PEMBINAAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (SD) : Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan Profesional Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat.
PEMBINAAN PROFESIONAL GURU
SEKOLAH DASAR (SD)
(Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profeslonal Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Geiar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
NURHATTAT
9132317
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
Disetujui Pembimbing
Pembimbing I,
Prof. Dk.
H. Achmad Sanusi, SH,
M.PA
Pembimbing II,
Gaffar,
Pembimbing III,
DR.
H. Djaman Satori, MA
M.Ed
Disetujui
Kcsardinator Efidang Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana ikip Bandung
&
Prof.
DR.
H.
Achmad
Sanusi,
111
SH.
M.PA
ABSTRAK
Nurhattati. Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar
(Penelitian
Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional
Guru SD Di Kodya Bandung Jawa Barat)
Sekolah Dasar (SD)
merupakan jenjang pendidikan
dasar
yang bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi peserta didik
yanq
diharapkan
pendidikan di
SD
di
di
pihak
menjadi
pijakan
bagi
Indonesia secara kuantitatif relatif
lain kondisi tersebut belum
upaya
Untuk
memadai,
menampakkan
namun
kualitas
itu pemerintah telah melakukan berba-
perbaikan kualitas,
pembinaan profesional
Dalam
keberhasilan
jenjang selanjutnya. Pada kenyataannya kondisi
yanq diharapkan.
gai
akan
yang salah
satunya
melalui
guru.
pelaksanaannya pembinaan
profesional
guru
setiap
daerah memiliki keragaman.
Keragaman tersebut
hirkan
keragaman
,
hasil
pembinaan
melahirkan keragaman hasil
Kodya
dan
yang
pendidikan pula.
Bandung sebagai daerah yang memiliki
latar sosial
budaya perkotaan tentu saja
penanganan pendidikan yang profesional,
pembinaan gurunya,
Penelitian
kepadatan
termasuk
cukup
memerlukan
penanganan
sebagai salah satu faktor terpentingnya.
ini memfokuskan
pembinaan profesional
sanakan di
mela-
gilirannya
dinamika penduduk cukup tinggi, memiliki sekolah
banyak,
P
pada
di
pada
bagaimanakah
sistem
guru SD Kodya Bandung baik yang dilak-
tinqkat wilayah (Bid.
dan K wilayah DT Jabar),
di
iv
Pendas Depdikbud dan
tingkat Kodya
(Seksi
Dinas
Pendas
Depdikbud dan Dinas P dan K DT II Kodya Bandung), di tingkat
kecamatan (Kandepdikbud Cam, penilik dan Kepala Sekolah).
Penelitian
profesional
ini bertujuan
guru
efektifitasnya
SD
mendeskripsikan
Kodya Bandung,
dan
pembinaan
melihat
tingkat
terhadap kemampuan mengajar guru, serta
me-
ngetahui peluang pengembangan sistem pembinaan yang dilaksanakan.
iietoda penelitian menggunakan metoda kualitatif
yaitu
penelitian yanq mencoba mendeskripsikan dan memahami keselu-
ruhan perilaku manusia secara empirik berdasar titik pandang
mereka
sendiri,
fenomena
bersifat
seadanya
dengan
naturalistik,
jalan
yaitu
menceburkan
mengangkat
diri
secara
langsung di lapanqan untuk menjaring data secara luas, kaya,
real
hingga dapat digeneralisir menjadi kesimpulan absah.
Penelitian
kecamatan,
berlokasi di Kodya Bandung, melingkupi
membawahi 982 SD Negeri dan swasta. Sumber
26
data
adalah para pembina yang berkedudukan di tingkat wilayah
I dan II,
guru
para Kandepdikbudcam,
SD. Jumlah sumber data diamb.il
karakteristik
wawancara
data
penilik,
kepala sekolah
secara purposif
yang dituju. Data dikumpulkan
dengan
herfokus, observasi dan dokumentasi.
dilakukan
melalui
tahap
orientasi,
dan
sesuai
teknik
Pengumpulan
eksplorasi
member-check. Untuk memperoleh keabsahan penelitian
nakan sejumlah kriteria yaitu kriteria
DT
dan
menggu
kredibi1 itas, trans-
VI
ferabilitas,
analisis
dependabi1itas
data
reduksi data,
dilakukan
unitisasi,
Penelitian
ini
dan
konfirmabilitas.
melalui
tahapan
kategorisasi dan
menemukan
wilayah DT
II
(Kodya),
Pembinaan
Dikdas Kanwil
Kasi
di
Dinas P dan
IPTEK,
penataran
publikasi media.
K DT
melahirkan
lokal dan
tidak
mampunya/keenqganan kedua
lomba
guru
penataran
guru,
tulis,
wilayah
pembinaan.
kebijaksa-
pembi
Dilihat dari sistem
Kunjungan daerah
penataran profesional cukup relevan dengan
lomba dan penataran
hal
Kurang
kekakuann birokrasi pengurusan SD menyebabkan
sedangkan berbagai
rapat
wawasan
baca
instansi menerjemahkan
terdapat keragaman hasil.
Bid.
teladan,
penataran
kasi se propinsi yang paling dirasakan manfaatnya.
jenis
I,
Sedangkan yang dilaksa
efektifnya
naan profesional kurang efektif.
naan
dilaksanakan
Terjadi dualisme pembinaan di tingkat
tersebut
naan,
I,
I Jabar meliputi
muatan
profesional
yang dilakukan melalui
penataran profesional,
nakan
penafsiran.
tingkat wilayah DT
tingkat wilayah DT
lomba bidang studi,
dan
tingkat kecamatan dan sekolah.
Depdikbud Jabar,
Dikdas,
hitung.
di
penelaahan
bahwa pembinaan
guru SD Kodya Bandung dilaksanakan di
Sedang
pembi
dan
rapat.
Berbagai
kebutuhan
IPTEK menunjuk-
kan relevansinya yang kurang.
Pembinaan
yanq
di
tingkat Kodya
dilaksanakan
seksi
Dikdas Depdikbud Kodya dengan dua sistem pembinaan yaitu SPP
VI1
melalui wadah KKPS, dan non
sional
dan
manfaat
SPP
meliputi
berbagai lomba. Penataran
besar bagi guru,
penataran profe
profesional
sedangkan berbagai
memiliki
lomba
kurang
bermanfaat. Pembinaan SPP melalui KKPS sangat berguna karena
terjadi koordinasi dan konsultasi yang melahirkan
orientasi
dan
persepsi,
serta dasar pijakan bagi penilik, kepala
sekolah
guru da lam proses pembinaan. Dinas P dan K DT II
Eiandunq
krut
Kodya
walau telah memiliki otonomi, hanya berperan
peserta
pembinaan. Kondisi tersebut
karena
mere-
penerima
otonomi belum siap untuk melaksanakan otonomi yang dimilikinya.
Di
sistem
serta
tingkaxt kecamatan pembinaan
umum
(konvensional), seperti
sistem
khusus ( SPP, penilik
Penataran,
lomba berjalan baik.
efektifitasnya
beragam
SPP
dilaksanakan
penataran
dan
melalui
dan
lomba
kepala
sekolah).
diberbagai
kecamatan
yang tergantung pada letak
geogra-
fis, tuntutan masyarakat, kualitas pembina serta kelengkapan
sarana.
Terdapat hubungan efektifitas antara KKG,
KKKS.
Pembinaan yang dilakukan penilik dan
belum
menunjukkan
kekurang
hasil
yang
PK6
kepala
mengembirakan,
sekolah
dikarenakan
fahaman penilik dan kepala sekolah terhadap
dan fungsinya sebagai
dan
peran
pembina.
Sehubungan dengan temuan tersebut, direkomendasikan perlunya
V 111
1)
Perumusan ulang konsep pembinaan
Indonesia,
2)
Remodifikasi
lembaga
pendidikan
organisasi
profesi
kebijakan,
5)
pembinaan guru
guru,
3)
guru (LPTK),
4)
pihak yang
pengguna
Pelatihan
bagi
an bagi
tentang
terkait,
6)
penilik dan kepala sekolah,
penilik dan kepala sekolah,
dan kepala sekolah yang selektif,
PKG dan
KKG dikembangkan.
ber-
9)
guru,
para
8)
pentingnya
7)
pembi
Analisis
program pelatih
Pengangkatan
dan 10)
dan
pembuat
Kesesuaian
naan dengan kebutuhan dasar yang dirasakan guru,
jabatan bagi
di
Pembina guru harus melibat-
Penyadaran yang intensif
pada
guru SD
perundangan/peraturan yanq
kaitan dengan pembinaan guru,
kan
profesional
Wadah KKPS,
penilik
KKKS,
DAFTAR
ISI
i
JUDUL
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
AB3TRAK
ii
.
_
iv
KATA PENGANTAR
±>.
UCAPAN TERIMA KASIH
>;i
DAFTAR ISI
,
DAFTAR TABEL
>ivii
;
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
BAB
xiii
,
;.;vi±±
I PENDAHULUAN
A.
i
Latar Belakang Masalah
;......
1
1. Peran Pendidikan Dalam Pembangunan
Nasiona 1
2.
1
Posisi Sekolah Dasar Dalam Pendidikan
Nasiona 1
3.
4
Kondisi SD di
Indonesia
6
4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam
Pendidikan
B.
BAB
„
lO
5. Pentingnya pembinaan guru
11
Asumsi dan Masalah Penelitian
16
,
Xh
1.
Asumsi
2.
Masalah Penelitian
20
C.
Pentingnya Penelitian
23
D.
Tujuan Penelitian
27
E.
Manfaat Penelitian
28
II KONSEP PEMBINAAN PROFESIONAL GURU
A.
29
Peran Guru Dalam Pendidikan
29
1. Peran Guru Sebagai Pendidik
31
2. Peran Guru Sebagai Manajer Pembelajaran
38
xi 11
;:iv
B.
C.
Pembinaan
Profesional
111
65
1.
Konsep Pembinaan
65
2.
Guru Profesional Sebagai Tuntutan Zaman
67
3.
Sistem
79
Pembinaan
Profesional
Guru
.....
Efektifitas Sistem Pengembangan Guru
95
1.
Konsep Efektifitas
95
2.
Kriteria Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional
BAB
Guru
METODOLOGI
Guru
PENELITIAN
98
.
106
A.
Metode
Penelitian
106
B.
Lokasi
Penelitian
109
C.
Sumber
Data
110
D.
Teknik Pengumpulan Data
E.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
F.
Cara-cara Memperoleh Keabsahan Hasil
.
120
Penelitian
G.
BAB
IV
Teknik
A.
124
Analisis
HASIL-HASIL
Data
129
PENELITIAN
132
Deskripsi Efektifitas Sistem
Profesional
Pembinaan
Guru SD Kodya Bandung
Pada
Tingkat Wilayah
1.
2.
132
Sistem
Pembinaan
Kodya
Bandung
Kanwil
Depdikbud Jabar
Sistem
Profesional
Yang
Pembinaan
B.
dan
K
Deskripsi
DT
Jawa
Kodya
Guru SD
SD
Dilaksanakan
132
Guru
Dilaksanakan
SD
Dinas
Barat
Efektifitas
Profesi onal
Tingkat
I
Guru
Profesional
Kodya Bandung Yang
P
112
Sistem
.156
Pembinaan
Kodya Bandung
Pada
166
XV
1.
Sistem Pembinaan
Profesional
Guru SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Oleh
Dinas P dan K Kodya Bandung
2.
Sistem Pembinaan
167
Profesional
Guru
SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Dinas
P dan K Dati
C.
11 Kodya Bandung
Deskripsi Efektifitas Sistem
Profesional
185
Pembinaan
Guru SD Kodya Bandung Yang
Dilaksanakan Pada Tingkat Kecamatan
1.
Sistem Pembinaan
Profesional
Guru
...
138
SD
Oleh Kandepdiktaudcam
188
a)
Pembinaan
Bersifat
Umum
189
b)
Pembinaan
Bersifat
Khusus
192
.1)
Implementasi
2)
Pembinaan Yang Dilaksanakan
Peni 1 i k
SPP-CBSA
.
192
SD
205
3) Pembinaan Yang Dilakukan Kepa
la
2.
Sekolah
Sistem Pembinaan
215
Profesional
Guru
SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Ran
ting Dinas P dan
BAB
V
K
Kecamatan
.......
RANGKLIMAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.
Efektifitas
Sistem
Guru SE> Kodya
Pembinaan
Bandung
Yang
...
Efektifitas
Sistem
222
Profesional
Dilaksanakan
di Tingkat Wilayah
B.
220
223
Pembinaan profesional
Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat. Kodya
C.
Efektifitas
.
Sistem
237
Pembinaan
profesional
Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat
Kecamatan
248
>;v i
1.
Sistem Pembinaan Profesional
Guru SD
Yang Bersifat Umum
2.
Sistem Pembinaan Profesional
Yang Bersifat
BAB
VI
248
Guru SD
Khusus
269
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
281
A.
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
,
285
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
TABEL
B.
RIWAYAT HIDUP
281
,
293
:
302
.
306
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid SD Negeri Dan Swasta
di
Kodya bandung Jawa Barat
15
2.
KKG Kategori Sangat Aktif
302
3.
KKG Kategori Aktif
303
4.
KKG Kategori
304
5.
KKG Kategori Tidak Aktif
Kurang Aktif
xvii
305
DAFTAR GAMBAR
DAN
BAGAN
1.
Gambar Masalah/Ruang Lingkup Penelitian
2.
Gambar Struktur dan Mekanisme Keorganisasian SPP" ..
KVlll
19
182
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
1.
Peran pendidikan dalam pembangunan Nasiona1
Pembangunan
ke
arah
lebih
pada dasarnya merupakan proses
tercapainya kemajuan atau
baik.
Sebagai
pembangunan tidak
upaya
bentuk
perubahan
perubahan
kualitas
kualitatif,
:
proses
diarahkan kepada perubahan sektor pereko-
nomian yang menyangkut kebutuhan materia1-finansia1
seperti
hidup
pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan
semata,
dan
papan,
serta pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, namun juga
diarahkan kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
sektor
idiologi,
tergantung
Proses
budaya,
keamanan,
pada tingkat kebutuhan masyarakat
pembangunan
acapkali
agama, sosial-
di
suatu negara,
atau
secara
berbedanya orientasi.,
tujuan,
negara.
sosiokultural
berbeda dengan proses pembangunan di
dikarenakan
yang
negara
pendekatan
lain
serta
prioritas kebutuhan yang ditempuhnya.
Tujuan
dan
orientasi
pembangunan
nasiona1
adalah
mewujudkan
merata
material dan spiritual. Dengan perkataan lain,
bangunan
pada
diorientasikan untuk meningkatkan
segenap
budaya,
suatu masyarakat adil
sektor : idiologi,
pertahanan
dan
politik,
dan
Indonesia,
makmur
kualitas
ekonomi
keamanan, dengan sasaran
yang
pem
hidup
sosial,
strategis
seperti dicanangkan dalam GBHN, dalam upaya membentuk
manu-
sia seutuhnya.
Dalam
konteks pembangunan nasional
tersebut,
pendi
dikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
dupan
bangsa dan pengembangan manusia
menjadi
hasilan
seutuhnya
dan memiliki posisi sangat strategis, dalam
ekonomi,
spesifik,
dalam
bidang
pembangunan
pendidikan memiliki nilai strategis dan
tif dalam pencapaian kesejahteraan
pendidikan
bidang
determina-
hidup masyarakat.
merupakan salah satu alat efektif
kesejahteraan
ekonomi masyarakat.
Melalui
suatu proses peralihan pengetahuan,
upaya
meraih
pendidikan
pengalihan keterampiIan,
pembentukan sikap dan etos kerja individu dapat
leh lapangan pekerjaan atau menciptakan
yang
lapangan
diwu-
mempero
pekerjaan,
pada gilirannya akan diperoleh penghasilan yang
dipergunakan
teks
ini,
pendidikan
proses
bahkan Blaug (1970,
dari
1973 : 2)
sudut ekonomi secara
sebagai
lebih
alat produksi,
investasi
baik
kependidikan,
sedemikian rupa sehingga memiliki
Ian yang sesuai dengan harapan
Berdasarkan
Dalam
tegas
sebagai
kemudian
untuk
kon
konsep
"Pengetahuan dan keterampiIan hasil
atau untuk kepentingan sosial dalam
Melalui
dapat
merumuskan
dinilai sebagai human capital yang
dijadikan
prihadi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
investasi.
didikan
nya.
Di sini
untuk
judkan, sehingga lulusan akan dengan relatif mudah
luas."
keber
pembangunan.
Secara
atau
Indonesia
kehi-
pen
dapat
kepentingan
konteks
manusia
lebih
diproses
pengetahuan dan keterampi-
produktifitas yang dirancang-
penelitian di
banyak
negara,
misalkan,
Kanada,
Selandia Baru, dan sebagainya.
Blaug
menyimpulkan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang biasanya diukur dengan
kat pertumbuhan pendapatan nasional
oleh
faktor pendidikan.
(GNP)
ting
sangat dipengaruhi
Perluasan dan
peningkatan
pendidi
kan cenderung meningkatkan pendapatan/
penghasilan
bagi yang
memanfaatkannya.
mengakselerasi
Dengan kata
pertumbuhan ekonomi.
Dalam bidang sosial
sosialisasi
lain investasi dalam pendidikan
juga
politik,
pendidikan sebagai
memiliki nilai
pencapaian
dikan,
sosialisasi nilai-nilai kehidupan
sial,
atau proses pembentukan budaya berpolitik
1981
: 19)
pembangunan nasional.
yang
dalam
nan,
tujuan
konstributif
pendi
berpolitik,
berso-
(Tom
Bren-
dapat diselenggarakan dalam rangka pembentu
sistem politik yang dianut oleh negaranya.
dan
besar
Lewat
kan sikap masyarakat terhadap masalah-masalah dasar
melalui
proses
tentang
Dengan kata
lain,
pendidikan dilakukan suatu proses sosialisasi
norma
kepada masyarakat sehingga mereka
nilai
memahami
menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dan
secara
memadai.
Dalam bidang sosial
penanaman
nilai—nilai
budaya,
penting dalam pembangunan.
artikan
Sebagai
alat
pendidikan
lebih menekankan
pendidikan
Secara
peran
lebih luas Zeffreys
meng-
pendidikan bukan
pemelihara,
pada
menduduki
sebagai upaya pelestarian
upaya pelestarian,
pelestari,
budaya yang
tapi
juga
(1972
hanya
6).
merupakan
merupakan
bagaimana nilai-nilai kultural yang positif dan
:
proses
konstruktif
manusia kini dan mendatang tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
nilai
Pendidikan mengupayakan terbentuknya
pola prilaku yang adaptif dengan kebutuhan
nilai-
yang
ada
dalam masyarakat.
Berangkat
dari
pendidikan
dengan
pendidikan
nasional
Indonesia
analisis
di
adalah meningkatkan
dan berfungsi mengembangkan
Berdasarkan
analisis
katan,
isi model
hubungan
secara
kualitas
kemampuan,
tegas
manusia
keteram
Indonesia seutuhnya.
tersebut di atas,
harus dipijakkan dan diserasikan
yang ditempuhnya.
tentang
pembangunan nasional maka
pi Ian serta mutu kehidupan manusia
dikan
atas
maka
dengan
Dengan Konsepsi orientasi,
pendi
pembangunan
tujuan,
pende-
serta prioritas pembangunan yang dilaksana
kan .
2.
Posisi
Sekolah
Dasar
Dalam
Sekolah Dasar (SD)
dasar
merupakan
Nasional
bentuk satuan
yang menyelenggarakan program pendidikan
sebagai
UUSPN
Pendidikan
salah
No.
satu jenjang pendidikan dasar
2/1989 terdiri dari
program pendidikan tiga tahun
memberikan
kemampuan dasar
bangkan kehidupan sebagai
bagi
pendidikan
enam
yang
tahun
menurut
program enam tahun di SD
di SLTP yang
bertujuan
peserta didik
pribadi,
untuk
dan
untuk
mengem
anggota masyarakat,
warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta
didik
63-64).
untuk mengikuti
pendidikan menengah (1993
:
Dengan demikian SD merupakan jenjang pendidikan yang strate
gis.
Terdapatnya beberapa alasan mengapa SD memiliki
dukan strategis di
tujuan
Pertama,
adalah
dasar
dalam sistem pendidikan nasional.
SD sebagai program pendidikan
memberikan kemampuan,
pengetahuan,
dan
dasar
diharapkan program SD ini menjembatani
nya tujuan program SMP,
painya
huan,
Dengan
tercapai-
yang seterusnya menjembatani
tujuan jenjang pendidikan menengah dan
samping itu,
awal
keterampilan
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
demikian,
kedu-
terca-
tinggi.
program Sekolah Dasar yang memberikan
pengeta
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
masyarakat,
secara sosial- politik
maupun
Di-
di
sosial- budaya
menempatkan SD menjadi memiliki kedudukan sangat
strategis.
Hal
nilai
ini
norma
dasar
hidup di
Kedua,
bagi
karena,
pada jenjang pendidikan dasar,
tentang apa dan bagaimana
lulusan
dan
seharusnya
tengah masyarakatnya itu diberikan.
kurikulum
pendidikan
keberhasilan
mutu
dasar jenjang
lulusan (SLTP,
SD.
SLTA,
menentukan
PT),
secara
berkesinambungan
Kemudian,
strategis,
dari
segi
dikarenakan
administratif,
SD juga
dipandang
program ini menjadi syarat
seseorang melanjutkan pendidikan
pada jenjang
dapatnya
lebih
Ijazah SD merupakan syarat melanjutkan di SLTP,
tinggi.
dan seterus
nya .
Berdasarkan uraian tersebut
dapat diamb.il
pengertian
definitif bahwa terdapat hubungan sistemik antara pendidikan
dasar dan selanjutnya.
Mutu pendidikan dasar
(SD)
mempenga-
ruhi mutu pendidikan SLTP, dan seterusnya. Karena itu sistem
pendidikan
dasar
selanjutnya,
berpengaruh
balk
atau pun gurunya.
3.
SD di
Di
rnurni
1988).
telah
Indikasi.
karena hal
pendidikan
isi,
pendekatan,
angka
partisipasi
Indonesia
Indonesia,
SD
sistem
orientasi, prioritas,
fasilitas,
Kondisi
terhadap
pada tahun 1988/1989.
mencapai 93,3 7.
(data
tersebut, merupakan
tersebut menunjukkan bahwa
pada jenjang SD relatif tinggi,
Pendidikan
hal
Jabar,
menggembirakan,
jumlah peserta
didik
atau sebaliknya anak usia SD
yang tidak berpartisipasi pada jenjang pendidikan SD
sangat
rendah.
Sejalan dengan pertumbuhan tingkat partisipasi
dikan SD yang meninggi,
SD
di
berkembangnya
aspirasi
kalangan masyarakat, berbagai
upaya
pendi
pendidikan
pengembangan
sistem pendidikan dasar, khususnya SD telah dilakukan
peme-
rintah. Pengembangan tersebut menyangkut tidak hanya perang-
kat
keras,
tapi juga perangkat lunak serta
segenap
unsur
Sejak tahun anggaran 1973/1974, misalnya, telah
diba-
pendukung lainnya.
ngun
bangunan SD dalam jumlah relatif besar yang
realises!
Inpres
Daerah
TK.
gedung
baru,
II,
pembangunan
SD
yang diantaranya
penambahan
ruang
sebagai
meliputi
kelas,
bantuan
kepada
: pembangunan
rehabi1itasi,
sebagainya, sehingga pada tahun 1990/1991 tercatat
bangunan SD sebanyak 146.558 buah
merupakan
dan
tersedia
Jumlah 3D tersebut diper-
untukkan
bagi 26.528.590 siswa yang diasuh
(Statistik
guru
mencapai
laar,
tersebut
(Kornpas
memadai.
27 Juli
1993).
diproyeksikan
1993/1994
(Ti-
lain pada
bahwa sejak
Berdasarkan
tahun
data
tahun
1991 kondisi
Hal
dan
tersebut
kuantitatif
Indonesia khususnya program pendidikan SD
sangat
tersebut ditunjukkan adanya Rasio antara jumlah
gedung dengan jumlah siswa yaitu 1
ditetapkan
kelas/ruang,
satu
dengan
: 1S7,
atau berarti
bangunan terdiri
maka satu ruang
orang siswa.
sekolah
1.140.886
sudah terdapat sekitar 200.000 buah SD negeri
pendidikan
30
yang
Atau bahkan menurut perkiraan
dapat dianalisis
jika
75)
147,5 ribu unit gedung pada tahun
1991).
swasta
Indonesiaf 1991:
oleh
Kemudian,
(1
kelas)
dari
pula
rata~rata
6
hanya dihuni oleh
±
jika dilihat dari
guru yang mengajar adalah 1
rasio
:
bangunan
7,8,
dimana
seorang guru rata-rata mengajar 23 orang siswa.
Kondisi
pihak,
kuantitatif SD yang relatif
di
tampak belum menunjukkan atau mencerminkan
nya kondisi kualitatif memadai di
kan
memadai
hal
secara
teramat kompleks dan
pihak
lain.
rumit untuk
pleksitas
sendiri,
permasalahan
pendidikan SD
terdapat-
Memang merupa
melakukan
memuaskan mengenai mutu pendidikan.
sebagai
sistem
berbeda.
Bruce
itu
para
ahli
kerangka berpikir atau sudut logika yang
Fuller (1985)
pendidikan tampak berbeda
Hasil
kom-
pastinya konsep
mutu itu sendiri yang terus menerus diperdebatkan
dengan titik tolak,
analisis
Disamping
juga disebabkan oleh belum baku dan
satu
mengatakan
"Konsep
kualitas
bagi masing-masing orang.
seminar dan diskusi
para ahli
tentang studi mutu
8
pendidikan
Dasar (SMPD)
Badan Litbang Dikbud berupaya
perjelas
konsepsi
tersebut
diperoleh kesepakatan rumusan mengenai
mutu pendidikan
mutu pendidikan
sebagai
landasan
tersebut.
berpikir.
mem-
Dalam
studi
pengertian
Mutu
pendidikan
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap satuan
pendidikan
bagi
dalam menanamkan kemampuan belajar seumur
lulusannya (Ace Suryadi,
Lebih komprehensif,
dari
yang
hidup
1989).
mutu pendidikan dapat pula dilihat
perspektif sistem pendidikan persekolahan itu
analisisnya
terhadap
tiga komponen proses pengajaran dan komponen hasil
belajar.
Yang
biasanya mendasarkan diri
dianggap
belajar
dan
terpenting sebagai penentu dari
adalah
mutu guru.
mutu pengelolaan sekolah,
digunakan
sekarang ketiga
sebagai
pendidikan.
sistemik,
hasil
siswa,
menyebabkan
di atas,
mutu
mutu
proses
tersebut
sering
rendahnya
hasil
pengajaran
belajar.
maka mutu pendidikan
pengelolaan,
mutu siswa,
mutu guru,
hasil
belajar/kemampuan belajar.
Terhadap mutu pendidikan SD,
Laporan
Irjend Wil
secara terbuka bahwa kemampuan/hasi1
mutu
secara
yang
pada
Berdasarkan
menyangkut
masalah
mutu PBM dan
mutu
Kompas 20 Februari
1991
ulasannya tentang keresahan
lulusan SD.
dan
lain,
Ketiga komponen mutu pendidikan di atas,
mutu
mutu
faktor
ukuran sederhana tinggi
menyebabkan
gilirannya
menurunkan
mutu
mutu
Ketiga faktor tersebut berkaitan satu sama
kenyataannya
analisis
pada
sendiri,
masyarakat
I Depdikbud
tentang
mensinyalir
belajar siswa SD sangat
memprihatinkan, terutama kemampuan dasar mengenai
membaca,
Selain
dan menghitung ( Kompas
menulis
rendahnya mutu pendidikan SD yang
lulusannya,
ditemukan
pula adanya
14
kemampuan
Juli
1993).
berkaitan
dengan
rendahnya
mutu
proses
belajar mengajar (PBM) yang diakibatkan oleh rendahnya
mutu
guru itu sendiri serta sistem manajerialnya. Masaiah~masalah
yang
mengakibatkan rendahnya mutu lulusan SD diantaranya
mutu guru yang kurang profesional, dimana guru kurang
uasai materi dan metoda pengajaran,
:
meng-
kurang memadainya
alat
bantu penga- jaran, lemahnya sistem pengembangan profesional
{Kompas 4
guru
Agustus 1993).
Kondisi
tersebut,
mutu
kuantitaif yang
kurang
menggembirakan
yang diantaranya menyebabkan masalah
peningkatan
Bidang
SD menjadi agenda dalam Penyusunan Flepelita - V
Pendidikan dan Kebudayaan. Masalah-masalah tersebut
ranya
adalah
daerah
kesenjangan mutu antar sekolah
di
pada setiap jenis dan jenjang pendidikan,
kesenjangan
dianta
berbagai
disamping
antara mutu pendidikan dengan kebutuhan
pemba
ngunan (Pusat informatika Balitbang Dikbud, 1993).
Keputusan Mendikbud RI
mengantisipasi
pendidikan
akan
masalah tersebut.
No.
0416 A/U/1987
"Usaha
mendapat prioritas di
meningkatkan
tingkat
bahkan
mutu
pendidikan
dasar". Dengan demikian, disamping pemerintah masih memprioritaskan
mutu
pemerataan pendidikan juga
pendidikan dasar tersebut.
berusaha
meningkatkan
10
4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam Pendidikan
disinyalir dalam Kompas (14 Juli , 4
Seperti
dan 25 Agustus 1993) bahwa rendahnya mutu PBM SD,
nya,
diakibatkan oleh rendahnya mutu guru itu
sistem
manajerialnya. Hal
sistem
pendidikan
pengajaran,
guru
Agustus
diantara
sendiri
tersebut menunjukkan bahwa
atau, secara lebih sempit
merupakan faktor sangat
dan
dalam
dalam
sistem
strategis
dalam
pencapaian tujuan pendidikan/pengajaran, karena posisi
yang
d i peran k annya.
Good Carter (1973) merumuskan pengertian guru sebagai:
Seorang
untuk
yang
bekerja
mengarahkan
dengan
pengalaman
bekal
belajar
kemampuan
siswa
khusus
dalam
suatu
lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta,
Sementara itu, UUSPN No. 11/1989 Bab VII Pasal 27 ayat
3
dan
Pasal
tenaga
28 mengartikan :
pengajar
pada
Guru
adalah
sebutan
bagi
jenjang pendidikan dasar dan
mene-
batasan tersebut di atas dapatlah diambil
suatu
bahwa
orang
n g a h.
Dari
kesimpulan
yang
seorang guru pada dasarnya
memiliki tugas, wewenang dan tanggung
adalah
jawab
terhadap
pendidikan baik secara individual maupun kelompok di sekolah
maupun di
luar sekolah.
Berdasarkan
analisis
konseptual tentang
peran
guru
tersebut dapat dirumuskan beberapa alasan dasar mengapa guru
dipandang faktor strategis dalam pendidikan .
a)
dilihat
dari
sudut
administratif,
guru
adalah
pelaku yang resmi, sah, untuk melakukan dan menyelenggarakan
11
aktifitas pendidikan. Guru,
dalam sekolah khususnya,
pakan pelaku yang "paling" berhak untuk mengelola,
meru
mengatur
atau melibatkan diri dalam aktifitas kependidikan;
b)
dilihat dari segi kewajiban,
guru adalah orang yang
dituntut untuk melaksanakan kewajiban mengajar,
ilmu pengetahuan,
c)
ketrampilan atau membina sikap masyarakat;
dilihat
dari segi proses belajar
kelas, guru adalah seorang perencana,
gus
penilai
kegiatan
merencanakan,
diajarkan
mengalihkan
belajar murid.
mengajar
pengel'ola dan
sekali-
Guru adalah orang
memilih dan menentukan materi
apa
yang
yang
serta apa dan bagaimana pendekatan/metoda
jaran efektif yang dipergunakannya,
dalam
akan
penga
mencipta situasi belajar
mengajar sesuai yang direncanakan, serta melakukan penilaian
terhadap proses dan
hasil
belajar siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa guru merupa
kan faktor utama yang dapat menentukan tingkat keberhasilan,
belajar
siswa.
menyebutkan
Sehingga
peran
guru
expensive resources
5.
wajar bila
sebagai "the
Joan
Dean
most
(1983:71)
important
and
in any classroom".
Pentingnya Pembinaan Guru SD
Menyadari kestrategisan peran guru yang demikian dalam
sistem
pendidikan pada umumnya dan dalam PBM
khususnya
di
satu
pihak dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
adanya
guru
profesional
secara
efektif
yang mampu
menjalankan
di pihak lain, menjadikan lahirnya
melakukan pembinaan profesional para guru.
perannya
tuntutan
untuk
12
Masyarakat Indonesia yang tengah mengalami perkembangan
mengarah
pada
meningkatkan
era tinggal
secara
landas,
konsumtif,
berbagai pemenuhan kebutuhan informasi
maupun
ketrampilan praktis secara memadai. Jenis dan besaran
tuhan
tersebut
secara
instruksional
tentu
mensyaratkan
terdapatnya pengelolaan pendidikan yang profesional
dan hadirnya peran SD lebih efektif yang mampu
lulusan
memadai, yaitu lulusan yang memiliki
umumnya
menghasilkan
adaptabi1itas
sosial yang sesuai tuntutan perkembangan zaman."
hendaknya
kebu
Pendidikan
dilakukan secara profesional sehingga upaya
ingkatan
mutu
dan relevansi
pendidikan
dapat
demikian dinyatakan oleh Hasan Walinono —
(Kompas,
26 Juli 1993).
pen-
tercapai",
Sekjend Depdikbud
Konsekuensi lebih lanjut dari
tun
tutan ini secara sistemik menuntut adanya guru profesional.
Guru
profesional
diantaranya
pokoknya
yang
oleh
dituntut
adalah sosok guru yang mampu menjalankan
sebagai
pendidik
dan
pengajar.
lain menyangkut tugas makro yaitu
antara
ningkatan
mikro
masyarakat, '
kualitatif
Tugas
tugas
tersebut
mengupayakan
hidup manusia secara umum
sebagai manager pengajaran di kelas
pada
dan
petugas
khususnya.
Dalam rangka ini, pada tingkat minimal, sosok guru pada saat
sekarang,
yang
seperti
ahli
diungkapkan Noeng Muhadjir
dalam disiplin ilmu bidang
(1007.),
dan
berkepribadian lebih
menurut
Muchtar
Bukhari,
studinya
sebagai
adalah jenis
adalah
sepenuhnya
pendidik.
guru
guru
yang
Atau
secara
lengkap memiliki ciri intelektualitas yang kuat, berkualitas
yang
tinggi, intreprenership yang tinggi, sikap hidup
yang
lincah,
prigel dan luwes
Kualifikasi
guru
secara memuaskan.
4 Agustus 1993).
profesional
secara selintas di atas,
sasi
(Kompas,
seperti
digambarkan
dalam kenyataannya belum
Hal
ini dapat secara
tereali-
jelas
dilihat
dari pandangan dan evaluasi masyarakat itu sendiri.
Misalnya
tentang terdapatnya guru SD yang belum menguasai materi tiga
kemampuan
mampunya
dasar (membaca, menulis dan
menguasai
menghitung),
metoda mengajar,
terdapatnya
kurang
kekurang
sesuaian antara latar belakang pendidikan formal guru dengan
tugas-tugas mengajar yang dibebankan,
di
guru yang belum matang,
profesional
pada umumnya
masih banyaknya priba-
serta belum
(Kompas,
14 Juli
dan Kompas 25 Agustus 1993). Dan
1993;
inilah
dapat dijadikan sebagai
secara
faktual
1993; F;aka
indikator
Karena itulah,
yang
Joni,
menunjukkan
profesi
pembinaan atau pening-
kualitatif profesional mutu guru merupakan
krusial
sikap
kenyataan-kenyataan
belum terdapatnya kualifikasi guru
onal yang diharapkan.
katan
termi1ikinya
dan perlu yang harus dilakukan jikalau
hal
yang
menghendaki
mutu pendidikan yang memadai.
Dalam
rangka peningkatan mutu guru SD,
telah
banyak
dilakukan pemerintah berbagai upaya pengembangan profesional
guru yang
jar
guru,
pembinaan
lebih menekankan pada peningkatan kualitas
yang dilakukan melalui
berbagai
sistem.
profesional yang sudah lama ditempuh
menga
Sistem
pemerintah,
terutama sekali sejak ditetapkannya pelaksanaan kurikulum SD
tahun
1983 (1975 yang disempurnakan)
antara
lain
adalah
:
14
pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar dan
studi
onal
lokakarya,
komparatif, pertemuan pribadi, rapat, lomba
guru,
pembinaan melalui wadah KKG, PKG,
profesi
KKKS,
serta
pembinaan melalui media cetak dan kegiatan karyawisata,
pembinaan
lainnya (Depdikbud,
Walaupun
telah
1989/1990:
banyak sistem
dan
16-18).
pembinaan
profesional
guru yang telah disodorkan dengan disertai petunjuk pelaksanaannya
atau perangkat lainnya oleh pemerintah, namun
kenyataannya
terdapat
baik
kuantitatif
secara
keragaman atau
maupun
terdapatnya berbagai perbedaan,
perbedaan
secara
pada
pembinaan
kualitatif.
misalnya dalam jenis,
Dan,
frek-
wensi, maupun pendekatan pembinaan pada masing-masing daerah
(wilayah),
yan'g pada gilirannya melahirkan hasil
pembinaan
yang beragam pula. Untuk itu suatu penelitian tentang
tifitas
pembinaan
profesional
di
masing-masing
efek
wilayah
diperlukan. Paling tidak. diperlukan untuk mengetahui
teristik
tipikal
efisien
sistem
pembinaan
yang
paling
dan relevan dengan tuntutan dan kodisi
karak
efektif,
di
masing-
masing daerah.
Kota
kabupaten
Negeri,
yang
kota madya di
Jawa
puluh
Barat—memiliki
dibina oleh 1632 guru yang tersebar di
tingkat
Secara
dan
salah satu dari dua
yang dibimbing oleh 8892 guru serta 180
Dibanding
besar
Madya Bandung-
dengan kabupaten/Kodya lainnya
empat
982
SD
26
Swasta
kecamatan.
Bandung
memiliki
kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru
(lihat:
rinci
Kota Madya Bandung Dalam
banyaknya
sekolah, guru
Angka
serta
SD
yang
1991/1992).
murid
dapat
15
dilihat pada tabel
berikut
:
TABEL
BANYAKNYA SEKOLAH,
KOTA
GURU,
MADYA
1
MURID SD NEGERI DAN SWASTA DI
BANDUNG
JAWA
N e g e
r
BARAT
Swasta
i
N**pc sfnstan
to.
t
.V-• »—• l^U 1 H_1 ^t^U
,
Sek
*->
1
._">
Guru
4
Murid
Sek
5
6
7
8
Guru
Murid
1
Bandung Kulon
41
344
9168
6
39
1221
*">
Bbk. Ciparay
53
403
11504
9
62
2004
3
Bjg. Loa Kaler
18
148
5706
7
51
1931
4
Bjg. Loa Kidul
22
160
4622
5
11
1402
5
Astanaanyar
63
466
13657
7
55
1474
6
R e g o 1
61
459
9459
10
82
3517
7
Lengkong
36
370
5783
14
98
3493
8
Bandung Kidul
63
3724
9
Margacinta
35
374
9208
10
Rancasari
15
126
3051
11
C
29
33C
6890
12
Ujung Berung
34
373
8148
13
Arcamanik
34
325
7568
1
14
Cicadas
37
40B
9411
1
13
618
15
Kiaracondong
5©
506
10895
-.!>
16
416
16
E
SEKOLAH DASAR (SD)
(Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profeslonal Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Geiar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
NURHATTAT
9132317
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
Disetujui Pembimbing
Pembimbing I,
Prof. Dk.
H. Achmad Sanusi, SH,
M.PA
Pembimbing II,
Gaffar,
Pembimbing III,
DR.
H. Djaman Satori, MA
M.Ed
Disetujui
Kcsardinator Efidang Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana ikip Bandung
&
Prof.
DR.
H.
Achmad
Sanusi,
111
SH.
M.PA
ABSTRAK
Nurhattati. Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar
(Penelitian
Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional
Guru SD Di Kodya Bandung Jawa Barat)
Sekolah Dasar (SD)
merupakan jenjang pendidikan
dasar
yang bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi peserta didik
yanq
diharapkan
pendidikan di
SD
di
di
pihak
menjadi
pijakan
bagi
Indonesia secara kuantitatif relatif
lain kondisi tersebut belum
upaya
Untuk
memadai,
menampakkan
namun
kualitas
itu pemerintah telah melakukan berba-
perbaikan kualitas,
pembinaan profesional
Dalam
keberhasilan
jenjang selanjutnya. Pada kenyataannya kondisi
yanq diharapkan.
gai
akan
yang salah
satunya
melalui
guru.
pelaksanaannya pembinaan
profesional
guru
setiap
daerah memiliki keragaman.
Keragaman tersebut
hirkan
keragaman
,
hasil
pembinaan
melahirkan keragaman hasil
Kodya
dan
yang
pendidikan pula.
Bandung sebagai daerah yang memiliki
latar sosial
budaya perkotaan tentu saja
penanganan pendidikan yang profesional,
pembinaan gurunya,
Penelitian
kepadatan
termasuk
cukup
memerlukan
penanganan
sebagai salah satu faktor terpentingnya.
ini memfokuskan
pembinaan profesional
sanakan di
mela-
gilirannya
dinamika penduduk cukup tinggi, memiliki sekolah
banyak,
P
pada
di
pada
bagaimanakah
sistem
guru SD Kodya Bandung baik yang dilak-
tinqkat wilayah (Bid.
dan K wilayah DT Jabar),
di
iv
Pendas Depdikbud dan
tingkat Kodya
(Seksi
Dinas
Pendas
Depdikbud dan Dinas P dan K DT II Kodya Bandung), di tingkat
kecamatan (Kandepdikbud Cam, penilik dan Kepala Sekolah).
Penelitian
profesional
ini bertujuan
guru
efektifitasnya
SD
mendeskripsikan
Kodya Bandung,
dan
pembinaan
melihat
tingkat
terhadap kemampuan mengajar guru, serta
me-
ngetahui peluang pengembangan sistem pembinaan yang dilaksanakan.
iietoda penelitian menggunakan metoda kualitatif
yaitu
penelitian yanq mencoba mendeskripsikan dan memahami keselu-
ruhan perilaku manusia secara empirik berdasar titik pandang
mereka
sendiri,
fenomena
bersifat
seadanya
dengan
naturalistik,
jalan
yaitu
menceburkan
mengangkat
diri
secara
langsung di lapanqan untuk menjaring data secara luas, kaya,
real
hingga dapat digeneralisir menjadi kesimpulan absah.
Penelitian
kecamatan,
berlokasi di Kodya Bandung, melingkupi
membawahi 982 SD Negeri dan swasta. Sumber
26
data
adalah para pembina yang berkedudukan di tingkat wilayah
I dan II,
guru
para Kandepdikbudcam,
SD. Jumlah sumber data diamb.il
karakteristik
wawancara
data
penilik,
kepala sekolah
secara purposif
yang dituju. Data dikumpulkan
dengan
herfokus, observasi dan dokumentasi.
dilakukan
melalui
tahap
orientasi,
dan
sesuai
teknik
Pengumpulan
eksplorasi
member-check. Untuk memperoleh keabsahan penelitian
nakan sejumlah kriteria yaitu kriteria
DT
dan
menggu
kredibi1 itas, trans-
VI
ferabilitas,
analisis
dependabi1itas
data
reduksi data,
dilakukan
unitisasi,
Penelitian
ini
dan
konfirmabilitas.
melalui
tahapan
kategorisasi dan
menemukan
wilayah DT
II
(Kodya),
Pembinaan
Dikdas Kanwil
Kasi
di
Dinas P dan
IPTEK,
penataran
publikasi media.
K DT
melahirkan
lokal dan
tidak
mampunya/keenqganan kedua
lomba
guru
penataran
guru,
tulis,
wilayah
pembinaan.
kebijaksa-
pembi
Dilihat dari sistem
Kunjungan daerah
penataran profesional cukup relevan dengan
lomba dan penataran
hal
Kurang
kekakuann birokrasi pengurusan SD menyebabkan
sedangkan berbagai
rapat
wawasan
baca
instansi menerjemahkan
terdapat keragaman hasil.
Bid.
teladan,
penataran
kasi se propinsi yang paling dirasakan manfaatnya.
jenis
I,
Sedangkan yang dilaksa
efektifnya
naan profesional kurang efektif.
naan
dilaksanakan
Terjadi dualisme pembinaan di tingkat
tersebut
naan,
I,
I Jabar meliputi
muatan
profesional
yang dilakukan melalui
penataran profesional,
nakan
penafsiran.
tingkat wilayah DT
tingkat wilayah DT
lomba bidang studi,
dan
tingkat kecamatan dan sekolah.
Depdikbud Jabar,
Dikdas,
hitung.
di
penelaahan
bahwa pembinaan
guru SD Kodya Bandung dilaksanakan di
Sedang
pembi
dan
rapat.
Berbagai
kebutuhan
IPTEK menunjuk-
kan relevansinya yang kurang.
Pembinaan
yanq
di
tingkat Kodya
dilaksanakan
seksi
Dikdas Depdikbud Kodya dengan dua sistem pembinaan yaitu SPP
VI1
melalui wadah KKPS, dan non
sional
dan
manfaat
SPP
meliputi
berbagai lomba. Penataran
besar bagi guru,
penataran profe
profesional
sedangkan berbagai
memiliki
lomba
kurang
bermanfaat. Pembinaan SPP melalui KKPS sangat berguna karena
terjadi koordinasi dan konsultasi yang melahirkan
orientasi
dan
persepsi,
serta dasar pijakan bagi penilik, kepala
sekolah
guru da lam proses pembinaan. Dinas P dan K DT II
Eiandunq
krut
Kodya
walau telah memiliki otonomi, hanya berperan
peserta
pembinaan. Kondisi tersebut
karena
mere-
penerima
otonomi belum siap untuk melaksanakan otonomi yang dimilikinya.
Di
sistem
serta
tingkaxt kecamatan pembinaan
umum
(konvensional), seperti
sistem
khusus ( SPP, penilik
Penataran,
lomba berjalan baik.
efektifitasnya
beragam
SPP
dilaksanakan
penataran
dan
melalui
dan
lomba
kepala
sekolah).
diberbagai
kecamatan
yang tergantung pada letak
geogra-
fis, tuntutan masyarakat, kualitas pembina serta kelengkapan
sarana.
Terdapat hubungan efektifitas antara KKG,
KKKS.
Pembinaan yang dilakukan penilik dan
belum
menunjukkan
kekurang
hasil
yang
PK6
kepala
mengembirakan,
sekolah
dikarenakan
fahaman penilik dan kepala sekolah terhadap
dan fungsinya sebagai
dan
peran
pembina.
Sehubungan dengan temuan tersebut, direkomendasikan perlunya
V 111
1)
Perumusan ulang konsep pembinaan
Indonesia,
2)
Remodifikasi
lembaga
pendidikan
organisasi
profesi
kebijakan,
5)
pembinaan guru
guru,
3)
guru (LPTK),
4)
pihak yang
pengguna
Pelatihan
bagi
an bagi
tentang
terkait,
6)
penilik dan kepala sekolah,
penilik dan kepala sekolah,
dan kepala sekolah yang selektif,
PKG dan
KKG dikembangkan.
ber-
9)
guru,
para
8)
pentingnya
7)
pembi
Analisis
program pelatih
Pengangkatan
dan 10)
dan
pembuat
Kesesuaian
naan dengan kebutuhan dasar yang dirasakan guru,
jabatan bagi
di
Pembina guru harus melibat-
Penyadaran yang intensif
pada
guru SD
perundangan/peraturan yanq
kaitan dengan pembinaan guru,
kan
profesional
Wadah KKPS,
penilik
KKKS,
DAFTAR
ISI
i
JUDUL
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
AB3TRAK
ii
.
_
iv
KATA PENGANTAR
±>.
UCAPAN TERIMA KASIH
>;i
DAFTAR ISI
,
DAFTAR TABEL
>ivii
;
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
BAB
xiii
,
;.;vi±±
I PENDAHULUAN
A.
i
Latar Belakang Masalah
;......
1
1. Peran Pendidikan Dalam Pembangunan
Nasiona 1
2.
1
Posisi Sekolah Dasar Dalam Pendidikan
Nasiona 1
3.
4
Kondisi SD di
Indonesia
6
4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam
Pendidikan
B.
BAB
„
lO
5. Pentingnya pembinaan guru
11
Asumsi dan Masalah Penelitian
16
,
Xh
1.
Asumsi
2.
Masalah Penelitian
20
C.
Pentingnya Penelitian
23
D.
Tujuan Penelitian
27
E.
Manfaat Penelitian
28
II KONSEP PEMBINAAN PROFESIONAL GURU
A.
29
Peran Guru Dalam Pendidikan
29
1. Peran Guru Sebagai Pendidik
31
2. Peran Guru Sebagai Manajer Pembelajaran
38
xi 11
;:iv
B.
C.
Pembinaan
Profesional
111
65
1.
Konsep Pembinaan
65
2.
Guru Profesional Sebagai Tuntutan Zaman
67
3.
Sistem
79
Pembinaan
Profesional
Guru
.....
Efektifitas Sistem Pengembangan Guru
95
1.
Konsep Efektifitas
95
2.
Kriteria Efektifitas Sistem Pengembangan
Profesional
BAB
Guru
METODOLOGI
Guru
PENELITIAN
98
.
106
A.
Metode
Penelitian
106
B.
Lokasi
Penelitian
109
C.
Sumber
Data
110
D.
Teknik Pengumpulan Data
E.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
F.
Cara-cara Memperoleh Keabsahan Hasil
.
120
Penelitian
G.
BAB
IV
Teknik
A.
124
Analisis
HASIL-HASIL
Data
129
PENELITIAN
132
Deskripsi Efektifitas Sistem
Profesional
Pembinaan
Guru SD Kodya Bandung
Pada
Tingkat Wilayah
1.
2.
132
Sistem
Pembinaan
Kodya
Bandung
Kanwil
Depdikbud Jabar
Sistem
Profesional
Yang
Pembinaan
B.
dan
K
Deskripsi
DT
Jawa
Kodya
Guru SD
SD
Dilaksanakan
132
Guru
Dilaksanakan
SD
Dinas
Barat
Efektifitas
Profesi onal
Tingkat
I
Guru
Profesional
Kodya Bandung Yang
P
112
Sistem
.156
Pembinaan
Kodya Bandung
Pada
166
XV
1.
Sistem Pembinaan
Profesional
Guru SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Oleh
Dinas P dan K Kodya Bandung
2.
Sistem Pembinaan
167
Profesional
Guru
SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Dinas
P dan K Dati
C.
11 Kodya Bandung
Deskripsi Efektifitas Sistem
Profesional
185
Pembinaan
Guru SD Kodya Bandung Yang
Dilaksanakan Pada Tingkat Kecamatan
1.
Sistem Pembinaan
Profesional
Guru
...
138
SD
Oleh Kandepdiktaudcam
188
a)
Pembinaan
Bersifat
Umum
189
b)
Pembinaan
Bersifat
Khusus
192
.1)
Implementasi
2)
Pembinaan Yang Dilaksanakan
Peni 1 i k
SPP-CBSA
.
192
SD
205
3) Pembinaan Yang Dilakukan Kepa
la
2.
Sekolah
Sistem Pembinaan
215
Profesional
Guru
SD
Kodya Bandung Yang Dilaksanakan Ran
ting Dinas P dan
BAB
V
K
Kecamatan
.......
RANGKLIMAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.
Efektifitas
Sistem
Guru SE> Kodya
Pembinaan
Bandung
Yang
...
Efektifitas
Sistem
222
Profesional
Dilaksanakan
di Tingkat Wilayah
B.
220
223
Pembinaan profesional
Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat. Kodya
C.
Efektifitas
.
Sistem
237
Pembinaan
profesional
Guru SD Kodya Bandung Yang Dilaksanakan di
Tingkat
Kecamatan
248
>;v i
1.
Sistem Pembinaan Profesional
Guru SD
Yang Bersifat Umum
2.
Sistem Pembinaan Profesional
Yang Bersifat
BAB
VI
248
Guru SD
Khusus
269
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
281
A.
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
,
285
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
TABEL
B.
RIWAYAT HIDUP
281
,
293
:
302
.
306
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid SD Negeri Dan Swasta
di
Kodya bandung Jawa Barat
15
2.
KKG Kategori Sangat Aktif
302
3.
KKG Kategori Aktif
303
4.
KKG Kategori
304
5.
KKG Kategori Tidak Aktif
Kurang Aktif
xvii
305
DAFTAR GAMBAR
DAN
BAGAN
1.
Gambar Masalah/Ruang Lingkup Penelitian
2.
Gambar Struktur dan Mekanisme Keorganisasian SPP" ..
KVlll
19
182
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
1.
Peran pendidikan dalam pembangunan Nasiona1
Pembangunan
ke
arah
lebih
pada dasarnya merupakan proses
tercapainya kemajuan atau
baik.
Sebagai
pembangunan tidak
upaya
bentuk
perubahan
perubahan
kualitas
kualitatif,
:
proses
diarahkan kepada perubahan sektor pereko-
nomian yang menyangkut kebutuhan materia1-finansia1
seperti
hidup
pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan
semata,
dan
papan,
serta pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, namun juga
diarahkan kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
sektor
idiologi,
tergantung
Proses
budaya,
keamanan,
pada tingkat kebutuhan masyarakat
pembangunan
acapkali
agama, sosial-
di
suatu negara,
atau
secara
berbedanya orientasi.,
tujuan,
negara.
sosiokultural
berbeda dengan proses pembangunan di
dikarenakan
yang
negara
pendekatan
lain
serta
prioritas kebutuhan yang ditempuhnya.
Tujuan
dan
orientasi
pembangunan
nasiona1
adalah
mewujudkan
merata
material dan spiritual. Dengan perkataan lain,
bangunan
pada
diorientasikan untuk meningkatkan
segenap
budaya,
suatu masyarakat adil
sektor : idiologi,
pertahanan
dan
politik,
dan
Indonesia,
makmur
kualitas
ekonomi
keamanan, dengan sasaran
yang
pem
hidup
sosial,
strategis
seperti dicanangkan dalam GBHN, dalam upaya membentuk
manu-
sia seutuhnya.
Dalam
konteks pembangunan nasional
tersebut,
pendi
dikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
dupan
bangsa dan pengembangan manusia
menjadi
hasilan
seutuhnya
dan memiliki posisi sangat strategis, dalam
ekonomi,
spesifik,
dalam
bidang
pembangunan
pendidikan memiliki nilai strategis dan
tif dalam pencapaian kesejahteraan
pendidikan
bidang
determina-
hidup masyarakat.
merupakan salah satu alat efektif
kesejahteraan
ekonomi masyarakat.
Melalui
suatu proses peralihan pengetahuan,
upaya
meraih
pendidikan
pengalihan keterampiIan,
pembentukan sikap dan etos kerja individu dapat
leh lapangan pekerjaan atau menciptakan
yang
lapangan
diwu-
mempero
pekerjaan,
pada gilirannya akan diperoleh penghasilan yang
dipergunakan
teks
ini,
pendidikan
proses
bahkan Blaug (1970,
dari
1973 : 2)
sudut ekonomi secara
sebagai
lebih
alat produksi,
investasi
baik
kependidikan,
sedemikian rupa sehingga memiliki
Ian yang sesuai dengan harapan
Berdasarkan
Dalam
tegas
sebagai
kemudian
untuk
kon
konsep
"Pengetahuan dan keterampiIan hasil
atau untuk kepentingan sosial dalam
Melalui
dapat
merumuskan
dinilai sebagai human capital yang
dijadikan
prihadi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
investasi.
didikan
nya.
Di sini
untuk
judkan, sehingga lulusan akan dengan relatif mudah
luas."
keber
pembangunan.
Secara
atau
Indonesia
kehi-
pen
dapat
kepentingan
konteks
manusia
lebih
diproses
pengetahuan dan keterampi-
produktifitas yang dirancang-
penelitian di
banyak
negara,
misalkan,
Kanada,
Selandia Baru, dan sebagainya.
Blaug
menyimpulkan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang biasanya diukur dengan
kat pertumbuhan pendapatan nasional
oleh
faktor pendidikan.
(GNP)
ting
sangat dipengaruhi
Perluasan dan
peningkatan
pendidi
kan cenderung meningkatkan pendapatan/
penghasilan
bagi yang
memanfaatkannya.
mengakselerasi
Dengan kata
pertumbuhan ekonomi.
Dalam bidang sosial
sosialisasi
lain investasi dalam pendidikan
juga
politik,
pendidikan sebagai
memiliki nilai
pencapaian
dikan,
sosialisasi nilai-nilai kehidupan
sial,
atau proses pembentukan budaya berpolitik
1981
: 19)
pembangunan nasional.
yang
dalam
nan,
tujuan
konstributif
pendi
berpolitik,
berso-
(Tom
Bren-
dapat diselenggarakan dalam rangka pembentu
sistem politik yang dianut oleh negaranya.
dan
besar
Lewat
kan sikap masyarakat terhadap masalah-masalah dasar
melalui
proses
tentang
Dengan kata
lain,
pendidikan dilakukan suatu proses sosialisasi
norma
kepada masyarakat sehingga mereka
nilai
memahami
menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dan
secara
memadai.
Dalam bidang sosial
penanaman
nilai—nilai
budaya,
penting dalam pembangunan.
artikan
Sebagai
alat
pendidikan
lebih menekankan
pendidikan
Secara
peran
lebih luas Zeffreys
meng-
pendidikan bukan
pemelihara,
pada
menduduki
sebagai upaya pelestarian
upaya pelestarian,
pelestari,
budaya yang
tapi
juga
(1972
hanya
6).
merupakan
merupakan
bagaimana nilai-nilai kultural yang positif dan
:
proses
konstruktif
manusia kini dan mendatang tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
nilai
Pendidikan mengupayakan terbentuknya
pola prilaku yang adaptif dengan kebutuhan
nilai-
yang
ada
dalam masyarakat.
Berangkat
dari
pendidikan
dengan
pendidikan
nasional
Indonesia
analisis
di
adalah meningkatkan
dan berfungsi mengembangkan
Berdasarkan
analisis
katan,
isi model
hubungan
secara
kualitas
kemampuan,
tegas
manusia
keteram
Indonesia seutuhnya.
tersebut di atas,
harus dipijakkan dan diserasikan
yang ditempuhnya.
tentang
pembangunan nasional maka
pi Ian serta mutu kehidupan manusia
dikan
atas
maka
dengan
Dengan Konsepsi orientasi,
pendi
pembangunan
tujuan,
pende-
serta prioritas pembangunan yang dilaksana
kan .
2.
Posisi
Sekolah
Dasar
Dalam
Sekolah Dasar (SD)
dasar
merupakan
Nasional
bentuk satuan
yang menyelenggarakan program pendidikan
sebagai
UUSPN
Pendidikan
salah
No.
satu jenjang pendidikan dasar
2/1989 terdiri dari
program pendidikan tiga tahun
memberikan
kemampuan dasar
bangkan kehidupan sebagai
bagi
pendidikan
enam
yang
tahun
menurut
program enam tahun di SD
di SLTP yang
bertujuan
peserta didik
pribadi,
untuk
dan
untuk
mengem
anggota masyarakat,
warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta
didik
63-64).
untuk mengikuti
pendidikan menengah (1993
:
Dengan demikian SD merupakan jenjang pendidikan yang strate
gis.
Terdapatnya beberapa alasan mengapa SD memiliki
dukan strategis di
tujuan
Pertama,
adalah
dasar
dalam sistem pendidikan nasional.
SD sebagai program pendidikan
memberikan kemampuan,
pengetahuan,
dan
dasar
diharapkan program SD ini menjembatani
nya tujuan program SMP,
painya
huan,
Dengan
tercapai-
yang seterusnya menjembatani
tujuan jenjang pendidikan menengah dan
samping itu,
awal
keterampilan
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
demikian,
kedu-
terca-
tinggi.
program Sekolah Dasar yang memberikan
pengeta
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
masyarakat,
secara sosial- politik
maupun
Di-
di
sosial- budaya
menempatkan SD menjadi memiliki kedudukan sangat
strategis.
Hal
nilai
ini
norma
dasar
hidup di
Kedua,
bagi
karena,
pada jenjang pendidikan dasar,
tentang apa dan bagaimana
lulusan
dan
seharusnya
tengah masyarakatnya itu diberikan.
kurikulum
pendidikan
keberhasilan
mutu
dasar jenjang
lulusan (SLTP,
SD.
SLTA,
menentukan
PT),
secara
berkesinambungan
Kemudian,
strategis,
dari
segi
dikarenakan
administratif,
SD juga
dipandang
program ini menjadi syarat
seseorang melanjutkan pendidikan
pada jenjang
dapatnya
lebih
Ijazah SD merupakan syarat melanjutkan di SLTP,
tinggi.
dan seterus
nya .
Berdasarkan uraian tersebut
dapat diamb.il
pengertian
definitif bahwa terdapat hubungan sistemik antara pendidikan
dasar dan selanjutnya.
Mutu pendidikan dasar
(SD)
mempenga-
ruhi mutu pendidikan SLTP, dan seterusnya. Karena itu sistem
pendidikan
dasar
selanjutnya,
berpengaruh
balk
atau pun gurunya.
3.
SD di
Di
rnurni
1988).
telah
Indikasi.
karena hal
pendidikan
isi,
pendekatan,
angka
partisipasi
Indonesia
Indonesia,
SD
sistem
orientasi, prioritas,
fasilitas,
Kondisi
terhadap
pada tahun 1988/1989.
mencapai 93,3 7.
(data
tersebut, merupakan
tersebut menunjukkan bahwa
pada jenjang SD relatif tinggi,
Pendidikan
hal
Jabar,
menggembirakan,
jumlah peserta
didik
atau sebaliknya anak usia SD
yang tidak berpartisipasi pada jenjang pendidikan SD
sangat
rendah.
Sejalan dengan pertumbuhan tingkat partisipasi
dikan SD yang meninggi,
SD
di
berkembangnya
aspirasi
kalangan masyarakat, berbagai
upaya
pendi
pendidikan
pengembangan
sistem pendidikan dasar, khususnya SD telah dilakukan
peme-
rintah. Pengembangan tersebut menyangkut tidak hanya perang-
kat
keras,
tapi juga perangkat lunak serta
segenap
unsur
Sejak tahun anggaran 1973/1974, misalnya, telah
diba-
pendukung lainnya.
ngun
bangunan SD dalam jumlah relatif besar yang
realises!
Inpres
Daerah
TK.
gedung
baru,
II,
pembangunan
SD
yang diantaranya
penambahan
ruang
sebagai
meliputi
kelas,
bantuan
kepada
: pembangunan
rehabi1itasi,
sebagainya, sehingga pada tahun 1990/1991 tercatat
bangunan SD sebanyak 146.558 buah
merupakan
dan
tersedia
Jumlah 3D tersebut diper-
untukkan
bagi 26.528.590 siswa yang diasuh
(Statistik
guru
mencapai
laar,
tersebut
(Kornpas
memadai.
27 Juli
1993).
diproyeksikan
1993/1994
(Ti-
lain pada
bahwa sejak
Berdasarkan
tahun
data
tahun
1991 kondisi
Hal
dan
tersebut
kuantitatif
Indonesia khususnya program pendidikan SD
sangat
tersebut ditunjukkan adanya Rasio antara jumlah
gedung dengan jumlah siswa yaitu 1
ditetapkan
kelas/ruang,
satu
dengan
: 1S7,
atau berarti
bangunan terdiri
maka satu ruang
orang siswa.
sekolah
1.140.886
sudah terdapat sekitar 200.000 buah SD negeri
pendidikan
30
yang
Atau bahkan menurut perkiraan
dapat dianalisis
jika
75)
147,5 ribu unit gedung pada tahun
1991).
swasta
Indonesiaf 1991:
oleh
Kemudian,
(1
kelas)
dari
pula
rata~rata
6
hanya dihuni oleh
±
jika dilihat dari
guru yang mengajar adalah 1
rasio
:
bangunan
7,8,
dimana
seorang guru rata-rata mengajar 23 orang siswa.
Kondisi
pihak,
kuantitatif SD yang relatif
di
tampak belum menunjukkan atau mencerminkan
nya kondisi kualitatif memadai di
kan
memadai
hal
secara
teramat kompleks dan
pihak
lain.
rumit untuk
pleksitas
sendiri,
permasalahan
pendidikan SD
terdapat-
Memang merupa
melakukan
memuaskan mengenai mutu pendidikan.
sebagai
sistem
berbeda.
Bruce
itu
para
ahli
kerangka berpikir atau sudut logika yang
Fuller (1985)
pendidikan tampak berbeda
Hasil
kom-
pastinya konsep
mutu itu sendiri yang terus menerus diperdebatkan
dengan titik tolak,
analisis
Disamping
juga disebabkan oleh belum baku dan
satu
mengatakan
"Konsep
kualitas
bagi masing-masing orang.
seminar dan diskusi
para ahli
tentang studi mutu
8
pendidikan
Dasar (SMPD)
Badan Litbang Dikbud berupaya
perjelas
konsepsi
tersebut
diperoleh kesepakatan rumusan mengenai
mutu pendidikan
mutu pendidikan
sebagai
landasan
tersebut.
berpikir.
mem-
Dalam
studi
pengertian
Mutu
pendidikan
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap satuan
pendidikan
bagi
dalam menanamkan kemampuan belajar seumur
lulusannya (Ace Suryadi,
Lebih komprehensif,
dari
yang
hidup
1989).
mutu pendidikan dapat pula dilihat
perspektif sistem pendidikan persekolahan itu
analisisnya
terhadap
tiga komponen proses pengajaran dan komponen hasil
belajar.
Yang
biasanya mendasarkan diri
dianggap
belajar
dan
terpenting sebagai penentu dari
adalah
mutu guru.
mutu pengelolaan sekolah,
digunakan
sekarang ketiga
sebagai
pendidikan.
sistemik,
hasil
siswa,
menyebabkan
di atas,
mutu
mutu
proses
tersebut
sering
rendahnya
hasil
pengajaran
belajar.
maka mutu pendidikan
pengelolaan,
mutu siswa,
mutu guru,
hasil
belajar/kemampuan belajar.
Terhadap mutu pendidikan SD,
Laporan
Irjend Wil
secara terbuka bahwa kemampuan/hasi1
mutu
secara
yang
pada
Berdasarkan
menyangkut
masalah
mutu PBM dan
mutu
Kompas 20 Februari
1991
ulasannya tentang keresahan
lulusan SD.
dan
lain,
Ketiga komponen mutu pendidikan di atas,
mutu
mutu
faktor
ukuran sederhana tinggi
menyebabkan
gilirannya
menurunkan
mutu
mutu
Ketiga faktor tersebut berkaitan satu sama
kenyataannya
analisis
pada
sendiri,
masyarakat
I Depdikbud
tentang
mensinyalir
belajar siswa SD sangat
memprihatinkan, terutama kemampuan dasar mengenai
membaca,
Selain
dan menghitung ( Kompas
menulis
rendahnya mutu pendidikan SD yang
lulusannya,
ditemukan
pula adanya
14
kemampuan
Juli
1993).
berkaitan
dengan
rendahnya
mutu
proses
belajar mengajar (PBM) yang diakibatkan oleh rendahnya
mutu
guru itu sendiri serta sistem manajerialnya. Masaiah~masalah
yang
mengakibatkan rendahnya mutu lulusan SD diantaranya
mutu guru yang kurang profesional, dimana guru kurang
uasai materi dan metoda pengajaran,
:
meng-
kurang memadainya
alat
bantu penga- jaran, lemahnya sistem pengembangan profesional
{Kompas 4
guru
Agustus 1993).
Kondisi
tersebut,
mutu
kuantitaif yang
kurang
menggembirakan
yang diantaranya menyebabkan masalah
peningkatan
Bidang
SD menjadi agenda dalam Penyusunan Flepelita - V
Pendidikan dan Kebudayaan. Masalah-masalah tersebut
ranya
adalah
daerah
kesenjangan mutu antar sekolah
di
pada setiap jenis dan jenjang pendidikan,
kesenjangan
dianta
berbagai
disamping
antara mutu pendidikan dengan kebutuhan
pemba
ngunan (Pusat informatika Balitbang Dikbud, 1993).
Keputusan Mendikbud RI
mengantisipasi
pendidikan
akan
masalah tersebut.
No.
0416 A/U/1987
"Usaha
mendapat prioritas di
meningkatkan
tingkat
bahkan
mutu
pendidikan
dasar". Dengan demikian, disamping pemerintah masih memprioritaskan
mutu
pemerataan pendidikan juga
pendidikan dasar tersebut.
berusaha
meningkatkan
10
4. Guru Sebagai Faktor Strategis Dalam Pendidikan
disinyalir dalam Kompas (14 Juli , 4
Seperti
dan 25 Agustus 1993) bahwa rendahnya mutu PBM SD,
nya,
diakibatkan oleh rendahnya mutu guru itu
sistem
manajerialnya. Hal
sistem
pendidikan
pengajaran,
guru
Agustus
diantara
sendiri
tersebut menunjukkan bahwa
atau, secara lebih sempit
merupakan faktor sangat
dan
dalam
dalam
sistem
strategis
dalam
pencapaian tujuan pendidikan/pengajaran, karena posisi
yang
d i peran k annya.
Good Carter (1973) merumuskan pengertian guru sebagai:
Seorang
untuk
yang
bekerja
mengarahkan
dengan
pengalaman
bekal
belajar
kemampuan
siswa
khusus
dalam
suatu
lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta,
Sementara itu, UUSPN No. 11/1989 Bab VII Pasal 27 ayat
3
dan
Pasal
tenaga
28 mengartikan :
pengajar
pada
Guru
adalah
sebutan
bagi
jenjang pendidikan dasar dan
mene-
batasan tersebut di atas dapatlah diambil
suatu
bahwa
orang
n g a h.
Dari
kesimpulan
yang
seorang guru pada dasarnya
memiliki tugas, wewenang dan tanggung
adalah
jawab
terhadap
pendidikan baik secara individual maupun kelompok di sekolah
maupun di
luar sekolah.
Berdasarkan
analisis
konseptual tentang
peran
guru
tersebut dapat dirumuskan beberapa alasan dasar mengapa guru
dipandang faktor strategis dalam pendidikan .
a)
dilihat
dari
sudut
administratif,
guru
adalah
pelaku yang resmi, sah, untuk melakukan dan menyelenggarakan
11
aktifitas pendidikan. Guru,
dalam sekolah khususnya,
pakan pelaku yang "paling" berhak untuk mengelola,
meru
mengatur
atau melibatkan diri dalam aktifitas kependidikan;
b)
dilihat dari segi kewajiban,
guru adalah orang yang
dituntut untuk melaksanakan kewajiban mengajar,
ilmu pengetahuan,
c)
ketrampilan atau membina sikap masyarakat;
dilihat
dari segi proses belajar
kelas, guru adalah seorang perencana,
gus
penilai
kegiatan
merencanakan,
diajarkan
mengalihkan
belajar murid.
mengajar
pengel'ola dan
sekali-
Guru adalah orang
memilih dan menentukan materi
apa
yang
yang
serta apa dan bagaimana pendekatan/metoda
jaran efektif yang dipergunakannya,
dalam
akan
penga
mencipta situasi belajar
mengajar sesuai yang direncanakan, serta melakukan penilaian
terhadap proses dan
hasil
belajar siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa guru merupa
kan faktor utama yang dapat menentukan tingkat keberhasilan,
belajar
siswa.
menyebutkan
Sehingga
peran
guru
expensive resources
5.
wajar bila
sebagai "the
Joan
Dean
most
(1983:71)
important
and
in any classroom".
Pentingnya Pembinaan Guru SD
Menyadari kestrategisan peran guru yang demikian dalam
sistem
pendidikan pada umumnya dan dalam PBM
khususnya
di
satu
pihak dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
adanya
guru
profesional
secara
efektif
yang mampu
menjalankan
di pihak lain, menjadikan lahirnya
melakukan pembinaan profesional para guru.
perannya
tuntutan
untuk
12
Masyarakat Indonesia yang tengah mengalami perkembangan
mengarah
pada
meningkatkan
era tinggal
secara
landas,
konsumtif,
berbagai pemenuhan kebutuhan informasi
maupun
ketrampilan praktis secara memadai. Jenis dan besaran
tuhan
tersebut
secara
instruksional
tentu
mensyaratkan
terdapatnya pengelolaan pendidikan yang profesional
dan hadirnya peran SD lebih efektif yang mampu
lulusan
memadai, yaitu lulusan yang memiliki
umumnya
menghasilkan
adaptabi1itas
sosial yang sesuai tuntutan perkembangan zaman."
hendaknya
kebu
Pendidikan
dilakukan secara profesional sehingga upaya
ingkatan
mutu
dan relevansi
pendidikan
dapat
demikian dinyatakan oleh Hasan Walinono —
(Kompas,
26 Juli 1993).
pen-
tercapai",
Sekjend Depdikbud
Konsekuensi lebih lanjut dari
tun
tutan ini secara sistemik menuntut adanya guru profesional.
Guru
profesional
diantaranya
pokoknya
yang
oleh
dituntut
adalah sosok guru yang mampu menjalankan
sebagai
pendidik
dan
pengajar.
lain menyangkut tugas makro yaitu
antara
ningkatan
mikro
masyarakat, '
kualitatif
Tugas
tugas
tersebut
mengupayakan
hidup manusia secara umum
sebagai manager pengajaran di kelas
pada
dan
petugas
khususnya.
Dalam rangka ini, pada tingkat minimal, sosok guru pada saat
sekarang,
yang
seperti
ahli
diungkapkan Noeng Muhadjir
dalam disiplin ilmu bidang
(1007.),
dan
berkepribadian lebih
menurut
Muchtar
Bukhari,
studinya
sebagai
adalah jenis
adalah
sepenuhnya
pendidik.
guru
guru
yang
Atau
secara
lengkap memiliki ciri intelektualitas yang kuat, berkualitas
yang
tinggi, intreprenership yang tinggi, sikap hidup
yang
lincah,
prigel dan luwes
Kualifikasi
guru
secara memuaskan.
4 Agustus 1993).
profesional
secara selintas di atas,
sasi
(Kompas,
seperti
digambarkan
dalam kenyataannya belum
Hal
ini dapat secara
tereali-
jelas
dilihat
dari pandangan dan evaluasi masyarakat itu sendiri.
Misalnya
tentang terdapatnya guru SD yang belum menguasai materi tiga
kemampuan
mampunya
dasar (membaca, menulis dan
menguasai
menghitung),
metoda mengajar,
terdapatnya
kurang
kekurang
sesuaian antara latar belakang pendidikan formal guru dengan
tugas-tugas mengajar yang dibebankan,
di
guru yang belum matang,
profesional
pada umumnya
masih banyaknya priba-
serta belum
(Kompas,
14 Juli
dan Kompas 25 Agustus 1993). Dan
1993;
inilah
dapat dijadikan sebagai
secara
faktual
1993; F;aka
indikator
Karena itulah,
yang
Joni,
menunjukkan
profesi
pembinaan atau pening-
kualitatif profesional mutu guru merupakan
krusial
sikap
kenyataan-kenyataan
belum terdapatnya kualifikasi guru
onal yang diharapkan.
katan
termi1ikinya
dan perlu yang harus dilakukan jikalau
hal
yang
menghendaki
mutu pendidikan yang memadai.
Dalam
rangka peningkatan mutu guru SD,
telah
banyak
dilakukan pemerintah berbagai upaya pengembangan profesional
guru yang
jar
guru,
pembinaan
lebih menekankan pada peningkatan kualitas
yang dilakukan melalui
berbagai
sistem.
profesional yang sudah lama ditempuh
menga
Sistem
pemerintah,
terutama sekali sejak ditetapkannya pelaksanaan kurikulum SD
tahun
1983 (1975 yang disempurnakan)
antara
lain
adalah
:
14
pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar dan
studi
onal
lokakarya,
komparatif, pertemuan pribadi, rapat, lomba
guru,
pembinaan melalui wadah KKG, PKG,
profesi
KKKS,
serta
pembinaan melalui media cetak dan kegiatan karyawisata,
pembinaan
lainnya (Depdikbud,
Walaupun
telah
1989/1990:
banyak sistem
dan
16-18).
pembinaan
profesional
guru yang telah disodorkan dengan disertai petunjuk pelaksanaannya
atau perangkat lainnya oleh pemerintah, namun
kenyataannya
terdapat
baik
kuantitatif
secara
keragaman atau
maupun
terdapatnya berbagai perbedaan,
perbedaan
secara
pada
pembinaan
kualitatif.
misalnya dalam jenis,
Dan,
frek-
wensi, maupun pendekatan pembinaan pada masing-masing daerah
(wilayah),
yan'g pada gilirannya melahirkan hasil
pembinaan
yang beragam pula. Untuk itu suatu penelitian tentang
tifitas
pembinaan
profesional
di
masing-masing
efek
wilayah
diperlukan. Paling tidak. diperlukan untuk mengetahui
teristik
tipikal
efisien
sistem
pembinaan
yang
paling
dan relevan dengan tuntutan dan kodisi
karak
efektif,
di
masing-
masing daerah.
Kota
kabupaten
Negeri,
yang
kota madya di
Jawa
puluh
Barat—memiliki
dibina oleh 1632 guru yang tersebar di
tingkat
Secara
dan
salah satu dari dua
yang dibimbing oleh 8892 guru serta 180
Dibanding
besar
Madya Bandung-
dengan kabupaten/Kodya lainnya
empat
982
SD
26
Swasta
kecamatan.
Bandung
memiliki
kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru
(lihat:
rinci
Kota Madya Bandung Dalam
banyaknya
sekolah, guru
Angka
serta
SD
yang
1991/1992).
murid
dapat
15
dilihat pada tabel
berikut
:
TABEL
BANYAKNYA SEKOLAH,
KOTA
GURU,
MADYA
1
MURID SD NEGERI DAN SWASTA DI
BANDUNG
JAWA
N e g e
r
BARAT
Swasta
i
N**pc sfnstan
to.
t
.V-• »—• l^U 1 H_1 ^t^U
,
Sek
*->
1
._">
Guru
4
Murid
Sek
5
6
7
8
Guru
Murid
1
Bandung Kulon
41
344
9168
6
39
1221
*">
Bbk. Ciparay
53
403
11504
9
62
2004
3
Bjg. Loa Kaler
18
148
5706
7
51
1931
4
Bjg. Loa Kidul
22
160
4622
5
11
1402
5
Astanaanyar
63
466
13657
7
55
1474
6
R e g o 1
61
459
9459
10
82
3517
7
Lengkong
36
370
5783
14
98
3493
8
Bandung Kidul
63
3724
9
Margacinta
35
374
9208
10
Rancasari
15
126
3051
11
C
29
33C
6890
12
Ujung Berung
34
373
8148
13
Arcamanik
34
325
7568
1
14
Cicadas
37
40B
9411
1
13
618
15
Kiaracondong
5©
506
10895
-.!>
16
416
16
E