makalah SIA siklus produksi
SistemInformasiAkuntansi
SIKLUS PRODUKSI
(CHAPTER 14)
DisusunOleh:
Muraiya
1301103010133
SinintiaFitri Lestari
1301103010131
RannySharah
1301103010140
RiskaFaradhila
1301103010141
Fitrawati
12011030101003
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami
perubahan yang begitu pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh sebab itu, perusahaanperusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien
untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang
sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang
berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu sehingga keputusan yang
tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan system informasi yang diterapkan di masingmasing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan system informasi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.Oleh karena bentuk operasional perusahaan yang beragam,
maka sasaran sistem informasi akuntansi juga beragam bentuknya. Misalnya suatu
perusahaan manufaktur akan memerlukan sistem informasi akuntansi yang dapat
menghasilkan informasi biaya produksi dan besarnya harga jual produk, jenis produk,
kuantitas dan kualitas produk, persediaan serta biaya-biaya yang berhubungan dengan produk
misal biaya pembelian bahan, biaya transportasi pengantaran, dan sebagainya.
Salah satu bagian penting dalam system informasi akuntansi adalah pada aktivitas
pembelian dan persediaan barang perusahaan. Sistem informasi persediaan akan mencatat
setiap pergerakan mutasi persediaan mulai dari pengadaan persediaan sampai dengan
distribusi persediaan. Dengan demikian system akuntansi persedian akan menjamin bahwa
catatan akuntansi perusahaan akan menunjukkan secara akurat setiap mutasi persediaan.
Salah
satu
penyebab
terjadinya
kekacauan-kekacauan
dalam
prosedur
akuntansi adalah lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang mengatur
suatu transaksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu menyusun
suatu sistem dan prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik dalam
mengatur pelaksanaan transaksi perusahaan.
Lingkup (scope) sistem informasi akuntansi adalah memberikan informasi untuk
tujuan akuntansi yaitu tujuan eksternal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
otoritas dan tujuan internal untuk tujuan pengambilan keputusan manajemen.Menurut
Bodnard dan Hopwood (2000:23) sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya
seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.Menurut
Baridwan (1996:4) sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang
mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan komunikasikan informasi
keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti
inspeksi pajak, investor dan kreditur ) dan pihak-pihak dalam (terutama manajemen ). Untuk
tujuan eksternal biasanya didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh otoritas. Misal
penyajian laporan keuangan untuk publik, sehingga dibutuhkan sistem informasi akuntansi
keuangan.
Sebaliknya manajemen sering pula membutuhkan informasi akuntansi yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan untuk tujuan tertentu, sehingga dibutuhkan suatu sistem
informasi akuntansi manajerial.Dalam pembahasan ini akan di bahas tentang siklus produksi
serta persediaan dalam sistem informasi akuntansi untuk mencatat kegiatan bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian siklus produksi
Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi
pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produk.
Sistem informasi siklus pendapatan menyediakan informasi (pesanan pelanggan dan
perkiraan penjualan) yang digunakan untuk merencanakan tingkat produksi dan persediaan.
Sebagai balasannya, sistem informasi siklus produksi mengirimkan informasi ke siklus
pendapatan mengenai barang jadi yang telah diproduksi dan tersedia untuk dijual. Informasi
mengenai kebutuhan bahan baku dikirim ke sistem informasi siklus pengeluaran dalam
bentuk permintaan pembelian. Sebagai gantinya, sistem siklus pengeluaran menyediakan
informasi mengenai perolehan bahan baku dan juga mengenai pengeluaran lain yang
dimasukkan ke dalam overhead pabrik.
Siklus produksi terdiri dari empat aktivitas dasar :
Desain produk
Perencanaan dan penjadwalan produksi
Operasi produksi
Akuntansi Biaya
B. Sistem Informasi Siklus Produksi
Proses
Departemen teknik bertanggung jawab untuk mengembangkan spesifikasi produk. Filedaftar
bahan baku menyimpan informasi mengenai komponen-komponen produk, dan file daftar
operasi berisi informasi mengenai bagaimana untuk pembuatan setiap produknya. Untuk
mengembangkan spesifikasi tersebut, departemen teknik mengakses kedua file tersebut untuk
memeriksa desain produk yang serupa. Departemen teknik juga mengakses buku besar dan
file persediaan untuk informasi mengenai perkiraan penjualan dan pesanan pelanggan.
Departemen perencanaan produksi menggunakan informasi itu, plus data mengenai tingkat
persediaan saat ini, untuk mengembangkan jadwal induk produksi dan membuat catatan baru
dalam file pesanan produksi untuk mengotorisasi produksi barang-barang tertentu.
Ancaman dan pengendalian
Aktivitas siklus produksi tergantung pada memperbarui database terintegrasi yang berisi data
induk mengenai spesifikasi produk dan persediaan.
C. Desain Produk
Langkah pertama dalam siklus produksi adalah desain produk. Tujuannya adalah untuk
menciptakan sebuah produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya
tahan, dan fungsionalitas sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi.
Proses
Aktivitas desain produk menghasilkan dua output. Pertama, daftar bahan baku, yaitu sebuah
dokumen yang menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari tiap-tiap
komponen yang digunakan dalam sebuah produk. Kedua, daftar operasi yaitu sebuah
dokumen yang menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti dalam membuat
produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama setiap langkah yang diambil.
Ancaman dan pengendalian
Desain produk yang buruk meningkatkan biaya dalam beberapa cara. Menggunakan terlalu
banyak komponen unik ketika membuat produk yang serupa meningkatkan biaya yang terkait
dengan pembelian dan pemeliharaan persediaan bahan baku. Ini juga sering mengakibatkan
proses produksi yang tidak efisien karena kompleksitas yang berlebihan dalam mengubah
dari produksi satu produk ke produk yang lain. Produk yang didesain dengan buruk juga
cenderung menimbulkan garansi dan biaya perbaikan yang tinggi.
D. Perencanaan dan Penjadwalan
Langkah kedua dalam siklus produksi adalah perencanaan dan penjadwalan. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan rencana produksi yang cukup efisien untuk memenuhi pesanan
yang ada dan mengantisipasi permintaan jangka pendek seklaigus meminimalkan persediaan
bahan baku dan barang jadi.
Metode perencanaan produksi
Dua metode umum perencanaan produksi adalah manufacturing resource planning dan
produksi ramping. Manufaturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari
perencanaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas
produksi yang ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan
yang diperkirakan.
Produksi ramping : memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk
seluruh proses produksi dan untuk meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Produksi ramping sering disebut sebagai pull
manufacturing karena barang-barang yang diproduksi sebagai respons terhadap permintaan
pelanggan.
Dokumentasi kunci dan formulir
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, dan tingkat persediaan
barang jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi. Hasilnya adalah master
production schedule (MPS) ,yang menentukan seberapa banyak tiap-tiap produk untuk
diproduksi selama periode perencanaan dan ketika produksi tersebut harus terjadi .
Pesanan produksi mengotorisasi pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada
sebuah produk tertentu. Pesanan produksi tersebut mencantumkan operasi yang perlu
dijalankan, kuantitas yang akan diproduksi, dan lokasi dimana produk jadi harus dikirimkan.
Ia juga mengumpulkan data mengenai masing-masing aktivitas tersebut.
Permintaan bahan baku mengotorisasi penghapusan kuantitas yang diperlukan bahan
baku dari ruang penyimpanan ke lokasi pabrik dimana bahan baku tesebut akan digunakan.
Transfer bahan baku selanjutnya di seluruh pabrik di dokumentasikan dalam kartu
pemindahan, yang mengidentifikasi bagian yang ditransfer, lokasi dimana bagian tersebut
ditransfer, dan waktu transfer.
Ancaman dan pengendalian
Kelebihan produksi dapat mengakibatkan pasokan barang yang melebihi permintaan
jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas potensial karena sumber
daya terikat dalam persediaan. Kelebihan produksi juga meningkatkan resiko pencatatan
persediaan yang menjadi usang. Sebaliknya, di bawah target produksi dapat meningkatkan
produksi dapat mengakibatkan kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan karena
kurangnya ketersediaan barang yang diinginkan.
E. Operasi Produksi
Langkah ketiga dalam siklus produksi adalah pembuatan produk yang sebenarnya. Cara
aktivitas ini dicapai berbeda-beda di berbagai perusahaan, perbedaan berdasarkan jenis
produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi (TI) dalam proses produksi, seperti robot
dan mesin yang dikendalikan komputer, disebut sebagai computer-integrated manufacturing
(CIM). CIM adalah sebuah pendekatan manufaktur dengan banyak proses manufaktur dengan
banyak proses manufaktur dijalankan dan diawasi dengan peralatan terkomputerisasi,
sebagian melalui penggunaan robot dan pengumpulan data real-time dari aktivitas
manufaktur.
Ancaman dan pengendalian
Pencurian persediaan dan aktiva tetap adalah keprihatinan utama. Selain kehilangan aset,
pencurian juga mengakibatkan saldo aset yang berlebihan, yang dapat mengarah pada analisis
yang salah dari kinerja keuangan dan di bawah target. Untuk mengurangi resiko kehilangan
atas persediaan, akses fisik terhadap persediaan harus dibatasi dan seluruh pergerakan internsl
dari persediaan harus didokumentasikan. Jadi, permintaan bahan baku harus digunakan untuk
mengotorisasi dikeluarkannya bahan baku untuk produksi.
Kinerja yang buruk adalah ancaman lain terhadap operasi produksi. Pelatihan adalah satu
cara untuk menanggulangi ancaman ini. Ancaman lain terkait dengan aktivitas siklus
produksi adalah investasi suboptimal dalam aktiva tetap. Investasi yang berlebihan terhadap
aktiva tetap dapat menciptakan kelebihan biaya, tingkat investasi yang rendah dapat
mengurangi produktivitas. Kedua masalah tersebut mengurangi profitabilitas. Dengan
demikian, otorisasi yang tepat atas transaksi aktiva tetap adalah sangat penting.
F. Akuntansi Biaya
Langkah terakhir dalam siklus produksi adalah akuntansi biaya. 3 tujuan utama dari sistem
akuntansi biaya adalah (1) menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan
pengevaluasian kinerja operasi produksi; (2) menyediakan data biaya yang akurat mengenai
produk untuk digunakan dalam penetapan harga dan keputusan bauran produk; dan (3)
mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai
persediaan dan harga pokok penjualan yang muncul dalam laporan keuangan perusahaan.
Proses
Untuk berhasil mencapai tujuan pertama, sistem akuntansi biaya harus didesain untuk
mengumpulkan data secara real-time mengenai kinerja aktivitas produksi, sehingga
manajemen dapat membuat keputusan yang tepat waktu.
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya job-order atau perhitungan
proses untuk menentukan biaya produksi. Perhitungan biaya job-order menentukan biaya ke
batch produksi tertentu atau pekerjaan, dan digunakan ketika produk atau jasa yang dijual
terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara diskret (berlainan).
Sebaliknya, perhitungan biaya proses menentukan biaya pada masing-masing proses atau
pusat kerja dalam siklus produksi, dan kemudian menghitung biaya rata-rata untuk seluruh
unit yang diproduksi. Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang atau jasa yang
hampir sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit diskret tidak dapat dengan segera
diidentifikasi.
Tabel 1.1 ancaman dan pengendalian dalam siklus produksi
Aktivitas
Isu-isu umum
Ancaman
Data induk yang
Pengendalian
Pengendalian integritas
diseluruh siklus
tidak akurat atau
produksi
tidak valid
Pengungkapan yang
pengolahan data
Pembatasan akses terhadap data
tidak di otorisasi
induk
Tinjauan pada semua perubahan
terhadap data induk
oleh informasi
Desain produk
sensitif
Kehilangan atau
penghancuran data
Desain produk yang
buruk
Pengendalian akses
enkripsi
Backup dan prosedur pemulihan
bencana
Tinjauan dan persetujuan jadwal
mengakibatkan
Perencanaan dan
penjadwalan
kelebihan biaya
Kelebihan dan
dibawah target
dan pesanan produksi
Pembatasan akses terhadap
pesanan produksi dan jadwal
Operasi produksi
produksi
Pengendalian akses fisik
Dokumentasi dari semua
tetap
Kinerja yang buruk
Investasi suboptimal
pergerakan persediaan
Pemisahan tugas-penyimpanan
dalam aktiva tetap
Kehilangan
penghapusan
Pembatasan akses terhadap data
persediaan atau
induk persediaan
Perhitungan persediaan fisik
Pencurian
persediaan
Pencurian aktiva
aset dari pencatatan dan otorisasi
aktiva tetap
secara periodik dan rekonsiliasi
dikarenakan
dari pencatatan dan otorisasi
kebakaran atau
Akuntansi biaya
bencana lainnya
Gangguan operasi
data biaya yang
tidak akurat
alokasi yang tidak
tepat dari biaya
overhead
laporan yang
penghapusan
Pelatihan
Laporan kinerja
asuransi
otomatisasi data sumber
pengendalian integritas
pengolahan data
perhitungan biaya berbasis
aktivitas yang didorong waktu
metrik kinerja inovatif
menyesatkan
DATA PENGGUNAAN BAHAN BAKU ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan
bahan baku memicu debit barang dalam proses untuk bahan baku yang dikirim ke produksi.
Jika bahan baku tambahan diperlukan, debit yang lain dibuat untuk barang dalam proses.
Sebaliknya, barang dalam proses dikredit untuk bahan baku yang tidak digunakan dan
dikembalikan ke persediaan.
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG kartu jam kerja adalah sebuah dokumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas tenaga kerja dengan mencatat
jumlah waktu seorang pekerja yang dikeluarkan dalam setiap tugas pekerjaan tertentu.
PENGGUNAAN MESIN DAN PERALATAN Ketika perusahaan mengimplementasikan
CIM untuk mengotomatiskan proses produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya produk
yang terkait dengan mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat produk tersebut.
Data mengenai penggunaan mesin dan peralatan dikumpulkandi setiap tahap proses produksi,
sering kali bersamaan dengan data mengenai biaya tenaga kerja.
BIAYA OVERHEAD PABRIK. Biaya pabrik yang biasanya secara ekonomis tidak layak
untuk melacak langsung terhadap pekerjaan atau proses tertentu yang disebut overhead
pabrik. Para akuntan dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan biaya overhead
dengan cermat menilai bagaimana perubahan dalam bauran produk dapat mempengaruhi total
overhead pabrik. Meskipun demikian, mereka harus melampaui tidak hanya sekadar
mengumpulkan data, tetapi juga harus mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari agar
mendorong perubahan dalam total biaya.
Ancaman Dan Pengendalian
Data biaya yang tidak akurat dapat menurunkan efektivitas penjadwalan produksi dan
melemahkan kemampuan manajemen untuk mengawasi dan mengendalikan operasi
manufaktur. Sebagai contoh, data biaya yang tepat mengenai produk apa yang dibuat dan
bagaimana menentukan harga penjualan terkini. Kesalahan dalam pencatatan persediaan
dapat mengakibatkan kelebihan atau kurangnya produksi barang. Aktiva tetap yang disajikan
berlebihan akan menaikkan biaya melalui depresiasi ekstra dan pajak properti yang lebih
tinggi.
Prosedur pengendalian terbaik untuk memastikan bahwa entri data akurat adalah untuk
mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan teknologi RFID, pemindai kode batang,
alat pembaca kartu, dan perangkat lainnya. Meskipun demikian, data biaya yang akurat
tidaklah cukup.
MENINGKATKAN PENGENDALIAN DENGAN SISTEM PERHITUNGAN BIAYA
BERBASIS AKTIVITAS
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based-costing-ABC) yaitu sistem biaya
yang dirancang untuk melacak biaya pada aktivitas yang menimbulkannya. Seperti
penggilingan atau pemolesan, dan seterusnya hanya mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke
produk atau departemen. Tujuan yang mendasari perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah
untuk menghubungkan biaya dengan strategi perusahaan.
Sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas berbeda dari sistem akuntansi biaya konvensional
dalam 3 cara yang penting :
1. Sistem biaya berbasis aktivitas berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar
dari biaya overhead ke poduk.
2. Sistem biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya pooluntuk
mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik). ABC costing membedakan 3
kategori overhead terpisah :
Overhead yang terkait dengan batch. Contohnya meliputi biaya setup, inspeksi, dan
penanganan bahan baku. ABC costing mengakumulasikan biaya-biaya ini untuk
sebuah batch dan kemudian mengalokasikannya ke unit yang diproduksi dalam batch
tersebut. Jadi, produk yang dibuat dalam jumlah besar memiliki biaya overhead yang
terkait dengan batch yang lebih rendah per unitnya daripada produk yang dibuat
dalam jumlah kecil.
Overhead yang terkait dengan produk. Biaya ini terkait dengan perbedaan lini produk
perusahaan. Contohnya meliputi Litbang, expediting, pengiriman dan penerimaan,
regulasi lingkungan, dan pembelian. ABC costing berusaha menghubungkan biaya-
biaya ini dengan produk tertentu ketika memungkinkan.
Overhead keseluruhan perusahaan. Kategori ini termasuk biaya-biaya seperti sewa
atau pajak properti. Biaya ini diberlakukan ke seluruh produk. Jadi ABC costing
biasanya mengalokasikan biaya dengan menggunakan tarif departemen atau pabrik.
3. Sistem biaya berdasarkan aktivitas berupaya untuk merasionalkan alokasi overhead ke
produk dengan mengidentifikasi pemicu biaya. Pemicu biaya (cost driver)adalah
segala sesuatu yang memiliki hubungan sebab-akibat terhadap biaya.
PENINGKATAN MANAJEMEN BIAYA. Para pendukung berargumen bahwa keuntungan
lain dari perhitungan biaya berbasis-aktivitas adalah bahwa perhitungan tersebut dengan jelas
mengukur hasil dari tindakan-tindakan manajemen atas profitabilitas secara keseluruhan.
Sementara sistem biaya tradisional hanya mengukur pengeluaran untuk memperoleh sumber
daya, maka sistem biaya berdasarkan aktivitas mengukur jumlah yang dikeluarkan unruk
memperoleh sumber daya dan konsumsi sumber daya tersebut.
PENINGKATAN PENGENDALIAN DENGAN METRIK KINERJA INOVATIF.
Pendekatan modern ke produksi, seperti produksi ramping, secara signifikan berbeda dari
produksi massal tradisional. Salah satu perbedaan utama adalah pengurangan yang ditandai
pada tingkat persediaan barang jadi, karena produksi dijadwalkan sebagai respons terhadap
permintaan pelanggan bukannya proyeksi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.
Ketika perusahaan beralih dari produksi massal ke produksi ramping, maka perusahaan
tersebut akan mengurangi tingkat persediaan yang ada, dengan hasil bahwa biaya yang terjadi
di periode sebelumnya untuk menciptakan persediaan tersebut sekarang dibebankan. Selain
itu, karena produksi biaya tenaga kerja dan overhead dibebankan ke periode saat ini,
bukannya dialokasikan ke persediaan dan dengan demikian diperlakukan sebagai aset dan
ditahan untuk periode yang akan datang.
Ukuran pengendalian kualitas. Informasi mengenai biaya kualitas dapat membantu
perusahaan menentukan dampak dari tindakan yangdiambil untuk meningkatkan yield
dan mengidentifikasi area-area untuk perbaikan lebih lanjut. Biaya pengendalian
kualitas dapat dibagi kedalam 4 area sebagai berikut.
1. Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang
didesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.
2. Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk
memenuhi standar kualitas.
3. Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang, atau
pembuangan, produk yang diidentifikasi sebagai produk cacat sebelum penjualan
4. Biaya kegaglan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual ke pelanggan.
Biaya ini meliputi biaya-biaya seperti klaim kewajiban produk, garansi dan biaya
perbaikan, hilangnya kepuasan pelanggan dan kerusakan reputasi perusahaan.
BABIII
STUDI KASUS
Padabagianstudikasus, kami mengambilsampeldarisebuahpabrikes yang bernama CV.
Muda Perkasa yang beralamat di Jalan Sultan MalikulSaleh No. 32 Kecamatan Banda Raya,
Lamlagang, Banda Aceh.
CV. Muda Perkasa mendapatkan pesanan dari beberapa rumah makan di Banda Aceh.
Pesanan yang sudah disepakati sebelumnya dikirimkan secara langsung ke tahap produksi.
Ditahap inilah produksi dilaksanakan diawali dengan masuknya air PDAM yang telah
disaring melalui filter yang diuji kelayakannya. Kemudian air PDAM yang bersih
dimasukkan ke dalam tangki akumulator. Selanjutnya diproses pembekuannya oleh mesin
pendingin sesuai waktu yang ditentukan. Bahan pembantu lainnya yaitu plastik kemasan dan
tali untuk mengikat es Kristal yang telah dipaketkan. Harga produk ditentukan oleh bagian
pemasaran, yang mana apabila bahan baku tersedia banyak, maka harga es Kristal per kg
relatif murah, dan apabila bahan baku tidak banyak tersedia, maka harga es Kristal per kg
relatif mahal. Saat ini umumnya harga es Kristal Rp 1.000,- per kg dan terdiri dari 3 paket
yaitu 8 kg dengan harga Rp 8.000,-, paket 10 kg Rp 10.000,-, dan 20 kg Rp 20.000,-.
Setelah proses pengemasan diselesaikan, es Kristal dikirimkan ke pemesan tersebut,
yang mana dalam kasus ini adalah rumah makan di Banda Aceh, dengan memberikan
kwitansi
pembayaran
yang
dibuat
dalam
dua
rangkap.Saturangkapdisimpan
bagianpencatatan, dansaturangkaplagidiserahkankepadakonsumen.
di
BAB IV
ANALISIS INTERNAL CONTROL
Dalamstudikasus yang kami teliti, terdapatbeberapakelemahan internal control
olehCV. Muda Perkasa, yang manatelah kami rangkumsebagaiberikut:
1. Pemiliktidakmelakukanstrategipemasaransecarakhusus,
hanyadikenalmelaluiinformasipembelidariword
of
mouth
(secaralisan)
dansecarapemesanan.
2. Tidakadanyabagianakuntansisecaraterkhusus, dalamartianhanyasekedarpencatatan di
bagianpembukuansaja.
3. Tidakadanya label merek yang tertera di bagianpembungkusataupun plastic
pembungkuses Kristal.
4. Banyaknyaprodukpesaingtidakmenjadiacuanbagiusahaes Kristal CV. Muda Perkasa
dalammenetapkanharga.
Artinya,
sekalipunbanyakprodukpesaing,
merekapenetapanhargatetapsesuaidenganhargabahanbakudanbiaya-biayalainnya,
karenamerekaberanggapanprodukmerekatetaplakudipasarkankarenakonsumenmembel
iprodukmerekakarenakualitas yang memuaskan.
SARAN
1. Seharusnyaperusahaanmelakukanpemasarantidakhanyasecaralisan,
namunjugadipromosikanselebaran/brosurkepadasetiaprumahmakan/restorandantempat
-tempat yang sejenislainnya.
2. Merekruttenagakerjakhususdalambagianakuntansi,
sehinggapencatatannyaakanlebihjelasdantertata.
Inijugatermasukkedalampemisahantugas,
dimanabagianpencatatandanbagianpenerimaanseharusnyadipisahkan.
3.
DaftarPustaka
1. Romney, Marshall B., 2015, SistemInformasiAkuntansi, Edisi13, SalembaEmpat,
Jakarta
2. http://richank-meister.blogspot.com/2012/11/sistem-informasi-akuntansi-siklus.html
SIKLUS PRODUKSI
(CHAPTER 14)
DisusunOleh:
Muraiya
1301103010133
SinintiaFitri Lestari
1301103010131
RannySharah
1301103010140
RiskaFaradhila
1301103010141
Fitrawati
12011030101003
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami
perubahan yang begitu pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh sebab itu, perusahaanperusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien
untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang
sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang
berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu sehingga keputusan yang
tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan system informasi yang diterapkan di masingmasing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan system informasi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.Oleh karena bentuk operasional perusahaan yang beragam,
maka sasaran sistem informasi akuntansi juga beragam bentuknya. Misalnya suatu
perusahaan manufaktur akan memerlukan sistem informasi akuntansi yang dapat
menghasilkan informasi biaya produksi dan besarnya harga jual produk, jenis produk,
kuantitas dan kualitas produk, persediaan serta biaya-biaya yang berhubungan dengan produk
misal biaya pembelian bahan, biaya transportasi pengantaran, dan sebagainya.
Salah satu bagian penting dalam system informasi akuntansi adalah pada aktivitas
pembelian dan persediaan barang perusahaan. Sistem informasi persediaan akan mencatat
setiap pergerakan mutasi persediaan mulai dari pengadaan persediaan sampai dengan
distribusi persediaan. Dengan demikian system akuntansi persedian akan menjamin bahwa
catatan akuntansi perusahaan akan menunjukkan secara akurat setiap mutasi persediaan.
Salah
satu
penyebab
terjadinya
kekacauan-kekacauan
dalam
prosedur
akuntansi adalah lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang mengatur
suatu transaksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu menyusun
suatu sistem dan prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik dalam
mengatur pelaksanaan transaksi perusahaan.
Lingkup (scope) sistem informasi akuntansi adalah memberikan informasi untuk
tujuan akuntansi yaitu tujuan eksternal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
otoritas dan tujuan internal untuk tujuan pengambilan keputusan manajemen.Menurut
Bodnard dan Hopwood (2000:23) sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya
seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.Menurut
Baridwan (1996:4) sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang
mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan komunikasikan informasi
keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti
inspeksi pajak, investor dan kreditur ) dan pihak-pihak dalam (terutama manajemen ). Untuk
tujuan eksternal biasanya didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh otoritas. Misal
penyajian laporan keuangan untuk publik, sehingga dibutuhkan sistem informasi akuntansi
keuangan.
Sebaliknya manajemen sering pula membutuhkan informasi akuntansi yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan untuk tujuan tertentu, sehingga dibutuhkan suatu sistem
informasi akuntansi manajerial.Dalam pembahasan ini akan di bahas tentang siklus produksi
serta persediaan dalam sistem informasi akuntansi untuk mencatat kegiatan bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian siklus produksi
Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi
pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produk.
Sistem informasi siklus pendapatan menyediakan informasi (pesanan pelanggan dan
perkiraan penjualan) yang digunakan untuk merencanakan tingkat produksi dan persediaan.
Sebagai balasannya, sistem informasi siklus produksi mengirimkan informasi ke siklus
pendapatan mengenai barang jadi yang telah diproduksi dan tersedia untuk dijual. Informasi
mengenai kebutuhan bahan baku dikirim ke sistem informasi siklus pengeluaran dalam
bentuk permintaan pembelian. Sebagai gantinya, sistem siklus pengeluaran menyediakan
informasi mengenai perolehan bahan baku dan juga mengenai pengeluaran lain yang
dimasukkan ke dalam overhead pabrik.
Siklus produksi terdiri dari empat aktivitas dasar :
Desain produk
Perencanaan dan penjadwalan produksi
Operasi produksi
Akuntansi Biaya
B. Sistem Informasi Siklus Produksi
Proses
Departemen teknik bertanggung jawab untuk mengembangkan spesifikasi produk. Filedaftar
bahan baku menyimpan informasi mengenai komponen-komponen produk, dan file daftar
operasi berisi informasi mengenai bagaimana untuk pembuatan setiap produknya. Untuk
mengembangkan spesifikasi tersebut, departemen teknik mengakses kedua file tersebut untuk
memeriksa desain produk yang serupa. Departemen teknik juga mengakses buku besar dan
file persediaan untuk informasi mengenai perkiraan penjualan dan pesanan pelanggan.
Departemen perencanaan produksi menggunakan informasi itu, plus data mengenai tingkat
persediaan saat ini, untuk mengembangkan jadwal induk produksi dan membuat catatan baru
dalam file pesanan produksi untuk mengotorisasi produksi barang-barang tertentu.
Ancaman dan pengendalian
Aktivitas siklus produksi tergantung pada memperbarui database terintegrasi yang berisi data
induk mengenai spesifikasi produk dan persediaan.
C. Desain Produk
Langkah pertama dalam siklus produksi adalah desain produk. Tujuannya adalah untuk
menciptakan sebuah produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya
tahan, dan fungsionalitas sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi.
Proses
Aktivitas desain produk menghasilkan dua output. Pertama, daftar bahan baku, yaitu sebuah
dokumen yang menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari tiap-tiap
komponen yang digunakan dalam sebuah produk. Kedua, daftar operasi yaitu sebuah
dokumen yang menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti dalam membuat
produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama setiap langkah yang diambil.
Ancaman dan pengendalian
Desain produk yang buruk meningkatkan biaya dalam beberapa cara. Menggunakan terlalu
banyak komponen unik ketika membuat produk yang serupa meningkatkan biaya yang terkait
dengan pembelian dan pemeliharaan persediaan bahan baku. Ini juga sering mengakibatkan
proses produksi yang tidak efisien karena kompleksitas yang berlebihan dalam mengubah
dari produksi satu produk ke produk yang lain. Produk yang didesain dengan buruk juga
cenderung menimbulkan garansi dan biaya perbaikan yang tinggi.
D. Perencanaan dan Penjadwalan
Langkah kedua dalam siklus produksi adalah perencanaan dan penjadwalan. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan rencana produksi yang cukup efisien untuk memenuhi pesanan
yang ada dan mengantisipasi permintaan jangka pendek seklaigus meminimalkan persediaan
bahan baku dan barang jadi.
Metode perencanaan produksi
Dua metode umum perencanaan produksi adalah manufacturing resource planning dan
produksi ramping. Manufaturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari
perencanaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas
produksi yang ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan
yang diperkirakan.
Produksi ramping : memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk
seluruh proses produksi dan untuk meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Produksi ramping sering disebut sebagai pull
manufacturing karena barang-barang yang diproduksi sebagai respons terhadap permintaan
pelanggan.
Dokumentasi kunci dan formulir
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, dan tingkat persediaan
barang jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi. Hasilnya adalah master
production schedule (MPS) ,yang menentukan seberapa banyak tiap-tiap produk untuk
diproduksi selama periode perencanaan dan ketika produksi tersebut harus terjadi .
Pesanan produksi mengotorisasi pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada
sebuah produk tertentu. Pesanan produksi tersebut mencantumkan operasi yang perlu
dijalankan, kuantitas yang akan diproduksi, dan lokasi dimana produk jadi harus dikirimkan.
Ia juga mengumpulkan data mengenai masing-masing aktivitas tersebut.
Permintaan bahan baku mengotorisasi penghapusan kuantitas yang diperlukan bahan
baku dari ruang penyimpanan ke lokasi pabrik dimana bahan baku tesebut akan digunakan.
Transfer bahan baku selanjutnya di seluruh pabrik di dokumentasikan dalam kartu
pemindahan, yang mengidentifikasi bagian yang ditransfer, lokasi dimana bagian tersebut
ditransfer, dan waktu transfer.
Ancaman dan pengendalian
Kelebihan produksi dapat mengakibatkan pasokan barang yang melebihi permintaan
jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas potensial karena sumber
daya terikat dalam persediaan. Kelebihan produksi juga meningkatkan resiko pencatatan
persediaan yang menjadi usang. Sebaliknya, di bawah target produksi dapat meningkatkan
produksi dapat mengakibatkan kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan karena
kurangnya ketersediaan barang yang diinginkan.
E. Operasi Produksi
Langkah ketiga dalam siklus produksi adalah pembuatan produk yang sebenarnya. Cara
aktivitas ini dicapai berbeda-beda di berbagai perusahaan, perbedaan berdasarkan jenis
produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi (TI) dalam proses produksi, seperti robot
dan mesin yang dikendalikan komputer, disebut sebagai computer-integrated manufacturing
(CIM). CIM adalah sebuah pendekatan manufaktur dengan banyak proses manufaktur dengan
banyak proses manufaktur dijalankan dan diawasi dengan peralatan terkomputerisasi,
sebagian melalui penggunaan robot dan pengumpulan data real-time dari aktivitas
manufaktur.
Ancaman dan pengendalian
Pencurian persediaan dan aktiva tetap adalah keprihatinan utama. Selain kehilangan aset,
pencurian juga mengakibatkan saldo aset yang berlebihan, yang dapat mengarah pada analisis
yang salah dari kinerja keuangan dan di bawah target. Untuk mengurangi resiko kehilangan
atas persediaan, akses fisik terhadap persediaan harus dibatasi dan seluruh pergerakan internsl
dari persediaan harus didokumentasikan. Jadi, permintaan bahan baku harus digunakan untuk
mengotorisasi dikeluarkannya bahan baku untuk produksi.
Kinerja yang buruk adalah ancaman lain terhadap operasi produksi. Pelatihan adalah satu
cara untuk menanggulangi ancaman ini. Ancaman lain terkait dengan aktivitas siklus
produksi adalah investasi suboptimal dalam aktiva tetap. Investasi yang berlebihan terhadap
aktiva tetap dapat menciptakan kelebihan biaya, tingkat investasi yang rendah dapat
mengurangi produktivitas. Kedua masalah tersebut mengurangi profitabilitas. Dengan
demikian, otorisasi yang tepat atas transaksi aktiva tetap adalah sangat penting.
F. Akuntansi Biaya
Langkah terakhir dalam siklus produksi adalah akuntansi biaya. 3 tujuan utama dari sistem
akuntansi biaya adalah (1) menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan
pengevaluasian kinerja operasi produksi; (2) menyediakan data biaya yang akurat mengenai
produk untuk digunakan dalam penetapan harga dan keputusan bauran produk; dan (3)
mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai
persediaan dan harga pokok penjualan yang muncul dalam laporan keuangan perusahaan.
Proses
Untuk berhasil mencapai tujuan pertama, sistem akuntansi biaya harus didesain untuk
mengumpulkan data secara real-time mengenai kinerja aktivitas produksi, sehingga
manajemen dapat membuat keputusan yang tepat waktu.
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya job-order atau perhitungan
proses untuk menentukan biaya produksi. Perhitungan biaya job-order menentukan biaya ke
batch produksi tertentu atau pekerjaan, dan digunakan ketika produk atau jasa yang dijual
terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara diskret (berlainan).
Sebaliknya, perhitungan biaya proses menentukan biaya pada masing-masing proses atau
pusat kerja dalam siklus produksi, dan kemudian menghitung biaya rata-rata untuk seluruh
unit yang diproduksi. Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang atau jasa yang
hampir sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit diskret tidak dapat dengan segera
diidentifikasi.
Tabel 1.1 ancaman dan pengendalian dalam siklus produksi
Aktivitas
Isu-isu umum
Ancaman
Data induk yang
Pengendalian
Pengendalian integritas
diseluruh siklus
tidak akurat atau
produksi
tidak valid
Pengungkapan yang
pengolahan data
Pembatasan akses terhadap data
tidak di otorisasi
induk
Tinjauan pada semua perubahan
terhadap data induk
oleh informasi
Desain produk
sensitif
Kehilangan atau
penghancuran data
Desain produk yang
buruk
Pengendalian akses
enkripsi
Backup dan prosedur pemulihan
bencana
Tinjauan dan persetujuan jadwal
mengakibatkan
Perencanaan dan
penjadwalan
kelebihan biaya
Kelebihan dan
dibawah target
dan pesanan produksi
Pembatasan akses terhadap
pesanan produksi dan jadwal
Operasi produksi
produksi
Pengendalian akses fisik
Dokumentasi dari semua
tetap
Kinerja yang buruk
Investasi suboptimal
pergerakan persediaan
Pemisahan tugas-penyimpanan
dalam aktiva tetap
Kehilangan
penghapusan
Pembatasan akses terhadap data
persediaan atau
induk persediaan
Perhitungan persediaan fisik
Pencurian
persediaan
Pencurian aktiva
aset dari pencatatan dan otorisasi
aktiva tetap
secara periodik dan rekonsiliasi
dikarenakan
dari pencatatan dan otorisasi
kebakaran atau
Akuntansi biaya
bencana lainnya
Gangguan operasi
data biaya yang
tidak akurat
alokasi yang tidak
tepat dari biaya
overhead
laporan yang
penghapusan
Pelatihan
Laporan kinerja
asuransi
otomatisasi data sumber
pengendalian integritas
pengolahan data
perhitungan biaya berbasis
aktivitas yang didorong waktu
metrik kinerja inovatif
menyesatkan
DATA PENGGUNAAN BAHAN BAKU ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan
bahan baku memicu debit barang dalam proses untuk bahan baku yang dikirim ke produksi.
Jika bahan baku tambahan diperlukan, debit yang lain dibuat untuk barang dalam proses.
Sebaliknya, barang dalam proses dikredit untuk bahan baku yang tidak digunakan dan
dikembalikan ke persediaan.
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG kartu jam kerja adalah sebuah dokumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas tenaga kerja dengan mencatat
jumlah waktu seorang pekerja yang dikeluarkan dalam setiap tugas pekerjaan tertentu.
PENGGUNAAN MESIN DAN PERALATAN Ketika perusahaan mengimplementasikan
CIM untuk mengotomatiskan proses produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya produk
yang terkait dengan mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat produk tersebut.
Data mengenai penggunaan mesin dan peralatan dikumpulkandi setiap tahap proses produksi,
sering kali bersamaan dengan data mengenai biaya tenaga kerja.
BIAYA OVERHEAD PABRIK. Biaya pabrik yang biasanya secara ekonomis tidak layak
untuk melacak langsung terhadap pekerjaan atau proses tertentu yang disebut overhead
pabrik. Para akuntan dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan biaya overhead
dengan cermat menilai bagaimana perubahan dalam bauran produk dapat mempengaruhi total
overhead pabrik. Meskipun demikian, mereka harus melampaui tidak hanya sekadar
mengumpulkan data, tetapi juga harus mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari agar
mendorong perubahan dalam total biaya.
Ancaman Dan Pengendalian
Data biaya yang tidak akurat dapat menurunkan efektivitas penjadwalan produksi dan
melemahkan kemampuan manajemen untuk mengawasi dan mengendalikan operasi
manufaktur. Sebagai contoh, data biaya yang tepat mengenai produk apa yang dibuat dan
bagaimana menentukan harga penjualan terkini. Kesalahan dalam pencatatan persediaan
dapat mengakibatkan kelebihan atau kurangnya produksi barang. Aktiva tetap yang disajikan
berlebihan akan menaikkan biaya melalui depresiasi ekstra dan pajak properti yang lebih
tinggi.
Prosedur pengendalian terbaik untuk memastikan bahwa entri data akurat adalah untuk
mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan teknologi RFID, pemindai kode batang,
alat pembaca kartu, dan perangkat lainnya. Meskipun demikian, data biaya yang akurat
tidaklah cukup.
MENINGKATKAN PENGENDALIAN DENGAN SISTEM PERHITUNGAN BIAYA
BERBASIS AKTIVITAS
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based-costing-ABC) yaitu sistem biaya
yang dirancang untuk melacak biaya pada aktivitas yang menimbulkannya. Seperti
penggilingan atau pemolesan, dan seterusnya hanya mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke
produk atau departemen. Tujuan yang mendasari perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah
untuk menghubungkan biaya dengan strategi perusahaan.
Sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas berbeda dari sistem akuntansi biaya konvensional
dalam 3 cara yang penting :
1. Sistem biaya berbasis aktivitas berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar
dari biaya overhead ke poduk.
2. Sistem biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya pooluntuk
mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik). ABC costing membedakan 3
kategori overhead terpisah :
Overhead yang terkait dengan batch. Contohnya meliputi biaya setup, inspeksi, dan
penanganan bahan baku. ABC costing mengakumulasikan biaya-biaya ini untuk
sebuah batch dan kemudian mengalokasikannya ke unit yang diproduksi dalam batch
tersebut. Jadi, produk yang dibuat dalam jumlah besar memiliki biaya overhead yang
terkait dengan batch yang lebih rendah per unitnya daripada produk yang dibuat
dalam jumlah kecil.
Overhead yang terkait dengan produk. Biaya ini terkait dengan perbedaan lini produk
perusahaan. Contohnya meliputi Litbang, expediting, pengiriman dan penerimaan,
regulasi lingkungan, dan pembelian. ABC costing berusaha menghubungkan biaya-
biaya ini dengan produk tertentu ketika memungkinkan.
Overhead keseluruhan perusahaan. Kategori ini termasuk biaya-biaya seperti sewa
atau pajak properti. Biaya ini diberlakukan ke seluruh produk. Jadi ABC costing
biasanya mengalokasikan biaya dengan menggunakan tarif departemen atau pabrik.
3. Sistem biaya berdasarkan aktivitas berupaya untuk merasionalkan alokasi overhead ke
produk dengan mengidentifikasi pemicu biaya. Pemicu biaya (cost driver)adalah
segala sesuatu yang memiliki hubungan sebab-akibat terhadap biaya.
PENINGKATAN MANAJEMEN BIAYA. Para pendukung berargumen bahwa keuntungan
lain dari perhitungan biaya berbasis-aktivitas adalah bahwa perhitungan tersebut dengan jelas
mengukur hasil dari tindakan-tindakan manajemen atas profitabilitas secara keseluruhan.
Sementara sistem biaya tradisional hanya mengukur pengeluaran untuk memperoleh sumber
daya, maka sistem biaya berdasarkan aktivitas mengukur jumlah yang dikeluarkan unruk
memperoleh sumber daya dan konsumsi sumber daya tersebut.
PENINGKATAN PENGENDALIAN DENGAN METRIK KINERJA INOVATIF.
Pendekatan modern ke produksi, seperti produksi ramping, secara signifikan berbeda dari
produksi massal tradisional. Salah satu perbedaan utama adalah pengurangan yang ditandai
pada tingkat persediaan barang jadi, karena produksi dijadwalkan sebagai respons terhadap
permintaan pelanggan bukannya proyeksi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.
Ketika perusahaan beralih dari produksi massal ke produksi ramping, maka perusahaan
tersebut akan mengurangi tingkat persediaan yang ada, dengan hasil bahwa biaya yang terjadi
di periode sebelumnya untuk menciptakan persediaan tersebut sekarang dibebankan. Selain
itu, karena produksi biaya tenaga kerja dan overhead dibebankan ke periode saat ini,
bukannya dialokasikan ke persediaan dan dengan demikian diperlakukan sebagai aset dan
ditahan untuk periode yang akan datang.
Ukuran pengendalian kualitas. Informasi mengenai biaya kualitas dapat membantu
perusahaan menentukan dampak dari tindakan yangdiambil untuk meningkatkan yield
dan mengidentifikasi area-area untuk perbaikan lebih lanjut. Biaya pengendalian
kualitas dapat dibagi kedalam 4 area sebagai berikut.
1. Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang
didesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.
2. Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk
memenuhi standar kualitas.
3. Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang, atau
pembuangan, produk yang diidentifikasi sebagai produk cacat sebelum penjualan
4. Biaya kegaglan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual ke pelanggan.
Biaya ini meliputi biaya-biaya seperti klaim kewajiban produk, garansi dan biaya
perbaikan, hilangnya kepuasan pelanggan dan kerusakan reputasi perusahaan.
BABIII
STUDI KASUS
Padabagianstudikasus, kami mengambilsampeldarisebuahpabrikes yang bernama CV.
Muda Perkasa yang beralamat di Jalan Sultan MalikulSaleh No. 32 Kecamatan Banda Raya,
Lamlagang, Banda Aceh.
CV. Muda Perkasa mendapatkan pesanan dari beberapa rumah makan di Banda Aceh.
Pesanan yang sudah disepakati sebelumnya dikirimkan secara langsung ke tahap produksi.
Ditahap inilah produksi dilaksanakan diawali dengan masuknya air PDAM yang telah
disaring melalui filter yang diuji kelayakannya. Kemudian air PDAM yang bersih
dimasukkan ke dalam tangki akumulator. Selanjutnya diproses pembekuannya oleh mesin
pendingin sesuai waktu yang ditentukan. Bahan pembantu lainnya yaitu plastik kemasan dan
tali untuk mengikat es Kristal yang telah dipaketkan. Harga produk ditentukan oleh bagian
pemasaran, yang mana apabila bahan baku tersedia banyak, maka harga es Kristal per kg
relatif murah, dan apabila bahan baku tidak banyak tersedia, maka harga es Kristal per kg
relatif mahal. Saat ini umumnya harga es Kristal Rp 1.000,- per kg dan terdiri dari 3 paket
yaitu 8 kg dengan harga Rp 8.000,-, paket 10 kg Rp 10.000,-, dan 20 kg Rp 20.000,-.
Setelah proses pengemasan diselesaikan, es Kristal dikirimkan ke pemesan tersebut,
yang mana dalam kasus ini adalah rumah makan di Banda Aceh, dengan memberikan
kwitansi
pembayaran
yang
dibuat
dalam
dua
rangkap.Saturangkapdisimpan
bagianpencatatan, dansaturangkaplagidiserahkankepadakonsumen.
di
BAB IV
ANALISIS INTERNAL CONTROL
Dalamstudikasus yang kami teliti, terdapatbeberapakelemahan internal control
olehCV. Muda Perkasa, yang manatelah kami rangkumsebagaiberikut:
1. Pemiliktidakmelakukanstrategipemasaransecarakhusus,
hanyadikenalmelaluiinformasipembelidariword
of
mouth
(secaralisan)
dansecarapemesanan.
2. Tidakadanyabagianakuntansisecaraterkhusus, dalamartianhanyasekedarpencatatan di
bagianpembukuansaja.
3. Tidakadanya label merek yang tertera di bagianpembungkusataupun plastic
pembungkuses Kristal.
4. Banyaknyaprodukpesaingtidakmenjadiacuanbagiusahaes Kristal CV. Muda Perkasa
dalammenetapkanharga.
Artinya,
sekalipunbanyakprodukpesaing,
merekapenetapanhargatetapsesuaidenganhargabahanbakudanbiaya-biayalainnya,
karenamerekaberanggapanprodukmerekatetaplakudipasarkankarenakonsumenmembel
iprodukmerekakarenakualitas yang memuaskan.
SARAN
1. Seharusnyaperusahaanmelakukanpemasarantidakhanyasecaralisan,
namunjugadipromosikanselebaran/brosurkepadasetiaprumahmakan/restorandantempat
-tempat yang sejenislainnya.
2. Merekruttenagakerjakhususdalambagianakuntansi,
sehinggapencatatannyaakanlebihjelasdantertata.
Inijugatermasukkedalampemisahantugas,
dimanabagianpencatatandanbagianpenerimaanseharusnyadipisahkan.
3.
DaftarPustaka
1. Romney, Marshall B., 2015, SistemInformasiAkuntansi, Edisi13, SalembaEmpat,
Jakarta
2. http://richank-meister.blogspot.com/2012/11/sistem-informasi-akuntansi-siklus.html