kan sikap masyarakat terhadap masalah-masalah dasar

melalui

proses

tentang

Dengan kata

lain,

pendidikan dilakukan suatu proses sosialisasi

norma

kepada masyarakat sehingga mereka

nilai

memahami

menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara

dan

secara

memadai.

Dalam bidang sosial
penanaman

nilai—nilai

budaya,

penting dalam pembangunan.
artikan
Sebagai

alat

pendidikan

lebih menekankan

pendidikan

Secara

peran

lebih luas Zeffreys

meng-

pendidikan bukan

pemelihara,

pada

menduduki

sebagai upaya pelestarian

upaya pelestarian,

pelestari,

budaya yang

tapi

juga

(1972

hanya

6).

merupakan

merupakan

bagaimana nilai-nilai kultural yang positif dan

:

proses

konstruktif

manusia kini dan mendatang tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.

nilai

Pendidikan mengupayakan terbentuknya

pola prilaku yang adaptif dengan kebutuhan

nilai-

yang

ada

dalam masyarakat.

Berangkat

dari

pendidikan

dengan

pendidikan

nasional

Indonesia

analisis

di

adalah meningkatkan

dan berfungsi mengembangkan

Berdasarkan

analisis

katan,

isi model

hubungan

secara

kualitas

kemampuan,

tegas
manusia

keteram

Indonesia seutuhnya.

tersebut di atas,

harus dipijakkan dan diserasikan

yang ditempuhnya.

tentang

pembangunan nasional maka

pi Ian serta mutu kehidupan manusia

dikan

atas

maka

dengan

Dengan Konsepsi orientasi,

pendi

pembangunan

tujuan,

pende-

serta prioritas pembangunan yang dilaksana

kan .

2.

Posisi

Sekolah

Dasar

Dalam

Sekolah Dasar (SD)
dasar

merupakan

Nasional

bentuk satuan

yang menyelenggarakan program pendidikan

sebagai
UUSPN

Pendidikan

salah
No.

satu jenjang pendidikan dasar

2/1989 terdiri dari

program pendidikan tiga tahun
memberikan

kemampuan dasar

bangkan kehidupan sebagai

bagi

pendidikan
enam

yang

tahun
menurut

program enam tahun di SD
di SLTP yang

bertujuan

peserta didik

pribadi,

untuk

dan
untuk

mengem

anggota masyarakat,

warga

negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan

peserta

didik

63-64).

untuk mengikuti

pendidikan menengah (1993

:

Dengan demikian SD merupakan jenjang pendidikan yang strate
gis.

Terdapatnya beberapa alasan mengapa SD memiliki
dukan strategis di
tujuan

Pertama,
adalah

dasar

dalam sistem pendidikan nasional.
SD sebagai program pendidikan

memberikan kemampuan,

pengetahuan,

dan

dasar

diharapkan program SD ini menjembatani

nya tujuan program SMP,

painya

huan,

Dengan

tercapai-

yang seterusnya menjembatani

tujuan jenjang pendidikan menengah dan

samping itu,

awal

keterampilan

yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.

demikian,

kedu-

terca-

tinggi.

program Sekolah Dasar yang memberikan

pengeta

keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan

masyarakat,

secara sosial- politik

maupun

Di-

di

sosial- budaya

menempatkan SD menjadi memiliki kedudukan sangat

strategis.

Hal

nilai

ini

norma

dasar

hidup di

Kedua,

bagi

karena,

pada jenjang pendidikan dasar,

tentang apa dan bagaimana

lulusan

dan

seharusnya

tengah masyarakatnya itu diberikan.

kurikulum

pendidikan

keberhasilan

mutu

dasar jenjang

lulusan (SLTP,

SD.

SLTA,

menentukan

PT),

secara

berkesinambungan
Kemudian,

strategis,

dari

segi

dikarenakan

administratif,

SD juga

dipandang

program ini menjadi syarat

seseorang melanjutkan pendidikan

pada jenjang

dapatnya

lebih

Ijazah SD merupakan syarat melanjutkan di SLTP,

tinggi.

dan seterus

nya .

Berdasarkan uraian tersebut

dapat diamb.il

pengertian

definitif bahwa terdapat hubungan sistemik antara pendidikan
dasar dan selanjutnya.

Mutu pendidikan dasar

(SD)

mempenga-

ruhi mutu pendidikan SLTP, dan seterusnya. Karena itu sistem

pendidikan

dasar

selanjutnya,

berpengaruh

balk

atau pun gurunya.

3.

SD di

Di

rnurni
1988).

telah
Indikasi.

karena hal

pendidikan

isi,

pendekatan,

angka

partisipasi

Indonesia

Indonesia,

SD

sistem

orientasi, prioritas,

fasilitas,

Kondisi

terhadap

pada tahun 1988/1989.

mencapai 93,3 7.

(data

tersebut, merupakan

tersebut menunjukkan bahwa

pada jenjang SD relatif tinggi,

Pendidikan
hal

Jabar,

menggembirakan,

jumlah peserta

didik

atau sebaliknya anak usia SD

yang tidak berpartisipasi pada jenjang pendidikan SD

sangat

rendah.

Sejalan dengan pertumbuhan tingkat partisipasi

dikan SD yang meninggi,

SD

di

berkembangnya

aspirasi

kalangan masyarakat, berbagai

upaya

pendi

pendidikan

pengembangan

sistem pendidikan dasar, khususnya SD telah dilakukan

peme-

rintah. Pengembangan tersebut menyangkut tidak hanya perang-

kat

keras,

tapi juga perangkat lunak serta

segenap

unsur

Sejak tahun anggaran 1973/1974, misalnya, telah

diba-

pendukung lainnya.

ngun

bangunan SD dalam jumlah relatif besar yang

realises!

Inpres

Daerah

TK.

gedung

baru,

II,

pembangunan

SD

yang diantaranya

penambahan

ruang

sebagai

meliputi
kelas,

bantuan

kepada

: pembangunan

rehabi1itasi,

sebagainya, sehingga pada tahun 1990/1991 tercatat

bangunan SD sebanyak 146.558 buah

merupakan

dan

tersedia

Jumlah 3D tersebut diper-

untukkan

bagi 26.528.590 siswa yang diasuh

(Statistik

guru

mencapai
laar,

tersebut

(Kornpas

memadai.

27 Juli

1993).

diproyeksikan
1993/1994

(Ti-

lain pada

bahwa sejak

Berdasarkan

tahun

data

tahun

1991 kondisi

Hal

dan

tersebut

kuantitatif

Indonesia khususnya program pendidikan SD

sangat

tersebut ditunjukkan adanya Rasio antara jumlah

gedung dengan jumlah siswa yaitu 1

ditetapkan

kelas/ruang,

satu

dengan

: 1S7,

atau berarti

bangunan terdiri

maka satu ruang

orang siswa.

sekolah

1.140.886

sudah terdapat sekitar 200.000 buah SD negeri

pendidikan

30

yang

Atau bahkan menurut perkiraan

dapat dianalisis

jika

75)

147,5 ribu unit gedung pada tahun

1991).

swasta

Indonesiaf 1991:

oleh

Kemudian,

(1

kelas)

dari

pula

rata~rata

6

hanya dihuni oleh

±

jika dilihat dari

guru yang mengajar adalah 1

rasio
:

bangunan

7,8,

dimana

seorang guru rata-rata mengajar 23 orang siswa.

Kondisi
pihak,

kuantitatif SD yang relatif

di

tampak belum menunjukkan atau mencerminkan

nya kondisi kualitatif memadai di
kan

memadai

hal

secara

teramat kompleks dan

pihak

lain.

rumit untuk

pleksitas
sendiri,

permasalahan

pendidikan SD

terdapat-

Memang merupa

melakukan

memuaskan mengenai mutu pendidikan.

sebagai

sistem

berbeda.

Bruce

itu

para

ahli

kerangka berpikir atau sudut logika yang

Fuller (1985)

pendidikan tampak berbeda
Hasil

kom-

pastinya konsep

mutu itu sendiri yang terus menerus diperdebatkan

dengan titik tolak,

analisis

Disamping

juga disebabkan oleh belum baku dan

satu

mengatakan

"Konsep

kualitas

bagi masing-masing orang.

seminar dan diskusi

para ahli

tentang studi mutu

8

pendidikan

Dasar (SMPD)

Badan Litbang Dikbud berupaya

perjelas

konsepsi

tersebut

diperoleh kesepakatan rumusan mengenai

mutu pendidikan

mutu pendidikan

sebagai

landasan

tersebut.

berpikir.

mem-

Dalam

studi

pengertian

Mutu

pendidikan

diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap satuan

pendidikan
bagi

dalam menanamkan kemampuan belajar seumur

lulusannya (Ace Suryadi,

Lebih komprehensif,
dari

yang

hidup

1989).

mutu pendidikan dapat pula dilihat

perspektif sistem pendidikan persekolahan itu

analisisnya

terhadap

tiga komponen proses pengajaran dan komponen hasil

belajar.

Yang

biasanya mendasarkan diri

dianggap

belajar

dan

terpenting sebagai penentu dari

adalah

mutu guru.

mutu pengelolaan sekolah,

digunakan

sekarang ketiga

sebagai

pendidikan.
sistemik,

hasil

siswa,

menyebabkan

di atas,

mutu
mutu

proses

tersebut

sering

rendahnya

hasil

pengajaran
belajar.

maka mutu pendidikan

pengelolaan,

mutu siswa,

mutu guru,

hasil

belajar/kemampuan belajar.

Terhadap mutu pendidikan SD,

Laporan

Irjend Wil

secara terbuka bahwa kemampuan/hasi1

mutu
secara

yang

pada

Berdasarkan

menyangkut

masalah

mutu PBM dan

mutu

Kompas 20 Februari

1991

ulasannya tentang keresahan

lulusan SD.

dan

lain,

Ketiga komponen mutu pendidikan di atas,

mutu

mutu

faktor

ukuran sederhana tinggi

menyebabkan

gilirannya

menurunkan

mutu

mutu

Ketiga faktor tersebut berkaitan satu sama

kenyataannya

analisis

pada

sendiri,

masyarakat

I Depdikbud

tentang

mensinyalir

belajar siswa SD sangat

memprihatinkan, terutama kemampuan dasar mengenai
membaca,

Selain

dan menghitung ( Kompas

menulis

rendahnya mutu pendidikan SD yang

lulusannya,

ditemukan

pula adanya

14

kemampuan

Juli

1993).

berkaitan

dengan

rendahnya

mutu

proses

belajar mengajar (PBM) yang diakibatkan oleh rendahnya

mutu

guru itu sendiri serta sistem manajerialnya. Masaiah~masalah

yang

mengakibatkan rendahnya mutu lulusan SD diantaranya

mutu guru yang kurang profesional, dimana guru kurang
uasai materi dan metoda pengajaran,

:

meng-

kurang memadainya

alat

bantu penga- jaran, lemahnya sistem pengembangan profesional
{Kompas 4

guru

Agustus 1993).

Kondisi

tersebut,
mutu

kuantitaif yang

kurang

menggembirakan

yang diantaranya menyebabkan masalah

peningkatan
Bidang

SD menjadi agenda dalam Penyusunan Flepelita - V

Pendidikan dan Kebudayaan. Masalah-masalah tersebut

ranya

adalah

daerah

kesenjangan mutu antar sekolah

di

pada setiap jenis dan jenjang pendidikan,

kesenjangan

dianta

berbagai

disamping

antara mutu pendidikan dengan kebutuhan

pemba

ngunan (Pusat informatika Balitbang Dikbud, 1993).
Keputusan Mendikbud RI

mengantisipasi

pendidikan

akan

masalah tersebut.

No.

0416 A/U/1987

"Usaha

mendapat prioritas di

meningkatkan

tingkat

bahkan

mutu

pendidikan

dasar". Dengan demikian, disamping pemerintah masih memprioritaskan
mutu

pemerataan pendidikan juga

pendidikan dasar tersebut.

berusaha

meningkatkan

10

4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam Pendidikan

disinyalir dalam Kompas (14 Juli , 4

Seperti

dan 25 Agustus 1993) bahwa rendahnya mutu PBM SD,
nya,

diakibatkan oleh rendahnya mutu guru itu

sistem

manajerialnya. Hal

sistem

pendidikan

pengajaran,

guru

Agustus
diantara

sendiri

tersebut menunjukkan bahwa

atau, secara lebih sempit

merupakan faktor sangat

dan
dalam

dalam

sistem

strategis

dalam

pencapaian tujuan pendidikan/pengajaran, karena posisi

yang

d i peran k annya.

Good Carter (1973) merumuskan pengertian guru sebagai:
Seorang
untuk

yang

bekerja

mengarahkan

dengan

pengalaman

bekal

belajar

kemampuan
siswa

khusus

dalam

suatu

lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta,

Sementara itu, UUSPN No. 11/1989 Bab VII Pasal 27 ayat

3

dan

Pasal

tenaga

28 mengartikan :

pengajar

pada

Guru

adalah

sebutan

bagi

jenjang pendidikan dasar dan

mene-

batasan tersebut di atas dapatlah diambil

suatu

bahwa

orang

n g a h.

Dari

kesimpulan
yang

seorang guru pada dasarnya

memiliki tugas, wewenang dan tanggung

adalah

jawab

terhadap

pendidikan baik secara individual maupun kelompok di sekolah
maupun di

luar sekolah.

Berdasarkan

analisis

konseptual tentang

peran

guru

tersebut dapat dirumuskan beberapa alasan dasar mengapa guru
dipandang faktor strategis dalam pendidikan .
a)

dilihat

dari

sudut

administratif,

guru

adalah

pelaku yang resmi, sah, untuk melakukan dan menyelenggarakan

11

aktifitas pendidikan. Guru,

dalam sekolah khususnya,

pakan pelaku yang "paling" berhak untuk mengelola,

meru

mengatur

atau melibatkan diri dalam aktifitas kependidikan;
b)

dilihat dari segi kewajiban,

guru adalah orang yang

dituntut untuk melaksanakan kewajiban mengajar,
ilmu pengetahuan,

c)

ketrampilan atau membina sikap masyarakat;

dilihat

dari segi proses belajar

kelas, guru adalah seorang perencana,
gus

penilai

kegiatan

merencanakan,

diajarkan

mengalihkan

belajar murid.

mengajar

pengel'ola dan

sekali-

Guru adalah orang

memilih dan menentukan materi

apa

yang

yang

serta apa dan bagaimana pendekatan/metoda

jaran efektif yang dipergunakannya,

dalam

akan

penga

mencipta situasi belajar

mengajar sesuai yang direncanakan, serta melakukan penilaian
terhadap proses dan

hasil

belajar siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa guru merupa

kan faktor utama yang dapat menentukan tingkat keberhasilan,

belajar

siswa.

menyebutkan

Sehingga

peran

guru

expensive resources

5.

wajar bila

sebagai "the

Joan

Dean

most

(1983:71)

important

and

in any classroom".

Pentingnya Pembinaan Guru SD

Menyadari kestrategisan peran guru yang demikian dalam

sistem

pendidikan pada umumnya dan dalam PBM

khususnya

di

satu

pihak dan tuntutan masyarakat yang menghendaki

adanya

guru

profesional

secara

efektif

yang mampu

menjalankan

di pihak lain, menjadikan lahirnya

melakukan pembinaan profesional para guru.

perannya
tuntutan

untuk

12

Masyarakat Indonesia yang tengah mengalami perkembangan

mengarah

pada

meningkatkan

era tinggal

secara

landas,

konsumtif,

berbagai pemenuhan kebutuhan informasi

maupun

ketrampilan praktis secara memadai. Jenis dan besaran

tuhan

tersebut

secara

instruksional

tentu

mensyaratkan

terdapatnya pengelolaan pendidikan yang profesional
dan hadirnya peran SD lebih efektif yang mampu
lulusan

memadai, yaitu lulusan yang memiliki

umumnya

menghasilkan
adaptabi1itas

sosial yang sesuai tuntutan perkembangan zaman."

hendaknya

kebu

Pendidikan

dilakukan secara profesional sehingga upaya

ingkatan

mutu

dan relevansi

pendidikan

dapat

demikian dinyatakan oleh Hasan Walinono —
(Kompas,

26 Juli 1993).

pen-

tercapai",

Sekjend Depdikbud

Konsekuensi lebih lanjut dari

tun

tutan ini secara sistemik menuntut adanya guru profesional.
Guru

profesional

diantaranya
pokoknya

yang

oleh

dituntut

adalah sosok guru yang mampu menjalankan

sebagai

pendidik

dan

pengajar.

lain menyangkut tugas makro yaitu

antara

ningkatan

mikro

masyarakat, '

kualitatif

Tugas

tugas

tersebut

mengupayakan

hidup manusia secara umum

sebagai manager pengajaran di kelas

pada

dan

petugas

khususnya.

Dalam rangka ini, pada tingkat minimal, sosok guru pada saat

sekarang,
yang

seperti

ahli

diungkapkan Noeng Muhadjir

dalam disiplin ilmu bidang

(1007.),

dan

berkepribadian lebih

menurut

Muchtar

Bukhari,

studinya

sebagai

adalah jenis

adalah

sepenuhnya

pendidik.

guru

guru

yang

Atau
secara

lengkap memiliki ciri intelektualitas yang kuat, berkualitas

yang

tinggi, intreprenership yang tinggi, sikap hidup

yang

lincah,

prigel dan luwes

Kualifikasi

guru

secara memuaskan.

4 Agustus 1993).

profesional

secara selintas di atas,
sasi

(Kompas,

seperti

digambarkan

dalam kenyataannya belum
Hal

ini dapat secara

tereali-

jelas

dilihat

dari pandangan dan evaluasi masyarakat itu sendiri.

Misalnya

tentang terdapatnya guru SD yang belum menguasai materi tiga
kemampuan
mampunya

dasar (membaca, menulis dan
menguasai

menghitung),

metoda mengajar,

terdapatnya

kurang
kekurang

sesuaian antara latar belakang pendidikan formal guru dengan
tugas-tugas mengajar yang dibebankan,
di

guru yang belum matang,

profesional

pada umumnya

masih banyaknya priba-

serta belum

(Kompas,

14 Juli

dan Kompas 25 Agustus 1993). Dan

1993;
inilah

dapat dijadikan sebagai

secara

faktual

1993; F;aka

indikator

Karena itulah,

yang

Joni,

menunjukkan

profesi

pembinaan atau pening-

kualitatif profesional mutu guru merupakan

krusial

sikap

kenyataan-kenyataan

belum terdapatnya kualifikasi guru

onal yang diharapkan.
katan

termi1ikinya

dan perlu yang harus dilakukan jikalau

hal

yang

menghendaki

mutu pendidikan yang memadai.

Dalam

rangka peningkatan mutu guru SD,

telah

banyak

dilakukan pemerintah berbagai upaya pengembangan profesional

guru yang
jar

guru,

pembinaan

lebih menekankan pada peningkatan kualitas
yang dilakukan melalui

berbagai

sistem.

profesional yang sudah lama ditempuh

menga
Sistem

pemerintah,

terutama sekali sejak ditetapkannya pelaksanaan kurikulum SD
tahun

1983 (1975 yang disempurnakan)

antara

lain

adalah

:

14

pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar dan
studi
onal

lokakarya,

komparatif, pertemuan pribadi, rapat, lomba
guru,

pembinaan melalui wadah KKG, PKG,

profesi

KKKS,

serta

pembinaan melalui media cetak dan kegiatan karyawisata,
pembinaan

lainnya (Depdikbud,

Walaupun

telah

1989/1990:

banyak sistem

dan

16-18).

pembinaan

profesional

guru yang telah disodorkan dengan disertai petunjuk pelaksanaannya

atau perangkat lainnya oleh pemerintah, namun

kenyataannya

terdapat

baik

kuantitatif

secara

keragaman atau
maupun

terdapatnya berbagai perbedaan,

perbedaan

secara

pada

pembinaan

kualitatif.

misalnya dalam jenis,

Dan,
frek-

wensi, maupun pendekatan pembinaan pada masing-masing daerah
(wilayah),

yan'g pada gilirannya melahirkan hasil

pembinaan

yang beragam pula. Untuk itu suatu penelitian tentang
tifitas

pembinaan

profesional

di

masing-masing

efek
wilayah

diperlukan. Paling tidak. diperlukan untuk mengetahui

teristik

tipikal

efisien

sistem

pembinaan

yang

paling

dan relevan dengan tuntutan dan kodisi

karak

efektif,

di

masing-

masing daerah.

Kota
kabupaten

Negeri,
yang

kota madya di

Jawa

puluh

Barat—memiliki

dibina oleh 1632 guru yang tersebar di

tingkat

Secara

dan

salah satu dari dua

yang dibimbing oleh 8892 guru serta 180

Dibanding

besar

Madya Bandung-

dengan kabupaten/Kodya lainnya

empat
982

SD

26

Swasta

kecamatan.

Bandung

memiliki

kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru
(lihat:

rinci

Kota Madya Bandung Dalam

banyaknya

sekolah, guru

Angka

serta

SD

yang

1991/1992).

murid

dapat

15

dilihat pada tabel

berikut

:
TABEL

BANYAKNYA SEKOLAH,
KOTA

GURU,

MADYA

1

MURID SD NEGERI DAN SWASTA DI

BANDUNG

JAWA

N e g e

r

BARAT

Swasta

i

N**pc sfnstan

to.

t

.V-• »—• l^U 1 H_1 ^t^U

,

Sek
*->

1

._">

Guru

4

Murid

Sek

5

6

7

8

Guru

Murid

1

Bandung Kulon

41

344

9168

6

39

1221

*">

Bbk. Ciparay

53

403

11504

9

62

2004

3

Bjg. Loa Kaler

18

148

5706

7

51

1931

4

Bjg. Loa Kidul

22

160

4622

5

11

1402

5

Astanaanyar

63

466

13657

7

55

1474

6

R e g o 1

61

459

9459

10

82

3517

7

Lengkong

36

370

5783

14

98

3493

8

Bandung Kidul

63

3724

9

Margacinta

35

374

9208

10

Rancasari

15

126

3051

11

C

29

33C

6890

12

Ujung Berung

34

373

8148

13

Arcamanik

34

325

7568

1

14

Cicadas

37

40B

9411

1

13

618

15

Kiaracondong



506

10895

-.!>

16

416

16

E