MENUJU BANGSA YANG BERMARTABAT

MENUJU BANGSA YANG BERMARTABAT
Apa itu bangsa yang bermartabat? Menurut Prof Dr Sofian Effendi, Rektor UGM, dalam
seminar menyambut Sidang Tanwir Aisyiyah di Kampus Terpadu UMY, bangsa yang
bermartabat adalah bangsa yang memiliki kebebasan menentukan sikap dan tindakannya (self
determination), memiliki kesadaran social tentang pemerataan (equity), dan kesamaan
(equality), keduanya dalam totalita atau keutuhannya.
Upaya untuk menegakkan bangsa yang bermartabat atau membangun bangsa bermartabat
adalah tugas pokok pemerintah dan pemimpin. Apakah tugas itu telah dilaksanakan? Ini
merupakan pertantaan penting hari ini bagi bangsa Indoensia.
Memang di masa silam, ada upaya pembangunan manusia seutuhnya yang itu dimaksudkan
sebagai salah satu cara untuk merealisasikan pembangunan bangsa bermartabat.
Secara konseptual, pada era reformasi upaya pembangunan bangsa bermartabat juga telah
dilakukan. Pada GBHN 1999 dirumuskan visi pembangunan maka pada tahun 2004 akan
terwujud masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju,
dan sejahtera, dalam wadah NKRI yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hokum, dan
lingkungan, menguasai Ipteks serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.
Tetapi apa yang tahun 2004 ini terjadi? Wajah demokrasi sering diplesetkan menjadi
democrazy dimana berbagai menyimpangan, termasuk beroperasinya politik uang mewarnai
hidup politik sehari-hari dari tingkat tertinggi sampai tingkat terendah. GDP Indonesia turun
drastic dari US$ 1135 (1996) menjadi US$ 636 (2002). Pertumbuhan ekonomi untuk

menciptakan kesejahteraan belum terjadi.
Semua itu ditambah lagi dengan dana lembaga keuangsn yang tidak beredar lebih dari 50%.
Dan harap diingat, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3.5% itu lebih didorong oleh
konsumsi, bukan oleh produksi. Dan penduduk yang masih berada di bawah garis
kemiskinan ada 23,4 % atau 46 juta orang. Jadi hampir seperempat bangsa Indoensia
sekarang terdiri dari saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan.
Kita sungguh menjadi bangsa yang kurang bermartabat. Sebab menurut data dari
Transparancy Internasional Indonesia adalah negara terkorup ke-6 dari 133 negara di dunia.
Berdasar data dari UNDP, Human Development Report 2003 menempatkan Indonesia pada
peringkat 110 dari 173, di bawah Filipina, Cina dan Vietnam. Kemudian ada data yang
memprihatinkan lagi, sebab ternyata daya saing nasional kita berada pada urutan 28 dari 30
negara berpenduduk 20 juta ke atas. Dan pada tahun 2003 country risk Indonesia menempati
peringkat 150 dari 185 negara di dunia.
Secara internal kita juga merasa bahwa ancaman disintegrasi semakin hari semakin nyata,
walaupun ada kelompok yang menyangsikan RI akan pecah. Pada saat yang sama peran
lembaga tradisional sebagai pengayom dan panutan masyarakat semakin lemah. Inilah yang
oleh Buya Syafii Maarif dikatakan, kerusakan bangsa kita sudah hampir sempurna.
Strategi Good Governance
Untuk menyetop makin memburuknya kinerja bangsa yang seperti itu, kita semua perlu
mencari alternatif pemecahannya. Salah satunya adalah dengan menerapkan strategi good

governance. Yang dimaksud dengan strategi disini adalah cara pemerintah menerapkan
kekuasannya dalam pengelolaan sumberdaya social, ekonomi dan politik suatu negara.
“Dalam konteks ini good governance adalah penerapan kekuasaan pada tiap tingkat
pemerintahan secara efektif, jujur, adil dan merata, transparan dan akuntabel,” tutur Sofian
Effendi.

Mnurut dia, unsur good governance ada tiga. Yaitu pertama, adimnisratif governance.
Penyelenggara adiminstrasi pemerintah yang professional, netral dan bersih KKN. Kedua,
political governace. Penyelenggaraan kehidupan politik yang demokratis sehingga
kepentingan masyarakat tersalurkan dengan baik, dan terjadi check and balance. Ketiga,
economic governance. Penyelenggaraan kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan
kemakmuran secara adil dan merata.
Untuk mengoperasikan goog governance dibutuhkan tiga aktor. Yaitu masyarakat, negara dan
dunia usaha. Masyarakat terdiri dari warganegara yang diorganisasi dan partai politik, CGO,
organisasi profesi, kelompok agama dan kelompok perempuan. Sedang negara terdiri dari
eksekutif, yudikatif, legislative, aparatur negaera dan militer/polri. Sektor usaha terdiri dari
usaha kecil dan menengah, perusahaan, koperasi, MNCs (multy natonal coporates), lembaga
keuangan dan bursa.
Masyarakat memiliki fungsi sebagai representasi dan tindakan kolekif, penyediaan pelayanan
publik dan memegang tigas dan tanggungjawab sebagai warga negara. Negara antara lain

memiliki fungsi sebagai penegak hokum, keamanan, pembuatan program dan kebijakan
publik, regulasi dan sebagainya. Sedang sector usaha memiliki fungsi produksi barang dan
jasa, penciptaan lapangan kerja dan penciptaan kesejahteraan.
Sedang menurut Drs Revrisond Baswier, MBA, good governance memiliki 8 karakter utama.
Pertama, mengutamakan partisipasi, bukan mobilisasi. Kedua, mengikuti rule of law. Tidak
melanggar hukum dan harus melindungi HAM secara penuh. Untuk ini lembaga hukum yang
independen dan polisi yang tidak korup merupakan aktor penting.
Ketiga, harus menjaga transparasni proses-proses pengambilan keputusan, termasuk
transparan dalam proses pembentukan undang-undang. Keempat, mau mendengarkan aspirasi
rakyat, tidak ndablek atau membuta tuli. Kelima, berorientasi pada consensus. Keenam,
menjaga keadilan dan terbuka. Ketujuh, mampu bekerja efektif dan efisien, dan mampu terus
menjaga keberlangsungan sumber daya alam dan melindungi lingkungan hidup bangsanya
dan Kedelapan mau bertanggungjawab. Jadi sewaktu-waktu mampu dan mau dimintai
pertanggungjawaban atas langkah-langkahnya memimpin bangsa.
Pemimpin yang Berkualitas
Untuk menjalankan strategi good goverance dibutuhkan pemimpin bangsa yang berkualitas,
tidak seperti yang selama ini terjadi. Pemimpin yang berkualitas itu memiliki watak sebagai
penggalang solidaritas dan sebagai pemecah persoalan bangsa. Ia juga harus dipercaya dan
mempu memelihara kepercayaan publik, mampu menginspirasi rakyat, memiliki visi yang
jelas, punya wawasan dalam teknik, sikapnya konsisten dan memiliki keberanian menghadapi

tantangan. Atau menurut konsep Islam, pemimpin itu harus amanah (melaksanakan secara
juju dan adil), siddiq (bijaksana dan mau mengatakan kebenaran apa adanya), tabligh
(menyampaikan berita selengkapnya, atau ahli melakukan sosialisasi), fathonah (cerdik) dan
memiliki nilai-nilai keteladanan.
Dalam konteks Indonesia di tahun 2004 ini kulitas pemimpin bangsa yang mampu
menjalankan strategi good governance adalah dia yang memegang teguh nilai-nilai hakiki
dalam pembukaan dan UUD 45, mampu menjangkau seluruh unsur bangsa, memiliki kadar
intelektualitas yang tinggi, mempunyai visi pembangunan bangsa yang jelas. Kemudian dia
juga harus memiliki kepedulian yang tinggi pada kesejahteraan bangsa, khususnya
pendidikan, memiliki integritas moral, bersih dari KKN dan pelanggaran HAM. Yang cukup
penting, dia harus memiliki kualitas negarawan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, memiliki gaya kepemimpinan yang menyejukkan dan berani bertindak.
Menurut Sofian Effendi, di dunia ini sudah ada contoh ngara dan pemimpin bangsa yang
mampu menjalankan strategi good governance dengan baik. Yaitu negara Malaysia di bawah
kepemimpinan PM Mahathir Mohamad. Di negara ini korupsi dapat ditekan minimal,

kemakmuran meningkat, etos kerja dan etos kemandirian bangsa dapat meningkat. Dengan
demikian bangsa Malaysia sungguh berhasil tampil sebagai bangsa yang bermartabat di dunia
ini. Tidak seperti Indonesia yang masih juga terpuruk.
Dari data yang dikumpulkan Revrisond, penyebab utama keterpurukan itu adalah korupsi.

Sekarang Indonesia dikenal sebagai negara no1 paling korup di Asia Tenggara, paling korup
nomo 4 di Asia. Harus ada pembongkaran dan pembersihan secara struktural yang radikal
agar korupsi dapat diberantas. Termasuk penggantian para pejabat publik. Misalnya mereka
yang di lingkungan Menko Ekuin, Bank Indonesia dan yang mengueusi BUMN.
“Sebab hanya karena ingin meraup keuntungan pribadi yang lebih banyak maka banyak asset
bangsa dan perusahaan milik rakyat dijual ke pihak asing. Kabar santer menunjukkan kalau
PLN dan Pertamina, serta Pelabuhan Udara Cengkareng yang diberi nama Bandara Sukarno
Hatta juga akan dijual. Kalau itu dijual habis sudah kekayaan rakyat dan bangsa ini,” katanya.
Tentu saja tidak adil kalau hanya mereka yang basah oleh uang yang ditindak. Menurut
Revrision, mereka yang selama ini melakukan perdagangan hukum juga harus dibongkar dan
dibersihkan secara struktural. Mereka yang ada di kepolisian, di pengadilan dan siapa pun
yang melindungi mereka harus diganti.
Pemimpin yang Kuat
Dalam seminar menyambut Tanwir Aisyiyah iktu, Ketua PP Aisyiyah Prof Dr Chamamah
Soleratno juga membacakan makalahnya berjudul Kepemimpinan yang Kuat, berish dan
tanggung jawab menurut visi Islam.
Dalam kaitan ini bangsa kita perlu bersyukur karena kemungkinan mendapatkan pemimpin
bangsa yang ssuai dengan visi Islam, yaitu pemimpin yang bersih dari KKN terbuka lebar.
Yaitu melalui Pemilu 2004.
Dalam menghadapi Pemilu kita mencoba merumuskan criteria pemimpin dengan

kepemimpinan yang bersih, kuat, dan bertanggungjawab demi tegaknya good governace bagi
masyarakat, bangsa dan negara RI yang tercinta ini.
Kepemimpinan yang yang kuat, bersih dan bertanggungjawab dapat dilihat dari berbagai
dimensi. Diantaranya dimensi budaya. Mengingat mayoritas Indonesia berpendukuk Muslim
maka kepemimpinan yang memegang budaya kepemimpinan Islam sangat dibutuhkan. Yaitu
kepemimpinan yang memandang tugas kepemimpinan sebagai ibadah, bersedia dimintai
pertanggungjawaban, memegang sifat mulia dan visioner. (Bahan ton. Tulisan: tof)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 2 2004