SENI DZIKIR SAMAN DI DESA CIANDUR KECAMATAN SAKETI KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN.

(1)

SENI DZIKIR SAMAN DI DESA CIANDUR KECAMATAN SAKETI KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ATRIN SURYATIN 0900171

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur

Kecamatan Saketi Kabupaten

Pandeglang-Banten

Oleh

Atrin Suryatin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Atrin Suryatin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. LEMBAR PENGESAHAN

ATRIN SURYATIN 0900171

SENI DZIKIR SAMAN

DI DESA CIANDUR KECAMATAN SAKETI KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. NIP. 196507241993021001

Pembimbing II

Dra. Sri Dinar Munsan NIP. 195809291988032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si. NIP. 195710181985032001


(4)

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten, merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis berdasarkan pengamatan terhadap seni tradisi di Provinsi Banten. Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu, Latar belakang lahir dan berkembangnya Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur, bentuk penyajian dan fungsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan yang ada di lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, yang ditunjang dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini bahwa Seni Dzikir Saman, dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan tersebut mendapat pengaruh dari pihak intern dan ekstern. Pengaruh tersebut membawa para pelaku Dzikir Saman untuk berupaya agar Dzikir Saman tetap berkembang.


(6)

ii

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Thesis titled Dzikir Saman Art in Ciandur Village Saketi Subdistrict Pandelgang Regency, Banten, is one of scientific works drawn based on observation of traditional art in Banten Province. Identification of problems under this research are: Background of emergence and development of Dzikir Saman Art in Ciandur Village, type of presentation and its function. The objective of this research is to examine problems encountered in the field. Method used in this research is descriptive, one describing phenomena taking place in the field and, therefore, supported by a qualitative approach.

The data collection techniques used is observation, interview, documentation study, and literature study. The results of this research suggest that Dzikir Saman Art has have alteration and development over time. Such a alteration have internal and external effects. The effects lead Dzikir Saman actors to make efforts to put Dzikir Saman into persistently development.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR PETA ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Seni Dzikir Saman ... 9

B. Fungsi Seni dalam Masyarakat ... 10

C. Pengembangan Seni Pertunjukan Tradisional... 13

D. Kedudukan Seni dalam Pandangan Agama ... 14

E. Sejarah Perkembangan Seni Dzikir Saman ... 16

F. Busana Tari ... 18

G. Tata Rias ... 21

H. Musik Iringan ... 23

I. Gerak ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Analisis Data ... 36

G. Langkah-langkah Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Letak Geografis ... 39

2. Agama, Kepercayaan dan Bahasa ... 41

3. Mata Pencaharian Hidup ... 44

4. Latar Belakang Lahir dan Berkembangnya Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 44


(8)

vi

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Fungsi Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 74

B.Pembahasan 1. Analisis Latar Belakang Lahir dan Berkembangnya Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 78

2. Analisis Bentuk Penyajian Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 79

3. Analisis Fungsi Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

GLOSARIUM ... 88

LAMPIRAN 1. Lampiran 1 ... 90

2. Lampiran 2 ... 93

3. Lampiran 3 ... 96

4. Lampiran 4 ... 105

5. Lampiran 5 ... 106 RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong untuk menciptakan suatu kesenian yang beraneka ragam, agar disuatu daerah mempunyai ciri khas kesenian masing-masing. Pebrian dalam Kasmahidayat (2012:162) mengemukakan bahwa :

Kesenian dalam kehidupan manusia merupakan ciri khas sesuatu daerah dimana dengan berkesenian orang dapat mengenal kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nila-nilai adat istiadat yang berlaku pada daerah tersebut. Keberagaman kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang disuatu daerah merupakan aset dan kebanggaan dari masyarakat pendukungnya serta menjadi ciri khas daerah tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian itu.

Kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu pranata sosial masyarakat, lambat laun akan mengalami perubahan baik itu dari segi fungsi, makna dan bentuk penyajiannya. Keberadaan dan kelangsungan hidup seni tradisional perlu diperhatikan dan dilestarikan.

Banten memiliki ragam kesenian yang tersebar di berbagai daerahnya. Akan tetapi dari sekian banyak kesenian yang tesebar, masih banyak yang kurang mengetahui keberadaannya. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor antara lain tidak adanya penerus, kurangnya peminat untuk mempelajari kesenian tersebut, generasi muda lebih menggemari kesenian yang baru. Seperti yang dikemukakan oleh Soedarsono (1974: 61) :

Bahwa kalau sampai terjadi seni tradisional itu akan menjadi seni yang mati, dan bagaimana cara mengatasinya dan memeliharanya agar seni tradisi itu tetap merupakan seni yang hidup. Bagi setiap daerah masalah ini bukan merupakan masalah yang gampang yang bisa diselesaikan oleh beberapa gelintir seniman dan ahli seni, tetapi merupakan masalah yang harus mendapat dukungan dan minat masyarakat terhadap seni tradisi. (Taryani dengan judul skripsi Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis).


(10)

2

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi termuda di Indonesia. Sebagai Provinsi yang masih muda dihadapkan berbagai masalah, seperti halnya dalam seni budaya yang terdapat di dalamnya. Potensi seni budaya masyarakat Banten kaya dan memiliki keunikan tersendiri. Namun, semua itu belum bisa menarik perhatian masyarakat luar dan untuk menambah peningkatan guna kesejahteraan masyarakat Banten. Banten yang lahir pada tanggal 4 Oktober 2000, terpisah dengan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten dikenal sebagai Provinsi yang masyarakatnya taat dalam menjalankan ajaran agam. Agama islam adalah agama yang dianut oleh masyarakat Provinsi Banten, sehingga sebagian besar wilayah yang termasuk ke dalamnya memiliki ragam kesenian yang kental dengan nilai-nilai religi, seperti Seni Dzikir Saman, Terbang Gede, Qasidah, Seni Dodod dan masih banyak yang lainnya.

Di Banten tepatnya di Kabupaten Pandeglang dapat kita jumpai berbagai seni religius. Misalnya Seni Dzikir Saman, Qasidah, Pencak Silat dan Seni Dodod yang terdapat di Kecamatan Saketi. Berbagai jenis kesenian tersebut, dalam melakukan penyajiannya dilakukan oleh masyarakat setempat.

Dzikir Saman yang terdapat di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, merupakan kesenian yang hanya disajikan pada saat memperingati hari Lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal), yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1980-an. Berdasarkan fenomena yang ditemukan di Desa Ciandur, bahwa Seni Dzikir Saman ini, dari tahun ke tahun mengalami perubahan dari segi geraknya. Sehingga kesenian ini semakin bervariasi, serta sebelum melakukannya, para pemain diwajibkan untuk melakukan ritual seperti berdoa bersama di pemakaman para leluhurnya, terkadang dengan membakar kemenyan. Hal ini dimaksudkan untuk meminta izin agar pada saat pelaksanaannya berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan pengalaman pemain, pernah suatu ketika, mereka tidak melakukan doa bersama, karena ada beberapa pemain yang tidak ikut, pada saat kesenian ini berlangsung, beberapa pemain pingsan dan pemain beluk mencekik dirinya sendiri. Oleh karena itu, sehari sebelum pertunjukan Seni Dzikir Saman berlangsung, wajib melakukan doa


(11)

bersama di makam yang dipercaya oleh masyarakat setempat di keramatkan. Fenomena lain juga ditemukan di Desa Ciandur, bahwasannya masyarakat Ciandur tidak boleh menyajikan hiburan-hiburan seperti wayang golek, jaipong, dangdut dan degung, karena akan terjadi malapetaka atau musibah yang tidak terduga. Belum ada yang mengetahui mengapa bisa terjadi seperti itu. Oleh karenanya, masyarakat Desa Ciandur hanya menyajikan acara-acara yang bernuansa agama Islam. Seperti Seni Dzikir Saman dan Qasidah. Munculnya Seni Dzikir Saman bermula dari para kaum Ulama menyambut gembira hari Lahir Nabi Muhammad SAW dengan melakukan dzikir.

Serta sebutan dzikir saman karena dzikir tersebut pertama kali dicetuskan oleh seorang bernama Syeh Saman dari Aceh dan disebut dzikir saman sesuai dengan artinya saman yang berarti delapan,dengan demikian tarian yang pada awalnya ditarikan oleh delapan penari (Subdin kebudayaan dinas pendidikan Provinsi Banten, 2003:56).

“Dzikir Saman merupakan kesenian yang tersebar di wilayah Banten. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang tahun 2002 tercatat 22 perkumpulan seni dzikir saman” (Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003 : 60).

Seni Dzikir Saman adalah kesenian rakyat Banten yang menggunakan media gerak tari dan lagu berupa syair-syair yang khusus dilantunkan untuk mengagungkan asma Allah SWT dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, yang dalam pengungkapannya mengandung unsur-unsur keagamaan. Dzikir Saman ini selain mengkolaborasikan dengan kegiatan keagamaan, memadukan pula seni bela diri.

Kesenian ini pada awalnya sudah ada (abad XVIII) sejak zaman Kesultanan Banten (Sultan Hasanudin), yang dibawa oleh para ulama untuk menyebarkan agama islam sebagai upacara memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal). Sebelum masyarakat Banten memeluk agama islam, masyarakat menganut ajaran hindu-budha. Seperti yang diungkapkan oleh (Halwany,2011) :

Sebelum islam berkembang di wilayah Banten, sebelumnya masyarakat menganut ajaran hindu-budha. Sekitar abad ke XVI, di Banten sudah ada


(12)

4

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekelompok masyarakat yang menganut agama islam, yaitu salah satu dari Wali Songo (Sunan Gunung Jati), kemudian dilanjutkan oleh putranya Maulana Hasanudin untuk menyebarkan agama islam di Banten.

Sultan Hasanudin sangatlah berpengaruh dalam penyebaran agama islam di wilayah Banten, karena beliau adalah seorang yang menguasai kerajaan islam pertama di Banten “Hasanudin adalah anak Sunan Gunung Jati, sebagai raja islam pertama di Banten” (Djajadiningrat, 1983:95). Menurut Fakhrudin (2012:2), “Penyebaran agama islam di Banten yaitu melalui kesenian, ini merupakan strategi dakwah yang meniru Wali songo dalam menyebarkan agama islam”.

Seni Dzikir Saman merupakan pertunjukan rakyat, selain itu, seni ini dapat digolongkan sebagai seni komunal. “Seni komunal yaitu kesenian yang penyajiannya melibatkan partisipasi masyarakat secara luas” Dibia, dkk. (2006:1) dalam Kasmahidayat (2011:4). Penyajian Seni Dzikir Saman memang melibatkan lapisan masyarakat banyak, dari anak kecil sampai orang tua. Dibia, dkk dalam Kasmahidayat (2011:4) menjelaskan mengenai seni komunal “ pada intinya merupakan kesenian yang dimiliki oleh orang banyak atau masyrakat itu sendiri”. Adapun fungsi utama tarian komunal menurut Dibia, dkk dalam Kasmahidayat (2011:5) yaitu “ (1) ritus spiritual, (2) sosial, dan (3) kultural dari masyarakat setempat”.

Dzikir Saman penyebarannya hampir merata di seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Banten. Penyajian Seni Dzikir Saman disetiap Kabupaten Kota di Banten memiliki beberapa perbedaan. Di Kabupaten Pandeglang terdapat beberapa perkumpulan Dzikir Saman antara lain Sari Panggugah, Gagak Lumayung dan Saman Layung Sari serta Mekar Muda. Setiap perkumpulan kesenian ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap pertunjukannya. Namun, yang akan peneliti paparkan secara lanjut yaitu pada perkumpulan Seni Dzikir Saman Mekar Muda yang terletak di Desa Ciandur, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, karena pada perkumpulan ini cukup unik dan lebih menarik dibandingkan dengan yang lainnya. Dzikir Saman dilakukan seharian dengan tiga babakan dan dirangkai dengan beberapa gerakan pencak silat yang


(13)

dilenturkan. Pada perkembangannya, pertunjukan Dzikir Saman mendapat perhatian dari pihak pemerintah Kabupaten Pandeglang, maka kesenian ini terus dikenalkan kepada masyarakat lain. Pertunjukan Dzikir Saman sering dipentaskan diberbagai acara, seperti halnya pada acara festival budaya maupun pada acara-acara kedaerahan. Maka dari itu fungsi pertunjukan Dzikir Saman difungsikan secara luas oleh masyarakat.

Dalam pertunjukan Seni Dzikir Saman terdapat keunikan yang cukup menarik yaitu suara lengkingan vokal (beluk) dari para pemain dan menggunakan properti yang berupa hihid terbuat dari kulit kerbau. Hihid ini berfungsi sebagai pergantian di akhir ayat dalam kitab “Berjanji”.

Penelitian ini penting dilakukan, karena Seni Dzikir Saman merupakan salah satu ciri khas yang mencerminkan kepercayaan dan budaya masyarakat Provinsi Banten khususnya di daerah Saketi, sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman di kecamatan Saketi, karena tidak semua masyarakat setempat mengetahuinya, agar masyarakat tidak hanya sekedar mengetahui keseniannya saja, tetapi alangkah lebih baiknya masyarakat mengetahui latar belakang kesenian ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengungkapkan Seni Dzikir Saman yang memfokuskan pada latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman, bentuk penyajian dan fungsi pada kesenian ini. Dengan demikian peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupetan

Pandeglang-Banten”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten?

2. Bagaimana bentuk penyajian Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten?


(14)

6

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apa fungsi dari Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul “Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupetan Pandeglang-Banten” bertujuan untuk :

1.Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan dan mendeskripsikan Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

2.Tujuan Khusus

a.Memperoleh gambaran mengenai penjelasan latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

b.Mengkaji bentuk penyajian Dzikir Saman di desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten.

c.Mendeskripsikan fungsi Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman seni tradisional yang ada di daerah kabupaten Pandeglang khususnya Dzikir Saman.

Menambah wawasan tentang keberadaan Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.


(15)

Untuk melengkapi referensi kepustakaan, menambah wawasan seni megenai adanya pertunjukan seni dalam kajian Seni Dzikir Saman, dapat memperkaya ilmu pengetahuan seni tradisional bagi civitas akademik FPBS, dan seluruh civitas akademik di Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Bagi Masyarakat Banten

Sebagai upaya meningkatkan rasa bangga terhadap kesenian Banten khususnya Seni Dzikir Saman yang merupakan salah satu aset daerah bagi masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

4. Lembaga Kebudayaan Banten

Sebagai sarana dokumentasi dan informasi mengenai kekayaan kebudayaan daerah Provinsi Banten Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

E. Struktur Organisasi

Bab I dalam skripsi ini menjelaskan latar belakang masalah, yang isinya mengenai permasalahan yang terdapat di lapangan, alasan mengapa memilih penelitian ini, selain itu terdapat perumusan masalah, meliputi bagaimana latar belakang hidup dan berkembangnya Dzikir Saman, bentuk penyajian, dan fungsi dari Dzikir Saman, kemudian terdapat juga tujuan penelitian, manfaat penelitian untuk berbagai pihak, dan yang terakhir yaitu struktur organisasi.

Bab II merupakan kajian teoritis yang diambil dari pendapat para ahli guna menunjang atau membantu peneliti dalam hal yang berkenaan dengan penelitian, agar lebih relevan dan akurat. Adapun teori-teori yang terdapat pada bab ini, adalah seni dzikir saman, fungsi seni dalam masyarakat, pengembangan seni pertunjukan, kedudukan seni dalam agama, busana tari, tata rias tari, gerak, musik iringan, dan kajian sejarah.


(16)

8

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab III dalam skripsi ini antara lain lokasi dan subjek penelitian, menjelaskan mengenai metode-metode penelitian yang peneliti gunakan untuk menjawab dan menganalisa permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti, selain itu ada definisi operasional, untuk mendefinisikan dari judul skripsi peneliti, kemudian terdapat juga instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan yang terakhir adalah langkah-langkah penelitian.

Bab IV merupakan penjelasan keseluruhan dari hasil penelitian dari awal hingga akhir, serta menjawab rumusan masalah yang telah ditulis pada bagian perumusan masalah.

Bab V yaitu berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dalam skripsi ini menyimpulkan secara keseluruhan mengenai pembahasan (bab IV), dan saran atau rekomendasi untuk ke depannya harus seperti apa. Sasaran dari peneliti untuk Saran atau rekomendasi ditujukan kepada berbagai pihak, seperti masyarakat Desa Ciandur, pelaku Seni Dzikir Saman, peneliti selanjutnya, kalangan akademik, dan lembaga kebudayaan Provinsi Banten.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciandur Kecamatan Saketi, RT/RW 01/01. Kecamatan Saketi adalah salah satu kecamatan di wilayah kabupaten Pandeglang. Kecamatan Saketi terdiri dari 14 desa, merupakan wilayah dengan dataran rendah dan beriklim tropis. Akses jalan yang dapat ditempuh menuju kecamatan Saketi ini jika dari Bandung yaitu melalui tol Cipularang, Bekasi, Jakarta, Tangerang, Serang dan Pandeglang. Dari Pandeglang menuju ke selatan sekitar ± 20 km.

Subjek penelitian yang diteliti yaitu perkumpulan Seni Dzikir Saman (Mekar Muda) di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, adapun objek penelitian yang akan diteliti adalah Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur. Alasan peneliti memilih objek penelitian ini, karena Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur, Kecamatan Saketi merupakan salah satu kesenian yang cukup unik dan menarik, kesenian Dzikir Saman sangat berbau dengan agama yang memang tempat dimana kesenian ini ada masih kental dengan ajaran agama islam.

B. Metode Penelitian

Keberhasilan dalam suatu penelitian, tidak lepas dari pemilihan metode penelitian, karena itu, peneliti haruslah bisa memilih metode yang tepat, serta dibutuhkan ketelitian dalam menganalisa metode yang tepat terhadap permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti.

Kelebihan metode dalam penelitian adalah untuk membantu memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan dan sebagai prosedur serta teknik penelitian yang berfungsi untuk mengarahkan pola berpikir peneliti, yang bertujuan untuk mendapat data yang akurat.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dapat disebut kualitatif karena sifat


(18)

29

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam Kasmahidayat (2011:58) menyatakan bahwa kajian kualitatif adalah „penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟.

Karena data yang dihasilkan dari penelitian ini bersifat kualitatif berupa deskripsi suatu kejadian, maka peneliti harus bisa mengamati secermat mungkin mengenai aspek-aspek yang telah diteliti. Untuk metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu” (Abdurrahman, 2006: 97). „Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya‟ (Best, 1982:119 dalam http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html).

Pendapat lain mengatakan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang” (Muttaqin, 2010).

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini cocok menggunakan metode deskriptif, karena metode ini membedah berbagai persoalan yang sedang di teliti oleh peneliti yaitu Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur. Menurut Nursanti (2007) ada beberapa ciri-ciri metode deskriptif, yaitu :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang 2. Data yang dikumpulkan mula-mula dirumuskan, dijelaskan, kemudian

dianalisis

C. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman istilah yang ditulis dalam judul skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan batasan istilah, yaitu sebagai berikut.

Seni adalah penciptaan dari emosi manusia dari segala hal yang menciptakan keindahan, sehingga orang lain senang melihatnya. Sedangkan menurut Leo


(19)

Tolstoi dalam Sumardjo (2000:62), seni adalah „semacam “persetubuhan” antara

satu manusia dengan manusia lain‟.

Dzikir adalah suatu media untuk menyebut/ mengingat nama Allah SWT, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendektakan diri kepada Allah SWT (QS. Thoha:14)

Saman adalah sejenis kesenian tradisional rakyat Banten yang menggunakan media gerak tari dan lagu (vokal) dan dalam pengungkapannya mengandung unsur hiburan kegembiraan dan bernafaskan keagamaan (Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003: 56)

Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten adalah salah satu wilayah di Banten Selatan, dan sebagai salah satu wilayah penyebaran Dzikir Saman.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti akan menyimpulkan bahwa yang

akan di bahas dalam penelitian ini yaitu suatu pertunjukan seni yang bernafaskan

islam, yang merupakan kesenian rakyat Banten yang tidak menggunakan musik, tetapi menggunakan media gerak tari dan suara vokal yang dilengkingkan mengandung unsur-unsur mengagungkan asma Allah SWT serta puji-pujian pada Rasul yang tersebar di wilayah Banten khususnya di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini diantaranya :

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini disusun kedalam beberapa bagian yakni pedoman observasi untuk mengetahui lokasi penelitian, sebelum dilaksanakannya pertunjukan dan pada saat pertunjukan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan telah disusun secara sistematik yang terkait pada penelitian yang akan diajukan kepada narasumber.


(20)

31

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini dilakukan untuk lebih mengungkapkan dan mengetahui secara dalam mengenai latar belakang Dzikir Saman, dan bentuk penyajian Seni Dzikir Saman serta fungsi seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Untuk keperluan wawancara, peneliti menggunakan Handycam.

Instrumen penelitian ini diawali dengan pengantar mengenai Seni Dzikir Saman secara singkat. Ini bertujuan agar para narasumber dapat menjelaskan secara jelas mengenai penyajian Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur, dan bagaimana hubungannya kesenian ini dengan agama, apakah bertentangan atau tiadak. Menurut Suyanto dan Karnaji (2004:61) dalam Kasmahidayat (2011:63) mengatakan bahwa “pedoman pertanyaan atau pedoman wawancara pada umumnya berisi daftar pertanyaan yang bersifat terbuka atau jawaban bebas agar diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam”. Sedangkan fungsi pertanyaan seperti yang diungkapkan oleh Alwasilah (2002:131) dalam Kasmahidayat (2011:63) yaitu : “(1) menghubungkan pertanyaan dengan tujuan penelitian dan kerangka konseptual, dan (2) melakukan penelitian, yakni keterkaitan pertanyaan penelitian dengan metode dan validitas penelitian”.

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini berupa foto, video, perekam suara yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan, baik pada saat melakukan wawancara dengan narasumber, pada saat pertunjukan Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang ingin didapatkan oleh peneliti. Tanpa menggunakan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012: 224).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan studi kepustakaan serta studi dokumentasi.


(21)

1. Observasi

Menurut Abdurrahman, Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadapat keadaan atau perilaku objek sasaran. Kasmahidayat (2011:64) mengemukakan bahwa “Observasi atau pengamatan bertujuan untuk mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu)”.

Menurut Sugiyono (2012), menyebutkan beberapa macam observasi, yaitu : “(1) observasi partisipatif, (2) observasi terus terang dan tersamar, (3) observasi tak terstruktur, (4) observasi yang pasif, (5) observasi yang moderat, (6) observasi yang aktif, dan (7) observasi yang lengkap”. Observasi terus terang atau tersamar merupakan pilihan dari peneliti dalam melakukan observasi di lapangan, karena pada saat mengumpulkan data di lapangan, peneliti menyatakan terus terang pada narasumber, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Oleh sebab itu, mereka yang diteliti mengetahui kegiatan awal sampai akhir peneliti. Dilapangan, peneliti langsung menyatakan pada masyarakat Ciandur, bahwasannya peneliti ingin melakukan observasi tentang kesenian dzikir saman yang terdapat di tengah masyarakat Ciandur, Kecamatan Saketi.

Spreadley (1980) dalam Kasmahidayat (2011:64) membedakan peran peneliti dalam observasi menjadi 4 peranan, yaitu „(1) tidak berperan sama sekali, (2) berperan pasif, (3) berperan aktif, dan (4) berperan penuh‟. Berperan aktif menjadi pilihan peneliti lakukan dalam melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti langsung ketempat lokasi yang dijadikan penelitian serta menjalin interaksi dengan salah satu tokoh masyarakat, tokoh agama serta pelaku Dzikir Saman Desa Ciandur Kecamatan Saketi guna untuk mengetahui yang sesuai dengan fokus masalah. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti mencatat segala


(22)

33

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peristiwa yang berkaitan dengan objek penelitian, sehingga dapat memperkaya data yang diperlukan. Faktor jarak merupakan salah satu kendala bagi peneliti, karena tempat tinggal peneliti dengan lokasi penelitian cukup jauh, sehingga untuk sampai ke lokasi penelitian, peneliti menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam. Observasi dilakukan dengan cara menyaksikan langsung penyajian Seni Dzikir Saman. Peneliti mencermati penyajian Seni Dzikir Saman yang di selenggarakan di Desa Ciandur. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti menggunakan handycam untuk teknik pendokumentasian. Handycam digunakan pada saat melakukan wawancara dan pada saat proses pertunjukan Seni Dzikir Saman berlangsung.

2. Wawancara

Menurut Abdurrahman,wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah. Teknik ini merupakan teknik terpenting dalam penelitian, karena hampir semua sumber peneliti dapatkan berasal dari wawancara dengan narasumber. Wawancara dilakukan untuk memperoleh jawaban atau sumber lisan dengan cara berdiskusi dan saling berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang mengetahui bagaimana penyajian Seni Dzikir Saman di desa Ciandur kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Pada penelitian ini, peneliti mencari narasumber yang relevan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Narasumber tersebut adalah pelaku dzikir saman, dan tokoh-tokoh yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Disamping itu peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai keberadaan pertunjukan seni dzikir saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Menurut Guba dan Lincoln (1985) dalam Kasmahidayat (2011 : 65) mengatakan mengenai tujuan wawancara adalah :

Mengkontruksi menggali orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kompleksitas yang dialami pada masa lalu ; memproyeksikan harapan-harapan agar dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan.


(23)

Teknik wawancara yang digunakan berupa teknik gabungan yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan sesuai dengan pertanyaan yang telah dibuat, sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dialakukan untuk membantu wawancara terstruktur, sehingga akan mendapatkan data yang diinginkan. Teknik gabungan ini bertujuan untuk lebih terfokus. Dilapangan peneliti mencoba mengkolaborasikan antar keduanya, yaitu wawancara terstruktur dengan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan dan diikuti dengan wawancara tidak terstruktur, agar diperoleh jawaban yang berkembang dari pertanyaan sebelumnya yang ditanyakan pada narasumber.

Format wawancara yang dilakukan yaitu wawancara terbuka. Wawancara terbuka dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung pada narasumber yang diwawancarai. Dengan bentuk wawancara terbuka ini, terjadi dialog antara peneliti dengan narasumber terhadap materi pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat berkaitan dengan objek penelitian.

Informan kunci adalah Bapak H. Lukman (40 tahun), beliau sebagai pelaku, seniman dan ketua perkumpulan Seni Dzikir Saman (Mekar Muda) serta 1 (satu) dari 18 (delapan belas) orang pemain Seni Dzikir Saman, dan Guru Seni Budaya SMPN 1 Cipeucang yang merupakan masyarakat asli Desa Ciandur.

Adapun narasumber yang terkait dengan objek penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Bapak Juhdi, selaku Guru Seni Budaya

2. Bapak H. Lukman, selaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan sekaligus ketua perkumpulan Seni Dzikir Saman “Mekar Muda”

3. Bapak Verry, selaku pemain Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur

Supaya wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti bahwa telah melakukan wawancara dengan narasumber, maka peneliti memerlukan bantuan alat-alat seperti :


(24)

35

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua hasil percakapan antara peneliti dengan narasumber

b. Handycam : berfungsi untuk memotret segala aktivitas peneliti pada saat

melakukan wawancara, serta memotret dokumentasi penting. Dengan adanya foto-foto ini, dapat dijadikan seabagai bukti bahwasannya peneliti sudah melakukan penelitian dan pengumpulan data.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu alat pengumpul data berupa teori-teori untuk mengkaji permasalahan yang sedang diteliti. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari sumber lain, seperti sumber dari internet, buku, dan skripsi, sumber-sumber itu membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Penggunaan buku-buku sebagai sumber dapat dijadikan sebagai landasan utuk menganalisa data penelitian serta mendapatkan data yang relevan dengan objek yang diteliti yaitu Dzikir Saman. Berkaitan dengan ini, peneliti melakukan kegiatan kunjungan ke perpustakaan Pandeglang dan Bandung yang mendukung penulisan penelitian ini. Setelah data-data terkumpul, peneliti mulai mempelajari, mengkaji dan menganalisis.

Adapun buku-buku yang dipergunakan oleh peneliti, diantaranya :

a. Buku yang berjudul “Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara” oleh

Yuliawan Kasmahidayat (2011)

b. Buku yang berjudul “ Pertumbuhan Seni Pertunjukan” oleh Edi Sedyawati

(1981)

c. Buku yang berjudul “Seni Pertunjukan di Era Globalisasi” oleh

Soedarsoeno (2002)

d. Skripsi yang berjudul “Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis” oleh Yani Taryani (2007)

e. Buku yang berjudul “Profil Seni Budaya Banten” oleh Tim Penyusun Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Banten (2003)


(25)

f. Buku yang berjudul “Metodologi penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi” oleh Fathoni Abdurrahman (2006)

g. Buku yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D” oleh Sugiyono (2012)

h. Buku yang berjudul “ Apresiasi Simbol dalam Seni Nusantara”oleh Yuliawan Kasmahidayat (Penyunting) (2012)

i. Buku yang berjudul “Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat” oleh Dedi Rosala, dkk (1999)

j. Buku yang berjudul “Tari Totonan Buku Pelajaran Kesenian Nusantara” oleh Sumaryono dan Endo Suanda (2006)

k. http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/. 4. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi peneliti gunakan untuk mendokumentasikan segala kegiatan di lapangan. Studi dokumentasi guna menunjang segala perolehan data dan informasi dilapangan. Teknik ini mengkaji dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, seperti foto-foto dan video.

F. Analisis Data

Untuk mengetahui bagaimana penyajian Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, maka perlu menganalisis data yang sudah ada. Analisis data penelitian merupaka tahapan pengelompokan data- data yaitu mulai dari seluruh proses pengkajian hasil wawancara, observasi, sdan dokumnetasi yang sudah terkumpul. Analisis data dilakukan terus menerus, dari awal penelitian sampai akhir penelitian, secara deskriptif. Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(26)

37

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:246) mengemukakan langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis data, yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dengan penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan itu dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

G. Langkah-langkah Penelitian 1. Pengajuan Topik atau Judul

Dalam ttahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan dijadikan bahan untuk penelitian. Selanjutnya mencarai beberapa sumber yang akan dijadikan referensi atau acuan untuk memperkuat judul sebelum observasi ke lapangan.

2. Pengajuan Proposal

Setelah judul disetujui, maka dilakukan penyusunan proposal untuk mengetahui latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan yang akan diteliti.


(27)

Setelah menyusun proposal, kemudian melakukan survai langsung ke lapangan, hal bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data awal dari penelitian.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari sumber=sumber yang akurat, seprti buku, jurnal, skripsi, dan internet kemudian melakukan observasi dan wawancara pada narasumber yang mengetahui tantang objek penelitian yaitu Seni Dzikir Saman.

5. Peyusunan Laporan

Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggung jawabkan pada saat ujian sidang.


(28)

83

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Pertama, Seni Dzikir Saman adalah salah satu warisan budaya tradisional yang lahir dan berkembang di masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten. Seni Dzikir Saman ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke XVIII pada masa kesultanan Banten (Sultan Hasanudin), yang di bawakan oleh para ulama dalam penyebaran agama islam di wilayah Banten, sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal), yang pada mulanya dilakukan dengan cara khidmat dalam bentu dzikir. Kemudian dikenalkan ke wilayah Kecamatan Saketi kisaran tahun 1980-an oleh Bapak Sarka Affandi. Seni Dzikir Saman yang diajarkan oleh beliau pada masyarakat, masih sederhana dalam segi geraknya. Namun setelah digantikan oleh Bapak H. Lukman, Dzikir Saman mengalami perkembangan dari segi geraknya, hal ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar lebih mengapresiasi Dzikir Saman. Seni Dzikir Saman pada masa kini, lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan membuktikan bahwa Seni Dzikir Saman pada masa kini, sudah lebih maju, variatif dan modern.

Kedua, dalam penyajiannya, sehari sebelum dilaksanakannya Seni Dzikir Saman, pemain mengunjungi pemakaman leluhur mereka dan disertai dengan membakar kemenyan, ini ditujukan hanya sebagai penghormatan dan meminta agar pada saat Seni Dzikir Saman berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Selain itu, dalam penyajiannya, Dzikir Saman di bagi ke dalam tiga babakan, yaitu babakan dzikir, babakan asroqol dan babakan saman. Sebelum akhir dari penyajian Dzikir Saman, semua pemain mengadakan doa bersama, yang dipimpin oleh seorang yang di tuakan oleh perkumpulan itu sendiri, maka keberadaan Seni Dzikir Saman yaitu sebagai kebudayaan dan kesenian islam.


(29)

Ketiga, Dzikir Saman di Desa Ciandur memiliki berbagai macam fungsi di kalangan masyarakat setempat. Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Seni Dzikir Saman yaitu sebagai sarana ritual, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana sosial dan sebagai sarana ekonomi.

B. Saran

Dari pengalaman peneliti ketika berada di lapangan, peneliti hendaknya ingin memberikan saran yang dapat berguna sebagai motivasi kepada pihak-pihak terkait, diantaranya :

1. Bagi masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi, Pandeglang-Banten

Diharapkan Seni Dzikir Saman tetap dipertahankan sebagai ciri khas kesenian tradisional di daerah setempat. Menurut peneliti cara mempertahankannya yaitu dengan lebih banyaknya peran serta masyarakat dalam kesenian ini.

2. Bagi pelaku Seni Dzikir Saman

peneliti mengharapkan adanya inovasi-inovasi terbaru terhadap Seni Dzikir Saman yang telah ada, terutama pada segi gerak, semua itu dimaksudkan agar saat pertunjukan Dzikir Saman berlangsung lebih menarik, tetapi tidak terlepas dari nilai tradisinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berkeinginan mengetahui dan mengenal lebih dalam lagi tentang Seni Dzikir Saman ini khususnya dari segi penyajiannya, dan peneliti ingin memberikan motivasi kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan mengungkap hal-hal yang belum terungkap. Misalnya dapat dikembangkan kembali aspek pendidikan dari masyarakat adat mengenai kesenian yang diturunkan kepada penerusnya sejak dini, serta dapat menjelaskan penyebaran Seni Dzikir Saman di Provinsi Banten, agar pembaca mengetahui mengapa Seni Dzikir Saman tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten.

4. Bagi Akademik

Untuk kalangan akademik agar lebih ditumbuhkan keingintahuan terhadap Seni Dzikir Saman Desa Ciandur, sebagai pengetahuan yang perlu dimiliki oleh para generasi penerus, karena pendokumentasian dalam bentuk penelitian masih


(30)

85

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlihat jarang dan masih perlu digalakan lagi pemberian informasi awal serta lebih memperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi muda. 5. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang

Penulis mengharapkan jajaran kepemerintahan daerah Kabupaten Pandeglang lebih memperkenalkan lagi Seni Dzikir Saman ke dunia luar, terutama di wilayah Provinsi Banten. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan lagi kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Pandeglang terutama Seni Dzikir Saman, karena pada dasarnya masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu Seni Dzikir Saman.


(31)

86

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djajadiningrat, Hoesein. (1983). Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten. Jakarta: Djambatan.

Fakhrudin, Muhammad. (2012). Tiga Pilar Penyebaran Islam di Kesultanan

Banten [Onlinei]. Tersedia : www. Google.co.id [10 Oktober 2013]

Halwany, DN. (2011). Sejarah Islam dan Pra Islam di Banten [Online]. Tersedia: www.google.co.id [10 Oktober 2013]

Kasmahidayat, Yuliawan. (2011). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Kasmahidayat, Yuliawan (Penyunting). (2012). Apresiasi Simbol dalam Seni

Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Munna, Riski Zaqiatull. (2010). Pencak Silat Patingtung pad Padepokan Berru

Sakti di Cilegon-Banten (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Seni

Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

Muttaqin Imamul. (2010). Metode Deskriptif. [Online]. Tersedia :

http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/. [11 Oktober 2012] Nalan, Arthur. Sarjono, agus (editor). (1996). Catatan seni. Bandung : STSI

PRESS.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST UPI.

Nursanti, Intan. (2007). Profil Kecakapan Hidup Tunadaksa Dewasa (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP)

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan Soedarsoeno, RM. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era

Globalisasi.Yogykarta : Gadjah Mada University Press

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(32)

87

Atrin Suryatin, 2013

Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumaryono. Suanda, Endo. (2006). Tari Tontonan Buku Pelajaran Kesenian

Nusantara. Jakarta : Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Sukrianto,Uki. (2012). Langkah-langkah Umum Dalam Metode. [Online].

Tersedia : http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/03/langkah-langkah-umum-dalam-metode.html [11 Oktober 2012]

Sumardjo,Jakob. (2000). Fislasafat Seni. Bandung : ITB.

Taryani, Yani. (2007). Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat

kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis (Skripsi). Bandung :

Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Penyusun Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Banten. (2003).

Profil Seni Budaya Banten.

. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html

http://banten.bpk .go.i.../2009716petaBANTEN.jpg ://3.bp.blogspot.c....400/KAB/PANDEGLANG.jpg tthp://www.bing.com/maps/


(1)

Setelah menyusun proposal, kemudian melakukan survai langsung ke lapangan, hal bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data awal dari penelitian.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari sumber=sumber yang akurat, seprti buku, jurnal, skripsi, dan internet kemudian melakukan observasi dan wawancara pada narasumber yang mengetahui tantang objek penelitian yaitu Seni Dzikir Saman.

5. Peyusunan Laporan

Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggung jawabkan pada saat ujian sidang.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Pertama, Seni Dzikir Saman adalah salah satu warisan budaya tradisional yang lahir dan berkembang di masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten. Seni Dzikir Saman ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke XVIII pada masa kesultanan Banten (Sultan Hasanudin), yang di bawakan oleh para ulama dalam penyebaran agama islam di wilayah Banten, sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal), yang pada mulanya dilakukan dengan cara khidmat dalam bentu dzikir. Kemudian dikenalkan ke wilayah Kecamatan Saketi kisaran tahun 1980-an oleh Bapak Sarka Affandi. Seni Dzikir Saman yang diajarkan oleh beliau pada masyarakat, masih sederhana dalam segi geraknya. Namun setelah digantikan oleh Bapak H. Lukman, Dzikir Saman mengalami perkembangan dari segi geraknya, hal ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar lebih mengapresiasi Dzikir Saman. Seni Dzikir Saman pada masa kini, lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan membuktikan bahwa Seni Dzikir Saman pada masa kini, sudah lebih maju, variatif dan modern.

Kedua, dalam penyajiannya, sehari sebelum dilaksanakannya Seni Dzikir Saman, pemain mengunjungi pemakaman leluhur mereka dan disertai dengan membakar kemenyan, ini ditujukan hanya sebagai penghormatan dan meminta agar pada saat Seni Dzikir Saman berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Selain itu, dalam penyajiannya, Dzikir Saman di bagi ke dalam tiga babakan, yaitu babakan dzikir, babakan asroqol dan babakan saman. Sebelum akhir dari penyajian Dzikir Saman, semua pemain mengadakan doa bersama, yang dipimpin oleh seorang yang di tuakan oleh perkumpulan itu sendiri, maka keberadaan Seni Dzikir Saman yaitu sebagai kebudayaan dan kesenian islam.


(3)

Ketiga, Dzikir Saman di Desa Ciandur memiliki berbagai macam fungsi di kalangan masyarakat setempat. Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Seni Dzikir Saman yaitu sebagai sarana ritual, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana sosial dan sebagai sarana ekonomi.

B. Saran

Dari pengalaman peneliti ketika berada di lapangan, peneliti hendaknya ingin memberikan saran yang dapat berguna sebagai motivasi kepada pihak-pihak terkait, diantaranya :

1. Bagi masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi, Pandeglang-Banten

Diharapkan Seni Dzikir Saman tetap dipertahankan sebagai ciri khas kesenian tradisional di daerah setempat. Menurut peneliti cara mempertahankannya yaitu dengan lebih banyaknya peran serta masyarakat dalam kesenian ini.

2. Bagi pelaku Seni Dzikir Saman

peneliti mengharapkan adanya inovasi-inovasi terbaru terhadap Seni Dzikir Saman yang telah ada, terutama pada segi gerak, semua itu dimaksudkan agar saat pertunjukan Dzikir Saman berlangsung lebih menarik, tetapi tidak terlepas dari nilai tradisinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berkeinginan mengetahui dan mengenal lebih dalam lagi tentang Seni Dzikir Saman ini khususnya dari segi penyajiannya, dan peneliti ingin memberikan motivasi kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan mengungkap hal-hal yang belum terungkap. Misalnya dapat dikembangkan kembali aspek pendidikan dari masyarakat adat mengenai kesenian yang diturunkan kepada penerusnya sejak dini, serta dapat menjelaskan penyebaran Seni Dzikir Saman di Provinsi Banten, agar pembaca mengetahui mengapa Seni Dzikir Saman tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten.

4. Bagi Akademik

Untuk kalangan akademik agar lebih ditumbuhkan keingintahuan terhadap Seni Dzikir Saman Desa Ciandur, sebagai pengetahuan yang perlu dimiliki oleh para generasi penerus, karena pendokumentasian dalam bentuk penelitian masih


(4)

terlihat jarang dan masih perlu digalakan lagi pemberian informasi awal serta lebih memperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi muda. 5. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang

Penulis mengharapkan jajaran kepemerintahan daerah Kabupaten Pandeglang lebih memperkenalkan lagi Seni Dzikir Saman ke dunia luar, terutama di wilayah Provinsi Banten. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan lagi kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Pandeglang terutama Seni Dzikir Saman, karena pada dasarnya masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu Seni Dzikir Saman.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djajadiningrat, Hoesein. (1983). Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten. Jakarta: Djambatan.

Fakhrudin, Muhammad. (2012). Tiga Pilar Penyebaran Islam di Kesultanan

Banten [Onlinei]. Tersedia : www. Google.co.id [10 Oktober 2013]

Halwany, DN. (2011). Sejarah Islam dan Pra Islam di Banten [Online]. Tersedia: www.google.co.id [10 Oktober 2013]

Kasmahidayat, Yuliawan. (2011). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Kasmahidayat, Yuliawan (Penyunting). (2012). Apresiasi Simbol dalam Seni

Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Munna, Riski Zaqiatull. (2010). Pencak Silat Patingtung pad Padepokan Berru

Sakti di Cilegon-Banten (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Seni

Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

Muttaqin Imamul. (2010). Metode Deskriptif. [Online]. Tersedia :

http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/. [11 Oktober 2012] Nalan, Arthur. Sarjono, agus (editor). (1996). Catatan seni. Bandung : STSI

PRESS.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST UPI.

Nursanti, Intan. (2007). Profil Kecakapan Hidup Tunadaksa Dewasa (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP)

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan Soedarsoeno, RM. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era

Globalisasi.Yogykarta : Gadjah Mada University Press

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(6)

Sumaryono. Suanda, Endo. (2006). Tari Tontonan Buku Pelajaran Kesenian

Nusantara. Jakarta : Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. Sukrianto,Uki. (2012). Langkah-langkah Umum Dalam Metode. [Online].

Tersedia : http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/03/langkah-langkah-umum-dalam-metode.html [11 Oktober 2012]

Sumardjo,Jakob. (2000). Fislasafat Seni. Bandung : ITB.

Taryani, Yani. (2007). Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat

kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis (Skripsi). Bandung :

Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Penyusun Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Banten. (2003).

Profil Seni Budaya Banten.

. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html

http://banten.bpk .go.i.../2009716petaBANTEN.jpg ://3.bp.blogspot.c....400/KAB/PANDEGLANG.jpg tthp://www.bing.com/maps/