HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DENGAN PEMBINAAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

(1)

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DENGAN PEMBINAAN SIKAP TANGGUNG JAWAB

SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATANLABUHAN RATU

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

DEDI SUPARMAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan peranan guru terhadap sikap tanggung jawab sosial siswa di sekolah dasar se-kecamatan Labuhan Ratu. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, karena sampel dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan waktu, tenaga dan dana. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dengan teknik penskoran skala likert. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Korelasi. Hasil penelitian ini adalah diperoleh Pearson Correlation sebesar 0,954 dan nilai ttabelsebesar 0,278 dengan sampel berjumlah 100 responden. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan peranan guru sekolahdasar terhadap sikaptanggung jawab social siswa sekolahdasar se-Kecamatan LabuhanRatu.

Kata kunci :Peranan Guru SD, SikapTanggung Jawab Sosial, Siswa Sekolah Dasar.


(2)

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DENGAN PEMBINAAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA

SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2015

Oleh

DEDI SUPARMAN Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

x

MOTO

Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah ketakutan dan kebimbangan. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh

(Andrew Jackson)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’Alamin

Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasih yang tulus kepada:

Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta, memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak pernah lelah berkorban, memberi semangat serta berdoa untuk keberhasilan penulis

Mbak Kustini, Mas Kusnadi, Mbak Kusila, Adikku Abdul Azis serta keluarga besar yang memotivasi, mendoakan, serta memberi semangat untuk penulis dalam menuju keberhasilan

Ismail S.E., Hadi Rohyana M,Pd., Zuhri Zurgobban M,Pd., Sayim yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

Keluarga Besar Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2010 Almamater tercinta, Universitas Lampung.


(8)

viii SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Peranan Guru Sekolah Dasar Negeri Dengan Pembinaan Sikap Tanggung Jawab Sosial Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Labuhan Ratu Tahun 2015” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Hi. Darsono, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan serta bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

5. Drs. Sugiyanto, M.Pd., selaku Pembimbing akademik dan Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, nasihat-nasihat yang bijak, saran dan kritiknya selama proses penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku pembahas atas saran dan kritik yang

diberikan dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staf Jurusan Ilmu Pendidikan.

8. Dra. Ratna Aini, M.Pd., selaku Kepala SD Negeri 2 Kampung Baru atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Umi Atiyah dan Nurlela, selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, April 2015 Penulis,


(10)

xi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Pembatasan Masalah ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan Guru ... 10

B. Sikap Tanggung Jawab Sosial ... 12

C. Anak Usia Sekolah Dasar ... 20

D. Penelitian Relevan ... 23

E. Kerangka Pikir ... 24

F. Hipotesis Penelitian ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi ... 27

D. Teknik Sampling dan Sampel Penelitian ... 28

E. Variabel Penelitian ... 29


(11)

xii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Setting Penelitian ... 37

2. Hasil Uji Persyaratan Instrumen ... 37

2.1 Hasil Uji Normalitas ... 38

2.2 Hasil Uji Validitas Angket ... 40

2.3 Hasil Uji Reabilitas Angket ... 41

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

1. Tahap Uji Instrument ... 43

2. Tahap Uji Analisis Data ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48


(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Diagram Kerangka Pemikiran ... 26 11.1 Siswa SDN 3 Kampung Baru sedang mengisi angket peranan

guru ... 82 11.2 Siswa SDN 2 Kampung Baru sedang mengisi angket peranan

Guru ... 82 11.3 Wawancara dengan guru SDN 3 Labuhan Ratu ... 83 11.4 Siswa SDN 3 Labuhan Ratu Sedang mengisi angket peranan guru ... 83


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Skor Jawaban Angket Persepsi Peranan Guru Dalam Membina Sikap

Tanggung Jawab Sosial Siswa ... 31

3.2 Klasifikasi Skor Angket Peranan Guru ... 32

3.3 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi ... 36

4.1 Hasil Uji Normalitas ... 38

4.2 Hasil Uji Validitas Angket Peranan Guru ... 40

4.3 Hasil Uji Validitas Angket Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 41

4.4 Hasil Uji Reabilitas Angket Guru ... 42

4.5 Hasil Uji Reabilitas Angket Siswa ... 42


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dikehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Pembangunan nasional Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah salah satu aspek yang menentukan pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional. Pendidikan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional.

Melalui pendidikan diharapkan membawa perubahan tidak hanya bertambahnya pengetahuan saja tetapi juga, terjadi perubahan sikap perilaku dan perubahan nilai pada individu dan kelompok. Perubahan yang dimaksud adalah yang mengantarkan anak menjadi orang yang berprestasi dalam bidang akademik dan juga memiliki kepribadian manusia yang beradab.


(15)

2

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan seperti yang tercantum dalam pasal 3 bab II Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Merujuk pada isi Undang-undang yang telah dikemukakan di atas, pelaksanaan proses pendidikan harus bisa membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Disini tugas dan fungsi sebagai eksekutor dalam pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Selanjutnya Sumantri (2001:154) mengemukakan bahwa:

Manusia seutuhnya seperti tercantum dalam semangat tujuan pendidikan nasional menganut sifat batin seutuhnya integral dalam memandang dan meyakini alam semesta. Karena itu karakternya tidak dualistik atau terhalang oleh dinding pemisah antara ilmu dan agama serta menyadari bahwa realitas fisik dan realitas spiritual merupakan harmoni.

Merujuk pada pendapat di atas manusia yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut menyatakan bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai spiritualnya maka dengan demikian tujuan pendidikan nasional memberikan isyarat bahwa peserta didik diupayakan melalui pendidikan di sekolah, selain memiliki pengetahuan dan keterampilan, juga harus dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada


(16)

3

Tuhan Yang Maha Esa sehingga iman dan takwa dengan sendirinya dapat diterapkan bersama-sama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menjadi landasan yang akan diciptakan kesejahteraan dunia dan akherat, serta tanggung jawab dalam menghadapi dampak globalisasi yang dapat mengancam kepribadian peserta didik.

Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah dampak negatif yang amat merisaukan masyarakat, dampak tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial masyarakat yang terwujud dalam bentuk: kurang hormat kepada orang yang lebih tua, guru, kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan tata tertib sekolah, kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, perkelahian pelajar, penggunaan obat terlarang dan lain-lain. Semua ini bisa diakibatkan karena kurang terbinanya rasa tanggung jawab pada setiap siswa sehingga dapat menimbulkan dampak negatif dan mengancam kepribadian siswa.

Merujuk pada pengamatan dan informasi yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik terdapat sejumlah faktor yang menunjukkan penyebab timbulnya masalah dalam bidang pendidikan. Penekanan yang tidak seimbang antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor merupakan salah satu faktor tersebut.


(17)

4

Melihat kenyataan di lapangan pelaksanaan pendidikan melalui pembelajaran di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu guru lebih banyak menekankan pada aspek intelektualitas, karena terbentur pada sistem evaluasi yang diselenggarakan secara nasional. Penekanan aspek intelektualitas yang mengabaikan aspek emosional menjadi faktor penyebab meningkatnya perilaku pelanggaran moral pada siswa. Emosinya tumbuh tidak terkendali karena siswa kurang terdidik. Pembinaan yang kurang tepat dari guru dengan lebih memperhatikan aspek intelektualitasnya tidak menyelesaikan masalah.

Merujuk pada kenyataan di atas, sebaiknya peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran, dialah yang memiliki peran utama dalam proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pengarah proses pembelajaran. Sesuai dengan teori pendidikan progresif menurut Dewey dalam Sukmadinata (2004:10) bahwa:

Teori pendidikan progresif menerapkan prinsip pembelajaran sambil melakukan (learning by doing). Dalam pendidikan progresif, isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksi itu ia memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Guru lebih merupakan ahli dalam metodologi daripada dalam bahan ajar.

Merujuk pada pendidikan progresif hakekatnya siswa tumbuh dan berkembang, guru mempengaruhi melalui pembinaan. Pembinaan tanggung jawab sosial siswa terdiri dari beberapa indikator yaitu disiplin, rasa memiliki, kepekaan, kepedulian dan kesediaan berkorban demi kepentingan umum, permasalahan yang ada di lapangan ini dapat membuat siswa menjadi:


(18)

5

Pertama, segi kedisiplinan yaitu siswa yang terlambat masuk sekolah, kerapihan dalam berpakaian siswa, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, suasana belajar yang tak tercipta sebagaimana mestinya dan kamar mandi siswa yang tidak terawat. Kedua, tidak mempunyai perasaan menjaga misalnya mencoret-coret bangunan, perabot dan peralatan sekolah lainnya. Ketiga, kepekaan misalnya ditemukan dalam suatu kelas siswa tidak peka terhadap siswa lainnya, di mana siswa acuh terhadap siswa atau kelompok lainnya, mereka lebih mementingkan dirinya dan kelompoknya sendiri. Keempat, kepedulian yaitu kesediaan berkorban demi kepentingan umum, misalnya pelaksanaan piket di kelas tidak berjalan dengan semestinya, di mana tugas siswa yang piket adalah kesediaan membersihkan kelas demi kepentingan, kenyamanan siswa-siswi lainnya dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Masalah ini jika tidak segera diatasi akan semakin mengancam kehidupan generasi bangsa dan tata kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani yang salah satunya adalah rasa tanggung jawab perlu diwujudkan dalam tata kehidupan sekolah. Salah satu komponen yang ada di sekolah yaitu guru di mana fenomena terjadi di lapangan, guru lebih berorientasi pada penguasaan dan pemahaman anak terhadap materi pelajaran tanpa mempertimbangkan pembentukan karakter anak sebagai efek hasil belajar, sehingga materi pelajaran kurang bahkan tidak diwarnai sama sekali terhadap sikap dan


(19)

6

kepribadian siswa. Banyak diantara para guru yang menjadikan evaluasi sebagai tujuan, tidak menjadikan evaluasi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Guru Sekolah Dasar memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian siswa yang baik, karena ia secara langsung berinteraksi dengan siswa pada saat pembelajaran. Guru Sekolah Dasar dituntut bukan hanya pemberi materi pelajaran saja tetapi bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai, moral dan norma yang berlaku di masyarakat, sehingga akan terbentuk kepribadian siswa yang baik, bertanggung jawab dan mempunyai karakteristik budaya Indonesia yang santun.

Guru Sekolah Dasar akan mempunyai pengaruh langsung terhadap terjadinya masalah-masalah anak di sekolah karena ia mengajarkan nilai, moral dan norma sebagai bekal siswa untuk berperilaku yang baik. Jika ia dapat mengajarkan dengan baik sesuai dengan harapan kurikulum, maka akan memberikan sumbangan langsung terhadap naik turunnya masalah di sekolah. Merujuk pada observasi yang dilakukan peniliti sebagai tugas perkuliahan di Sekolah Dasar Kecamatan Labuhan Ratu ditemukan permasalahan pokok yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini yaitu dalam kenyataan yang dihadapi di lapangan guru sekolah dasar dalam membina sikap tanggung jawab sosial kepada siswa, menghadapi kesulitan seperti masih ada siswa yang terlambat masuk sekolah, tidak hadir tanpa keterangan, terlambat saat upacara bendera, berpakaian kurang rapi, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua dan kurang menjaga kebersihan kamar mandi sekolah.


(20)

7

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian lebih jauh dengan judul “Hubungan Peranan Guru Sekolah Dasar Negeri Dengan Pembinaan Sikap Tanggung Jawab Sosial Siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Labuhan Ratu Tahum 2015”.

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurang terbinanya sikap tanggung jawab sosial siswa di lingkungan sekolah.

2. Lemahnya peranan guru dalam membina sikap tanggung jawab sosial siswa.

3. Kurangnya inovasi guru dalam menentukan langkah-langkah untuk membina sikap tanggung jawab sosial.

C. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan:

Bagaimana hubungan antara peranan guru sekolah dasar dengan pembinaan sikap tanggung jawab sosial siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Labuhan Ratu?


(21)

8

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban permasalahan yang telah dikemukakan di atas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara nyata di lapangan mengenai peran guru dalam membina sikap tanggung jawab sosial siswa.

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara peranan guru dengan pembinaan sikap tanggung jawab sosial siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Labuhan Ratu

E. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian dan supaya lebih terarah, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi ke dalam subpokok sebagai berikut:

1. Peranan guru dalam penelitian ini meliputi Informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator.

2. Sikap tanggung jawab sosial siswa dalam penelitian ini meliputi:

a. Siswa mampu berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Siswa berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab secara tegas dalam kegiatan bermasyarakat.

c. Siswa mampu berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia.


(22)

9

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritik penelitian ini akan mengungkap dan menkaji tentang bagaimana peranan guru dalam membina sikap tanggung jawab sosial siswa. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada:

1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab sosial siswa di sekolah. 2. Bagi guru

Sebagai bahan evaluasi diri, refleksi dan masukan bagi guru, dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran pendidikan karakter.

3. Bagi kepala sekolah

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Sekolah Dasar yang terdapat di Kecamatan Labuhan Ratu, terutama dalam pembinaan sikap siswa.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian lain yang berkaitan dengan aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam konsep yang berbeda.

5. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai peranan guru sekolah dasar


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan Guru 1. Pengertian guru

Guru menurut Sardiman (2001:123) adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang berperan serta dalam usaha untuk membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang pembanggunan.

Sedangkan menurut pasal 1 UU no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan pendidikan menengah. Guru merupakan salah satu unsur dalam proses pendidikan, menurut Djamarah (2010:31) mengungkapkan bahwa:

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau, di rumah dan sebagainya. Oleh karena itu peran guru sangat besar karena ia secara langsung berinteraksi dengan siswa dan menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan. Seiring dengan kemajuan jaman maka peran guru semakin kompleks sehingga, jabatan guru tidak saja menjadi profesi tetapi dituntut lebih dari itu, yaitu selain bertanggung jawab mengajar disekolah juga bertanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan dan keilmuan.


(24)

11

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah komponen manusia yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat formal ataupun non formal yang berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial dalam bidang kemasyarakatan dan keilmuan.

Jabatan guru merupakan jabatan professional yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru seperti yang dikemukakan oleh Sandy dalam Suparlan (2004:105) menguraikan beberapa dimensi kemampuan dan sikap yang membentuk karakteristik guru efektif. Ada 12 karakteristik guru efektif sebagai berikut:

a) Menjadi a learner (pembelajar) b) Menjadi a leader (pemimpin)

c) Menjadi a provocateur (provokator dalam arti positif) d) Menjadi a strenger (pengelana)

e) Menjadi an innovator (inovator)

f) Menjadi a comedian/entertainment (pelawak/penghibur) g) Menjadi a coach or guide (pelatih atau pembimbing)

h) Menjadi a genuine human being or humanist (manusia sejati atau seorang humanis)

i) Menjadi a sentinel

j) Menjadi optimist or idealist (orang yang optimis atau idealis) k) Menjadi a collababorator (orang yang suka bekerja sama) l) Menjadia revolusioner (berpikiran maju atau revolusioner)

Guru merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu menjadikan anak didiknya berhasil dalam bidang akademik maupun non akademik dan menjadi contoh bagi masyarakat umumnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki keahlian khusus yang bisa di dapatnya melalui lembaga pendidikan guru.


(25)

12

2. Tugas Guru

Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran atau pemindadahan informasi dari guru kepada peserta didik, tetapi juga penghubung antara sekolah dengan masyarakat.

3. Kedudukan, Fungsi dan Peranan Guru.

Kedudukan guru bagi suatu bangsa sangatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang membangun, terlebih bagi kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah kemajuan jaman dengan teknologi kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan budaya agar selalu dinamis untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang berlangsung di masyarakat.

B. SikapTanggung Jawab Sosial. 1.Pengertian sikap

Sikap menurut Triandis dalam Slameto (2003:88) adalah sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan tingkah laku. Ketika kita berbicara sikap maka tak akan lepas dari faktor kognitif, yaitu berkaitan dengan apa yang dipelajari, faktor afektif yaitu berkaitan dengan emosional perasaan seseorang dan faktor psikomotor atau keterampilan seseorang. Pengertian sikap menurut Azwar (2005:78) adalah sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu objek memihak atau menolak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predeposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.


(26)

13

Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lain. Trowl dalam Djaali (2006:114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek sementara itu Alford dalam Djaali (2006:114) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf yang tersususn melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Jadi penulis menyimpulkan pengertian sikap adalah suatu kesiapan mental atau emosional yang tersusun dari pengalaman sehari-hari yang memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap situasi yang berhubungan dengan pengalaman.

Tingkatan sikap menurut Notoadmojo (2003:120) terdiri dari: a) Menerima ( receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau memperhatikan stimuli yang diberikan orang

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. c) Menghargai (valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah suatu indikasi sikap.


(27)

14

d) Bertangggung jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap merupakan respon dari individu terhadap berbagai tuntutan yang dapat memberikan kepuasan terhadap dirinya, sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya sikap banyak dipengaruhi oleh rangsangan lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal.

Keluarga paling mempunyai peranan besar terhadap pembentukan sikap anak (karakter). Keluarga sebagai komponen primer bagi anak yang memberikan pengaruh dominan. Selanjutnya guru sebagai orang tua kedua bagi anak tidak kalah pentingnya dalam membentuk sikap dan perilaku anak. Sesungguhnya sikap seorang anak tidaklah tetap namun terpengaruh oleh hal sekitarnya, tergantung pengaruh mana yang lebih kuat terhadap pembentukan sikap anak maka itulah nanti yang akan membentuk sikap anak dan menjadi pengaruh terhadap pembentukan karakter anak.

2. Indikator sikap tanggung jawab sosial

Penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau dependen (variabel

Y) adalah “sikap tanggung jawab sosial siswa” yang meliputi sosial,

kepribadian dan akhlak


(28)

15

1. Mengikuti dan melaksanakan tata tertib sekolah 2. Menjaga suasana ketenangan belajar di kelas 3. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya 4. Menjaga kebersihan sekolah

5. Menjenguk teman yang sedang sakit

6. Mengatur jadwal piket siswa untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.

b. Kepribadian dan akhlak 1. Tepat waktu masuk sekolah

2. Berani mengakui kesalan dan meminta maaf ketika berbuat salah

3. Menegur teman yang membuang sampah tidak pada tempatnya 4. Tidak mencoret-coret tembok sekolah

5. Membantu teman yang kesulitan dalam belajar

6. Tidak berbicara, kotor, mengumpat, bergunjing, menghina dan menyapa antar sesama siswa dengan kata sapaan atau panggilan yang tidak senonoh.

3. Pengertian tanggung jawab sosial

Tanggung jawab menurut Yasyin (2005:454) adalah kewajiban memikul, menanggung segala sesuatu akibatnya. Sifat tanggung jawab merupakan salah satu sikap yang terpuji yang ada pada diri manusia. Sikap tanggung jawab pasti berada di dalam diri manusia dan kita tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan bersosialisasi yang menuntut kepedulian dan tanggung jawab. Sedangkan menurut Poerwodarminto


(29)

16

dalam Amin (2011) tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan sebagainya. Apabila terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanngung segala sesuatunya. Oleh karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menyatakan diri sendiri bahwa tindakanya itu baik dalam arti menurut norma umum, sebab baik menurut seseorang belum tentu baik menurut orang lain atau yang dikatakan baik menurut pendapat dirinya ternyata ditolak oleh orang lain.

Menurut Indriawan (2014) tanggung jawab bisa dikelompokan menjadi dua hal, yang pertama adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri. Baik buruknya suatu kejadian yang terjadi pada diri kita dipertanggung jawabkan oleh diri kita, bukan oleh orang lain dan tidak menyalahkan siapapun ataupun yang paling buruk menyalahkan takdir. Kita mempunyai tanggung jawab kepada diri kita, berusaha semampunya adalah kunci agar kita dapat mempertanggungjawabkan perbuatan kita, yang kedua adalah tanggung jawab terhadap orang lain dan lingkungan sekitar, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Manusia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Misalnya, jika mencemooh orang lain maka bisa saja orang itu tidak terima dan akibatnya dia bisa saja mengancam kita atau perlakuan kasar terhadap kita, bahkan kita sampai tidak diajak dalam bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita tidak melakukan tanggung jawab


(30)

17

terhadap orang lain jangan harap suatu saat kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab terhadap kita.

1. Jenis-jenis tanggung jawab

Tanggung jawab sebagai sikap dan perilaku mempunyai tiga dimensi. Menurut Pribadi (2000:77) ketiga dimensi tersebut adalah:

a). Seseorang bertanggung jawab atas segala perbuatannya terhadap dirinya, sehingga akan mencegah berbuat yang dapat merendahkan manusia dan dirinya.

b). Sebagai makhluk sosial, tanggung jawab ditujukan kepada masyarakat, sehingga ia tak dapat berubah seenaknya, karena manusia lain mempunyai hak untuk memelihara keutuhan hidupnya.

c). Tanggung jawab seseorang berlaku pula terhadap Tuhan yang menjadikan manusia senantiasa berbuat sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Setelah melihat tiga dimensi di atas, maka tanggung jawab itu terdapat tiga arah atau dimensi: yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia bebas memilih apa saja, tetapi ia akan terikat pada apa yang dipilihnya. Manusia dapat bertanggung jawab dan tidak bebas, karena ia terikat dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Menurut


(31)

18

Schumaan dalam Zuhri (2014:15) manusia yang bebas tetapi bertanggung jawab yaitu:

manusia yang memiliki kelainan jiwa seperti “sociopath” lain

halnya kalau orang menolak untuk bertanggung jawab. Ia tahu dan sadar yang dilakukan dan ia menyadari ketidaksanggupannya untuk melakukan tugas yang dianggap berat baginya. Orang akan mengajukan berbagai alasan kenapa ia tidak mau bertanggung jawab.

Adapun akibat penolakan untuk bertanggung jawab adalah:

a) Persepsi atau wawasannya semakin sempit. Semuanya hanya dilihat

dari kepentingan dan perasaan sendiri.

b) Semakin lemah, semakin tidak bebas lagi menentukan diri sendiri.

Sebaliknya orang yang bersedia bertanggung jawab semakin kuat dan bebas serta semakin luas wawasannya, karena ia berupaya mengatasi segala macam rintangan dan pertanyaan dalam mengejar apa yang dinilainya sebagai suatu hal yang penting dan luhur. Ia semakin kuat, karena terlatih dalam mengatasi segala rintangan dan kelemahannya. Dapat disimpulkan bahwa orang yang bertanggung jawab adalah orang yang dapat menguasai dirinya sendiri, yang dapat mengendalikan emosinya dan yang sanggup menuju tujuan yang disadarinya sebagai sesuatu yang penting, meskipun hal itu dirasakan berat. Jadi semakin kita bertekad untuk bertanggung jawab, maka kita akan merasa semakin bebas. Orang tidak menjadi dirinya sendiri dengan mengelak dari tanggung jawabnya, melainkan dengan mengakui akan


(32)

19

kelemahannya dan menyadari kemampuan yang dimilikinya serta berupaya untuk melaksanakan tugasnya. Terdapat beberapa jenis perbedaan tentang tanggung jawab yang diemban oleh setiap manusia, karena pada prinsipnya setiap manusia dapat dipandang sebagai individu juga sebagai makhluk sosial. Menurut Prasetya (2012) tanggung jawab dapat dibedakan kedalam empat jenis:

a) Tanggung jawab kepada keluarga

Tanggung jawab kepada keluarga mengacu kepada kewajiban atau tuntutan sikap dan perilaku yang harus ditampilkan terhadap keluarga, baik status sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai suami, sebagai isteri maupun status lainnya.

b) Tanggung jawab kepada masyarakat

Tanggung jawab kepada masyarakat mengacu kepada kewajiban atau tuntutan dan sikap perilaku yang harus ditampilkan terhadap lingkungan sosial masyarakat maupun status sosial.

c) Tanggung jawab kepada bangsa dan negara

Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara, mengacu kepada kewajiban atau tuntutan sikap dan perilaku yang harus ditampilkan berkaitan dengan status kita sebagai warga negara dalam teritorial negara tertentu.

d) Tanggung jawab kepada Tuhan

Tanggung jawab terhadap Tuhan mengacu kepada kewajiban manusia sebagai hamba atau makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa.


(33)

20

Pada tingkatan inilah kewajiban menempati posisi paling tinggi, karena kewajiban pada taraf ini merupakan tataran nilai manusia. Manusia menyadari tanggug jawabnya hanya ketika telah sampai pada tahap-tahap mampu membedakan antara yang benar dan salah. Perhatiannya dalam tahap ini adalah pada berbagai perintah dari sistem kehidupan dan mematuhi serangkaian keputusan yang menentukan kebahagiaan dan integritasnya, maka pelaksanaan tanggung jawab adalah kebutuhan. Ketiadaan rasa tanggung jawab dan penyelenggaraan berbagai peraturan hanya akan menunjukan kebodohan terhadap asa-asa kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Orang yang meninggalkan rasa tanggung jawab berarti lebih mementingkan keinginan-keinginan pribadinya, perbuatan tersebut merupakan akar kerusakan dan ketidak mampuan dalam mencapai integritas manusia seutuhnya.

C. Anak Usia Sekolah Dasar 1. Definisi anak usia SD

Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan di Indonesia. Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun.

Menurut Wong (2009:75) anak usia sekolah dasar adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak


(34)

21

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Gunarsa (2006:98) menyebutkan bahwa anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orangtua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent yaitu apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. Berdasarkan dua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun yang sudah mulai dapat bertanggungjawab atas prilakunya dan tidak bergantung dengan orang tua.

2. Prilaku sosial anak usia SD

Sebagai konsekuensi dari fase perkembangan, anak usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik khusus dalam berperilaku yang direalisasikan dalam bentuk tindakan-tindakan tertentu. Samsu Yusuf dalam Budiamin (2006:133-134) mengidentifikasikan sebagai berikut:

a. Pembangkangan (negativisme)

Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, bodoh atau sebutan negatif lainnya,


(35)

22

sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap “dependent” (ketergantungan) menuju kearah “independent” (bersikap mandiri).

b. Agresi (agression)

Perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti: mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

c. Berselisih atau bertengkar (quarreling)

Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut mainannya.

d. Menggoda (teasing)

Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

e. Persaingan (Rivaly)

Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang


(36)

23

lain) dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan baik.

f. Kerja sama (cooperation)

Sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka

masih kuat sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir

atau empat tahun, anak sudah mulai menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini berkembang dengan baik.

g. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)

tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah: memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

h. Mementingkan diri sendiri (selffishness)

Sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.

i. Simpati (Sympathy)

Sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

D. Penelitian Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saya ambil adalah dengan judul:

1. “Peranan Guru Pkn Dalam Membina Sikap Tanggung Jawab Mengikuti


(37)

24

Kegiatan Belajar Mengajar Siswa” oleh Irwan Budiansyah pada tahun 2002 dengan hasil guru PKn di SMP N 1 Sumber sangat baik dalam memberikan pembinaan disekolah sehingga siswa memiliki sikap tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sumber: www.pendidikan.blogspot.com/?m=1, diambil tanggal 2 Januari 2015

2. “Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap

Tanggung Jawab Sosial Siswa di SMK Al Musyawirin Kabupaten

Cirebon” Oleh Zuhri Zurgobban tahun 2014. Sumber:

http://library.pasundan.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read &id=jtttiain-gdl-scot-pulungrahm-6360. Diakses tanggal 30

Desember 2014.

E. Kerangka Pikir

Sekolah Dasar yang merupakan jenjang pendidikan dasar seharusnya menegakkan tata tertib sekolah seperti pada sekolah-sekolah formal pada tingkat yang lebih tinggi. Lingkungan sekolah siswa perlu mendapat pengawasan sehari-hari dalam bertingkah laku dan bertindak. Pola tingkah laku itu hendaknya diarahkan pada etika dan tata karma sehingga menjadi kebiasaan mereka sehari-hari. Banyak faktor yang menyebabkan anak kurang disiplin. Kebiasaan dari kecil merupakan cikal bakal pembentukan watak, sikap dan prilaku seseorang dikemudian hari. Kebiasaan yang baik akan menyebabkan pembentukan watak, sikap dan prilaku yang baik pula sebaliknya apabila siswa dibiarkan melanggar aturan sejak dini maka akan


(38)

25

berdampak buruk pula terhadap pembentukan watak, sikap dan prilakunya. Apabila kebiasaan yang tidak baik selalu dibiasakan maka tujuan pendidikan yang dicanangkan tidak akan tercapai. Dalam rangka meningkatkan pembentukan karakter siswa, seorang guru dituntut harus mampu membina sikap tanggung jawab siswa di sekolah sehingga siswa terlatih untuk disiplin dan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya sehari-hari. Peranan guru adalah sebagai pendidik yang bertugas merancang, mendidik, mengevaluasi, mengarahkan dan memotivasi siswa di lingkungan sekolah. Secara operasional peranan guru meliputi: memeriksa kehadiran siswa, menegur siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah, mengoreksi pekerjaan siswa, mengingatkan siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan kelas, membiasakan siswa berbicara santun, memupuk rasa tolong menolong siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap tanggung jawab siswa adalah bentuk reaksi menerima apa yang diwajibkan dan melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Secara operasional sikap tanggung jawab siswa dapat diwujudkan melalui: datang ke sekolah tepat waktu, melaksanakan tata tertib sekolah, mengerjakan tugas sekolah, menjaga kebersihan sekolah,

berbicara santun kepada orang lain, menjenguk teman yang sakit.

Berdasarkan uraian di atas maka, kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(39)

26

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan:

X: Peranan Guru

Y: Sikap Tanggung Jawab Siswa

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis kerja (Ha) sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peranan guru sekolah dasar dengan pembinaan sikap tanggung jawab sosial siswa di SD

se-kecamatan Labuhan Ratu.

Y

Sikap Tanggung Jawab Siswa X


(40)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi untuk melihat hubungan dua variabel.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui dua tahap yaitu:

1. Tahap prapenelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 di SDN 1 Surabaya Bandar lampung.

2. Tahap proses penelitian dilaksanankan pada tanggal 8-19 Desemeber 2014 di SD Negeri 2 Kampung Baru, SD Negeri 3 Kampung Baru dan SD Negeri 3 Labuham Ratu

C. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SD Se-Kecamatan Labuhan Ratu. Populasi berjumlah 9 Sekolah Dasar Negeri terdiri dari 537 siswa dan 143 guru.


(41)

28

D. Teknik Sampling dan Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari subjek populasi yang akan diteliti. Menurut Arikunto (2006:177) mengenai berapa banyaknya sampel yang diambil, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar maka hasilnya lebih baik.

Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut (Arikunto, 2006:183),

Sample bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya: alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sample yang besar dan jauh.

Menurut Arikunto (2006:67) Jika sampel penelitian kurang dari 100 ditetapkan 25% dan akan lebih baik jika di tambah sedikit.

Merujuk pada pendapat di atas maka peneliti mengambil sampel 30% dari jumlah Sekolah yaitu sebanyak 3 Sekolah dan 30% dari jumlah Guru yaitu sebanyak 50 guru.Sedangkan untuk responden siswa sampel penelitian diambil sebanyak 50 siswa dan tersebar dalam 3 sekolah yaitu SD Negeri


(42)

29

2 Kampung Baru, SD Negeri 3 Kampung Baru dan SD Negeri 3 Labuhan Ratu.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel konsep dan variabel operasional yaitu:

1. Variabel Konsep

Variabel konsep dalam penelitian ini meliputi:

a. Peranan Guru adalah sebagai pendidik yang bertugas merancang, mendidik, mengevaluasi, mengarahkan dan memotivasi siswa di lingkungan sekolah.

b. Sikap tanggung jawab siswa adalah bentuk reaksi menerima apa yang diwajibkan dan melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Variabel Operasional

Variabel operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

a. Peranan guru dalam penelitian ini adalah memeriksa kehadiran siswa, menegur siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah, mengoreksi pekerjaan siswa, mengingatkan siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan kelas, membiasakan siswa berbicara santun, memupuk rasa tolong menolong siswa dalam kehidupan sehari-hari b. Sikap tanggung jawab sosial siswa dapat diwujudkan dengan


(43)

30

mengerjakan tugas sekolah, menjaga kebersihan sekolah, berbicara santun kepada orang lain, menjenguk teman yang sakit.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi diartikan dengan pengamatan dan pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada guru untuk mendapatkan data awal penelitian.

2. Kuesioner (Angket)

Penelitian ini menggunakan tekhnik kuesioner dengan harapan responden akan dapat langsung menuangkan jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Guna memudahkan responden dalam menjawab item-item kuesioner maka dalam penelitian ini digunakan kuesioner tipe pilihan dengan empat alternatif jawaban. Sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat atau keyakinanya sendiri. Kuesioner dibuat oleh peneliti dan diuji coba kepada guru lalu dilakukan analisis untuk mendapatkan informasi tingkat pembinaan sikap tanggung jawab siswa di sekolah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:


(44)

31

a. Editing

Pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

b. Scoring

Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:

Tabel 3.1. Skor Jawaban Angket Persepsi Peranan Guru dalam Membina Sikap Tanggung Jawab Sosial Siswa

Positif (+)

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak Pernah 1

Sumber: Skala likert dalam sugiyono (2012)

Kemudian hasil seluruh jawaban guru dengan melihat rata-rata jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:


(45)

32

Tabel 3.2. Klasifikasi Skor Angket Peranan Guru Klasifikasi

Keterangan Jumlah Skor Jawaban

75% ≤ x ≤100% BAIK

55% ≤ x ≤74,99% CUKUP BAIK

41% ≤ x ≤54,99% KURANG BAIK

X ≤ 40,99% TIDAK BAIK

Sumber: Suharsimi (2010:246)

3. Uji Persyaratan Instrumen a. Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2012:255) Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Arikunto (2006:315) untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

= Koefisien antara variabel X dan Y N = Jumlah Sampel yang diteliti X = Sekor total X

Y = Sekor total Y

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid atau sebaliknya jika


(46)

33

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Menurut Sugiyono (2012:88) Butir yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa butir tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft excel 2007 dengan kriteria uji coba bila rhitung>rtabel maka data merupakan construck yang kuat (valid).

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2006:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Spearman Brown, yaitu:


(47)

34

Keterangan:

: Hasil Korelasi R : Reabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan model Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan hanya orang yang melakukan pengumpulan data, namun dapat dipahami oleh orang lain.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah jumlah sampel yang diambil terebut sudah representatif atau belum sehingga kesimpulan penelitian yang diambil dari sejumlah sampel bisa dipertanggung jawabkan. Menurut Sudjana (2005:466) terdiri atas dua rumusan hipotesis, yaitu:

Ho : populasi berdistribusi normal H1 : populasi berdistribusi tidak normal


(48)

35

Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov. Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Korelasi

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji Korelasi Product-Moment. Pengujian hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan uji Korelasi Bivariate jika data berdistribusi normal, namun jika tidak berdistribusi normal dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman. Menurut Sugiyono (2012:255) digunakan persamaan berikut untuk menghitung korelasi:

∑ √ ∑ ∑

Menurut Sugiyono (2012: 257) untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel berikut ini:


(49)

36

Tabel 3.3. Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2010:214)


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian, maka dapa disimpulkan bahwa:

Nilai thitung lebih besar dibandingkan ttabel, maka Ho ditolak dan Ha yang berbunyi ada hubungan positif antara peranan guru sekolah dasar terhadap sikap tanggung jawab siswa se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung diterima.

B. Saran

Merujuk pada hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Sebaiknya siswa dalam pembelajaran lebih meningkatkan rasa tanggng jawab sosial siswa

2. Bagi guru

Sebaiknya guru dalam pembelajaran lebih mengutamakan aspek afektif untuk menunjang pendidikan karakter siswa, tanpa mengesampingkan aspek kognitif siswa

3. Bagi Kepala Sekolah

Sebaiknya pembelajaran di sekolah sebaiknya diselingi dengan pembentukan karakter siswa khususnya rasa tanggung jawab siswa agar siswa memiliki pribadi yang bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat


(51)

49

4. Bagi peneliti

Sebaiknya peneliti melakukan penelitian lebih jauh mengenai peanan guru terhadap sikap tanggung jawab siswa.

5. Bagi peneliti lain

Sebaiknya peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih jauh mengenai peranan guru sekolah dasar.


(52)

50

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul. 2011.Manusia dan Tanggung Jawab. http://samsul-

amin.blogspot.com//2012/03/manusia-dan-tanggung-jawab.html?m=1#comment-from. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 10.00 WIB.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Budiamin, Amin, dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS.

Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rhineka Cipta.

Gunarsa, Singgih. 2006. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Indriawan Sucahyo, 2014. Manusia dan Tanggung Jawab.

http//:indriawansucahyo.wordpress.com. diakses pada tanggal 15 November 2014.

Notoadmojo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Republik Indonesia, 2003. Undang-undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang manajemen pendidikan. Jakarta: Depdiknas RI. Republik Indonesia, 2005. Undang-undang tentang guru dan dosen. Jakarta:

Depdiknas RI


(53)

51

Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Depok: Rajawali pers.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung

Sukmadinata, N.Syaodih. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemantri, Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Jakarta: Rosda Karya.

Suparlan, 2004. Managemen Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat,

Soemaan, W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Prasetya, Febrian. 2012. Macam-macam tanggung jawab.

http//:fthund.blogspot.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015. Pribadi, Sikun. 2000. Filsafat Kehidupan Berkeluarga Menuju Keluarga

Bijaksana. Bandung: YSIB

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Yasyin, Sulchan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBI-Besar). Surabaya: Amanah.

Zurgobban, Zuhri. 2014. Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina Sikap Tanggung Jawab Sosial di SMK Al-Musyawirin

Kabupaten Cirebon.

http://library.pasundan.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id= jtttiain-gdl-scot-pulungrahm-6360. Diakses tanggal 30 Desember 2014.


(1)

Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov. Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Korelasi

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji Korelasi Product-Moment. Pengujian hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan uji Korelasi Bivariate jika data berdistribusi normal, namun jika tidak berdistribusi normal dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman. Menurut Sugiyono (2012:255) digunakan persamaan berikut untuk menghitung korelasi:

√ ∑ ∑

Menurut Sugiyono (2012: 257) untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel berikut ini:


(2)

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2010:214)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian, maka dapa disimpulkan bahwa:

Nilai thitung lebih besar dibandingkan ttabel, maka Ho ditolak dan Ha yang berbunyi ada

hubungan positif antara peranan guru sekolah dasar terhadap sikap tanggung jawab siswa se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung diterima.

B. Saran

Merujuk pada hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Sebaiknya siswa dalam pembelajaran lebih meningkatkan rasa tanggng jawab sosial siswa

2. Bagi guru

Sebaiknya guru dalam pembelajaran lebih mengutamakan aspek afektif untuk menunjang pendidikan karakter siswa, tanpa mengesampingkan aspek kognitif siswa

3. Bagi Kepala Sekolah

Sebaiknya pembelajaran di sekolah sebaiknya diselingi dengan pembentukan karakter siswa khususnya rasa tanggung jawab siswa agar siswa memiliki pribadi yang bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat


(4)

terhadap sikap tanggung jawab siswa. 5. Bagi peneliti lain

Sebaiknya peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih jauh mengenai peranan guru sekolah dasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul. 2011.Manusia dan Tanggung Jawab. http://samsul-

amin.blogspot.com//2012/03/manusia-dan-tanggung-jawab.html?m=1#comment-from. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 10.00 WIB.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Budiamin, Amin, dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS.

Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rhineka Cipta.

Gunarsa, Singgih. 2006. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Indriawan Sucahyo, 2014. Manusia dan Tanggung Jawab.

http//:indriawansucahyo.wordpress.com. diakses pada tanggal 15 November 2014.

Notoadmojo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Republik Indonesia, 2003. Undang-undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang manajemen pendidikan. Jakarta: Depdiknas RI. Republik Indonesia, 2005. Undang-undang tentang guru dan dosen. Jakarta:

Depdiknas RI


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung

Sukmadinata, N.Syaodih. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemantri, Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Jakarta: Rosda Karya.

Suparlan, 2004. Managemen Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat,

Soemaan, W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Prasetya, Febrian. 2012. Macam-macam tanggung jawab.

http//:fthund.blogspot.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015. Pribadi, Sikun. 2000. Filsafat Kehidupan Berkeluarga Menuju Keluarga

Bijaksana. Bandung: YSIB

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Yasyin, Sulchan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBI-Besar). Surabaya: Amanah.

Zurgobban, Zuhri. 2014. Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina Sikap Tanggung Jawab Sosial di SMK Al-Musyawirin

Kabupaten Cirebon.

http://library.pasundan.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id= jtttiain-gdl-scot-pulungrahm-6360. Diakses tanggal 30 Desember 2014.