ANALISA ANCAMAN KEBANGKRUTAN TERHADAP PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.

Seminar Sain dan Teknologi

ISSN : 1693 – 6809

ANALISA ANCAMAN KEBANGKRUTAN TERHADAP
PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.
Luthfi Parinduri
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara
Jl. SM. Raja Teladan, Medan (20217)
e-mail : luthfip@yahoo.co.id

Abstrak
Kesuksesan merupakan harapan setiap perusahaan, segala sumber daya dikerahkan untuk
mencapai harapan tersebut. Setelah tujuan tercapai, pengelola perusahaan bisa jadi gagal
mempertahankan kesuksesan yang telah diraih, perusahaan tiba tiba mengalami kebangkrutan.
Dengan menggunakan Altman Z-Score Analisis dilakukan prediksi kondisi PT Astra International
Tbk. Nilai Z Score yang diperoleh untuk 4 tahun terakhir masing masing sebesar 3,993 (tahun 2009)
, 4,059 tahun 2011) , 4,570 (tahun 2011) dan 4,326 (tahun 2012) adalah memberi gambaran dan
isyarat bahwa perusahaan ini aman dari ancaman kebangkrutan.
Kata-kata Kunci: Altman Z-Score, PT. Astra.


Pendahuluan
Menjadi sebuah perusahaan yang sukses dalam
bidangnya adalah harapan dari setiap
perusahaan. Segala sumber daya dikerahkan
untuk mencapai harapan tersebut. Banyak
kasus, setelah tujuan dicapai, pengelola
perusahaan gagal untuk mempertahankan
kesuksesan yang telah diraih. Seperti kata
orang bijak, mempertahankan lebih sulit dari
pada meraihnya. Tidak ada satu pun
perusahaan yang terhindar dari risiko
kebangkrutan. Tidak ada bisnis yang bisa
berjaya
selamanya.
Kombinasi
dari
melemahnya prospek industri ke depan
digabungkan dengan mismanagement dapat
berakibat fatal bagi suatu perusahaan. Potensi
kebangkrutan akan semakin menguat manakala

ekonomi berada di ambang resesi.
Masih segar dalam ingatan kita bahwa pada 30
Januari 2013 PT. Metro Batavia yang
merupakan maskapai penerbangan Batavia Air
tiba tiba dinyatakan bankrut, akibatnya banyak
pihak yang terkejut dan dirugikan. Sebelumnya
hal yan sama juga terjadi terhadap sebuah
perusahaan raksasa otomotive, sekaliber
General Motor Corporation di Amarika pada
tahun 2008, tiba tiba dinyatakan bangkrut.
Bersama dua perusahaan otomotif raksasa
lainnya, Ford dan Chrysler, the big three

mencari cara mencegah kebangkrutan. Apa
sesunguhnya penyebab kebangkrutan GMC
tersebut? Dapatkah hal yang sama akan
dialami oleh perusahaan besar yang sejenis di
Indonesia, penelitian ini kiranya perlu
dilakukan untuk melihat potensi ancaman yang
mungkin akan terjadi dengan menggunakan

Altman Z Score Analysis terhadap PT Astra
International Tbk.
PT Astra International Tbk didirikan pada
tahun 1957 dengan nama PT Astra
International Incorporated, pada tahun 1990,
Perseroan mengubah namanya menjadi PT
Astra International Tbk. Perusahaan ini telah
tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4
April 1990 (IDX: ASII). Saat ini sebagai salah
satu kelompok bisnis otomotif terbesar di
Indonesia,
dengan mayoritas kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle &
Carriage's Singapura sebesar 50,1%.
Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia,
dengan kantor pusat di JI. Gaya Motor Raya
No. 8, Sunter II, Jakarta. Ruang lingkup
kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam
Anggaran Dasarnya adalah perdagangan
umum, perindustrian, jasa pertambangan,

pengangkutan, pertanian, pembangunan dan
jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama
entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran
mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya,

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT. UISU Jl. SM.Raja Teladan Medan
16

Seminar Sain dan Teknologi

ISSN : 1693 – 6809

penjualan dan penyewaan alat berat,
pertambangan dan jasa terkait, pengembangan
perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan
teknologi informasi.

 Alat-alat Berat

Anak perusahaan dan divisi usaha PT. Astra

International, Tbk (IDX:ASII), antara lain:

o

PT Traktor Nusantara

o

PT Pamapersada Nusantara


Otomotif
o PT Toyota Astra Motor sebagai Agen

o

PT United Tractors Tbk (juga
sebagai ATPM Scania di indonesia)

 Teknologi Informasi


Tunggal Pemegang Merk Toyota dan Lexus
di Indonesia
o Auto 2000 sebagai salah satu Dealer Utama

Toyota di Indonesia

o PT Astragraphia Tbk
o PT SCS Astragraphia Technologies
 Infrastruktur

o PT Astra Daihatsu Motor sebagai ATPM

o PT Astratel Nusantara

Daihatsu di Indonesia

o

o PT Pantja Motor sebagai ATPM Isuzu di


Indonesia

PT Intertel Nusaperdana

Metode Dan Tujuan Penelitian

o PT Astra Nissan Diesel Indonesia sebagai

Objek Penelitian

ATPM Truk Nissan Diesel di Indonesia
o PT Tjahja Sakti Motor sebagai ATPM

PT.Astra International, Tbk (IDX: ASII)
merupakan perusahaan besar dengan 168.703
karyawan dan telah matang yang berusia 55
tahun. PT Astra International Tbk dinobatkan
sebagai The most-admired company in
Indonesia in The Wall Street Journal's Asia 200

Survey pada November 2010.disamping
sebagai pemegang rekor MURI dalam Satu
Indonesia Jelajahi Dunia.

BMW dan Peugeot di Indonesia
o PT Serasi Autoraya atau biasa dikenal

dengan TRAC
o Mobil 88
o PT Astra Honda Motor sebagai ATPM

motor bermerk Honda

Penelitian dilakukan dengan menggunakan
data yang berasal dari Laporan keuangan
tahunan PT. Astra International, Tbk periode
2009-2012 dan daftar harga saham PT. Astra
International, Tbk periode 2007-2012.

o PT Astra Otoparts Tbk

 Agro industri
o PT Astra Agro Lestari Tbk

Tabel 1. Pergerakan harga saham PT. Astra
International Tbk. 2007-2012

 Pelayanan Finansial
o PT Astra Credit Company atau biasa

dikenal dengan ACC

Tahun

o PT Toyota Astra Financial Services
o PT Asuransi Astra Buana dengan salah satu

produk terkenalnya adalah Garda Oto
o PT Federal International Finance
o PT Surya Artha Nusantara Finance
o PT PermataBank


17

28 Des 2007
30 Des 2008
30 Des 2009
30 Des 2010
30 Des 20011
01 Maret 2012

Harga Saham
Penutupan
(Rp.)
27.300
10.550
34.700
54.550
74.000
79.400


Return (%)
-61.36
228,91
57,20
35,66
7,29

Sumber : Majalah SWA
Tabel 2. Kinerja Keuangan PT. Astra
Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT. UISU Jl. SM.Raja Teladan Medan

Seminar Sain dan Teknologi
ISSN : 1693 – 6809

International Tbk.2007-2012(Rp. Miliar)
Tahun
2007
2008
2009
2010

Pendapatan
bersih
70.183
97.064
98.526
129.038

Laba
kotor
16.489
21.730
22.771
25.921

Laba
bersih
6.519
9.191
10.040
14.366

2011
162.564
32.034
17.785
2012
188.053
36.200
19.421
Sumber : Majalah SWA, Laporan keuangan
publikasi, diolah Tim Riset SWA

Metode Penelitian dan Sumber Data
Metode
penelitian
yang
dilakukan
menggunakan metode kuantitatif dengan
mengaplikasikan data-data keuangan yang
relevan kedalam formula Altman’s Z-Score
Analysis.
Data-data keuangan PT. Astra International
Tbk diperoleh dari laporan tahunan (annual
report) perusahaan yang diunduh dari situs
resmi www.astra.co.id/ sedangkan data
mengenai harga penutupan harga saham
diambil dari majalah SWA.

Tujuan Penelitian
1.

Membuktikan efektifitas analisa Altman’s
Z-Score untuk dapat memprediksi ancaman
kebangkrutan
sebelum
kebangkrutan
benar-benar terjadi.
2. Menentukan
keputusan
melakukan
investasi atau divestasi terhadap saham PT.
Astra International Tbk.

Landasan Teori
Kebangkrutan dan Pailit
Erick L. Kohler (1994) dalam A Dictionary of
Accountants, merumuskan bahwa pengertian
kebangkrutan adalah :
“Bankruptcy, The condition of being unable to
pay one’s debt, Legal proceeding designed to
declare a person formally bankrupt and to
provide for the administration of his property
in order to discharge his debts. The
proceedings may be initiated either by the
debtor or by his creditors”.

(Kebangkrutan/, suatu kondisi dimana yang
bersangkutan
tidak
mampu
membayar
kewajibannya, secara hukum dinyatakan
bangkrut dan diharuskan untuk menjual
kekayaannya/ asetnya untuk membayar
kewajibannya. Pekerjaan tersebut dapat
dilakukan oleh debitur maupun kreditur.)
Bankrut dan pailit memiliki arti yang berbeda.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan bangkrut
apabila nilai aktiva perusahaan tersebut sudah
berada dibawah angka nominal utang atau
pinjamananya hal ini karena terjadi divestasi
atau banyak yang melakukan pencabutam
saham dari perusahaan itu, sedangkan pailit
adalah perusahaan yang dalam kondisi
keuangan sehat tetapi tidak membayar hutang
pada saat jatuh tempo yang di tentukan bisa di
nyatakan pailit.
Pengertian Kepailitan berdasarkan Pasal 1
angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 adalah sita
umum terhadap semua kekayaan debitor yang
pailit pengurusannya dilakukan oleh seorang
kurator dibawah pengawasan hakim pengawas
sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang.
Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian Beaver (1966), termasuk salah
satu penelitian yang sering dijadikan acuan
utama dalam penelitian tentang corporate
failure. Beaver menggunakan 30 jenis rasio
keuangan yang digunakan pada 79 pasang
perusahaan yang pailit dan tidak pailit.
Memakai univariate discriminant anlysis
sebagai alat uji statistik, Beaver menyimpulkan
bahwa rasio working capital funds flow to total
asset dan net incom to total assets mampu
membedakan perusahaan yang akan pailit
dengan yang tidak pailit secara tepat masingmasing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang
digunakan.
Altman (1968), melakukan penelitian pada
topik yang sama seperti topik penelitian yang
dilakukan oleh Beaver tetapi Altman
menggunakan teknik multivariate discriminant
analysis dan menghasilkan model dengan 7
rasio keuangan. Dalam penelitiannya, Altman
menggunakan sampel 33 pasang perusahaan
yang pailit dan tidak pailit dan model yang
disusunnya
secara
tepat
mampu

Pekan Ilmiah Periode ke-XX FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

18

Seminar Sain dan Teknologi

ISSN : 1693 – 6809

mengidentifikasikan 90% kasus kepailitan pada
satu tahun sebelum kepailitan terjadi.
Penelitian dengan topik kebangkrutan/
kepailitan perusahaan terus dilakukan oleh para
peneliti, perkembangan terakhir penelitian
dengan topik kebangkrutan atau kepailitan
terletak pada alat uji statistiknya. Ohlson
(1980) adalah peneliti pertama yang
menggunakan analisa logit untuk memprediksi
kepailitan. Pada penelitiannya, Ohlson
menggunakan 105 perusahaan yang pailit dan
2058 perusahaan yang tidak pailit serta
menemukan bahwa 7 rasio keuangan mampu
mengidentifikasikan perusahaan yang akan
pailit dengan tingkat ketepatan yang mendekati
hasil penelitian Altman.

dibandingkan
dengan
model
kebangkrutan yang lainnya.

Pentingnya persoalan corporate failure juga
didukung oleh Krugman yang mengulas
mengenai global financial downturns dan
memasukkan teori balance sheet fundamentals
sebagai signal dari krisis yang akan terjadi
(Krugman, 1999).

T1 melihat sejauh mana kemampuan modal
kerja
(working
capital)
perusahaan
berpengaruh terhadap total aktivanya, modal
kerja yang tinggi dapat pula disebabkan
banyaknya persediaan atau piutang serta dapat
disebabkan banyaknya hutang usaha yang telah
jatuh tempo. Pengukuran modal kerja juga
dapat dilihat tingkat likuiditas perusahaan yang
bersangkutan, dimana modal kerja adalah
Aktiva lancar dikurang kewajiban lancarnya.

The Altman Z-Score Analysis
Formula Z-Score dapat digunakan untuk
memprediksi
potensi
kebangkrutan,
dikembangkan pada tahun 1968 oleh Edward I.
Altman, seorang ekonom dan praktisi
keuangan yang juga seorang profesor pada
Leonard N. Stern School of Business di
Universitas New York. Z-Score adalah sebuah
formula
yang
menggunakan
analisa
multivariate yang digunakan untuk mengukur
kesehatan keuangan sebuah perusahaan dan
untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan dalam rentang waktu 2 (dua)
tahun.
Altman
menemukan bahwa perusahaan
dengan profitabilitas serta solvabilitas yang
rendah
sangat
berpotensi
mengalami
kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan
suatu model prediksi dengan menggunakan 22
rasio keuangan yang diklasifikasikan ke dalam
5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas,
leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Altman
mengembangkan
modelnya
dengan
menggunakan 33 perusahaan bangkrut dan 33
perusahaan yang tidak bangkrut. Sampai
sekarang Z-Score lebih banyak digunakan oleh
para peneliti, praktisi serta para akademisi
19

prediksi

Formula untuk mendapatkan Altman Z-Score
adalah sebagai berikut:
Z-Score = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6T4 + 0.999T5

Dimana :
T1 = working capital / total asset
T2 = retained earnings / total asset
T3 = earnings before interest and taxes/total
asset
T4 = market capitalization / book value of debt
T5 = sales / total asset

T2,
melihat sejauh mana laba ditahan
perusahaan dapat berkontribusi terhadap total
aktivanya (atau lebih melihat tingkat
perputarannya).
T3, digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (tingkat
pengembalian) dari hasil operasi perusahaan
terhadap total aktivanya. Dapat juga dikatakan
rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana
yang digunakan oleh perusahaan.
T4, mengukur sejauh mana pengukuran pasar
(respon pasar) terhadap perusahaan yang
dinyatakan melalui salah satu dari struktur
permodalannya (hutang).
T5, Menyatakan Asset Turn Over, atau
kemampuan perusahaan dalam mengelola
seluruh aktiva/ investasi dalam menghasilkan
penjualan.
Hasil dari perhitungan
diklasifikasikan, menjadi :

tersebut

lalu

Z > 2.99 – wilayah aman (safe zone)1.80 < Z <
2.99 – Wilayah yang tidak aman (grey zone) Z

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT. UISU Jl. SM.Raja Teladan Medan

Seminar Sain dan Teknologi
ISSN : 1693 – 6809

< 1.80 – memasuki wilayah
kebangkrutan (distress zone)

menuju

3,993. tahun 2010 adalah 4,059 tahun 2011
adalah 4,570 dan tahun 2012 adalah 4,326.
Seluruh hasil perhitungan menunjukkan Z >
2,99 dengan demikian dapat dikatakan bahwa
PT. Astra International Tbk. berada pada posisi
yang sangat aman dari ancaman kebangkrutan
paling tidak untuk 3 (tiga) tahun kedepan.

Pengolahan Data
Berdasarkan data laporan keuangan tahunan
PT. Astra International Tbk. Selama 3 (tiga)
tahun terakhir, masing masing tahun 2009,
2010, 2011 dan 2012 lalu dipilih dan diambil
data yang diperlukan untuk menghitung Z
score.
Terlihat bahwa Z-Score untuk PT. Astra
International Tbk. pada tahun 2009 adalah

Tabel 3. Perkiraan perkiraan yang digunakan untu menghitung Z score
Item
Current Assets
Current Liabilities
Working capital
Total Assets
Retained Earning
EBIT
Equity
Market Value of eq.
Total Liabilities
Sales

Nilai (Rp.000.000,-)
2010
2011
46.843.000
65.978.000
37.124.000
48.371.000
9.719.000
17.607.000
112.857.000
153.521.000
44.729.000
55.626.000
21.031.000
25.772.000
58.689.000
75.838.000
220.818.400
299.552.000
63.547.000
77.683.000
129.991.000
162.564.000

2009
36.742.000
26.760.000
9.982.000
88.938.000
35.586.000
12.756.000
48.974.000
140.465.600
49.044.000
98.526.000

2012
75.799.000
54.178.000
21.621.000
182.274.000
66.289.000
27.898.000
89.814.000
331.965.136
92.460.000
188.053.000

Tabel 4. Perhitungan Z score untuk PT. Astra International Tbk.
Berdasarkan data tahun 2009-2011
Parameter
Working capital/ Total Assets
Retained Earning /Total Assets
EBIT/ Total Assets
Market Value of eq. / Liabilities
Sales/ Total Assets
Z-Scores

T1
T2
T3
T4
T5

2009
0,11
0,40
0,14
2,86
1,11
3,993

Pembahasan Hasil
Selama 4 (empat) tahun terakhir hasil
perhitungan Z score menunjukkan kondisi
kesehatan keuangan PT. Astra International
Tbk. sangat baik dan sangat aman terhadap
ancaman kebangkrutan. Pendapatan bersih
perusahaan yang terus meningkat sejak tahun
2007 dengan profit margin yang stabil diatas
10% memberikan daya tarik bagi investor
untuk membeli saham atau erinvestsi pada

Nilai T
2010
2011
0,09
0,11
0,40
0,36
0,19
0,17
3,47
3,86
1,15
1,06
4,509
4,570

Coef.
2012
0,12
0,36
0,15
3,59
1,03
4,326

1,2
1,4
3,3
0,6
0,999

perusahaan ini. Kondisi tersebut terlihat dari
nilai market capitalization yang terus
meningkat sekitar 50% pertahun, demikian
pula total asset
perusahaan yang terus
meningkat yang menjadikan perusahaan
semakin solvable.

Pada T1, meskipun terlihat menurun pada
tahun 2010 namun kembali membaik di hingga
tahun 2012 hal ini menunjukkan kondisi
likuiditas perusahaan semakin likuid.
Pekan Ilmiah Periode ke-XX FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan
20

Seminar Sain dan Teknologi

ISSN : 1693 – 6809

Pada T2, terlihat perusahaan mampu
menghasilkan laba ditahan setiap tahun.
sehingga menghasilkan surplus modal dan
pada akhirnya berdampak pada peningkatan
modal perusahaan.
Pada T3, jelas terlihat bahwa perusahaan
menghasilkan laba operasional yang meningkat
sehingga memberikan indikasi perusahaan ini
cukup efisien.
Pada T4, dapat lihat respon pasar (investor)
yang akan menanamkan modalnya. T4 yang
terus meningkat secara nyata membuktikan
bahwa calon investor mengganggap bahwa
perusahaan ini merupakan pilihan yang tepat
untuk berinvestasi.
Pada T5 atau dapat dinyatakan sebagai
perputaran aktiva, perusahaan ternyata mampu
mengelola aktivanya secara tepat (bekerja
secara efisien).

Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan Z-Score, dapat dilihat
bahwa kondisi PT. Astra International Tbk. di
kelola dengan baik sehingga menciptakan
kinerja yag sangat baik. Kondisi demikian
mengakibatkan perusahaan aman terhadap
ancaman kebangkrutan untuk 3 (tiga) tahun
mendatang.
Kondisi
ini
tenu
akan
meningkatkan minat da gairah investor untuk
berinvestasi pada PT. Astra International Tbk.
yang pada gilirannya akan meningkatkan value
perusahaan.

21

Daftar Pustaka
Jagdish N. Sheth, 2007, The Self Destructive
Habits Of Good Companies And
How To Break Them” Pearson
Education, Inc. diterjemahkan oleh
Hendro Prasetyo
dengan
judul “7 Tanda Kehancuran Bisnis
Sukses Waspadai Kebiasaan Buruk
Pemicu Kebangkrutan Bisnis Anda”,
Cetakan kedua, PT. Gramedia,
Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2011, Analisa Kritis
Atas Laporan Keuangan, Cetakan ke
10,
PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kristiana Anissa, 2012, Berharap Saham
Astra terus melambung Pasca – Stock Split
Majalah SWA No. 09/XXVIII/26 April – 9 Mei
2012.
www.astra.co.id/ Laporan Keuangan PT. Astra
International Tbk 2009 & 2010
www.astra.co.id/Laporan Keuangan PT. Astra
International Tbk 2010 & 2011
www.astra.co.id/Laporan Keuangan PT. Astra
International Tbk 2012

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT. UISU Jl. SM.Raja Teladan Medan

lam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi berat material
Pada setiap variasi
Abuterbang
(%)
0
5
10
15
20

Semen
(kg)

Air
(kg)

Krikil
(kg)

Pasir
(kg)

13,5
12,8
12,2
11,5
10,8

5,7
5,7
5,7
5,7
5,7

37,7
37,7
37,7
37,7
37,7

21
21
21
21
21

Pembuatan benda
uji

Abuterbang
(g)
675
1350
2025
2700

Benda uji dibuat
dalam
bentuk
silinder
ukuran
15cm x 30 cm
masing-masing
untuk
variasi
campuran
beton
normal 6 buah dan
untuk beton dengan
bahan tambah abu
terbang 30 buah.
Setelah benda uji
selesai
dibuat
kemudian
direndam dalam air
selama 28 hari.

(kg)
serapan air
beton (%)

1,64

Tabel 3. Kuat tekan beton
No
Benda
Uji

Pengujian Beton
Pengujian
beton
dilakukan
dilaboratorium
sesuai
prosedur
menurut ACI dan
ASTM
terhadap
kuat tekan beton
umur 28 hari dan
serapan air beton.

Hasil Penelitian
Pengujian
kuat
tekan beton dan
serapan air beton
dilaksanakan
dilaboratorium dan
hasil
pengujian
selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel
2 dan Tabel 3.

Berat
Benda
Uji
(kg)

Kuat Tekan
(kg/cm

1
2
3
4
5
6

12,1
12,4
12,2
12,2
12,4
12,1

260,40
268,76
265,32
259,59
261,24
256,42

1
2
3
4
5
6

12,2
11,8
12,2
12,2
12,2
12

202,38
211,46
192,09
189,90
187,07
176,21

1
2
3
4
5
6

11,8
11,8
11,8
12
12
11,9

198,64
182,35
182,81
200,73
195,09
184,73

1
2
3
4
5
6

11,8
12,2
11,8
12
12
12,1

180,45
186,90
182,81
192,36
182,51
186,61

1
2
3
4
5
6

11,6
11,6
11,8
11,6
11,8
11,6

134,17
129,31
148,71
135,06
140,52
129,16

Tabel 2. Serapan air beton
Kadar abu
terbang

%

Berat basah
beton (kg)

12,4

Berat kering
beton (kg)

12,2

Berat
serapan air

0,2

1,66

5%

Dari
nilai-nilai
serapan air dan
12,2 kuat tekan beton
pada Tabel 2 dan
Tabel 3, disajikan
12
dalam
bentuk
grafik
yang
0,2 diperlihatkan pada
Gambar 1 dan
Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Hubungan Kuat Tekan dengan
Variasi Fly Asah

Gambar 1. Hubungan Variasi Fly Ash
dengan Serapan
Beton
Dari AirGambar

Dari Gambar 1
dapat dilihat bahwa
kemampuan
penyerapan air oleh
beton
memperguakan
bahan tambah abu
terbang lebih besar
nilainya dari pada
beton normal, dan
daya serap air ini
terus
bertambah
besar
nilainya
selaras
dengan
pertambahan abu
terbang
yang
diberikan
pada
beton.
Ini
menunjukkan
bahwa abu terbang
yang dipergunakan
dalam
penelitian
ini tidak dapat
memperbaiki sifat
permeabilitas beton
.

2

diperoleh
gambaran bahwa
kuat tekan beton
normal lebih tinggi
nilainya dari pada
beton
mempergunakan
bahan tambah abu
terbang.
Laju
penurunan
kuat
tekan
pada
penambahan abu
terbang
5%
pertama
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan laju kuat
tekan
pada
penambahan
5%
abu terbang kedua
sampai keempat.
Laju
penurunan
kuat tekan terendah
terjadi
pada
penambahan abu
terbang
kedua.
Secara umum dari
gambar
diatas
diperoleh
gambaran bahwa
penambahan abu
terbang
menyebabkan kuat
tekan menurun, ini
selaras
dengan
gambaran
yang

diperoleh
pada
Gambar 1. Dari
analisa
ini
diperoleh
gambaran bahwa
penambahan abu
terbang pada beton
menimbulkan
rongga-rongga
yang lebih besar
nilainya
dibandingkan
dengan
rongarongga pada beton
normal
yang
menyebabkan
penyerapan
air
besar nilainya dan
kuat tekan beton
menurun.
Penurunan
kuat
tekan ini dapat juga
diakibatkan
oleh
berkurangnya
semen
yang
disebabkan
oleh
penggatian semen
dengan abu terbang
yang dipakai. Dari
sini
diperoleh
gambaran bahwa
abu terbang yang
dipakai
tidak
memberikan
pengaruh terhidap
sifat
mengikat
sama
seperti
semen.

Kesimpulan
Berdasrkan hasil
pengujian
dan
analisis
data
diperoleh
kesimpulan sebagai
berikut:
1. Serapan air pada
beton
mempergunaka
n bahan tambah
abu terbang dari
PT
Belawan
Deli lebih tinggi

dibandingkan
dengan serapan
air pada beton
noermal.
Penurunan
serapan air ini
untuk
variasi
campuran abu
terbang
5%,
10%, 15% dan
20% berturutturut
adalah
1,64%, 1,66%,
1,89%, 2,54%
dan
3,07%,
sehingga
abu
terbang ini tidak
layak
dipergunakan
sebagai bahan
tambah untuk
memperbaiki
permiabilitas
beton.
2. Kuat tekan beton
mempergunaka
n bahan tambah
abu terbang dari
PT
Belawan
Deli
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
kuat
tekan
beton
normal.
Penurunan
explisit
kuat
tekan ini untuk
variasi
pemakaian abu
terbang
5%,
10%, 15% dan
20% berturutturut
adalah
26%,
27%,
29%,
48%,
sehingga
abu
terbang ini tidak
layak
dipergunakan
sebagai bahan
tambah untuk
memperbaiki

nilai kuat tekan
beton.

Daftar Pustaka
American Society
for Testing
and
Material,
1991,
Annual
Books ASTM
Standard
1991,
Vol
04.02,
Concrete and
Agregate.
Lubis,

B, 2007,
Pelaksanaan
Konstruksi
Beton dan
Perawatann
ya,
Pidato
Pengukuhan
Guru Besar,
USU Medan.

Nevile. A.M, 1995,
Properties of
concrete,
Fourth
Edition,
Longman
Malaysia.