Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

Burhan Nurgiyantoro

Program Pascasarjana
Universitas Negeri
Yogyakarta
Juli 2010

Menulis itu mudah, terutama bagi yang mau menulis
Jadi, syarat pertama untuk bisa menulis dan menjadi
penulis adalah kemauan
Jika kemauan belum muncul, padahal tuntutan
menghasilkan karya tulis terus menghantui kita, kita
harus memotivasi diri sendiri
Jadi, syarat kedua untuk jadi penulis adalah
kemampuan memotivasi diri sendiri
Bagaimana cara memotivasi diri sendiri?
Tergantung diri sendiri, tetapi keinginan-keinginan
tertentu sering manjur untuk maksud itu
Misalnya, karena ingin cepat selesai kuliah, namanya
dikenal orang (terkenal), pendapatnya diketahui
orang, membuat tulisan karena masalah seperti itu

belum ditulis orang, menanggapi tulisan, pendapat,
atau mereaksi suatu keadaan, menambah
penghasilan, dll

Lazimnya, orang mempunyai kemauan dan termotivasi
karena memiliki pengetahuan dan kemampuan
Pengetahuan dan kemampuan adalah syarat berikutnya
untuk menjadi penulis
Tetapi, jika kita telah mempunyai kemauan dan motivasi,
pengetahuan dan kemampuan lebih mudah untuk
dikembangakan
Pengetahuan dan kemampuan berkaitan dengan isi
tulisan, apa yang diuraikan dalam karyatulis
Namun, ia juga berkaitan dengan cara dan tatacara
mengungkapnya
Yang terakhir itu berkaitan dengan kemampuan
membahasakan apa yang ingin diungkapakan dan format
penulisan
Jadi, pada intinya, untuk menjadi penulis atau
menghasilkan karya tulis orang harus memiliki

kemauan, motivasi, pengetahuan, dan kemampuan

Pengetahuan dan kemampuan juga terkait dengan cara
mengungkapkan gagasan: aspek bahasa
Kemampuan mengungkapkan ide dalam bahasa yang
benar dan komunikatif adalah kunci keberhasilan
seeseorang untuk menjadi penulis
Singkatnya, ada dua unsur pengetahuan & kemampuan
yang harus dimiliki: apa yang akan diungkapkan (isi)
dan bagaimana cara mengungkapkan (bentuk)
Aspek isi dan bentuk adalah dua hal yang mendukung
eksistensi sebuah karya tulis; keduanya saling terkait dan
saling melengkapi
Tulisan dengan bahasa yang benar jika isi tidak
meyakinkan, orang akan malas membaca karena tidak
memberi nilai tambah
Tulisan dengan ide yang bagus, orisinal, dan luas, tetapi
jika bahasanya tidak benar akan kacau (bahasa
menunjukkan karakter penulis)
Berlatih menulis karya ilmiah mesti melibatkan kedua

unsur itu

 Bentuk formal karya ilmiah (tulisan):

bahasa
 Secara konkret ditandai oleh:
 Diksi (diction, choice of words)
 Kalimat (sentence structure and syntax)
 Ejaan dan tanda baca (aturan penulisan,

sebenarnya di luar struktur bahasa)

Tulisan yang baik mesti diprasyarati oleh bahasa
yang indah
Tiap jenis teks memiliki keindahan, dan hal inilah
antara lain yang membedakannya dengan teks-teks
lain
Dalam banyak hal kriteria keindahan dimaknai
sebagai ketepatan, ketepatan secara kontekstual
Karena bahasa dalam suatu teks tepat, stile itu

menjadi indah, atau memenuhi tuntutan kriteria
keindahan
Kriteria keindahan suatu teks tergantung pada
ragam bahasa
Misalnya, kriteria keindahan ragam bahasa ilmiah
tidak sama dengan ragam bahasa sastra atau iklan
Ragam ilmiah seperti karya ilmiah: bahasa harus
baku

 Tunduk pada kaidah bahasa
 Kegramatikalan struktur (morfologi dan sintaksis) terjaga
 Kata-kata formal, tidak memakai kata-kata kolokial
 Koherensitas dan kohesitas jelas dan terjaga
 Singkat, sederhana, padat, tidak berbelit-belit
 Kreativitas pengucapan juga penting (misal: lewat variasi

struktur atau cara lain, penuturan tidak monoton)
 Komunikatif dan tidak ambigu
 Penggunaan makna konotatif terbatas pada yang telah
lazim digunakan untuk memercepat pemahaman

 Tunduk pada aturan penulisan, misal: ejaan dan tanda
baca
 Jika disuarakan: tunduk pada ucapan baku

Kebakuan Bahasa
 Kosakata
 Struktur kalimat
 Lafal (pengucapan) jika disuarakan
 Ejaan dan tata tulis jika dituliskan

Tidak memergunakan kata-kata koloqial, katakata tidak baku seperti yang banyak dipakai
dalam bahasa lisan
Kata koloqial dari bahasa daerah: lho, kok, mbok,
wong (orang)
Kata koloqial dari dialek tertentu: gue, ngapain,
diberiin, atau akhiran in pada hampir semua kata
Kata koloqial bahasa Indonesia: gak, tak, gitu,
nampak, kayaknya, kamunya,

Tidak memergunakan kosakata bahasa Indonesia

kurang baku: membikin, nampaknya, bisa
(dapat),
Tidak memergunakan gabungan kata semu: bikin
lebar (melebarkan), bikin baik (memerbaiki)

Pemilihan kosakata dalam tulisan ilmiah harus tepat
Ketepatan kosakata dapat dilihat dari aspek:
Bentuk: harus baku, tidak menghilangkan afik tertentu
di tengah kalimat; misal: Presiden resmikan projek ....
Arti: kata yang secara makna paling tepat, paling
mewaikili apa yang dimaksud; hindari kata bermakna
ambigu; misal: kalau maksudnya harus pakailah kata
diwajibkan dan bukan dihimbau
Konteks: kata yang tepat secara konteks/wacana;
misal: kata perempuan, wanita, betina, perawan,
gadis, dara, mana yang paling tepat dalam konteks
Nilai sosial, nilai rasa: nilai kelaziman dan nuansa
makna bagi komunitas (ragam) tertentu; hal ini juga
perlu dipertimbangkan (kalau ada)


Tidak memergunakan kata/istilah dari bahasa lain
jika dalam bahasa Indonesia sudah ada kata yang
tepat, misal: peragaan busana untuk fashion show
Penggunaan kata/istilah dari bahasa lain (daerah
dan asing) dapat dibenarkan jika:
Kata/istilah teknis yang belum ada kata/istilah
Indonesia, atau jika diindonesiakan menjadi
panjang; misal: sandang pangan, gladi resik,
peragaan busana (Jawa), komputer, analisis,
internet.
Kata/istilah teknis yang tepat benar dan sudah
mendunia; misal cum laude, way of live, l’art pour
l’art.
Kata/istilah yang jika diindonesiakan dapat
menimbulkan konotasi lain; misal:

Penggunaan kata/istilah dari bahasa asing, jika
dimungkinkan, diadaptasikan ke dalam ejaan
bahasa Indonesia; misal: sampel (sample),
komunikatif (communicative), morfologi

(morphology), komoditas (commodity), reliabilitas
(reliability), variabilitas (variability).
Penggunaan kata Indonesia diikuti kata/istilah
asingnya dalam kurung sebaiknya dihindari kalau
tidak terpaksa/penting benar. Contoh:
Reliabilitas (reliability), pendekatan (approach),
pendekatan komunikatif (communicative approach),

Hal itu berarti menjelaskan Indonesia dengan
kata/istilah asing padahal kita menulis dalam
bahasa Indonesia.
Atau, kadang-kadang kita tergoda untuk
menyombongkan diri karena tahu istilah asingnya.

Pemilihan kosakata haruslah sesuai dengan dan
sejalan dengan pemilihan struktur kalimat.
Diksi dan kalimat secara langsung membangun
stile penuturan, dan karenanya memberikan
kesan keindahan yang tercipta.
Kata-kata paralel

Kata-kata beredundan bermakna jamak
Kata-kata beredundan bermakna mirip
Contoh di belakang

Judul karangan (judul, subjudul, sub-subjudul)
sebaiknya tidak memergunakan bentuk verbal,
melaiankan nominal. Contoh:
Usaha Meningkatkan Kualitas Pembelajaran ...

Sebaiknya:

Usaha Peningkatan Kualitas Pembelajaran ...

Kalimat dalam karya ilmiah harus formal-baku.
Kebakuan kalimat terutama ditandai oleh
adanya kelengkapan unsur: subjek-predikat:
Pola: subjek-predikat
Pola: subjek-predikat-objek
Pola: subjek-predikat-objek-keterangan.
Kejelasan koherensi (kejelasan fungsi unsur)

baik dalam intrakalimat maupun antarkalimat.
Kejelasan kohesi (hubungan makna) baik dalam
intrakalimat maupun antarkalimat.
Kalimat komunikatif dan tidak ambigu.

Pastikan kalimat yang dibuat memenuhi kelengkapan
unsur minimal subjek-predikat atau subjek-predikatobjek.
Hal itu berlaku baik untuk kalimat tunggal maupun
gabung, pendek maupun panjang.
Jika membuat kalimat gabung dengan memergunakan
kata tugas di awal klosa, di awal atau di tengah
kalimat, hati-hati karena kalimat sering menjadi salah.
Contoh:
Walaupun sampel kecil, tetapi data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan.
Jika sampel tidak memenuhi tuntutan minimal, maka
data yang diperoleh juga tidak memenuhi syarat.

Kedua kalimat di atas salah karena kalimat menjadi
tanpa subjek; kata tugas harus dihilangkan salah satu.


Masalah paralelisme diksi dan kalimat dalam sebuah
penuturan harus mendapat perhatian untuk diikuti.
Paralelisme menunjukkan bahwa gagasan yang
dikemukakan sejajar dan sekaligus memerindah bahasa.
Contoh paralelisme diksi dalam sebuah kalimat:
Sastra berfungsi untuk menanamkan, memupuk, dan
mengembangkan perasaan keindahan dalam diri anak.
Data kualitatif yang diperoleh haruslah diseleksi untuk
dipilih yang akan dipergunakan dan sebaliknya dibuang
yang tidak dipakai serta kemudian ditempatkan ke dalam
kategori yang sesuai.

Lihat, bagaimana kesejajaran kata kerja bentuk aktif
dalam contoh pertama dan pasif dalam contoh kedua.

16

Paralelisme juga terdapat pada penggunaan
subjek dan kata tugas di awal dengan bentuk
verbal (predikat). Contoh:
Perkuliahan kali ini akan membicarakan teknik
analisis data kualitatif.
Dalam perkuliahan ini akan membicarakan teknik
analisis data kualitatif.

Penggunaan predikat bentuk verba aktif-transitif
pada contoh pertama benar, tetapi pada contoh
kedua salah; kalimat yang diawali kata tugas
harus diikuti oleh bentuk verba pasif, jadi kalimat
kedua seharusnya:
Dalam perkuliahan ini akan dibicarakan teknik
analisis data kualitatif.
17

Contoh paralelisme antarkalimat:
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian
ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan ....
(2) Mendeskripsikan ....
(3) Menjelaskan ....
(4) Menunjukkan ....
Bentuk paralelisme kalimat amat jelas terlihat pada
bentuk kata di awal kalimat: contoh di atas bentuk
kata kerja aktif transitif semua.
Jadi, bentuk kata di awal kalimat jangan berubahubah, misalnya dengan bentuk verbal dan nominal.
Namun, paralelisme juga terlihat pada susunan
struktur kalimat.
18

Hindari penggunaan struktur kalimat dan kosakata
yang terlihat terpengaruh struktur dan diksi bahasa
asing (Inggris): where, whom, when, which. Contoh:
Berbagai teknik analisis data di mana kita semua telah
mengetahuinya haruslah dipergunakan sesuai dengan
data yang diperoleh.
Terima kasih kepada Saudara Pengacara yang mana
telah memberikan waktu kepada saya ....
Pada pukul 20.30 WIB saat mana akan dilakukan siaran
langsung dialog interaktif di TV jangan kita lewatkan.

Kata di mana, yang mana, dan saat mana pada
kalimat di atas salah, maka harus diganti atau
bahkan diganti struktur kalimatnya.
19

Hindari adanya makna redundan (berulang, kembar)
dalam sebuah kalimat, misalnya yang menyangkut
penjamakan, kesamaan makna, maupun yang lain.
Contoh:
Banyak data-data yang diperoleh yang ternyata
tidak signifikan dengan tujuan penelitian.
Saudara-saudara sekalian yang saya hormati.
Sampel harus dipilih secara cermat agar supaya
data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
Kesalahan pembuatan kesimpulan disebabkan oleh
karena kekurangcermatan analisis data yang
dilakukan.
Kalimat-kalimat di atas salah karena terdapat
redundansi pada kata-kata yang bermakna kembar.

Usahakan dalam satu kalimat hanya ada satu gagasan.
Jika kalimat menjadi panjang, ada kemungkinan karena
ada lebih dari satu atau beberapa gagasan atau fokus,
mungkin karena erat berkaitan.
Jika demikian halnya, sebaiknya kalimat dipecah
menjadi dua atau lebih tergantung banyaknya gagasan
atau kompleksitas kalimat. Contoh:
Instrumen penelitian memiliki peran yang signifikan dalam
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
ia harus dikembangkan yang sebaik-baiknya dan selain itu
harus juga diujicobakan terlebih dahulu agar dapat
dipastikan sebagai instrumen yang baik.

Kalimat itu dapat dipecah menjadi dua:
Instrumen penelitian memiliki peran yang signifikan dalam
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
ia harus dikembangkan yang sebaik-baiknya.
Untuk itu, instrumen penelitian harus diujicobakan
terlebih dahulu agar dapat dipastikan sebagai instrumen
yang baik.
21

Di pihak lain, jika ada dua atau sejumlah kalimat
pendek yang berkaitan, mungkin dapat digabung
dijadikan satu kalimat.
Hal itu dilakukan untuk menghemat bahasa (juga
tenaga dan biaya). Contoh:
Instrumen penelitian yang baik dapat dijadikan
jaminan perolehan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Instrumen penelitian haruslah dikembangkan sebaikbaiknya.

Kedua kalimat itu dapat digabung menjadi:
Instrumen penelitian yang baik dapat dijadikan
jaminan perolehan data yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka ia harus
dikembangkan sebaik-baiknya.
22

CATATAN PENUTUP
23

Pembicaraan di atas sengaja tidak teoretis, melainkan
lebih bersifat praktis dan banyak menjadi
permasalahan pada kegiatan menulis.
Sebetulnya masih banyak masalah diksi dan kalimat
lain, namun Anda dapat menemukan, memelajari, dan
memergunakannya sendiri.
Salah satu cara terbaik untuk menjadi penulis yang
baik adalah banyak membaca dan praktik menulis.
Dengan banyak membaca, selain dapat memeroleh
banyak pengetahuan yang menjadi bahan baku
penulisan, juga belajar bagaimana orang membahasakan
secara tepat gagasannya.
Dengan banyak praktik menulis kita akan menjadi
terbiasa memilih gagasan dan bahasa dengan tepat dan
cepat.

TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Tuhan
Beri aku Mama
 
Tuhan
Beri aku Papa
 
Amin ….!
(Sherly Malinton)

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
 
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
 
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka,
Antara kita mati datang tidak membelah ....
(Khairil Anwar, 18 Januari 1944)