Pola Kuman Abses Leher Dalam.

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Pola Kuman Abses Leher Dalam
Novialdi, M. Rusli Pulungan
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang

Abstr ak
Latar belakang:. Penatalaksanaan abses leher dalam memer lukan pember ian antibiotik secara empiris sebelum
didapatkan hasil kultur dan uji kepekaan. Antibiotik ini diberikan ber dasar kan pola kuman penyebab abses leher dalam.
Tujuan: Mengetahui pola kuman penyebab abses leher dalam dan kepekaannya terhadap antibiotik. Tinjauan Pustaka:
Abses leher dalam pada umumnya disebabkan oleh campuran beberapa kuman. Kuman penyebab abses leher dalam dapat
ber upa kuman aer ob, anaer ob maupun fakultatif anaerob. Pemilihan antibiotik ber dasar kan hasil kultur dan uji kepekaan
antibiotik ter hadap kuman penyebab. Kesimpulan: Kuman penyebab abses leher dalam adalah campuran kuman aer ob dan
anaer ob. Kuman aer ob yang paling dominan adalah stafilokokus dan streptokokus. Kuman anaer ob paling banyak adalah
kuman gram negatif anaerob. Antibiotik ceforazone, cefor azone sulbactam, moxyfloxacine, dan ceftr iaxone masih sensitif
ter hadap kuman aer ob penyebab abses leher dalam. Metr onidazole dan klindamisin sensitif terhadap kuman anaerob gr am
negatif.
Kata Kunci: Abses leher dalam, campuran beberapa kuman, pola kuman.

Absract
Background: Management of deep neck abscess need empir ic ant ibiot ical befor e t he definit e cult ur e and sensit ivit y
t est r esult is available. Ant ibiot ic is given based on micr obial pat t er n of deep neck abscess. Purpose: To pr ovide infor mat ion
about bact er ial pat t er n of deep neck abscess and sensit ifit y of bact er ial t o ant ibiot ic. Review: Deep neck abscess is most common
caused by polymicr obial. Aer ob, anaer ob and facult at ive anaer ob bact er ial may be caused of deep neck abscess. To administ er
effect ively ant imicr obial agent t o pat ien, based on cult ur e and sensit ivit y t est. Concolusion: Deep neck abscess bact er ial ar e
mixed aer ob, anaer ob and facult at if anaer ob. Aer ob bact er ial pr edominant ar e st aphylococcus and st r ept ococcus. Anaer ob
bact er ial pr edominant is anaer ob gr am negat ife. Cefor azone, cefor azone sulbact am, moxyfloxacine, and ceft r iaxone ant ibiot ic
st ill sensit ive t o aer ob micr obial deep neck abscess. Met r onidazole and clindamisine ar e st ill sensit ive t o anaer obic gr amnegat if.
Key wor ds: Deep neck abscess, polymicr obial, micr obial pat t er n.

Korespondensi: dr . M. Rusli Pulungan. Email:pulunganmrusli@yahoo.co.id

Pendahuluan
Abses leher dalam adalah ter kumpulnya nanah
(pus) di dalam r uang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalar an dar i ber bagai sumber infeksi,
seper ti gigi, mulut, tenggor ok, sinus paranasal, telinga
dan leher . Gejala dan tanda klinik biasanya ber upa nyeri
dan pembengkakan di r uang leher dalam yang

ter kena.1,2,3,4
Secar a anatomi daer ah potensial leher dalam
mer upakan daer ah yang sangat komplek. Pengetahuan
anatomi fasia dan ruang-r uang potensial leher secara
baik, ser ta penyebab
abses leher dalam mutlak
diper lukan untuk dapat memper kirakan per jalanan
penyebaran
infeksi
dan
penatalaksanaan
yang
adekuat.1,2,3
Tidak ada angka estimasi
yang diper oleh
ter hadap kejadian abses leher dalam.
Namun
diper kir akan bahwa kejadian abses leher dalam menurun
secara bermakna sejak era pemakaian antibiotik.5,6
Disamping itu higiene mulut yang meningkat juga

ber peran dalam hal ini.6 Sebelum era antibiotik, 70%
infeksi leher dalam ber asal dari penyebaran infeksi di
far ing dan tonsil ke parafar ing. Saat ini infeksi leher
dalam lebih banyak berasal dari tonsil pada anak, dan
infeksi gigi pada orang dewasa.4,5

Kuman penyebab abses leher dalam biasanya
ter dir i dar i campuran kuman aer ob, anaer ob maupun
fakultatif anaer ob.1,2,5,6 Asmar dikutip Mur ray dkk,5
mendapatkan kultur dar i abses retr ofar ing 90%
mengandung kuman aer ob, dan 50% pasien ditemukan
kuman anaer ob.
Disamping drainase abses yang optimal,
pemberian antibiotik diper lukan untuk ter api yang
adekuat. Untuk mendapatkan antibiotik yang efektif
ter hadap pasien, diper lukan pemeriksaan kultur kuman
dan uji kepekaan antibiotik terhadap kuman. Namun ini
memer lukan waktu yang cukup lama, sehingga
diper lukan pember ian antibiotik secara empir is. Ber bagai
kepustakaan melaporkan pember ian terapi antibiotik

spektr um luas secara kombinasi. Kombinasi yang
diberikan pun ber variasi.6

Tinjauan Pustaka
Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa r uang
potensial yang dibatasi oleh fasia ser vikal. Fasia ser vikal
dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia
pr ofunda. Kedua fasia ini dipisahkan oleh otot plastima

1

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

yang tipis dan meluas ke anterior leher. Otot platisma
sebelah inferior ber asal dari fasia ser vikal profunda dan
klavikula serta meluas ke superior untuk berinser si di
bagian inferior mandibula.2,5









r uang submandibula
r uang parafar ing
r uang par otis
r uang mastikor
r uang peritonsil
r uang temporalis.

Ruang infr ahioid:

r uang pretrakeal.

Gambar 1. Potongan aksial leher setinggi or ofaring2


Gambar 3. Potongan Sagital Leher 2

Gambar 2. Potongan obliq leher 2
Fasia super fisial ter letak dibawah dermis. Ini
ter masuk sistem muskuloapenour etik, yang meluas mulai
dari epikr anium sampai ke aksila dan dada, dan tidak
ter masuk bagian dari daerah leher dalam. Fasia pr ofunda
mengelilingi daerah leher dalam ter diri dar i 3 lapisan,
yaitu 2,4,7

lapisan superfisial

lapisan tengah

lapisan dalam.

Ruang potensial leher dalam
Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi
r uang yang melibatkan daer ah sepanjang leher , r uang

suprahioid dan ruang infrahioid. 2,5,7
Ruang yang melibatkan sepanjang leher ter diri
dari:

r uang retr ofar ing

r uang bahaya (danger space)

r uang prevertebra.
Ruang suprahioid ter dir i dar i:

Keker apan
Ungkanot dikutip Mur ray dkk 5 mendapatkan
117 anak-anak yang tatalaksana sebagai abses leher
dalam pada rentang waktu 6 tahun. Abses per itonsil 49%,
abses r etr ofaring 22%, abses submandibula 14%, abses
bukkal 11%, abses par afaring 2%, lainnya 2%.
Sakaguchi dkk,8 melapor kan kasus infeksi leher
dalam sebanyak
91 kasus dari tahun 1985 sampai

1994. Rentang usia dar i umur 1-81 tahun, laki-laki
sebanyak 78% dan perempuan 22%. Infeksi peritonsil
paling banyak ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh
parafar ing 8 kasus, submandibula, sublingual dan
submaksila masing-masing 7 kasus dan r etr ofaring
1
kasus.
Huang dkk,9 dalam penelitiannya pada tahun
1997 sampai 2002, menemukan kasus infeksi leher dalam
sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%)
mer upakan kasus ter banyak ke dua setelah abses
parafar ing (38,4), diikuti oleh Ludwig’s angina (12,4%),
par otis (7%) dan retr ofar ing (5,9%).
Yang dkk,6 pada 100 kasus abses leher dalam
yang diteliti April 2001 sampai Oktober 2006
mendapatkan perbandingan antar a laki-laki dan
perempuan 3:2. Lokasi abses lebih dar i satu r uang
potensial 29%. Abses submandibula 35%, parafar ing
20%, mastikator 13%, peritonsil 9%, sublingual 7%,
par otis 3%, infra hyoid 26%, r etr ofaring 13%, r uang

kar otis 11%.
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr . M. Djamil
Padang selama 1 tahun ter akhir (Oktober 2009 sampai
September 2010) didapatkan abses leher dalam sebanyak
33 or ang, abses peritonsil 11 (32%) kasus, abses
submandibula 9 (26%) kasus, abses parafaring 6 (18%)

2

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

kasus, abses retr ofar ing 4 (12%) kasus, abses mastikator
3(9%) kasus, abses pretrakeal 1 (3%) kasus.

Patogenesis
Pembentukan
abses
merupakan

hasil
perkembangan dari flora nor mal dalam tubuh. Flora
nor mal dapat tumbuh dan mencapai daer ah steril dari
tubuh baik secara per luasan langsung, maupun melalui
laser asi atau perforasi. Ber dasar kan kekhasan flora
nor mal yang ada di bagian tubuh tertentu maka kuman
dari abses yang terbentuk dapat diprediksi ber dasar
lokasinya. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan
oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aer ob,
anaer ob, maupun fakultatif anaer ob.6,10
Pada kebanyakan membran mukosa, kuman
anaer ob lebih banyak dibanding dengan kuman aer ob
dan fakultatif, dengan per bandingan mulai 10:1 sampai
10000:1. Bakteriologi dar i daerah gigi, or o-fasial, dan
abses leher, kuman yang paling dominan adalah kuman
anaer ob yaitu, Pr evot ella, Por phyr omonas, Fusobact er ium
spp, dan Pept ost r ept ococcus spp. Bakteri aerob dan
fakultatif
adalah St r ept ococcus pyogenic dan
St apylococcus aur eus.10

Sumber infeksi paling sering pada abses leher
dalam ber asal dar i infeksi tonsil dan gigi.4,7,11 Infeksi gigi
dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran
infeksi dapat meluas melalui for amen apikal gigi ke
daerah sekitar nya. Apek gigi molar I yang berada di atas
mylohyoid menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk
ter lebih dahulu ke daerah sublingual, sedangkan molar II
dan III apeknya berada di bawah mylohyoid sehingga
infeksi akan lebih cepat ke daer ah submaksila.7
Par hischar dkk 12 mendapatkan, dari 210 abses
leher dalam, 175 (83,3%) kasus dapat diidentifikasi
penyebabnya (tabel 1). Penyebab terbanyak infeksi gigi
43%. Tujuh puluh enam per sen Ludwig’s angina
disebabkan infeksi gigi, abses submandibula 61%
disebabkan oleh infeksi gigi.
Yang dkk 5 melapor kan dari
100 or ang abses
leher dalam,
77 (77%) pasien dapat
diidentifikasi sumber infeksi sebagai penyebab. Penyebab
ter banyak berasal dar i infeksi or ofaring 35%,
odontogenik 23%. Penyebab lain adalah infeksi kulit,
sialolitiasis, trauma, tuber kulosis, dan kista yang
ter infeksi.
Tabel 1. Sumber infeksi penyebab abses leher dalam.12
Penyebab
Jumlah %
Gigi
77
43
Penyalahgunaan obat suntik
21
12
Faringotonsilitis
12
6,7
Fr aktur mandibula
10
5,6
Infeksi kulit
9
5,1
Tuber culosis
9
5,1
Benda asing
7
3,9
Per itonsil abses
6
3,4
Trauma
6
3,4
Sialolitiasis
5
2,8
Par otis
3
1,7
Lain-lain
10
5,6
Tidak diketahui
35
Pola kuman penyebab abses leher dalam
ber beda sesuai dengan sumber infeksinya. Infeksi yang
ber asal dari or ofaring lebih banyak disebabkan kuman
flora normal di saluran nafas atas seperti streptokokus
dan stafilokokus. Infeksi yang berasal dari gigi biasanya

lebih dominan kuman anaer ob seper ti, Pr evot ella,
Fusobact er ium spp,.10,13
Penyebaran abses leher dalam dapat melalui
beberapa jalan yaitu hematogen, limfogen, dan celah
antar r uang leher dalam. Ber atnya infeksi tergantung dari
vir ulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi
anatomi.2,10,13
Infeksi dari submandibula dapat meluas ke
r uang mastikor kemudian ke parafar ing. Per luasan
infeksi ke parafaring juga dapat langsung dar i r uang
submandibula. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke
daerah potensial lainnya.(gambar 4).2,10

Gejala Klinis
Gejala klinis abses leher dalam secar a umum
sama dengan gejala infeksi pada umumnya yaitu, demam,
nyeri, pembengkakan, dan gangguan fungsi.1-3 Abshirini
H, dkk 4 melaporkan gejala klinis dar i abses leher dalam
pada
147 kasus didapatkan: bengkak pada leher 87%,
tr ismus 53%, disfagia 45%, dan odinofagia 29,3%.
Ber dasarkan ruang yang dikenai akan menimbulkan
gejala spesifik yang sesuai dengan r uang potensial yang
ter libat.1-3
 Abses per itonsil
Abses peritonsil merupakan abses yang paling
banyak ditemukan, dan biasanya merupakan
lanjutan dar i infeksi tonsil. Pada abses peritonsil
didapatkan gejala demam, nyeri tenggor ok,
nyeri menelan, hiper salivasi, nyer i telinga dan
suara ber gumam. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ar kus far ing tidak simetr is,
pembengkakan di daerah per itonsil, uvula
ter dor ong ke sisi yang sehat, dan tr ismus. Tonsil
hiperemis, dan kadang terdapat detritus. Abses
ini dapat meluas ke daer ah par afaring.1,2,5,14
Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan
pungsi aspir asi dar i tempat yang paling
fluktuatif.3,5
 Abses retr ofaring
Mer upakan abses leher dalam yang jarang
ter jadi, ter utama ter jadi pada anak dan
mer upakan abses leher dalam yang terbanyak
pada anak.1,2,3,15 Pada anak biasanya abses
ter jadi mengikuti infeksi saluran nafas atas
dengan supurasi pada kelenjar getah bening
yang terdapat pada daerah retr ofar ing. Kelenjar
getah bening ini biasanya mengalami atr opi
pada usia 3-4 tahun.3,14,15,16 Pada orang dewasa
abses retr ofar ing sering ter jadi akibat adanya
tr auma tumpul pada mukosa far ing, per luasan
abses dar i str uktur yang ber dekatan.4,14,16,17
Gejala klinis ber upa demam, nyeri tenggor ok,
pergerakan leher terbatas, sesak nafas,
odinofagi maupun disfagi. Pada pemeriksaan
didapatkan pembengkakan dinding posterior
far ing.4
 Abses Parafar ing
Abses parafaring dapat ter jadi setelah infeksi
far ing, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau kelenjar
limfatik. Pada banyak kasus abses parafar ing
mer upakan per luasan dar i abses leher dalam
yang berdekatan seper ti; abses per itonsil, abses
submandibula, abses r etr ofaring maupun
mastikator. Gejala abses parafar ing ber upa
demam, tr ismus, nyer i tenggor ok, odinofagi dan
disfagia. Pada pemer iksaan fisik didapatkan

3

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang



pembengkakan
di
daerah
par afaring,
pendor ongan dinding lateral far ing ke medial,
dan angulus mandibula tidak teraba. Pada abses
parafar ing yang mengenai daer ah prestiloid
akan memberikan gejala tr ismus yang lebih
jelas.4,5,14
Abses Submandibula
Pasien biasanya akan mengeluh nyeri di r ongga
mulut, air liur banyak, Pada pemer iksaan fisik
didapatkan
pembengkakan
di
daer ah
submandibula, fluktuatif, lidah ter angkat ke atas
dan ter dor ong ke belakang, angulus mandibula
dapat dir aba. Pada aspirasi didapatkan pus.
Ludwig’s angina merupakan sellulitis di daer ah
sub mandibula, dengan tidak ada fokal abses.
Biasanya
akan
mengenai
kedua
sisi
submandibula, air liur yang banyak, tr ismus,
nyeri, disfagia, massa di submandibula, sesak
nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh lidah
yang ter angkat ke atas dan terdor ong ke
belakang.5,14

Pemer iksaan Penunjang
1. Rontgen ser vikal later al
Dapat
memberikan
gambaran
adanya
pembengkakan jaringan lunak pada daer ah
pr ever tebr a, adanya benda asing, gambaran
udar a di subkutan, air fluid levels, er osi dari
kor pus ver tebr e. Penebalan jar ingan lunak pada
pr ever tebr e setinggi ser vikal II (C2), lebih 7mm,
dan setinggi ser vikal VI yang lebih 14mm pada
anak,
lebih 22mm pada dewasa dicurigai
sebagai suatu abses retr ofar ing.2,3,4,5
Tabel 2. Tebal jar ingan lunak poster ior far ing
ber dasar kan umur pada Rontgen ser vikal
lateral 18
Umur
Setinggi C4
Setinggi C6
0-1
1,5.C
2,0.C
1-2
0,5.C
1,5.C
2-3
0,5.C
1,2.C
3-6
0,4.C
1,2.C
6-14
0,3.C
1,2.C
Dewasa
Lk
pr
Lk
pr
0,3C 0,3C
0,7C 0,6C
C= cor pus ser vikal
2.

3.

4.

Rontgen Panoramiks
Dilakukan pada kasus abses leher dalam yang
dicurigai ber asal dari gigi.5
Rontgen toraks
Per lu dilakukan untuk evaluasi mediastinum,
empisema subkutis, pendor ongan saluran nafas,
pneumonia yang dicur igai akibat aspir asi dari
abses.5
Tomogr afi Komputer (TK)
Tomogr afi
komputer
dengan
kontras
mer upakan pemeriksaan baku emas pada abses
leher dalam. Ber dasarkan penelitian Crespo dkk,
seper ti dikutip Mur ray AD dkk,5 bahwa dengan
hanya pemeriksaan klinis tanpa tomogr afi
komputer mengakibatkan estimasi ter hadap
luasnya abses yang ter lalu r endah pada 70%
pasien. TK memberikan gambaran abses ber upa
lesi dengan hipodens (intensitas r endah), batas
yang lebih jelas, kadang ada air fluid levels. Kir se

dan Robenson 17, mendapatkan ada hubungan
antara ketidakteraturan dinding abses dengan
adanya pus pada r ongga ter sebut. Pemeriksaan
TK tor aks diper lukan jika dicurigai adanya
per luasan abses ke mediastinum.5

Bakteriologi
Pemer iksaan Bakter iologi
Pemeriksaan bakter iologi pus dari lesi yang
dalam atau ter tutup har us meliputi biakan metoda
anaer ob. Setelah desinfeksi kulit, pus dapat diambil
dengan aspirasi memakai jar um aspir asi atau dilakukan
insisi. Pus yang diambil sebaiknya tidak ter kontaminasi
dengan flora normal yang ada di daerah salur an nafas
atas atau r ongga mulut. Aspirasi dilakukan dar i daer ah
yang sehat dan dilakukan lebih dalam.19
Spesimen yang telah diambil dimasukkan ke
dalam media transfor tasi yang ster il. Untuk pembiakan
kuman anaer ob diper lukan media transfor tasi yang
suasana anaer ob.
Biakan cair yang dianjur kan untuk kuman aer ob
dan aner ob adalah thioglukonat. Formulasi ini ber isi
substansi reduksi yang akan menciptakan lingkungan
anaer ob. Suasana anaer ob terdapat di bagian bawah
tabung.19
Biakan kuman aer ob dan fakultatif dapat
dilakukan dengan menggunakan agar darah, agar coklat,
eosin-methilene blue (EMB). Tempat pembiakan ini
diinkubasi pada suhu 37 0C, 5% CO2 dan dinilai 48-72 jam.
Untuk kuman anaer ob dapat diinkubasi pada agar dar ah
anaer ob yang mengandung t r ypt ic soy agar, ekstr ak r agi,
vitamin K3, hemin, 5% darah domba. Dinkubasi dalam
suasana anaer ob dan dinilai 72-120 jam.6
Pola kuman
Pada umumnya abses leher dalam disebabkan
oleh infeksi campuran beberapa kuman. Baik kuman
aer ob, anaer ob maupun
kuman fakultatif anaer ob.
Kuman aer ob yang ser ing ditemukan adalah stafilokokus,
St r ept ococcus sp, , Haemofilus influenza, St r ept ococcus
Peneumonia, Mor axt ella cat ar r halis, Klebsiell sp, Neisser ia
sp.
Kuman
anaer ob
yang
sering
adalah
Pept ost r ept ococcus, Fusobact er ium dan bact er oides sp.
Pseudomanas aer uginosa mer upakan kuman yang jarang
ditemukan 7,17
Genus stafilokokus yang memiliki kepentingan
klinis adalah St aphylococcus aur eus, St aphylococcus
epider midis, St aphylococcus sapr ophyt icus. Staphylococcus
aur eus ber sifat patogen utama pada manusia dan ber sifat
koagulase-positif. Dengan sifat koagulase ini memiliki
potensi menjadi patogen invasif. Beberapa strain dari S
aur eus mempunyai kapsul sehingga menyulitkan tubuh
untuk melakukan fagositosis. Infeksi S aur eus dapat
ber sifat hebat, ter lokalisir , nyer i membentuk supur asi
dan cepat sembuh dengan dr ainase pus.19
St aphylococcus epider midis ber sifat koagulasenegatif dan ber sifat flora normal pada tubuh manusia
seper ti di saluran nafas atas. Infeksi dapat ter jadi akibat
adanya trauma atau inflantasi alat-alat, pada daya tahan
tubuh yang r endah. Supurasi lokal mer upakan ciri khas
infeksi stafilokokus baik koagulase-positif maupun
koagulase negatif. Dari fokus manapun, organisme dapat
menyebar melalui vena maupun limfatik ke bagian tubuh

4

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

lain. Supur asi dalam vena yang menimbulkan tr ombosis
mer upakan gambar an umum penyebaran ter sebut.19
Streptokokus mempunyai ber bagai gr oup sesuai
dengan sifat dari kuman ter sebut dan tidak ada satu
sistem
yang bisa mengklasifikasikannya secara
sempur na. Yang banyak ber per an pada abses leher dalam
adalah
Streptococcus
viridan,
Streptococcus
αhaemolyticus,
Streptococcus
β-haemolyt icus,
dan
St r ept ococcus pneumonia. Temuan klinis akibat infeksi
str eptokokus ini sangat ber var iasi tergantung sifat
biologi organisme penyebab, respon imun penjamu, dan
tempat infeksi. Salah satu yang ditakutkan akibat infeksi
str eptokokus gr oup A adalah ter jadinya glomer ulonefritis
dan demam reumatik akibat reaksi hiper sensitivitas
ter hadap kuman ter sebut.19
Ent r obact er iaceae mer upakan batang gram
negatif yang besar dan heter ogen. Pembiakan pada agar
MacConkey, dapat tumbuh secara aer ob maupun anaer ob
( fakultatif anaer ob). Yang termasuk dalam famili ini
antara lain Klebsiella sp, Pr ot eus sp, E coli. Klebsiella
pneumonia ter dapat dalam saluran nafas pada sekitar 5%
individu normal. Pr ot eus sp menimbulkan infeksi pada
manusia hanya bila kuman keluar dari salur an cer na.19
Pseudomonas aer uginosa mer upakan patogen
opor tunistik dalam tubuh manusia, ber sifat invasif dan
patogen nasokomial yang penting. Menimbulkan penyakit
jika daya tahan tubuh penjamu lemah. Abses yang
dibentuk akibat pseudomas mer upakan pus yang hijau
kebir uan.19
Kuman anaerob yang ser ing ditemukan pada
abses leher dalam adalah kelompok batang gr am negatif,
seper ti Bact er oides, Pr evot ella, maupun Fusobact er ium.
Gejala klinis yang menandakan adanya infeksi anaer ob
adalah: 1. Sekret yang ber bau busuk akibat pr oduk asam
lemak r antai pendek dari metabolisme anaer ob. 2. Infeksi
di pr oksimal permukaan mukosa. 3. Adanya gas dalam
jaringan. 4. Hasil biakan aer ob negatif.19
Infeksi yang penting secar a klinis akibat kuman
anaer ob ser ing ter jadi. Infeksi sering ber sifat polimikroba
yaitu ber samaan dengan kuman anaer ob lainnya,
fakultatif anaer ob, dan aer ob. Bakteri anaer ob ditemukan
hampir disemua bagian tubuh. Infeksi ter jadi ketika
bakteri anaer ob dan bakter i flor a normal lainnya
mengontaminasi yang secara normal ster il.19
Bact er oides termasuk kelompok besar basilus
gram negatif dan tampak seper ti batang yang tipis atau
kokobasilus. Spesies bact er oides mer upakan flora normal
di dalam usus dan bagian tubuh lainnya. Pada infeksi
bact r oides sering dihubungkan dengan kuman-kuman
lainnya.
Spesies Pr evot ella juga termasuk kelompok
basilus gram negatif dan tampak seper ti batang yang tipis
atau kokobasilus. Pada infeksi kuman ini ser ing
ber samaan
dengan
anaerob
lainnya
ter utam
pept ost r ept ococcus.
Fusobact er ium merupakan bakteri batang
pleomorfik gram negatif. Sebagian besar spesies
menghasilkan asam butir at dan mer ubah treonin menjadi
asam pr opionat. Kuman ini sering diisolasi dari mukasa
yang ter infeksi. Kadang kuman ini menjadi satu-satunya
kuman yang diisolasi dar i infeksi atau abses yang ada.19
Spesies pept ost r ept ococcus mer upakan spesies
kokus gr am positif dengan ukur an dan bentuk yang
ber variasi. Ditemukan di kulit dan mer upakan flora
nor mal di mukosa.

Berbagai penelitian tentang kuman penyebab
abses leher dalam telah banyak dilakukan. Botin dkk 20
mendapatkan Pept ost r ept ococus, St r ept ococus vir idan,
St r ept ococus int er medius berkaitan dengan infeksi gigi
sebagai sumber infeksi abses leher dalam. El-Sayed dan
Al-daur osy,21 Botin dkk 20 mendapatkan kuman aer ob
ter banyak adalah stafilokokus dan streptokokus.
Abshirini H dkk,4 pada 40 hasil kultur dari abses
leher
dalam
mendapatkan;
st afilokokus
77%,
Streptococcus β-haemolit ycus 12,5%, Ent r obact er 12,5%,
Streptococcus α-haemolyt icus 7,5%, Klebsiella sp 5%,
St r ept ococcus non haemolyt icus 5%, Pseudomonas
aer uginosa 2,5%. Par hiscar dkk,12 dar i 210 pasien abses
leher dalam (1981-1998), dilakukan kultur ter hadap 186
(88%) pasien, dan pada 162 (87%) pasien ditemukan
pertumbuhan kuman, 24(13%) pasien tidak ter dapat
pertumbuhan kuman. Kuman ter banyak St r ept ococcus
vir idan 39%, St aphylococcus epider midis 28%. Kuman
anaer ob terbanyak adalah bact er oides sp 14%. ( tabel 3.)
Tabel. 3. Kuman Penyebab Abses leher dalam 12
Jumlah
%
Jenis Kuman
pasien
kultur +
St r ept ococcus vir idans
63
39
St aphylococcus epider midis
46
28
St aphylococcus aur eus
Bact r oides Sp
35
22
St r ept ococcus β22
14
haemolyt icus
34
21
Klebsiella pneumonia
St r ept ococcus pneumonia
11
6,8
Mycobact er ium t b
10
6,2
Anaer ob gr am negat if
10
6,2
Neisser ia sp
9
5,5
Pept ost r ept ococcus
8
4,9
Jamur
8
4,9
Ent er obact er
8
4,9
Bacillus sp
7
4,3
Pr opionibact er ium
6
3,7
Acinet obact er
6
3,7
Act inimicosis isr aelii
5
3,1
Pr ot eus sp
3
1,9
Klepsiella sp
3
1,9
Bifidobact er ium
3
1,9
Micr oaer ophilic
3
1,9
st r ept ococcus
3
1,9
Ent er ococcus sp
Mor axt ella cat ar r halis
3
1,9
Dan lain-lain
2
1,2
6,8

Br ook 10 menemukan kuman yang tumbuh pada
201 spesimen dar i abses kepala dan leher , hanya kuman
aer ob sebanyak 65 spesimen, hanya kuman anaer ob 65
spesimen, dan campuran keduanya 71 spesimen. Yang
dkk 6 dar i 100 pasien abses leher dalam yang dilakukan
kultur kuman didapatkan 89%,
ada pertumbuhan
kuman. Kuman aerob dominan ialah St r ept ococcus
vir idan, Klebsiella pneumonia, St apylococcus aur eus.
Kuman anaer ob dominan Pr evot ella, Pept ost r ept ococcus,
dan Bact er oides. (Tabel 4).
Tabel.4 Pola kelompok kuman pada abses leher dalam 6
Hasil

jumlah kasus

5

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Positif kuman
89
Kuman tunggal
38(42,7%)
Gr am positif aer ob
14
Gr am negatif aer ob
21
Anaer ob
3
Kuman campuran
51 (57,3%)
Aer ob saja
13
Gr am positif saja
5
Gr am negatif saja
1
Kedua gr am
7
Anaer ob saja
2
Campur an aer ob-anaer ob 36
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr . M. Djamil
Padang, periode Apr il 2010 sampai dengan Oktober 2010
ter dapat sebanyak 22 pasien abses leher dalam dan
dilakukan kultur kuman penyebab, didapatkan 16 (73%)
spesimen tumbuh kuman aer ob, 6 (27%) tidak tumbuh
kuman aer ob dan 2 (9%) tumbuh jamur yaitu Candida sp.
Kuman aer ob yang tumbuh yaitu; Streptocccus α
haemolit icus 6 (37%), Klepsiella sp
4 (25%),
Ent er obact er sp 3 (19%), St aphylococcus aur eus 2
(12,5%), St aphilococcus epider midis 1 (6%). E. Coli 1
(6%), Pr ot eus vulgar is 1 (6%). Dua spesimen tumbuh 2
macam kuman aer ob yaitu campuran Streptocccus α
haemolit icus dengan Klepsiella sp. Pada pemeriksaan ini
tidak dilakukan kultur pada kuman anaer ob. (tabel 5)
infeksi leher dalam ditemukan 88 (74,6%)
spesimen mengandung kuman anaer ob. Kuman anaer ob
saja 19,5%, kuman aer ob dan fakultatif saja 16,9%,
campuran kuman aer ob dan anaer ob 55,1%, dan 8,5%
tidak tumbuh kuman. Dar i kuman anaer ob tumbuh
didapatkan gram negatif anaer ob 50,8%, yaitu;
Bact er oides fr agillis 3,9%, Fusobact er ium sp 9,4%,
Pr evot ella spp 30,5%, lain-lain 7%, gr am positif anaer ob
49,2%, yaitu: Act inomycess spp 11,7%, Eubact er ium spp
11,7%, lact obacillus spp 6,2%, pr opionibact er ium spp
4,7%, kokus gram positif 10,9%.
Tabel 5. Hasil kultur abses leher dalam Bagian THT-KL dr.
M.Djamil Padang per iode April 2010-Oktober 2010
Jenis Kuman
Jumlah
%
Streptocccus α haemoliticus
6
37
Klepsiella sp
4
25
Ent er obact er sp
3
19
12,5
St aphylococcus aur eus
2
6
St aphilococcus epider midis
1
6
E. Coli
1
6
Pr ot eus vulgar is
1
Boyanova L, dkk.13 pada tahun 2002 sampai
2005, dari 118 pasien

Uji Kepekaan Antibiotik
Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai
dengan kuman penyebab, uji kepekaan per lu dilakukan.
Jenis kuman yang ber variasi menyulitkan dalam
pemberian antibiotik tanpa adanya uji kepekaan ter sebut.
Pada uji kepekaan yang dilakukan di RS. Dr . M.
Djamil Padang periode Apr il 2010 sampai dengan
Oktober 2010 dar i
16 spesimen yang ter dapat
pertumbuhan kuman didapatkan hasil seper ti ter lihat
pada tabel 6.
Stafilokokus memiliki kepekaan yang berbedabeda ter hadap antibiotik. Resisitensi stafilokokus ini
antara lain
dipengar uhi oleh kemampuan kuman
ter sebut dalam mempr oduksi β-laktamase sehingga

r esisten terhadap berbagai jenis penicillin. Gen Mec A
yang ter dapat dalam kr omosom membuat kuman
r esisten ter hadap nafsilin. Strain dar i
S aur eus
mempunyai kemampuan untuk melakukan peningkatan
sintesa dinding sel dan per ubahan dinding sel, ser ta
memiliki gen Van A, sehingga str ain ini r esisten ter hadap
vankomisin. Strain yang r esisten ter hadap vankomisin ini
dikenal dengan st r ain vancomycin-r esistant S aur eus
(VRSA).19

Tabel 6. Hasil uji kepekaan antibiotik ter hadap kuman
penyebab abses leher dalam di RS. M. Djamil Padang
periode April 2010 sampai dengan Oktober 2010
Antibiotik

S
I
R
Ampicillin
17
6(35%)
3(18%)
8(47%)
Ampicillin
+ 16
6(37%)
5(31%)
5(31%)
sulbactam
17
6(35%)
1(6%) 10(59%)
Eritr omicin
9
5(56%)
1(11%)
3(33%)
Cefixime
16
9(56%)
3(19%)
4(25%)
Chlor ampheni
8
1(12%)
2(25%)
5(63%)
cl
16 11(69%
3(18%)
2(13%)
Kotrimoxazole
17
)
4(24%)
6(35%)
Cefotaxime
17
7(41%)
0
7(41%)
Gentamycin
17 10(59%
1(6%)
4(24%)
Cifr ofloxacin
18
)
4(22%)
3(17%)
Ceftriaxone
14 12(70%
1(7%)
1(7%)
Ceftazidime
10
)
0
1(10%)
Ceforazone
11(61%
Ceforazone
16
)
3(18%)
3(19%)
sulbactam +
12 12(86%
0
3(25%)
Mer openem
)
Moxyfloxacine
9(90%)
10(63%
)
9(75%)
S= sensitif

I= intermediate

R= r esisten

Boyanova dkk 13 pada uji kepekaan yang
dilakukan pada kuman anaer ob didapatkan angka
r esistensi
ter hadap
amoksisilin
sebesar
26,7%,
sedangkan klindamisin dan metronidazole ter hadap gram
negatif anaer ob masing-masing sebesar 5,4% dan 2,5%,
ter hadap gram positif masing-masing 4,5% dan 58,3%. (
Tabel 7)
Tabel 7. Pola kepekaan antibiotik ter dahap kuman
anaer ob dari abses leher dalam 13
kuman
antibiotik
R I S

Bact er oid
es fr agilis

Pr ovot ell
a

Fusobact
er ium sp

Gr am
negatif

Amoksilin
Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam
Amoksilin
Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam
Amoksilin
Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam
Amoksilin

7
0
1
6
11
0
2
0
1
0
1
0
2

0
0
3
0
1
0
3
1
3
0
0
0
0

0
7
2
0
37
49
32
42
11
15
13
15
5

7
7
6
6
49
49
37
43
15
15
14
15
7

6

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

lain
Gr am
positif
lain
Gr am
positif
non
spor a
S= sensitif

Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam
Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam
Metr onidazole
Klindamisin
Ampisilin/ sulbaktam

2
0
0
1
0
0
40
3
0

1
0
0
0
1
0
0
2
0

5
7
5
13
11
14
17
48
56

8
7
5
14
12
14
57
53
56

I= inter mediate R= resisiten

Komplikasi
Kejadian komplikasi abses leher dalam
menurun sejak pemakaian antibiotik yang lebih luas.
Walau demikian tetap har us waspada terhadap tandatanda komplikasi yang muncul, yang mungkin sangat
ber bahaya. Obstr uksi jalan nafas dan asfiksia merupakan
komplikasi yang potensial ter jadi pada abses leher dalam
ter utama Ludwig’s angina.7 Ruptur abses, baik spontan
atau akibat manipulasi, dapat mengakibatkan ter jadinya
pneumonia, abses paru maupun empiema.7,22
Komplikasi vaskuler seper ti tr ombosis vena
jugularis dan ruptur arteri kar otis. Tr ombosis vena
jugularis ditandai dengan adanya demam, menggigil,
nyeri
dan
bengkak
sepanjang
otot
ster nokleidomastoideus pada saat badan membungkuk
atau r ukuk. Dapat ter jadi bakteremia maupun sepsis.
Kejadian emboli par u mencapai 5% pada kasus pasien
dengan tr ombosis vena jugular is. Penyebab terbanyak
adalah bakteri Fusobact er ium necr ofor um , dan pada
penyalahgunaan obat suntik penyebab ter banyak adalah
stafilokokus.7
Ruptur ar teri kar otis mer upakan komplikasi
yang jarang ter jadi. Ini biasanya ter jadi pada abses
parafar ing bagian poststiloid, infeksi meluas ke bungkus
kar otis. Mediastinitis dapat ter jadi akibat per luasan
infeksi melalui viseral anter ior , vaskuler viser al, maupun
daerah retr ofar ing dan danger space. Pasien akan
mengeluhkan nyeri dada dan sukar ber nafas.7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abses leher dalam adalah
dengan evakuasi abses baik dilakukan dengan anestesi
lokal maupun dengan anestesi umum. Antibiotik dosis
tinggi terhadap kuman aer ob dan anaer ob har us
diberikan secara parenteral. Hal yang paling penting
adalah ter jaganya saluran nafas yang adekuat dan
dr ainase abses yang baik.3,11,17
Menur ut Poe dkk 22 penatalaksanaan abses leher
dalam meliputi operasi untuk evakuasi dan drainase
abses, identifikasi kuman penyebab dan pemberian
antibiotik. Hal ini akan mengur angi komplikasi dan
memper cepat perbaikan.
Beberapa hal yang per lu diper hatikan dalam
pemilihan antibiotika adalah efektifitas obat ter hadap
kuman tar get, risiko peningkatan r esistensi kuman
minimal, toksisitas obat rendah, stabilitas tinggi dan masa
ker ja yang lebih lama.10
Pember ian antibiotik ber dasarkan hasil biakan
kuman dan tes kepekaan antibiotik ter hadap kuman
penyebab infeksi. Biakan kuman membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan
pengobatan harus segera diberikan. Sebelum hasil kultur
kuman dan uji sensitifitas keluar , diber ikan antibiotik

kuman aer ob dan anaer ob secara empiris. Yang SW, dkk 6
melapor kan pember ian antibiotik kombinasi pada abses
leher dalam, yaitu; Kombinasi penesilin G, klindamisin
dan gentamisin, kombinasi ceftriaxone dan klindamisin,
kombinasi ceftr iaxone dan metr onidazole, kombinasi
cefur oxime dan klindamisin, kombinasi pinisilin dan
metr onidazole, masing-masing
didapatkan
angka
per lindungan (keber hasilan) 67,4%, 76,4%, 70,8%,
61,9%. Avest ET, dkk,23 member ikan antibiotik empir is,
kombinasi metr onidazole dengan ceftriaxone.
Penesilin G mer upakan obat terpilih untuk
infeksi kuman streptokokus dan stafilokokus yang tidak
menghasilkan
enzim
penecilinase.
Gentamisin
menunjukkan efek sinergis dengan pinisilin. Klindamisin
efektif ter hadap str eptokokus, pneumokokus dan
stafilokokus yang resisten ter hadap penisilin. Lebih
khusus pemakaian klindamisin pada infeksi polimicr obial
ter masuk Bact er oides sp maupun kuman anaer ob lainnya
pada daer ah oral.6,19.
Berbagai kombinasi pember ian antibiotik
secara empir is sebelum didapatkan hasil kepekaan
ter hadap kuman penyebab, dianjur kan berbagai ahli
seper ti ter lihat pada tabel 8.
Pada kultur didapatkan kuman anaer ob, maka
antibiotik metronidazole, klindamisin, car bapenem,
sefoxitin, atau kombinasi penisilin dan β-lact am inhibit or
mer upakan obat ter pilih.10
Metr onidazole juga efektif sebagai amubisid.
Aminoglikosida, quinolone atau cefalosfor in generasi ke
III dapat ditambahkan jika ter dapat kuman enter ik gram
negatif.6,10 Cefalospor in generasi III mempunyai
efektifitas yang lebih baik ter hadap gram negatif enterik.
Dibanding dengan cefalosporin generasi I, generasi III
kurang efektif ter hadap kokus gr am positif, tapi sangat
efektif terhadap Haemofillus infeluenza, Neisseria sp dan
Pneumokokus. Ceftriaxone dan cefotaxime mempunyai
efektifitas ter hadap streptokokus. Ceftriaxone sangat
efektif ter hadap gram negatif dan Haemofillus sp,
kebanyakan St r ept ococcus pneumonia dan Neisser iae sp
yang r esisiten ter hadap penesilin.6
Tabel 8. Antibiotik yang dianjur kan beberapa penulis
secara empiris.6
Penulis
Antibiotik
Umur
Sakaguchi
Penesilin & Klindamisin
D
dkk (97)
Par hischar ,
Penesilin G & Oxacillin atau
A&D
Har-El (01)
Nafcilin
Gates (83)
Penesilin, β lactamase
DTV
r esist ant dr ug
Chen dkk
penesilinG, Klindamisin,
D
(98)
Gentamisin
Plaza, Mayor
Cefotaxime, Metr onidazole
D
(01)
Simo dkk
Flucloxacine, Metr onidazole A
(98)
Nagy dkk
Ceftriaxone , Klindamisin
A&D
(97)
Mc Clay dkk
Cefur oxime, Klindamisin
A
(03)
Sichel dkk
Amoksillin-Asam klavulanik
A&D
(02)
Br ondbo dkk Penesilin G, Metr onidazole
A
(83)
A=Anak, D=Dewasa DTV=Data tidak valid

7

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Di Bagian THT-KL RS. Dr. M. Djamil Padang
pemberian antibiotik secar a empir is diberikan ber upa
antibiotik kombinasi ceftriaxone, dan metr onidazole. Ini
ber dasar kan kuman penyebab terbanyak abses leher
dalam yaitu jenis str eptokokus, stafilokokus dan kuman
anaer ob. Penambahan gentamisin (aminoglikosid) dapat
diberikan jika dicurigai kuman penyebab ter masuk
kuman entr ik seper ti Klebsiella, pr ot eus, Ent er obact er .
Setelah keluar hasil uji kepekaan antibiotik
ter hadap kuman penyebab diberikan antibiotik yang
sesuai. Pada pemberian kombinasi antibiotik secara
empir is jika ter dapat per baikan, antibiotik dapat
diteruskan, jika tidak maka antibiotik diganti sesuai uji
kepekaan.2.3,4
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi
lokal untuk abses yang dangkal dan ter lokalisasi atau
eksplorasi dalam nar kose umum bila letak abses dalam
dan luas.2,3,4
Adanya trismus menyulitkan untuk masuknya
pipa endotrakea per or al. Pada kasus demikian diper lukan
tindakan trakeostomi dalam anastesi lokal. Jika ter dapat
fasilitas br onkoskop fleksibel, intubasi pipa endotrakea
dapat dilakukan secara intr anasal.2,5

secara empir is, dengan member ikan antibiotik untuk
kuman aer ob dan anaer ob.
Pember ian antibiotik kombinasi merupakan
pilihan yang tepat mengingat kuman penyebab dar i abses
leher dalam adalah campur an ber bagai kuman.
Ber dasarkan uji kepekaaan terhadap ceforazone
sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftr iaxone, angka
sensitifitasnya ter hadap kuman aer ob yaitu lebih dari
70%.
Metr onidazole
dan
klindamisin
angka
sensitifitasnya masih tinggi ter utama untuk kuman
anaer ob gr am negatif. Secara empiris kombinasi
ceftr iaxone dengan metr onidazole masih cukup baik.
Disimpulakan
bahwa
kuman
penyebab
ter banyak abses leher dalam adalah kuman aer ob yaitu;
St r ept ococcus
vir idan,
Klebsiella
pneumonia,
St aphylococcus aur eus, dan kuman anaer ob adalah
Pr evot ella, Pept ost r ept ococcus, Fusobact er ium
dan
Bact or oides. Antibiotik seper ti ceforazone sulbactam,
moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone masih sensitif
ter hadap kuman aer ob penyebab abses leher dalam.
Metr onidazole dan klindamisin sensitif ter hadap kuman
anaer ob gram negatif.

Daftar Pustaka
Diskusi
Abses leher dalam adalah ter kumpulnya nanah
(pus) di dalam r uang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran dari ber bagai sumber , seper ti
gigi, mulut, tenggor ok, sinus par anasal, telinga dan leher.
Gejala dan tanda klinik biasanya ber upa nyer i dan
pembengkakan di ruang leher dalam yang ter libat.
Sumber infeksi abses leher dalam saat ini paling
banyak ber asal dari tonsil pada anak, dan dari gigi pada
or ang dewasa. Ber dasar kan sumber infeksi dapat
diper kir akan kuman penyebab pada abses leher dalam.
Infeksi yang berasal dari gigi lebih banyak disebabkan
kuman anaer ob dan infeksi yang berasal dar i saluran
nafas atas atau tonsil lebih banyak disebabkan oleh
kuman aer ob seper ti stafilokokus dan streptokokus.
Pembentukan
abses
merupakan
hasil
perkembangan dari flora nor mal dalam tubuh. Flora
nor mal di dalam r ongga mulut dapat masuk ke daer ah
steril dari tubuh secara langsung ataupun kar ena adanya
laser asi atau perfor asi. Sumber infeksi abses leher dalam
pada umumnya berasal dari infeksi tonsil, gigi, dan far ing.
Gejala klinis yang muncul secara umum
memberikan gambaran radang akut, seper ti demam,
nyeri, pembengkakan, ditambah dengan gejala khas dari
masing-masing abses leher dalam sesuai daerah yang
dikenai. Pemeriksaan penunjang diper lukan untuk
diagnosis, per luasan abses maupun melihat komplikasi.
Kuman penyebab abses leher dalam dari
ber bagai penelitian mer upakan campur an dari ber bagai
macam kuman, baik aer ob, anaer ob, maupun fakultatif
anaer ob. Kuman aer ob dominan St r ept ococcus vir idan,
Klebsiella pneumonia, St aphylococcus aur eus. Kuman
anaer ob
dominan
Pr evot ella,
Pept ost r ept ococcus,
Fusobact er ium dan Bact er oides. Di Rumah Sakit Dr . Djamil
Padang pola kuman yang ditemukan hampir sama dengan
ber bagai penelitian diatas.
Penatalaksanaan abses leher dalam adalah
dengan evakuasi abses baik dilakukan dengan anestesi
lokal maupun dengan anestesi umum. Antibiotik
diberikan sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitifitas.
Sebelum keluar hasil kultur per lu diberikan antibiotik

1.

Ballenger JJ. Infection of the facial space of neck and
floor of the mouth. In: Ballenger JJ editor s. Diseases
of the nose, thr oat, ear, head and neck.15 th ed.
Philadelphia, London: Lea and Febiger. 1991:p.23441
2. Gadre AK, Gadre KC. Infection of the deep Space of
the neck. In: Bailley BJ, Jhonson JT, editor s.
Otolar yngology Head and neck sur ger y. 4 th ed.
Philadelphia: JB.Lippincott Company 2006.p.666-81
3. Fachr uddin D. Abses leher dalam. Dalam: Iskandar
M, Soepar di AE editor. Buku ajar ilmu penyakit
telinga hidung tenggor ok. Edisi ke 6. Jakar ta: Balai
Pener bit FK-UI. 2007:p. 185-8
4. Abshirini H, Alavi SM, Rekabi H, Ghazipur A, Shabab
M. Predisposing factor s for the complications of deep
neck infection. The Ir anian J of otor hinolar yngol
2010;22 (60): 139-45.
5. Murr ay A.D. MD, Mar cincuk M.C. MD. Deep neck
infections. [update July 2009; cited June 16 th, 2010]
http:/ / www.eMedicine
Available
fr om:
Specialties/ / Otolaringology and facial
plastic
sur ger y.com
6. Yang S.W, Lee M.H, See L.C, Huang S.H, Chen T.M,
Chen T.A. Deep neck abscess: an analysis of micr obial
etiology and effectiveness of antibiotics. Infection
and Drug Resistance. 2008;1:1-8.
7. Rosen EJ. Deep neck spaces and infections. Gr and
r ounds presentation, UTMB, Dept. Of Otolar yngology.
2002.
8. Sakaguchi M, Sato S, Ishiyama T, Katsuno T, Taguchi
K. characterization and management of deep neck
infection. J. Oral Maxillofac Surg 1997;26:131-134
9.
Huang T, chen T, Rong P, Tseng F, Yeah T, Shyang C.
Deep neck infection: analysis of 18 cases. Head and
neck. Ockt 2004.860-4
10. Br ook I, Microbiology of polymicr obial abscess and
implication for therapy. J antimicr ob chemother
2002;50:805-10
11. Chuang YC, Wang HW. A deep neck abscess
pr esenting as a hypophar yngeal carcinoma. J Med Sci
2006;26(5):183-6.

8

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

12. Par hiscar A, Har -El G. Deep neck abscess: A
r etr ospective review of 210 cases. Ann otol r hinol
lar yngol 2001;110:1051-4.
13. Boyanova L, et al. Anaer obic bacteria in 118 patient
with deep space head and neck infections fr om the
Univer sity of Hospital of Maxillofacial surger y, Sofia,
Bulgar ia. J med micribol 2006;55:1285-89.
14. McKellop JA, Mukher ji SK. Emergency head and neck
r adiology: Neck infection. Applied radiologi
2010;Juli-Agustus: 23-9.
15. Al sahab B.MD, Salleen H.MD, Hagr A.MD, Rosen J.N.
MD, Manoukian . J.J. MD, Tewfik T.L. MD,
Retr ophar yngeal abscess in childr en: 10-year study. J
otolar yngol 2004;33:352-5.
16. Rao SVSM, Adwani M, Bhar ati C. Retr ophar yngeal
candidal abscess in a neonate: Case report and
r eview of
liter ature. Kuwait med
jour nal
2007;39(2):177-80.
17. Kir se JD, Rober son DW. Sur gical management of
r etr ophar yngeal space infection in childr en.
Lar yngoscope 2001;111: 1413-22.

18. Meschan I. The r espirator y system. In: An atlas of
nor mal radiogr aphic anatomy. WB Saunder s Co.
London. 1960: 440-508.
19. Jawetz, Melnick
&
Adelberg.
Mikrobiologi
kedokteran. Edisi 23. Alih bahasa: Hartar to H dkk.
Jakar ta. Pener bit Buku Kedokteran EGC. 2007: 22573.
20. Botin R, Mar ioni G, Rinaldi R. Deep neck infection: A
pr esent-day complication. A retr ospective r eview of
83 cases (1998-2001). Eur ar ch otor hinolar yngol
2003; 260:576-9.
21. El-Sayed Y, Al-Dousar y S. Deep neck space abscess.
The J of otolar yngol 1996;6(4):227-33.
22. Poe LB, Petr o GR, Matta I. Per cutaneous CT-guided
aspir ation of deep neck abscesses. ANJR Am J
Neur odiol 1996;17:1359-63.
23. Avest ET, Uyttenboogaar t M, Dor gelo J, Maaten E JC.
A patient with neck pain and fever . The Nether land J
of med 2009; 67(10): 356-7.

9