Pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti siswa SD Negeri Balongtani.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMAD IMRON ROSADI NIM. D71213120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing Drs. Sutikno, M.Pd.I dan Dr. A. Rubaidi, M.Ag.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana bentuk eksistensi keluarga siswa SD Negeri Balongtani? (2) Bagaimana prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SD Negeri Balongtani? (3) Apakah ada korelasi antara eksistensi keluarga yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa?

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ada di sebuah desa yang bernama Desa Balongtani. Dimana di desa tersebut banyak sekali orang tua siswa yang berprofesi sebagai petani dan jarang sekali melihat cara belajar anaknya, memperhatikan anaknya belajar dll.

For 2 variables are Variable x is existention of family while variable y is achievement of study. Untuk penggalian data, penulis mengambil dengan cara dokumentasi dan angket.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini menggunakan dua variabel.

Hasil yang diperoleh yaitu hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa “pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa di SD Negeri Balongtani,” diterima, dan hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan bahwa “tidak ada pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa di SD Negeri Balongtani,” ditolak.


(7)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 8

C. TUJUAN PENELITIAN ... 8

D. MANFAAT PENELITIAN ... 9

E. HIPOTESIS... 10

F. PENELITIAN TERDAHULU ... 11

G. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 11

H. DEFINISI OPERASIONAL ... 17


(8)

C. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... 43 D. PENGARUH VARIABEL X DAN VARIABEL Y ... 44 E. MASALAH YANG DIHADAPI KELUARGA ... 49

BAB III : METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN... 51 B. METODE ANALISIS DATA... 57

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM OBJEK SD ... 62 B. PENYAJIAN DATA ... 65 C. ANALISIS DATA ... 70

BAB V : PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 96 B. SARAN ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN - LAMPIRAN


(9)

Tabel 4.1 Barang Inventaris ... 64

Tabel 4.2 Keadaan Guru SD ... 65

Tabel 4.3 Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VI ... 66

Tabel 4.4 Pendidikan Terakhir Orang Tua ... 68

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Angket ... 71

Tabel 4.6 – 4.20 Pertanyaan ... 75

Tabel 4.21 Kualifikasi Interval ... 83

Tabel 4.22 Interval Nilai Eksistensi Keluarga ... 85

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi ... 85

Tabel 4.24 Interval Nilai PAI... 86

Tabel 4.25 Analisis Eksistensi Keluarga dan Prestasi Belajar ... 86

Tabel 4.26 Interpretasi Angka Indeks ... 92


(10)

Pengaruh eksistensi keluarga memiliki tempat yang sangat vital dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Karena proses belajar yang paling awal bagi anak-anaknya terjadi dilingkup keluarga tersebut. Sikap orang tua juga dituntut untuk terus memantau perkembangan belajar anak dari hari ke hari. Orang tua yang paham dengan pendidikan, akan peduli kepada proses belajar anaknya. Beda dengan orang tua yang minim akan pengetahuan tentang pendidikan, mereka cenderung tidak mau tahu akan proses belajar anaknya. Apalagi di Desa Balongtani yang saya jadikan tempat penelitian, kebanyakan dari orang tua tersebut kurang peduli terhadap proses belajar anaknya. Di karenakan mereka pergi pagi, pulang sore yang hanya memikirkan ladang/sawah tempat mereka mencari nafkah. Dan sedikit sekali orang tuanya yang peduli dengan proses belajar anak. Melihat dari kegiatan sehari-hari orang tua nya yang sibuk bekerja sebagai petani.

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani, dan akhlaq. Sedangkan menurut Ibn Miskawaih, pendidikan harus bisa memanusiakan


(11)

manusia agar tidak terjerembab pada derajat hewani karena sebagai wadah sosialisasi individu dan menanamkan rasa malu.1

Karena proses pendidikan tidak mutlak harus dibebankan kepada guru. Orang tua mempunyai tanggung jawab penuh atas pendidikan anak-anaknya. Peran orang tua menyediakan materi dan membantu anaknya saat-saat mengalami kesulitan dalam proses belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari beberapa faktor tersebut, salah satu kunci dalam pendidikan ialah peranan orang tua dalam lingkungan keluarga siswa untuk sebagai pendorong yang memberi semangat, penasehat serta menjadi teman sebagai contoh anaknya, selain sebagai orang yang mencintai, yang memberi kasih sayang, dan tempat bertanya anaknya. Menurut Anang Santoso dalam Riana menyatakan bahwa “keluarga memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan manusia Indonesia masa depan yang modern dengan tuntunan zaman.

Sejak dini orang tua dapat menanamkan nilai nilai modernitas yang akhirnya dapat dikembangkan sendiri oleh anak didik di dalam perjalanan hidupnya. Perhatian yang cukup dan perlakukan orang tua yang bijaksana terhadap anak, akan berdampak pada kemampuan pengembangan potensi diri anak yang melahirkan motivasi belajar yang tinggi dan kemampuan berkonsentrasi dalam aktivitas belajarnya yang akhirnya berpengaruh kepada pencapaian prestasi yang maksimal. Lingkungan keluarga (orang tua)

1

Muhaimin Azzet, Akhmad. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Jakarta. AM Media.2002), 94


(12)

merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar.2 Orang tua sebagai pendidik pertama karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dini dan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan dapat meluangkan waktu belajar lebih banyak dan lebih tekun daripada yang kurang memiliki atau sama sekali tidak memiliki motivasi belajar. Kebanyakan orang tua hanya pasif memberikan dorongan kepada anaknya untuk belajar lebih giat lagi. Orang tua yang sadar dengan tanggung jawab tersebut akan lebih arif dalam menyediakan lingkungan yang mendukung dalam proses belajar anaknya. Menurut Muhammad Shoehib dalam Riana agar keluarga dapat memainkan perannya sebagai pendidik, mereka perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan.

Keterkaitan orang tua dalam hal ini sangat penting, apalagi kalau dilihat dalam pendidikan. Salah satu contohnya, apabila ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dijawab, orang tua sebaiknya membantu dan membimbing anaknya. Sehingga peran orang tua tidak hanya sekedar memberikan uang jajan atau menyekolahkan dia, tetapi juga ikut berperan dalam proses pendidikan anaknya. Dalam proses pendidikan semua pihak terlibat, dan oleh karenanya baik guru, siswa, dan orang tua mesti kreatif. Selama ini sebagian

2


(13)

orang tua berpikir bahwa pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab sekolah.

Proses belajar di sekolah dapat dimulai dengan memasukkan anak ke TK, SD, SMP/MTS, SMA/MA, dan bahkan sampai ke perguruan tinggi. Sementara di sekolah, guru diberi tanggung jawab sebagai pengajar dan pembimbing. Orang tua yang memiliki cita-cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Sama halnya di SD Negeri Balongtani, tingkat pendidikan orang tua siswa berbeda-beda. Cara membimbing anak belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak disini adalah anak yang di sekolah pintar dan memperoleh prestasi yang baik, prestasi belajar anaknya antara lain penelitian yang dilakukan oleh Bloom yang menunjukkan bahwa “Dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan (goal) atau cita-cita anak”.

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan perannya orang tua hendaknya:

1. Mengenali kemampuan anak dan jangan menuntut anak melebihi kemampuannya

2. Jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak atau adiknya atau dengan orang lain, sebab setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda


(14)

3. Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya 4. Membantu anak mengatasi masalahnya

5. Tingkatkan semangat belajar anak, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian, atau ciuman

6. Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan, misalnya mencela dengan kata-kata “bodoh”, “tolol”, atau yang lainnya karena anak yang sering mendapatkan cap seperti itu pada akhirnya akan mempunyai pandangan bahwa dirinya memang bodoh dan tolol

7. Mendidik adalah tanggung jawab bersama, maksudnya ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak 8. Senantiasa berdoa agar anak mendapat hasil terbaik.

Sebenarnya kalau kita melihat peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya, sampai saat ini masih sangat kurang terutama orang tua yang sibuk dengan aktivitasnya.3 Keluarga adalah lingkungan masyarakat terkecil yang merupakan lingkungan pendidikan primer yang bersifat fundamental. Institusi keluarga sangat berperan dalam pembentukan proses pembelajaran anak. Besar kecilnya persoalan, sumbernya kembali pada pendidikan dan pertumbuhan sejak dinidalam keluarga, dimana perjalanan anak manusia secara bertahap dimulai sejak terbukanya mata terhadap kehidupan.

3


(15)

Seorang ibu atau ayah mampu memainkan peranan sebagai secara utuh dan tepat, maka bukan saja dia telah memenuhi kewajiabannya semata-mata melainkan telah ikut pula andil bagi upaya memelihara kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pada hakekatnya, setiap orang tua mempunyai harapan agar anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik dan saleh, agar tidak terjerumus kepada perbutan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Harapan-harapan ini kiranya lebih mudah terwujud apabila sejak semula orang tua menyadari akan peranan mereka sebagai orang tua harus memperhatikan anak setiap hari walaupun sesibuk apapun, anak jangan sampai terlupakan dalam mengontrol dan mendidiknya, memberi kasih sayang dan memberi bimbingan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 13

ٌمۡيظع ٌمۡلظـل ۡرِشلا َ ا ؕ ّٰاب ۡ ر ۡشت ِ َىنبٰي هظعي وهو هنۡب ِ ن ٰ ۡ ل اق ۡذاو

Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar benar kezaliman yang besar". (Q.S. Al-Luqman:13).

Menurut Noerhadi (2004:8), belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi sebagai hasil pengalaman atau latihan.Dalam hal ini dapat dikatakan mengetahui, memahami, dapat melakukan sesuatu dan sebagainya. Setiap orang sudah tentu mendambakan anak-anaknya memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Karena dia selalu haus bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran, serta pendidikan.


(16)

Kartini Kartono, ada beberapa orang tua yang kurang memperhatikan mengenai prestasi belajar anaknya seperti tidak mengatur waktu jadwal anaknya, tidak melengkapi alat belajarnya, tidak mau tau kemajuan belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain yang menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya.

Hal ini dapat terjadi pada dari keluarga yang orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Di Desa Balongtani sebagian besar warganya adalah berpencaharian sebagai petani, meraka berangkat pagi dan pulang sore hari, sehingga setelah pulang dari sawah mereka lelah dan kurang memperhatikan perkembangan belajar anaknya. Di dalam rumah anak-anak memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Pada dasarnya, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan berbagai persoalan seperti malas belajar, bertingkah laku liar dan sulit berkonsentrasi dalam belajar, akibatnya prestasi belajar anak menurun.

Berdasarkan uraian diatas apa yang telah dilakukan selama ini oleh kedua orang tua siswa akan dapat mempengaruhi prestasi belajar. Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka Penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti siswa SD Negeri


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk eksistensi keluarga siswa SD Negeri

Balongtani?

2. Bagaimana prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SD Negeri Balongtani?

3. Apakah ada korelasi antara eksistensi keluarga yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

1. Pengaruh eksistensi keluarga memiliki tempat yang sangat vital dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Karena proses belajar yang paling awal bagi anak-anaknya terjadi lingkup keluarga tersebut. Sikap orang tua juga dituntut untuk terus memantau perkembangan belajar anak dari hari ke hari. Orang tua yang paham dengan pendidikan, akan peduli kepada proses belajar anaknya. Beda dengan orang tua yang minim akan pengetahuan tentang pendidikan, mereka cenderung tidak mau tahu akan proses belajar anaknya. Apalagi di Desa Balongtani yang saya jadikan tempat penelitian, kebanyakan dari orang tua tersebut kurang peduli terhadap proses belajar anaknya karena banyak dari mereka yang hanya lulusan SD. Mereka pergi pagi pulang sore yang hanya memikirkan ladang/sawah tempat mereka mencari nafkah. Dan


(18)

sedikit sekali orang tuanya yang peduli dengan proses belajar anak. Melihat dari kegiatan sehari-hari orang tua nya yang sibuk bekerja sebagai petani.

2. Begitu pula untuk mengetahui adanya dampak dari pengaruh eksistensi keluarga orang tua siswa SD Negeri Balongtani terhadap prestasi belajar siswa/anaknya di mata pelajaran tertentu yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Agar bisa lebih meningkatkan lagi prestasi belajar anaknya.

3. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital terhadap kehidupan kita sehari-hari. Agar kita mengetahui mana yang salah dan mana yang benar. Pada lembaga-lembaga pendidikan umumnya, pendidikan tentang agama merupakan hal yang vital, khususnya Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Keberadaan orang tua juga dibutuhkan ketika kita sebagai anak dalam proses belajar dan juga mengetahui tingkat prestasi belajar anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah dan orang tua siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa bahan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan prestasi belajar.

2. Sedangkan untuk penulis atau peneliti, hasil penelitian ini merupakan latihan bagi penulis dalam mengaplikasikan teori dan menghubungkannya dengan kenyataan untuk mengumpulkan


(19)

pikiran dan analisis secara sistematis dalam memecahkan masalah yang timbul di masyarakat dengan menggunakan metode ilmiah

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap persoalan-persoalan penelitian yang belum benar secara penuh dan kebenarannya itu harus dibuktikan dengan penelitian.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Awal (Hipotesis Nol)

Hipotesis awal merupakan hipotesis yang mengadung peryataan yang menyangkal dan biasanya ditulis dengan (Ho). Dalam penelitian ini menyatakan bahwa “Tidak Ada Pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SD Negeri Balongtani”.

2. Hipotesis Alternatif (Hipotesis Kerja)

Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang tidak menyangkal dan biasa ditulis dengan (Ha).4 Dalam penelitian ini hipotesis Alternatif (Ha) yaitu menyatakan

“Ada Pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SD Negeri Balongtani”.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

4


(20)

Pada penelitian terdahulu yang relevan yaitu berjudul “PENGARUH

LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA SMKN 1 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi ini dibuat oleh Mizan Ibnu Khajar pada tahun 2012. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini akan membahas tentang variabel X dan variabel Y, yaitu hubungan antara eksistensi keluarga dengan prestasi belajar. Dalam metode penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian. Oleh karena itu, apapun bentuk dan jenis penelitian yang hendak dilakukan pasti menimbulkan rancangan.

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian sering dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.5

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-post facto yang bersifat korelasional. Di mana penelitian mengkaji hubungan antara dua

5


(21)

variabel yaitu variabel eksistensi keluarga siswa dan variabel prestasi belajar siswa di mana variabel tersebut telah terjadi sebelum kegiatan penelitian.

3. Variabel dan Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua buah variabel yaitu variabel bebas berupa status eksistensi keluarga siswa dan diberi simbol (X), serta variabel terikat berupa prestasi belajar siswa dan diberi simbol (Y). Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat digambarkan hubungan antar variabel penelitian sebagai berikut:

Keterangan:

X: Eksistensi keluarga siswa SD Negeri Balongtani Y: Prestasi Belajar siswa SD Negeri Balongtani 4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau dapat diartikan juga sebagai kumpulan kasus yang memilki syarat-syarat tetentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.6 Populasi penelitian ini adalah kurang lebih 42 siswa kelas VI SD Negeri Balongtani di

mana hal ini didasarkan menurut Suharsimi bahwa “ jika ukuran populasi lebih dari 100 maka sampel dari populasi tersebut diambil antara 10%-15% atau 20%-25%” namun jika masih dibawah 100 sampel, maka yang diambil sesuai dengan sampel yang terkumpul.7

6

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 53

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 1988).109


(22)

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.8 Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil siswa kelas VI SD Negeri Balongtani. Selanjutnya pemberian angket kepada siswa untuk orang tuanya.

5. Teknik Pengumpul Data

Yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dan terjun langsung terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.9 Teknik pengumpulan data yang dilakukan guna memperoleh data yang sesuai dengan variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data Prestasi belajar siswa diperoleh dengan teknik dokumentasi, di mana data-data nilai siswa sampel penelitian diambil dari dokumen sekolah berupa buku rapor.

b. Data tentang eksistensi keluarga diperoleh dengan menggunakan angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.10

Angket tersebut dibagikan kepada siswa dan akan diisi oleh orang tua siswa yang bersangkutan.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini hanya berupa angket tentang eksistensi keluarga siswa. Instrumen tersebut dikembangkan dalam beberapa indikator yaitu eksistensi keluarga dan beberapa

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 91

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 145

10


(23)

pertanyaan mengenai keberadaan orang tua terhadap dampingan serta bimbingan belajar anaknya. Sebelum angket digunakan, maka dilakukan proses validasi konstruk oleh dosen yang berkempeten. 7. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan memadukan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan dua macam teknik statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian berupa rata-rata, proporsi, persentase, standar deviasi, grafik, dan tabel-tabel distribusi skor, terhadap setiap variabel yang diteliti. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yakni menguji hubungan antara prestasi belajar siswa dengan eksistensi keluarga siswa, baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Analisis kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan memberi pemaknaan terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada analisis kuantitatif serta hasil-hasil pengamatan (observasi), wawancara dan angket. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang sederhana dan lebih mudah dipahami.11

Setelah data terkumpul, data tersebut diklasifikasikan. Adapun metode analisis data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

11


(24)

 

  2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( y y N x x N Y x xy N rxy

1. Data bersifat kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Rumusan yang digunakan adalah rumusan persentasi yaitu12:

Keterangan:

P : Angka persentase

f : Frekuensi yang dicari persentasenya N : Jumlah frekuensi

Setelah diketahui jumlah persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat bersifat kualitatif, sebagai berikut:

Baik : 76% - 100% Cukup : 56% - 75% Kurang baik : 40% - 55% Tidak baik : Kurang dari 40%

2. Data berifat Kuantitatif, yaitu data yang digunakan untuk memberikan kesimpulan melalui angka-angka yang diperoleh dalam analisis statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis product moment dengan rumusan sebagai berikut:13

12

Subana, dkk. Statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia.2005), 12.

13

Subana, dkk. Statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia.2005), 13.

% 100 x N f P % 100 x N f P


(25)

df = N-2

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Jumlah frekuensi, perkalian antara skor X dan Y

Hasil dari perhitungan tersebut dikonsultasikan ke table nilai “r”

product moment dengan terlebih dahulu mencari derajat df dengan Rumus:

Jika harga r hitung lebih kecil dari “r” product moment, maka korelasi tersebut tidak signifikan, begitu pula sebaliknya. Dalam memberikan

interpretasi angka korelasi “r” pada umumnya digunakan sebagai berikut: Besarnya r Interpretasi

0,00 - 0,20 Sangat lemah atau rendah

0,20 - 0,40 Lemah atau rendah

0,40 - 0,70 Cukup

0,70 - 0,90 Kuat atau tinggi

0,90 - 1,00 Sangat kuat atau tinggi

Sebelum dilakukan uji hipotesis, diperlukan uji persyaratan analisis. Menurut Sugiyono mengemukakan sebelum melakukan uji korelasi maka harus dilakukan uji persyaratan analisis yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan homogenitas. Untuk itu, analisisnya menggunakan perhitungan secara manual dan bantuan komputer dengan program SPSS For Windows.

Teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment yang di analisis dengan


(26)

menggunakan perhitungan secara manual dan bantuan perangkat lunak komputer (software) SPSS.

8. Tempat dan Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di SD Negeri Balongtani.

H. Definisi Operasional 1) Eksistensi

Eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu existere yang memiliki arti: muncul, ada, dan timbul. Menurut Muhammad Abidin Zaenal, eksistensi ialah suatu proses dinamis yang menjadi ada. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi menejelaskan tentang penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut.14 Karl Jaspers menerangkan eksistensi sebagai tujuan supaya semua orang paham dan sadar bahwa setiap orang memiliki keunikan yang berbada satu dengan yang lain.

Sebab eksistensi merupakan sesuatu yang sifatnya individual sehingga bisa ditentukan oleh masing-masing individu. Dan menuurt Karl Jaspers, semua orang memiliki sebuah keberadaan yang khas dan unik, itulah yang dinamakan sebagai eksistensi individu. Sehingga setiap orang yang dapat menentukan jati diri atas keberadaannya dan mampu berdiri diantara eksistensi orang lain maka mereka akan mendapatkan eksistensi yang sejati.

14


(27)

Begitu juga dengan sebuah keberadaan keluarga, umumnya diakui bahwa keberadaan sebuah keluarga adalah dalam rangka untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, yakni pemberian nafkah, mengasuh anak, dan melindungi keluarga.

2) Keluarga

Keluarga ialah sebuah lingkungan kecil yang terdapat di masyarakat, yang terbentuk dari sebuah tali pernikahan. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga terbentuk karena adanya perkawinan antara laki-laki dengan wanita. Bahwa menurut beliau, keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual suami isteri. Maka dapat dipahami, bahwa pengertian keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar bagi satu keluarganya yang terjalin dalam satu jaringan.

a) Karakteristik keluarga menurut Narwoko dan Suyanto adalah:

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, dan anak.

b) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.


(28)

Dari penjelasan di atas, eksistensi keluarga dapat dilihat dari peranan orang tua tersebut dalam lingkup keluarganya. Seberapa besar pengaruhnya terhadap lingkungan keluarganya itu sendiri, terlebih khusus kepada proses belajar anaknya. Sehingga dengan turut serta orang tua dalam proses belajar anaknya, dapat membantu dalam peningkatan mutu belajar anaknya untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Karena pendidikan pertama yang diterima oleh seorang anak, dimulai dari lingkungan keluarganya itu sendiri. Seorang anak berhak mendapatkan pendidikan, bimbingan dan dampingan dari orang tuanya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua yang mengenyam pendidikan lebih tinggi akan lebih aktif memantau perkembangan belajar, psikis, dan biologis anaknya. Zahara Idris mengatakan, bahwa pendidikan terakhir seseorang erat kaitannya dengan tingkat pengembangan potensi fisik, emosional, sosial, moral, pengetahuan dan keterampilan.

Tidak semua orang tua yang berpendidikan tinggi, prestasi anak ikut tinggi atau baik. Karena melihat realita yang ada, orang tua yang berpendidikan tinggi akan menjadi sibuk dengan kesibukannya. Sehingga untuk membimbing dan memantau perkembangan anak ketika belajar pun ikut terganggu, dikarenakan banyaknya kesibukan yang ada pada setiap orang tua. Tidak menutup kemungkinan, orang tua yang berpendidikan rendah, juga dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar anak. Dengan kebiasaan orang-orang pedesaan yang sibuk dengan masalah pertanian. Dari pagi hingga sore, orang tua di pedesaan akan sibuk dengan sawah atau ladangnya. Sehingga


(29)

untuk menemani anak atau membimbing anak belajar pun berkurang, karena pada malam hari orang tua merasa capek dan lelah.

3) Prestasi Belajar

Prestasi bisa juga disebut hasil yang telah diraih, jadi prestasi belajar juga merupakan hasil belajar. Menurut Anni prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendapat senada tentang hasil belajar seperti dikemukakan oleh Hamalik, hasil belajar akan tampak perubahan aspek dan tingkah laku manusia, aspek-aspek tersebut yakni pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.15 Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai selama siswa menuntut ilmu baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan melalui pembelajaran. Bentuk konkrit prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil yang berupa nilai akademik.

4) Pendidikan Agama Islam

15


(30)

Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana dikutip Oleh Abdul Majid, Dian Andayani pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani yaitu Paedagogie

yang berarti Pendidikan dan Paedagogie yang berarti pergaulan dengan anak-anak.16

Agama dalam kamus Besar bahasa Indonesia yaitu kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebangkitan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.17

Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama islam yaitu suatu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai proses pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan dalam masyarakat.18

I. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Sebagai landasan awal munculnya rumusan masalah yang dijabarkan dalam latar belakang masalah, juga membahas tentang

16

Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Ciputat: CRSD PRESS, 2007), 15.

17

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 9.

18

Sohari & Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008), 16.


(31)

tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional judul penelitian, metode penelitian, dan hipotesis.

BAB II : LANDASAN TEORI

Terdiri dari tinjauan tentang pengertian Eksistensi keluarga, Prestasi belajar siswa, faktor-faktor pendukung prestasi belajar siswa.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang ...

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Berisi tentang deskripsi data yaitu tentang gambaran umum obyek penelitian, meliputi sejarah berdirinya sekolah, letak geografis sekolah, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana sekolah, penyajian data dan analisis data.

BAB V : PENUTUP


(32)

1. Pengertian Eksistensi Keluarga

Eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu existere yang memiliki arti: muncul, ada, dan timbul. Menurut Muhammad Abidin Zaenal, eksistensi ialah suatu proses dinamis yang menjadi ada. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi menejelaskan tentang penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut.14 Karl Jaspers menerangkan eksistensi sebagai tujuan supaya semua orang paham dan sadar bahwa setiap orang memiliki keunikan yang berbada satu dengan yang lain.

Sebab eksistensi merupakan sesuatu yang sifatnya individual sehingga bisa ditentukan oleh masing-masing individu. Dan menuurt Karl Jaspers, semua orang memiliki sebuah keberadaan yang khas dan unik, itulah yang dinamakan sebagai eksistensi individu. Sehingga setiap orang yang dapat menentukan jati diri atas keberadaannya dan mampu berdiri diantara eksistensi orang lain maka mereka akan mendapatkan eksistensi yang sejati.

Begitu juga dengan sebuah keberadaan keluarga, umumnya diakui bahwa keberadaan sebuah keluarga adalah dalam rangka untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, yakni pemberian nafkah, mengasuh anak, dan melindungi keluarga.

14


(33)

Di samping itu, keluarga bertindak sebagai mediator yang penting antara masyarakat dan individu dan membentuk matriks dimana kebutuhan-kebutuhan pribadi agar terpenuhi. Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi, mendidik anak, menolong, melindungi, atu merawat orang-orang tua (jompo). Bentuk keluarga terdiri dari seorang suami, seorang istri, dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama ( keluarga inti). Yang dilakukan secara resmi terbentuk dari hasil perkawinan.

Setiap individu akan saling berhubungan. Ibarat suatu benda yang tersusun atas beberapa bagian penyusunnya, mulai dari atom sebagai partikel penyusun terkecilnya, begitu pula hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat. Kita semua tahu bahwa manusia selain merupakan makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Sehingga mereka tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus saling mengadakan hubungan sosial antara satu individu dengan yang lainnya karena mereka saling membutuhkan.

Keluarga ialah sebuah lingkungan kecil yang terdapat di masyarakat, yang terbentuk dari sebuah tali pernikahan. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga terbentuk karena adanya perkawinan antara laki-laki dengan wanita. Bahwa menurut beliau, keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual suami isteri. Maka dapat dipahami, bahwa pengertian keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah atau


(34)

perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar bagi satu keluarganya yang terjalin dalam satu jaringan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga menurut Narwoko dan Suyanto adalah: Beberapa individu yang berkumpul menjadi satu akan membentuk sebuah keluarga, yang merupakan unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.15 Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya. Keluarga inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.

a. Beberapa pengertian dari keluarga :

1) Duvall dan Logan: Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2) Bailon dan Maglaya: Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

3) Departemen Kesehatan RI: Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

15


(35)

orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

b. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, dan anak.

4) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga

a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.


(36)

e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Fungsi Pendidikan Keluarga

Pendidikan yang pertama kali diperoleh anak adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga. Lebih dari itu keluarga sebagai lembaga pendidikan informal mempunyai tugas-tugas yang tidak kalah pentingnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Amir Daein Indrakusuma bahwa tugas utama dari keluarga dalam rangka penyelenggaraan pendidikan bagi anak ialah merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari orang tuanya dan dari anggota keluarganya yang lainnya.16

Dalam Surat At-Tahrim ayat 6, Allah Swt berfirman:

ي لا ا ياي

ا ان م يلهاو م سفنا اوق اونما ن

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka”.17

Pada dasarnya hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati antar orang tua dan anak. Pendidikan keluarga didasarkan pada perasaan cinta, dan kasih sayang yang murni. Rasa cinta dan kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan

16

Amir Daein Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan, (Malang: FIP IKIP Malang, 1973), h. 109

17

Departemen Agama RI. Al-Qur’an, h. 951. Dalam kaitannya dengan hal ini Hamdani

menyatakan bahwa anak itu merupakan amanat dari Allah Swt. Yang dipercayakan kepada ibunya. HB Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota Rembang, 1989), h. 109.


(37)

yang tak kunjung padam dari orang tua untuk memberi bimbingan dan pertolongan yang dibutuhkan oleh anak. Karena pendidikan dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan ini berlangsung sampai akhir hayat manusia. Sehingga keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam ketujuh bidang pendidikan, yaitu:18

1. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan.

Dalam lingkungan keluarga anak harus dibiasakan hidup yang sehat. Anak dilatih untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan dalam kaitannya dengan badan, tempat, pakaian maupun segala sesuatu yang melekat pada badanya atau yang ada disekitarnya. Dalam hal ini orang tua selain memberikan pengarahan juga harus mengonrol atas segala hal yang dilakukan oleh anaknya, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan jasmaninya. Lebih dari itu orang tua juga hendaknya mempunyai pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kesehatan, khususnya yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. 2. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akal.

Dalam kaitannya dengan pendidikan akal, orang tua mempunyai peranan yang signifikan. Karena sebelum anak mencapai usia (masuk) sekolah, orang tua atau keluargalah yang berkewajiban untuk membimbing dan mengarahkan kemampuan akal yang

18

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna, 1986), h. 363.


(38)

dimiliki oleh anak menolong untuk menemukaan, membuka dan menumbuhkan bakat dan minat, sehingga mencapai sikap intelektual yang sehat.

3. Peranan Keluarga Bagi Pendidikan Agama Anak.

Pendidikan agama, dalam hal ini berarti membangkitkan kekuatan dan kisediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak usia kanak-kanak. Dinama dalam hal ini bisa dilakukan melalui bimbingan agama yang sehat dan pengamalan ajaan-ajaran agamanya secara baik. Diantara cara-cara yang praktis yang patut digunakan keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak, antara lain seperti berikut:

a. Memberikan suri tauladan yang baik kepada diri anak tentang kekuatan iman kepada Allah Swt. Dan berpegang pada ajaran-ajaran agamanya secara sempurna.19

b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi sesuatu hal yang mendarah daging.

c. Mewujudkan situasi keluarga yang agamis, dan segala sesuatu yang dilakukan selalu disertai niat yang ikhlas karena Allah Swt d. Membimbing mereka untuk belajar membanca Al-Qur'an dan

membaca bacaan-bacaan yang islami yang berguna untuk

19


(39)

memikirkan ciptaan Allah sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.

e. Menggalakkan mereka untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan keislaman atau kegiatan-kegiatan yang agamis.

4. Peranan keluarga dalam psikological dan emosi.

Dalam hal ini, tugas keluarga (orang Tua) adalah berusaha untuk mematangkan perkembangan jiwa dan emosi anak. Diantara usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh tua itu adalah menolong mereka untuk berhasil dalam belajarnya dan menunaiakan tugas yang dipikulnya kepadanya, berkata dan bersikap dengan sopan santun (hormat)

5. Peranan keluarga bagi pendidikan akhlak anak.

Pendidikan akhlak dalam agama Islam adalah pendidikan yang diutamakan. Dimana hal ini sesuai dengan visi dan misi Nabi Muhammad Saw, yaitu beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan akhlak bagi anak-anak harus diutamakam sedini mungkin, dan jangan sampai hal-hal yang bisa menyebabkan rusaknya akhlak itu masuk terlebih dahulu pada diri anak. Keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan akhlak ini sebagai institusi yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Kelurga sebaiknya menanamkan sifat kasih sayang, menaburkan benih-benih kebenaran, cinta kebaikan, sifat pemurah


(40)

dan sifat-sifat terpuji lainnya. Diantara kewajiban keluarga itu antara lain adalah sebagai berikut:

a. Memberi contoh yang baik (uswah hasanah) kepada anak-anaknya dengan berpegang kepada akhlak yang mulia.

b. Menyediakan peluang dan suasana yang praktis bagi anak, sehinggga anak dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.

c. Memberi tanggung jawab kepada anak-anak yang sesuai dengan kemampuannya, agar mereka belajar bertanggung jawab dan bebas mengerjakan tugasnya.

d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan wajar dan bijaksana.

e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan pergaulan yang membahayakan bagi akhlaknya.

6. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial dan politik

Keluarga belum melengkapi tugas kelurga secara sempurna dalam pendidikan anak, selama belum menolong anak-anaknya untuk dapat berkembang secara baik dalam linghkungan kehidupan sosial kemasyarakatnya. Perkembangan sosial ini meliputi politik. Pendidikan sosial ini membutuhkan bimbingan sosial dan poltik

kemasyarakat. Dalam pengertian yang sederhana adalah

menjadikan anak untuk dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya secara baik.


(41)

Orang tua harus menanamkan pada diri anaknya, bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, dia membutuhkan orang lain untuk untuk menemani adan menjalani hidup bersama. Yang didalamnya ada aturan dan kesepakatan yang dibuat oleh anggota masyarakat untuk saling melindungi, menjaga dan bekerja sama melindungi hidupnya.20

Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dipahami akan fungsi peran keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan yang berkaitan dengan agama dan pendidikan moral sehingga pada akhirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan informal bisa melaksanakan pendidikan itu secara optimal, dan pada akhirnya pula yang dilaksanakan dilingkungan keluarga itu diharapkan mampu mengatasi sedini mungkin akan krisis moral atau dekadensi moral yang terjadi di kalangan generasi mendatang.

4. Tingkat Pendidikan

a. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

20

Zahrudin AR,Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak,(Jakarata:Raja Grafindo Jakarta,2004), h.134


(42)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).

b. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan

bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk

mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b. Pendidikan prasekolah.

1) Menurut PP No. 27 tahun 1990 dalam Kunaryo, pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan


(43)

dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.

c. Pendidikan dasar

1) Menurut PP No. 28 tahun 1990 dalam Kunaryo, pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun. Diselengarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusias serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

d. Pendidikan Menengah

1) Menurut PP No. 29 tahun 1990 dalam Kunaryo, pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.


(44)

e. Pendidikan Tinggi

1) Menurut UU No. 2 tahun 1989 dalam Kunaryo, pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui eksistensi keluarga selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dari tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama orang tua bersekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikannya. Contohnya, orang tua yang hanya sekolah 6 tahun berarti hanya sekolah sampai SD berbeda dengan orang yang sekolahnya sampai 12 tahun berarti lulusan SMA dan selanjutnya. Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh orang tua berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka.

Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk menyekolahkan anak mereka. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(45)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.21

Menurut Carter V. Good Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

UNESCO badan PBB menyebutkan bahwa: pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu, sekarang, dan masa datang. Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak-anak. Definisi Pendidikan menurut Encyclopedia Americana: Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.

21


(46)

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dilihat dari faktor dalam diri (faktor internal) dan faktor dari luar diri (faktor internal) individu.

a. Faktor internal terdiri dari:

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran struktur tubuh dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas:

a) Faktor intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian yang tidak tertentu.

b) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat

c) Faktor kecakapan yang nyata yaitu prestasi yang dimiliki. 3) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, emosi, kebutuhan dan penyesuaian diri.

4) Faktor kematangan fisik maupun psikis b. Faktor eksternal terdiri dari:

1. Faktor sosial yang terdiri dari:

a) Lingkungan keluarga yang merupakan salah satu lembaga yang amat menentukan terhadap pembentukan pribadi anak, karena dalam keluarga inilah anak menerima pendidikan dan bimbingan pertama kali dari orang tua dan anggota keluarga


(47)

lainnya. Di dalam keluarga inilah seorang yang masih dalam usia muda diberikan dasar-dasar kepribadian, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh yang datang dari luar dirinya.

b) Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang amat penting bagi kelangsungan pendidikan anak. Sebab tidak semahal yang dapat diajarkan di lingkungan keluarga karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua. Sekolah bertugas sebagai pembantu dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak didapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan penddidikanssdan pengajaran di dalam keluarga.

c) Lingkungan masyarakat adalah lingkungan besar yang ada disekitar kita tinggal

Pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar anak Dalam lingkungan keluarga yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu). Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama, karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan, dikatakan sebagai pendidik utama, karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.


(48)

Orang tua yang memiliki tingkat pendi dikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya di sekolah. Keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya. Zahara Idris mengatakan mengatakan bahwa pendidikan terakhir seseorang erat kaitannya dengan tingkat pengembangan potensi fisik, emosional, sosial, moral, pengetahuan dan keterampilan.

Jadi pendidikan terakhir seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan kematangan emosional, pengetahuan, sikap yang dimiliki orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga pengertian pendidikan terakhir orang tua di sini dengan bekal ilmu serta kedewasaan yang dimiliki, lebih memungkinkan orang tua untuk bertindak lebih bijaksana dalam mengarahkan anaknya belajar yang sesuai dengan taraf usia anak dan mampu menunjang keberhasilan prestasi belajar anak.


(49)

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi bisa juga disebut hasil yang telah diraih, jadi prestasi belajar juga merupakan hasil belajar. Menurut Anni prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendapat senada tentang hasil belajar seperti dikemukakan oleh Hamalik, hasil belajar akan tampak perubahan aspek dan tingkah laku manusia, aspek-aspek tersebut yakni pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.22 Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai selama siswa menuntut ilmu baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan melalui pembelajaran. Bentuk konkrit prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil yang berupa nilai akademik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa

22


(50)

saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orang tua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Djaali H. dalam sebuah bukunya berjudul Psikologi Pendidikan yaitu:

a) Faktor dari dalam Diri 1) Kesehatan

Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

2) Intelegensi

Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal. 3) Minat dan Motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan.


(51)

4) Cara Belajar

Orang tua perlu untuk memperhatikan bagaimana teknik belajar anaknya, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.

b) Faktor dari Lingkungan 1) Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orang tua dan saudara, bimbingan orang tua, dukungan orang tua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak dengan cara menemani anak ketika belajar, membimbing anak, membantu anak ketika kesulitan dalam belajar dan mengingatkan anak untuk belajar.

2) Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

3) Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang

berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.


(52)

4) Lingkungan sekitar

Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama Lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana dikutip Oleh Abdul Majid, Dian Andayani pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani yaitu Paedagogie

yang berarti Pendidikan dan Paedagogie yang berarti pergaulan dengan anak-anak.23

23


(53)

Agama dalam kamus Besar bahasa Indonesia yaitu kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebangkitan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.24

Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama islam yaitu suatu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai proses pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan dalam masyarakat.25

C. Pengaruh Eksistensi Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam.

Partisipasi orang tua besar pengaruhnya terhadap proses belajar anak dan prestasi belajar yang akan dicapai oleh anak. Hasil penelitian menurut Baker dan Stevenson menunjukkan bahwa, peran atau partisipasi orang tua memberikan pengaruh baik terhadap penilaian guru kepada siswa. Orang tua mempunyai peran serta untuk ikut menentukan inisiatif, aktivitas terstruktur di rumah untuk melengkapi program-program pendidikan di sekolah sebagaimana yang terjadi di Indonesia.

Selain itu, juga dinyatakan bahwa jaringan komunikasi yang dibangun oleh orang tua sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa di masyarakat. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap proses belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam

24

Anton M. Moeliono, et.al, kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 9.

25

Sohari & Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008), 16.


(54)

belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajar, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami anaknya dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil dalam belajarnya.26 Hasil yang didapatkan, nilai atau prestasi belajarnya tidak akan memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya memang tidak mencintai anaknya.

Disisi lain, mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara memperhatikan anak yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan pada anaknya tidak akan sampai hati memaksa anaknya untuk belajar, bahkan mungkin membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan adalah tindakan yang tidak benar. Karena jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut, anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau.

Sebaliknya, mendidik anak dengan cara memperlakukan secara keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar adalah cara memperhatikan anak yang juga salah. Dengan demikian, anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci dengan kegiatan belajar. Bahkan jika ketakutan itu semakin serius, anak akan mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian, biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi belajar yang sangat baik, atau mereka mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang

26

Perquin, Etal, Pengaruh Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.1982)


(55)

menyebabkannya, sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi kekurangannya.27

Pengaruh eksistensi keluarga pada prestasi terbaik siswa mungkin direpresentasikan sebagai hubungan yang dimediasi oleh interaksi antara proses dan variabel status. Pendidikan terakhir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang diikuti dalam mendidik. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menerima tanggung jawab yang penting ini, maka harus mempersiapkan diri sebelum dan sesudah menikah, tanggung jawab orang tua tidaklah terbatas dalam memberi makan, minum, pakaian, dan perlindungan saja, akan tetapi ia juga terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya untuk melatih anaknya secar fisik, spirit, moral, dan sosial.

Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehinggan diharapkan akan member arah, memantau, mengawasi, dan membimbing perkembangan anaknya kearah yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan,minum, dan pakaian kepada anakanaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia, dan berguna bagi hidup dan masyarakat.

27


(56)

Sedangkan menurut Zahara dalam Riana menyebutkan bahwa: keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkutkan pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya. Jadi pendidikan terakhir seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Dengan kematangan emosional, pengeahuan, sikap yang dimiliki oleh orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi anakanaknya. Orang tua dengan pendidikan terakhir yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak mereka belajar. Dengan tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan akademis anak-anak.

Bentuk peran serta orang tua terhadap perkembangan prestasi belajar anak antara lain:

1) Memberikan semangat terhadap diri anak akan pentingnya suatu pendidikan untuk masa depan mereka

2) Sebagai fasilitator terhadap segala kegiatan mereka 3) Menjadi sumber ilmu dan pengetahuan dalam keluarga

4) Memberikan motivasi kepada anak untuk selalu meningkatkan prestasi belajar mereka


(57)

5) Sebagai tempat bertanya dan mengaduh terhadap hal-hal yang menjadi permasalahan anak

6) Memberikan arahan yang jelas untuk masa depan anak-anaknya. Dengan peran serta orang tua tersebut maka kemajuan dan peningkatan prestasi belajar anak di sekolah dapat terus meningkat, seiring dengan bertambahnya usia dan daya nalar anak.

Pemberian tugas kepada anak dapat melatih mereka untuk dapat bertanggung jawab terhadap diri mereka dan kepada orang lain. Kurangnya peran serta orang tua dapat menjadikan anak sebagai jiwa atau pribadi yang merasa tidak diabaikan, merasa tidak berguna dan bahkan cenderung untuk menyalahkan orang lain dalam tindakannya di masyarakat. Mereka yang kurang mendapat dukungan dari orang tua menganggap bahwa orang tua mereka tidak peduli terhadap mereka dan cenderung memberi jarak antara mereka dengna orang tua mereka.

Pengaruh eksistensi keluarga pada prestasi terbaik siswa mungkin direpresentasikan sebagai hubungan yang dimediasi oleh interaksi antara proses dan variabel status. Pendidikan terakhir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang diikuti dalam mendidik. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menerima tanggung jawab yang penting ini, maka harus mempersiapkan diri sebelum dan sesudah menikah, tanggung jawab orang tua tidaklah terbatas dalam memberi makan, minum, pakaian,


(58)

dan perlindungan saja, akan tetapi ia juga terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya untuk melatih anaknya secar fisik, spirit, moral, dan sosial.

Jadi pendidikan terakhir seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan kematangan emosional, pengeahuan, sikapyang dimiliki oleh orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi anakanaknya. Orang tua dengan pendidikan terakhir yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak mereka belajar. Dengan tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan akademis anak-anak.

D. Masalah yang dihadapi orang tua dalam upaya peningkatan prestasi belajar anak.

Permasalahan umum yang dialami oleh setiap orang tua dalam memberikan dukungan terhadap anak-anaknya banyak dikarenakan kesibukan mereka mencari nafkah, mereka berdalih bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk sekedar membantu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) bagi anaknya. Orang tua merasa bahwa waktu yang mereka miliki tidak sampai atau tidak mencukupi untuk memberikan bimbingan bagi anaknya, waktu semuanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja.


(59)

Selain permasalahan di atas, kendala Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua menjadi penyebab kurangnya mereka dalam ikut serta meningkatkan prestasi anaknya. Banyak orang tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, bahkan tidak sedikit mereka yang tidak bersekolah sama sekali.28 Umumnya mereka adalah orang tua tempo dulu atau orang tua yang hidup di tempat-tempat pedalaman atau desa yang masih belum maju.

28


(60)

Metode Penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, dalam melaksanakan penelitian. Oleh karena itu, apapun bentuk dan jenis penelitian yang hendak dilakukan pasti menimbulkan rancangan.

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian sering dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.29

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-post facto yang bersifat korelasional. Di mana penelitian mengkaji hubungan antara dua variabel yaitu variabel eksistensi keluarga siswa dan variabel prestasi belajar siswa di mana variabel tersebut telah terjadi sebelum kegiatan penelitian.

3. Variabel dan Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua buah variabel yaitu variabel bebas berupa status eksistensi keluarga siswa dan diberi simbol (X), serta variabel terikat berupa prestasi belajar siswa dan diberi simbol (Y).

29


(61)

Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat digambarkan hubungan antar variabel penelitian sebagai berikut:

Keterangan:

X: Eksistensi keluarga siswa SD Negeri Balongtani Y: Prestasi Belajar siswa SD Negeri Balongtani 4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau dapat diartikan juga sebagai kumpulan kasus yang memilki syarat-syarat tetentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.30 Populasi penelitian ini adalah kurang lebih 268 siswa VI SD Negeri Balongtani. Adapun ukuran sampel penelitian sebanyak 42 siswa kelas VI, di mana hal ini didasarkan menurut Suharsimi bahwa “jika ukuran populasi lebih dari 100 maka sampel dari populasi tersebut diambil antara 10%-15% atau 20%-25%”.31

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.32 Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih satu kelas saja yaitu kelas VI Siswa SD Negeri Balongtani Tahun Ajaran 2016/2017.

5. Teknik Pengumpul Data

Yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dan terjun langsung terhadap gejala yang tampak pada obyek

30

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).53

31

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 1988).109

32

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: Rineka Cipta. 1988).91


(62)

penelitian.33 Teknik pengumpulan data yang dilakukan guna memperoleh data yang sesuai dengan variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data Prestasi belajar siswa diperoleh dengan teknik dokumentasi, di mana data-data nilai siswa sampel penelitian diambil dari dokumen sekolah.

b. Data tentang eksistensi keluarga diperoleh dengan menggunakan angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.34 Kemudian dibagikan kepada siswa di mana angket tersebut akan diisi oleh orang tua siswa yang bersangkutan.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini hanya berupa angket tentang eksistensi keluarga siswa dan angket pendukung lainnya. Instrumen tersebut dikembangkan dalam beberapa indikator yaitu tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua siswa kelas VI SD Negeri Balongtani tahun ajaran 2016/2017. Sebelum angket digunakan, maka dilakukan proses validasi konstruk oleh dosen yang berkempeten.

7. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan memadukan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 1988).145

34


(63)

kuantitatif menggunakan dua macam teknik statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian berupa rata-rata, proporsi, persentase, standar deviasi, grafik, dan tabel-tabel distribusi skor, terhadap setiap variabel yang diteliti. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yakni menguji hubungan antara prestasi belajar siswa dengan eksistensi keluarga siswa, baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Analisis kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan memberi pemaknaan terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada analisis kuantitatif serta hasil-hasil pengamatan (observasi) dan angket. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang sederhana dan lebih mudah dipahami.35

Setelah data terkumpul, data tersebut diklasifikasikan. Adapun metode analisis data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Data bersifat kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Rumusan yang digunakan adalah rumusan persentasi yaitu36:

Keterangan :

P : Angka persentase

35

Masri Singarimbun, Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey,(Jakarta: SP3ES,1989), 72.

36

Subana, dkk. Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2005), 12.

% 100 x N

f P


(64)

f : Frekuensi yang dicari persentasenya N : Jumlah frekuensi

b. Data berifat Kuantitatif, yaitu data yang digunakan untuk memberikan kesimpulan melalui angka-angka yang diperoleh dalam analisis statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis product moment dengan rumusan sbb:37

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y.

∑ = Nilai hasil variabel (Perkalian X dan Y)

∑ = Nilai variabel pengaruh

∑ = Nilai variabel terpengaruh

∑ = Jumlah siswa yang dijadikan sampel

Hasil dari perhitungan tersebut dikonsultasikan ke table nilai “r”

product moment dengan terlebih dahulu mencari derajat df dengan Rumus:

37

Subana, dkk. Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2005)13.

% 100 x N f P

 

2 2 2 2

)

(

)

(

)

(

)

(

)

)(

(

y

y

N

x

x

N

Y

x

xy

N

r

xy


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang tidak menyangkal dan biasa ditulis dengan (Ha). Dalam penelitian ini hipotesis Alternatif (Ha) yaitu menyatakan “Ada Pengaruh eksistensi keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SD Negeri Balongtani”.

B. Saran-saran

Setelah dilakukan penelitian, selanjutnya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya saran-saran yang bersifat membantu, diantaranya : 1. Bagi Orang Tua Siswa

Tugas dan tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak, ketika anak berada di rumah orang tua memiliki tugas dan peranan penting dalam mendidik anak sesuai dengan tingkat kemampuan. Eksistensi keluarga merupakan suatu kebutuhan yang vital terhadap apa yang dimiliki kemampuan dari seorang anak, jangan dijadikan sebagai alasan ketidakmampuan membantu anak dalam belajar. Akan tetapi upaya secara sungguh-sungguh dalam memberikan bimbingan belajar anak merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan oleh setiap orang tua supaya anak dalam belajar mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.


(2)

99

2. Bagi Siswa

Kegiatan belajar merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap anak. Belajar yang sungguh-sungguh tanpa membandingkan latar belakang pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan semangat belajar yang lebih baik. Kerja keras dalam belajar yang diikuti dengan kesabaran dan minta bantuan bimbingan belajar dari orang tua dan guru merupakan langkah awal untuk dijadikan sebagai penghantar dalam pencapaian prestasi belajar.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin Azzet, Akhmad. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Jakarta.

AM Media.2002)

Muray. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 1990)

Reni, Akbar & Hawadi. Psikologi Perkembangan Anak. (Jakarta: Grasindo, 2001) Sumach Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988)

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:

Rineka Cipta. 1988)

H. Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

Masri Singarimbun, Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey,(Jakarta: SP3ES,1989)

Subana, dkk. Statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2005) Poerwadarma, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai

Pustaka.1986)

Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Intelengensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999)

Sohari & Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008)

Arifin, M. Dam Aminudin. Dasar-Dasar Kependidikan. (Jakarta:Balai Pustaka.1992)

Amir Daein Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan, (Malang: FIP IKIP Malang, 1973)

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna, 1986)


(4)

101

Zahrudin AR,Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak,(Jakarata:Raja Grafindo Jakarta,2004)

Carter V. Good. Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Jakarta:Penerbit Alfabeta. 1997)

Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Intelengensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.1999)

Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Ciputat: CRSD PRESS, 2007) Shochib. Moh. Pola Asuh Orang Tua. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000)

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara.2002)

Sumach Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988)

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:

Rineka Cipta. 1988)

H. Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Muray. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 1990)

Reni, Akbar & Hawadi. Psikologi Perkembangan Anak. (Jakarta: Grasindo, 2001) Sumach Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988)

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 1988)

H. Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) Masri Singarimbun, Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey,(Jakarta: SP3ES,1989)

Subana, dkk. Statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2005)

Poerwadarma, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.1986) Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Intelengensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999) Sohari & Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

2008)

Arifin, M. Dam Aminudin. Dasar-Dasar Kependidikan. (Jakarta:Balai Pustaka.1992) Amir Daein Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan, (Malang: FIP IKIP Malang, 1973) Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: Al-Husna, 1986)

Moh. Fadlil Al Jamah,Konsep Pendidikan Qur’ani (Solo: Ramadani,1993) Zahrudin AR,Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak,(Jakarata:Raja Grafindo

Jakarta,2004)

Carter V. Good. Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Jakarta:Penerbit Alfabeta. 1997) Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Intelengensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.1999)

Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Ciputat: CRSD PRESS, 2007) Shochib. Moh. Pola Asuh Orang Tua. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000)


(6)

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara.2002) Sumach Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988)

Mandalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 1988)

H. Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) Sugiyono, Statistika untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta. 2011)