STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

  

STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA

TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA

DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN

LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

llmu Sosial dan Politik Pada Konsentrasi Ilmu Humas

  

Program Study Ilmu Komunikasi

Oleh :

Rizqi Nahria Farhani

  

NIM: 6662090288

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

Lembar Persembahan

“Jangan sia-siakan waktu, walaupun hanya sedetik bisa mengubah jalan hidup

kita”

( Rizqi Nahria Farhani)

  

Skripsi ini saya persembahkan buat kedua orang tuaku, terima kasih buat

segalanya. Maafkan anakmu ini yang banyak merepotkan mamah dan bapak.

  

Semoga suatu saat nanti bisa membuat kalian bangga.

  

ABSTRAK

  RIZQI NAHRIA FARHANI. NIM. 6662090288/2015 STEREOTIP

  

MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG

TELUK DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN

LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN.

  Kampung Nelayan terletak di Desa Teluk Kecamatan Labuan. Terdapat dua suku yang menetap dan tinggal di Kampung Nelayan Teluk. Suku sunda merupakan suku pribumi dan suku Jawa merupakan pendatang. Perbedaan suku menimbulkan perbedaan budaya dan bahasa dalam berkomunikasi. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses komunikasi antarbudaya di Kampung Nelayan Teluk. Setiap individu memiliki persepsi dan penilaian yang berbeda terhadap suku lain sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menggambarkan penilaian masyarakat Sunda terhadap sifat masyarakat Jawa dan reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Karena peneliti berupaya menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat Sunda terhadap Masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara. Narasumber penelitian ini adalah masyarakat suku Sunda Kampung Nelayan Teluk. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Sunda menilai masyarakat Jawa memiliki kebiasaan Jorok, tetapi masyarakat jawa memiliki semangat bekerja yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat Sunda. Cara berkomunikasi masyarakat Jawa yang tetap menggunakan bahasa Jawa tidak menjadi halangan dalam berkomunikasi. mereka saling mengerti bahasa masing-masing suku. Masyarakat Sunda sangat terbuka dan tidak membatasi dalam berkomunikasi dengan masyarakat Jawa. Masyarakat Sunda menerima kehadiran masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Teluk.

  Kata Kunci: Stereotip, Masyarakat Kampung Nelayan

  

ABSTRACT

  RIZQI NAHRIA FARHANI. NIM. 6662090288/2015 THE STEREOTIP OF

  

SUNDANESE COMMUNITY TOWARDS NEW COMER COMMUNITY IN

NELAYAN VILLAGE TELUK SUB DISTRICT LABUAN DISTRICT

PANDEGLANG REGENCY BANTEN PROVINCE”

  Nelayan Village is situated in Teluk Sub District, Labuan District, Pndeglang Regency. There are two tribes that live there. Sundanese tribe is the native ethnic group and Javanese ethnic is the foreign descent. The difference of ethnic group in community arouse different cultures and language in their communication. These problems will influence the process of cross culture communication in that village. Every person (individual) has different perception and assessment towards the different tribe base on what they are experienced in their daily live.

  The purpose of this research is to know, to understand and to describe Sundanese Community assessment towards Javanese community, and also the the reaction of Sundanese Community towards the way of how Javanese community make communication. This research uses descriptive qualitative method. This method is used because this research describes how the perception of Sundanese ethnic towards Javanese community as foreign descent in Nelayan village, Teluk sub district, Labuan district. The data collection technique is derived from observation and interview. The informants of this research are Sundanese ethnic community that live in Nelayan village.

  The result of this research show that Sundanese ethnic assess Javanese ethnic community have dirty habit but they have high work spirit compared to Sundanese ethnic community. It is no problem when they make communication they use their own language. They understand each other. The Sundanese ethnic always open minded and no limited in making communication with Javanese ethnic. The Sundanese welcome Javanese ethnic as foreign descent in Nelayan illage.

  Key words : Stereotip, Nelayan Village Community

  KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ilahirobbi yang Maha menguasai ilmu pengetahuan, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan skripsi dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang

  

Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten

Pandeglang Banten” ini sangat peneliti harapkan.

  Disamping itu skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:

  1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos M.Si selaku Dekan FakultasI lmuSosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 2 dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Muhammad Jaiz selaku Dosen Pembimbing skripsi 1 yang memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Kedua orang tua Bapak Drs. Engkos Kosasih M.M.Pd dan Ibu Juju Juariah, serta Kakak dan kakak ipar Achmad Jalaluddin ST dan Inggrid Kartikasari S.Kep yang terus memberikan semangat dan do‟a kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Teman-teman seperjuangan Ilmu komunikasi 2009 yang telah memberikan kenangan indah ketika menimba ilmu di UNTIRTA. Terima kasih untuk kalian semua

  7. Buat teman-teman KABEJA M. Taufik, Mimip, Dede, dan semuanya terima kasih atas pengertian dan dukungannya buat penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

  8. Terimakasih juga buat teman kost, Iskandar, Sirojudin, Kemong, Budi, Megi, Oscar kalian telah banyak memberi kenangan di setiap harinya.

  Semoga kita semua sukses. Amiin ..

  9. Buat Axis FC kalian sahabat terbaiku, semoga kita semua sukses selalu dan selalu menjaga silaturahmi.

  10. Teman-teman Milanisti Pandeglang, Milanisti Labuan terimakasih atas dukungan dan do‟anya. Forza Milan!!!!

  11. Yang terakhir buat seseorang yang telah lama hadir yang sangat spesial bagi penulis, terima kasih telah memberikan semangat kembali dalam penyelesaian skripsi ini dan do‟a bagi penulis. Terima kasih buat semuanya, semoga apa yang kita bicarakan dapat terkabul. Amiiin Terimakasih untuk segalanya, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis dan pihak lain.

  Labuan, November 2015 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

  LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT

Kata Pengantar .................................................................................................... vi

Daftar Isi .............................................................................................................. ix

Daftar Tabel .......................................................................................................... xi

Daftar Gambar .................................................................................................... xii

Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii

  

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

  1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6

  1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

  1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian .................................................................. 6

  1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6

  1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 7

  

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 8

  2.1 Komunikasi ....................................................................................................... 8

  2.2 Komunikasi Antarbudaya................................................................................ 10

  2.2.1 Unsur Kebudayaan ............................................................................... 13

  2.2.2 Proses Komunikasi Antar Budaya ........................................................ 17

  2.2.3 Unsur-unsur Proses Komunikasi Antarbudaya .................................... 20

  2.3 Hambatan Komunikasi .................................................................................... 25

  2.4 Etnis Sunda, Jawa ........................................................................................... 29

  2.5 Persepsi ........................................................................................................... 30

  2.6 Teori Kognitif.................................................................................................. 39

  2.6.1 Kategorisasi atau Penggolongan ........................................................... 39

  2.7 Kerangka Berfikir............................................................................................ 43

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 47

  3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 47

  3.2 Informan Penelitian ........................................................................................ 50

  3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 52

  3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 55

  3.5 Uji Validitas ................................................................................................... 57

  3.6 Waktu dan Tempat Penelian .......................................................................... 58

  

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 60

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................. 60

  4.2 Deskripsi Data ................................................................................................ 64

  4.3 Hasil Penelitian .............................................................................................. 66

  4.3.1 Penilaian Masyarakat Sunda Terhadap Sifat Masyarakat Pendatang Jawa ................................................................................................................ 68

  4.3.2 Reaksi Masyarakat Sunda Terhadap Cara Berkomunikasi Masyarakat Pendatang Jawa .............................................................................................. 73

  4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................................... 85

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 91

  5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 91

  5.2 Saran ................................................................................................................ 93

  

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96

LAMPIRAN ......................................................................................................... 98

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................................. 59

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Komunikasi Antarbudaya .................................................... 20Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .............................................................................. 45

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Hasil Wawancara Lampiran 3 : Dokumentasi Lampiran 4 : Surat Keterangan Lampiran 4 : Curriculum Vitae

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Labuan merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Pandeglang. Letak geografis Labuan berada di ujung barat pulau jawa yang berbatasan langsung dengan selat sunda. Labuan merupakan tempat yang strategis karena sebagai lalu lintas tempat wisata yang ada di Pandeglang. Tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Pandeglang sebagian besar terdapat di pesisir pantai.

  Letak yang strategis itu menjadikan Labuan sebagai salah satu pusat perkonomian dan pusat perikanan Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut mengakibatkan Labuan sebagai Kecamatan dengan sebaran penduduk terpadat di Kabupaten Pandeglang. Sebaran penduduk yang padat tersebut menjadi bukti bahwa Labuan merupakan salah satu pusat perekonomian di Kabupaten Pandeglang.

  Dari beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Labuan, Desa Teluk merupakan Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi setelah Desa Labuan. Desa Teluk merupakan pusat perikanan di Kecamatan Labuan karena terdapat beberapa tempat Pelelangan ikan. Aktifitas yang berlangsung di tempat pelelangan ikan Desa teluk terjadi selama 24 jam sehingga selalu ada interaksi di lingkungan tempat pelelangan ikan.

  Pelelangan ikan di Desa Teluk berada di perkampungan Nelayan. Sebagian besar penduduk Kampung Nelayan berprofesi sebagai Nelayan dan berdagang. Masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Teluk merupakan penduduk asli Pandeglang dan masyarakat pendatang suku jawa yang telah lama menetap di Kampung Nelayan Teluk. Maka dari itu, Terdapat dua suku yang menetap di Kampung Nelayan Desa Teluk.

  Setiap suku mempunyai budaya yang berbeda dengan suku lainnya. Perbedaan yang dapat terlihat secara langsung adalah perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan identitas dari setiap suku yang hanya dimengerti oleh suku tersebut. Dengan adanya dua suku yang berbeda, di Kampung Nelayan Teluk terdapat dua bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Perbedaan bahasa dalam berkomunikasi menyulitkan masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berinteraksi dengan suku lain.

  Dialek, makna, ekspresi dalam berbicara setiap suku akan berbeda dengan suku lain. Diperlukan kemampuan penyampaian bahasa yang baik dalam komunikasi antar suku. Komunikasi akan efektif jika terdapat persamaan makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

  Umpan balik dalam berkomunikasi antar suku dapat diketahui langsung oleh komunikator dan komunikan. Umpan balik merupakan reaksi dari komunikan dalam menanggapi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan dan komunikator harus memperhatikan umpan balik dari lawan bicara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.

  Di Kampung Nelayan Teluk, faktor lingkungan dapat menjadi gangguan dalam proses komunikasi. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu proses komunikasi misalnya suara ombak dan perahu nelayan. Suara ombak dan perahu akan mengganggu jalannya komunikasi di Kampung Nelayan Teluk karena suara tersebut akan memecah konsentrasi komunikator dan komunikan ketika melakukan komunikasi.

  Terjadi perbedaan intensitas dalam berkomunikasi di Kampung Nelayan Teluk. Masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berkomunikasi dengan sesama suku akan lebih intens dibandingkan dengan masyarakat dari suku lain. Masyarakat Teluk lebih menyukai berkomunikasi dengan sesama suku karena terdapat kesamaan bahasa danpengalaman sehingga dalam penyampaian pesan terdapat kesamaan makna.

  Dalam proses komunikasi antar suku di Kampung Nelayan Teluk, hambatan dalam berkomunikasi akan muncul jika terdapat salah satu suku merasa lebih baik dibandingkan dengan suku lain. Sikap tersebut merupakan sikap etnosentris karena memandang budayanya dinilai yang terbaik dibandingkan dengan budaya lain. Sikap etnosentis akan selalu muncul dalam lingkungan masyarakat yang terdiri dari beberapa suku.

  Suku pendatang Jawa telah bertahun-tahun datang ke Kampung Nelayan Teluk. sehingga penduduk suku jawa terus bertambah karena mereka berkeluarga dan memiliki keturunan. Secara alamiah masyarakat pendatang Jawa menjadi lebih mendominasi dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Dapat dilihat dari masyarakat Nelayan dan pedagang yang terdapat di sekitar pelelangan ikan mayoritas berasal dari suku Jawa. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan pelelangan ikan juga sudah mulai didominasi oleh bahasa jawa.

  Intensitas yang terbatas dalam berkomunikasi antar suku rentan muncul konflik dan menimbulkan adanya jarak antara masyarakat Sunda Kampung Nelanyan Teluk dengan masyarakat jawa. Setiap suku akan menebak-nebak sikap suku lain, sehingga akan muncul persepsi dari kedua suku. Persepsi merupakan tindakan dalam menafsirkan sesuatu. Sikap saling tidak terbuka antar suku akan menimbulkan persepsi yang tidak baik.

  Prasangka sosial akan muncul ketika terjadi kesenjangan jarak antara kedua suku.

  Persepsi merupakan proses pemaknaan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh alat indera. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek tergantung makna apa yang mereka rasakan. Begitu juga dengan persepsi setiap masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa di Kampung nelayan akan berbeda satu dengan yang lainnya.

  Persepsi sangat penting karena sebagai inti dari komunikasi, karena jika persepsi tidak benar maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.

  Persepsi akan menentukan pesan apa yang dipilih dan pesan apa yang diabaikan. Semakin banyak kesamaan persepsi setiap individu maka akan semakin mudah dan sering mereka berkomunikasi. Sebaliknya jika tidak ada kesamaan maka akan terbentuk kelompok-kelompok dalam berkomunikasi.

  Dengan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang komunikasi antarbudaya di Kampung Nelayan DesaTeluk. Kampung Nelayan Teluk yang memiliki perbedaan suku dan bahasa dalam berkomunikasi menjadi daya tarik utama penulis dalam melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga merasa tertarik dengan bagaimana sikap stereotip masyarakat Sunda terhadap masyarakat pendatang Jawa.

  Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Stereotip Masyarakat Sunda Terhadap

  Masyarakat Pendatang Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten”.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Stereotip Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang

  Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten?”.

  1.3 Identifikasi Masalah

  Bertolak dari persoalan sebagaimana disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti perihal stereotip masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana penilaian masyarakat suku Sunda terhadap sifat masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

  2. Bagaimana reaksi masyarakat suku Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat Jawa Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Agar penelitian ini terarah, maka penulis menentukan tujuan penelitian terlebih dahulu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Mengetahui penilaian masyarakat Suku Sunda terhadap sifat masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan.

  2. Mengetahui reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

  1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang kajian komunikasi antarbudaya.

  Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang akan melakukan penelitian dengan kajian yang sama yaitu komunikasi antarbudaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat Kampung Nelayan DesaTeluk tentang cara berkomunikasi yang efektif guna menjaga keharmonisan antarbudaya. Penelitian ini juga bermanfaat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam bidang ilmu komunikasi.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Komunikasi

  Istilah komunikasi berasal dari kata latin yaitu communication, dan 1 bersumber dari kata communis yang berarti sama . Maksud dari sama tersebut adalah ketika suatu pesan disampaikan oleh narasumber atau komunikator akan sama dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Komunikasi antara komunikan dengan komunikator akan terus berlangsung selama ada persamaan makna.

  Komunikasi adalah produksi dan pertukaran informasi dan makna (meaning) tertentu dengan menggunakan tanda atau simbol. Komunikasi meliputi proses encoding pesan yang akan dikirimkan, dan proses decoding terhadap pesan yang diterima, dan melakukan sintesis terhadap informasi dan makna. Komunikasi dapat terjadi pada semua level pengalaman manusia dan merupakan cara terbaik untuk memahami perilaku manusia dalam perubahan 2 perilaku antar individu, komunitas, organisasi, dan penduduk umumnya .

  Carl I. Hovland berpendapat bahwa komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi

  3

  serta pembentukan pendapat dan sikap . Dari definisi yang disampaikan oleh Hovland, Hovelan menunjukan bahwa yang dijadikan sebagai objek ilmu 1 komunikasi tidak hanya penyampaian informasi semata, tetapi pembentukan 2 Prof. Onong Uchjana Efendi“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” 2006, hal 9

  pendapat umum dan sikap publik dalam kehidupan sosial dan politik memainkan peran yang sangat penting. Hovelan secara khusus mendefinisikan komunikasi yaitu proses mengubah prilaku orang lain.

  Wilbur Schramm juga mengungkapkan pendapatnya mengenai komunikasi yang tertuang dalam karyanya, Communication Research in the

  United States. Dia menyatakan bahwa komunikasi akan berjalan dengan

  baik/berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah dilakukan 4 oleh komunikator .

  Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi individu, relasi, kelompok, organisasi dan masyarakat, dia merupakan garis yang menghubungkan manusia dengan dunia, bagaimana manusia membuat kesan tentang dan kepada orang lain. Karena itu, jika manusia tidak berkomunikasi maka dia tidak dapat menciptakan dan memelihara relasi dengan sesama dalam kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi memungkinkan manusia mengkoordinasikan semua kebutuhannya dengan dan bersama orang 5 lain (Ruben & Stewart, 1998) .

  A. Peran dan Fungsi Komunikasi Peranan utama komunikasi adalah menghubungkan bahwa komunikasi bukan merupakan koneksi yang pasif, komunikasi berperan 4 dalam suatu proses yang menghubungkan fungsi beberapa bagian yang terpisah atau yang berbeda dalam suatu sistem bersama. Selain itu, peran komunikasi untuk menjelaskan apa yang terjadi. Kita tidak dapat memahami komunikasi hanya dengan mendengar apa kita dengar, kita akan dapat memahami komunikasi ini secara lengkap setelah mengerti penjelasan tentang hubungan antara apa yang dilihat dan didengar dengan 6 lingkungan sekelilingnya .

  Komunikasi dapat memuaskan kehidupan manusia manakala semua kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial, dan praktis dapat tercapai (Adler & Rodman,2003). Secara umum, ada empat kategori utama komunikasi, yaitu: (1) fungsi informasi; (2) fungsi instruksi; (3) persuasif; dan (4) fungsi menghibur. Apabila empat fungsi utama ini diperluas, maka akan ditemukan dua fungsi lain, yakni: (1) fungsi pribadi, dan (2) fungsi sosial. Fungsi pribadi komunikasi diperinci ke dalam fungsi: (1) menyatakan identitas sosial; (2) integrasi sosial; (3) kognitif; (4) fungsi melepaskan diri/jalan keluar. Adapun fungsi sosial terperinci atas fungsi: (1) fungsi pengawasan; (2) menghubungkan/menjembatani; (3) sosialisasi; dan (4) menghibur.

2.2 Komunikasi Antarbudaya

  Komunikasi antarbudaya terjadi bila komunikator adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan/komunikator merupakan anggota suatu budaya lain. Pada komunikasi tersebut selalu muncul suatu masalah dimana suatu pesan yang disampaikan dalam suatu budaya kemudian harus disandi kembali kedalam budaya lain. Proses penyandian pesan kembali ini rentan terhadap konflik dan bisa menghambat proses komunikasi jika pada proses penyandian tersebut memiliki perbedaan makna.

  Komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Komunikasi yang dilakukan berbeda latar belakang budaya dengan perbedaan bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi ini disebut komunikasi antar budaya.

  Dikarenakan definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan” dalam beberapa 7 definisi komunikasi di atas .

  Komunikasi Antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut:

  1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budayanya.

  2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.

  3. Komunikasi antarbudava merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atauhiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metodelainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

  4. Komunikasi antarbudaya adalah pcngalihan informasi dariseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.

  5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

  6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal darilatar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.

  7. Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau 8 bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.

  Dari pernyataan komunikasi antar budaya tersebut, komunikasi antar budaya pada dasarnya memiliki persamaan dengan komunikasi pada umumnya. Yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan komunikasi lain hanya terletak dari latar belakang budaya pelaku komunikasi.

  Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka kita mengenal beberapa asumsi, yaitu: a. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.

  b. Dalam komunikasi antarbudaya terkanduk isi dan relasi antarpribadi. c. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi.

  d. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.

  e. Komunikasi berpusat pada kebudayaan. 9 f. Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antar budaya.

  Liliweri mengatakan bahwa komunikasi antar budaya memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi karena:

  1 Secara teoritis memindahkan focus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang dibandingkan.

  2 Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.

  3 Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.

  4 Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi 10 perilaku.

2.2.1 Unsur Kebudayaan

  Unsur kebudayaan universal dapat diartikan sebagai pemahaman yang lebih jelas mengenai kebudayaan secara keseluruhan karena pembahasan tentang kebudayaan sangat kompleks dan luas. Sehingga terdapat 7 unsur kebudayaan untuk lebih memudahkan kita memahami kebudayaan. Koentjaraningrat menerangkan bahwa terdapat unsur-unsur kebudayaan universal 9 seperti berikut: a. Sistem Upacara Keagamaan Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut.

  Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dari kelima agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang berbeda-beda. Akan tetapi untuk masyarakat yang tinggal dikota upacara keagamaan sepertinya sudah tidak dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja. Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan upacara keagamaan tersebut.

  b. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak.

  Terdapat masyarakat Jawa, Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari macam-macam kebudayaan tersebut, perlu ditanamkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi dengan rukun. Di Indonesia banyak terdapat kebudayaan yang harus di lestarikan bersama. Jangan kita saling bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan lain, karena itu sama saja kita memecahbelahkan kebudayaan yang sudah ditanam oleh leluhur sebelumnya. c. Bahasa Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya. Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasa tersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidak hanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasa dari negri Indonesia pun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia.

  d. Sistem Pengetahuan Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan perundang- undangan, pemerintahaan/politik dsb. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinya karena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.

  e. Kesenian Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian.

  Banyak hal yang bisa kita pelajari mengenai kesenian.

  Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang dimiliki setiap daerah maupun setiap negara. Misalnya untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahui dan mencari musik yang khas dari setiap daerah maupun negara. Contohnya lagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang berasal dari Kalimantan Selatan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

  f. Sistem Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karena bermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaum pegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya.

  Hal tersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencaharian sebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermata pencaharian sebagai pegawai kantoran.

  g. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin banyaknya masyarakat yang hidup modern. Teknologi sangat diperlukan akan tetapi tidak untuk melakukan 11 perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku.

2.2.2 Proses Komunikasi Antarbudaya

  Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yaitu proses yang interaktif dan transaksional secara dinamis.

  Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada pada tahap rendah (Wahlstrom,1992). Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah 12 memasuki tahap transaksional (Hybels dan Sandra,1992) .

  Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni; (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa komunikasi mengikuti seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang akan dating; (3) partisipan dalam komunikasi 13 antarbudaya menjalankan peran tertentu .

  Fajar mengatakan bahwa karakteristik komunikasi sebagai suatu proses dapat dikelompokkan ke dalam berbagai prinsip: 12 10:35 AM a. Tidak terelakkan Dalam banayak hal kita sering berkomunikasi tanpa tujuan atau dipikirkan terlebih dahulu. Ketika kita berada di kerumunan orang- orang pasti kita akan memandang atau memberi tanggapan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita.

  b. Tidak dapat diubah Sesuatu yang sudah kita komunikasikan, tidak bisa diubah. Untuk itu kita perlu hati-hati untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain. Hindari pernyataan maaf karena kata-kata yang telah kita lontarkan, terlebih-lebih dalam situasi konflik dengan suasana tegang.

  c. Mempunyai dimensi isi dan hubungan Dalam pengertian ini komunikasi menunjuk pada isi dan hubungan di antara para pelakunya.

  d. Melibatkan proses penyesuaian Komunikasi bisa berlangsung apabila saling memberi sistem sinyal yang sama. Sebaliknya, komunikasi menjadi kurang lancar apabila para pelakunya mempunyai sistem sinyal yang berbeda-beda. Hal ini terlihat jelas bila dua orang dengan bahasa berbeda saling berkomunikasi. Mungkin mereka akan mengalami kesulitan untuk bisa saling memahami pesan yang dikomunikasikan. Namun demikian, pada kenyataannya tidak ada dua orang yang memberisistem sinyal yang persis sama. Perbedaan budaya dan sub-budaya, bahkan bila kita menggunakan bahasa umum, seringkali mempunyai sistem komunikasi non verbal yang berbeda. Semakin luas perbedaan sistem-sistem ini, maka komunikasi akan semakin sulit terjadi. Prinsip ini menekankan bahwa melalui komunikasi kita belajar sinyal-sinyal orang lain, komunikasi melibatkan setiap pelaku untuk saling menyesuaikan diri.

  e. Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan saling melengkapi.

  Dalam hubungan simetrik, perilaku seseorang bercermin pada perilaku orang lain. Perilaku seseorang akan ditanggapi dengan perilaku yang sama. Hubungan ini merupakan kesamaan untuk mengurangi perbedaan di antara dua orang.

  Dalam hubungan yang komplementer atau salaing melengkapi, dua orang menggunakan perilaku yang berbeda. Dalam hubungan ini, perbedaan-perbedaan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi ditingkatkan. Hubungan yang bersifat komplementer ini penting bagi anggota-anggota yang menduduki posisi berbeda. Pada waktunya hubungan demikian dapat dibentuk oleh budaya 14 .

14 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Jakarta, Graha Ilmu: 2009). Hal. 83-84

2.2.3 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

  A. Komunikator Komunikator adalah pihak yang memprakarsai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antar budaya seorang komunikator berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dengan komunikan.

  Gambar 2.1

  Gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi antar budaya memiliki ciri komunikan dan komunikator berbeda latar belakang budaya.

  B. Komunikan Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan /sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator) 15 . Sama halnya seperti komunikator, komunikan memiliki latar belakang budaya tersendiri

  Dalam komunikasi antar budaya, komunikator dan komunikan diharapkan mempunyai perhatian penuh untuk merespon dan menterjemahkan pesan. Tujuan komunikasi akan tercapai jika komunikan menerima dan memahami makna pesan

  Komunikator Budaya A

  Komunikan Budaya B yang dsampaikan komunikator, memperhatikan (attention) serta menerima pesan secara menyeluruh (comprehension). Ini adalah aspek penting yang berkaitan dengan cara bagaimana seorang komunikator dan komunikan mencapai sukses dalam pertukaran pesan.

  Yang dimaksud dengan attention adalah proses awal dari seorang komunikan memulai mendengarkan pesan, menonton atau membaca pesan itu. Seorang komunikator berusaha agar pesan itu diterima sehingga seperangkat pesan tersebut perlu mendapat perlakuan agar menarik perhatian. Sedangkan yang dmaksud dengan comprehension meliputi cara penggambaran secara lengkap 16 sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh komunikan .

  Acapkali seorang komunikan ketika memperhatikan atau memahami isi pesan sangat tergantung dari tiga bentuk pemahaman, yakni: (1) kognitif, komunikan menerima isi pesan sebagai sesuatu yang benar; (2) afektif, komunikan percaya bahwa pesan itu tidak hanya benar tetapi baik dan disukai; (3) overt action atau tindakan nyata, dimana seorang komunikan percaya atas pesan yang benar dan baik sehingga mendorong tindakan yang tepat. Jadi sorang komunikan dapat berbuat sesuatu untuk memisahkan isi dan perlakuan pesan hanya karena pesan yang diterima itu mengandung 17 16 attention dan comprehension . C. Pesan /symbol Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dakam bentuk simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non verbal yang diperagakan melalui gerak gerik tubuh / anggota tubuh, warna, artifak, gambar, pakaian, dan lain-lain yang semuanya harus 18 dipahami secara konotatif .

  Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan. Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek utama: content dan treatment, yaitu isi dan perlakuan. Isi pesan meliputi aspek daya tarik pesan, misalnya kebaruan, kontroversi, argumentatif, rasional, bahkan emosional.

  D. Media Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media. Akan tetapi kadang-kadang pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap muka.

  Para ilmuan sosial menyepakati dua tipe saluran; (1) sensory channel atau saluran sensoris, yakni saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indra, yaitu mata, telinga, tangan, hidung, dan lidah. lima saluran snsoris itu adalah cahaya, bunyi, perabaan, pembauan, dan rasa. (2) institutionalized means, atau saluran yang sangat dikenal dan digunakan manusia, misalnya percakapan tatap muka, material 19 cetakan dan media elektronik .

  E. Efek atau umpan balik Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan kepada komunikator atas pesan-pesan yqng telah disampaikan.

  Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya maka komunikator ran komunikan tidak bisa memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan 20 tersebut .

  Dalam komunikasi antarbudaya tatap muka, umpan balik lebih mudah diterima.Komunikator dapat mengetahui secara langsung apakah serangkaian pesan itu dapat diterima oleh komunikan atau tidak.Komunikator dapat mengatakan sesuatu secara langsung jika komunikan kurang memberikan perhatian atas pesan yang disampaikan.Reaksi komunikan dapat diungkapkan

  19 secara langsung melalui kata-kata dan pesan nonverbal apakah menerima, mengerti bahkan menolak pesan dari komunikator.

  F. Suasana (setting dan context) Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication, yakni tempat (ruang, space) dan waktu (time) serta suasana (sosial, psikologis) ketika komunikasi antarbudaya berlangsung. Suasana itu berkaitan dengan waktu (jangka pendek/ panjang,jam/ hari/ minggu/bulan/ tahun) yang tepat untuk bertemu/ berkomunikasi, sedangkan tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk berkomunikasi, kualitas relasi (formalitas, informalitas) yang 21 . berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya

  G. Gangguan ( noise atau interference) Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah sgala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, yang paling fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya.Gangguan menghambat komunikan menerima pesan dan sumber pesan.Gangguan (noise) dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan itu dapat bersumber dari unsur-unsur komunikasi, misalnya komunikator, komunikator, komunikan, pesan, media/saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan 22 makna yang sama atas pesan .