Pemetaan Kompetensi Guru Geografi pada Materi Sistem Informasi Geografis dalam Proses Pembelajaran di SMAN dan MAN Se-Kota Palu | Khairurraziq | GeoTadulako 2606 7824 1 PB

(1)

PEMETAAN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI PADA MATERI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN DAN MAN SEKOTA PALU

Oleh: Khairurraziq ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui peta kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu. (2) untuk mengetahui peta sarana dan prasarana pendukung Sistem informasi Geografis terhadap kompetensi guru geografi pada materi Sistem Informasi Geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh guru geografi yang berada di SMAN dan MAN sekota Palu, dan sampel penelitian adalah guru yang dinilai pada saat melakukan proses pembelajaran pada materi SIG dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, wawancara semi terstruktur, angket, dan dokumentasi. Lembar observasi ditujukan kepada guru geografi yang melakukan proses pembelajaran pada materi SIG. Wawancara semi terstruktur diberikan kepada guru geografi yang mengajar materi SIG. Angket diberikan kepada siswa yang gurunya dilakukan penilaian dengan menggunakan quota sampling, mengambil 10% dari jumlah siswa yang berada ditiap kelas. Dokumentasi dilakukan dengan melihat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terhadap guru yang melakukan pembelajaran pada materi SIG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik tertinggi guru geografi terletak pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter dengan persentase 100% atau dengan kompetensi sangat baik, dan terendah terletak pada melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan persentase 50% atau dengan kompetensi cukup baik. Kompetensi profesional tertinggi guru geografi terletak pada menunjukkan penguasaan terhadap materi SIG, mengeaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi pada materi SIG dengan persentase 60% atau dengan kompetensi cukup baik, dan tertinggi terletak pada mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan dengan persentase sebesar 55% atau terletak pada kompetensi cukup baik.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Sering ditemukan proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah. Maksudnya tidak lain adalah guru tersebut lebih aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa yang di ajar hanya mendengar dan tanpa diketahui apakah siswa yang di ajar tersebut memahami materi yang diajarkan atau tidak. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid disekolah, bukan hanya sekedar menjelaskan, mencatat, dan memberikan tugas (pembelajaran tradisional). Namun sebaiknya di dukung dengan penayangan dan praktek, dalam hal ini yang dituntut adalah keahlian guru dalam menggunakan media pembelajaran. Dari sinilah dilihat bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, sehingga memang pantas disebut sebagai guru yang profesional.

Materi sistem informasi geografis (SIG) pada mata pelajaran geografi dikelas XII, merupakan materi yang didasari dengan pengaplikasian perangkat berupa komputer beserta aplikasi pendukung SIG tersebut. SIG pada dasarnya adalah sistem informasi yang berbasiskan komputer dengan data digital yang merujuk pada lokasi geografis di permukaan bumi. SIG sangat erat kaitannya dengan komputer, tanpa komputer beserta aplikasinya, informasi yang diinginkan tidak akan diperoleh.

Pendayagunaan media dan sumber belajar berperan sebagai alat bantu bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor pendukung dari tercapainya pembelajaran yang efektif pada materi SIG. Walaupun guru geografi mampu untuk mengaplikasikan praktek pembuatan peta digital, tanpa adanya komputer dan aplikasinya tersebut, proses pembelajaran tidak akan berjalan secara optimal.

Menurut Dadang Tri A. (2011), sistem informasi geografis (SIG) di Sekolah Menengah Atas dapat menciptakan lingkungan belajar spasial di mana siswa dapat mengeksplorasi, menganalisis, dan membuat keputusan tentang masalah secara interaktif dan menantang. Sistem Informasi Geografis (SIG) mengintegrasikan perspektif spasial geografi dengan manajemen data dan analisis kemampuan teknologi informasi modern. SIG dapat memupuk belajar yang berbasis standar, interdisipliner, otentik, kolaboratif, dan interaktif. Ketika siswa belajar SIG, mereka belajar bagaimana menggunakan teknologi secara efektif untuk menjawab pertanyaan dan mereka lebih siap untuk memenuhi tantangan pekerjaan dan kehidupan di abad 21.

Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Juli 2012 ditemukan bahwa masih terdapat kendala dalam penyajian pada materi SIG. Beberapa guru mengakui adanya keterbatasan kemampuan untuk mengaplikasikan program pembuatan peta digital, sebab materi SIG ini dipandang sebagai materi yang sulit untuk diajarkan karena belum adanya laboratorium IPS yang menunjang proses pembelajaran dan ketidakmampuan guru dalam membuat peta digital.


(3)

Hasil observasi inilah yang melatarbelakangi sehingga penelitian

mengenai “pemetaan kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu” ingin

dilakukan. Melalui pemetaan terhadap kompetensi guru tersebut, dapat disimpulkan segala fenomena selama proses pembelajaran, khususnya pada materi Sistem Informasi Geografis, pada mata pelajaran geografi.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu menggambarkan kondisi kompetensi guru geografi pada materi sistem informasi geografis dalam proses pembelajaran di SMAN dan MAN sekota Palu.

Adapun lokasi penelitian adalah semua sekolah SMAN dan MAN yang berada di kota Palu dengan jumlah 12 sekolah. Populasi adalah semua guru geografi yang berada di 12 sekolah, baik yang berada di SMAN maupun MAN sekota Palu yang berjumlah 22 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling. Menurut Sugiyono (2010: 300) snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Pada penelitian ini sampel yang di ambil adalah guru geografi yang melakukan pembelajaran pada materi SIG di kelas, dengan melakukan penilaian menggunakan lembar observasi. Apabila data yang diperolah dari hasil observasi guru geografi yang mengajar tersebut masih belum lengkap, maka observasi dilakukan lagi sampai data yang di peroleh sudah lengkap.

Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, daftar wawancara semiterstruktur, dan angket/kuesioner.

Data dari hasil angket yang telah diisi oleh guru geografi tersebut diolah dalam bentuk tabel, dengan format tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Format pengolahan data

Option Variabel Frekuensi Persentase (%) SB

B CB KB

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik

Banyaknya jawaban responden

Persentase dari skor jawaban responden Sumber : Ahmad Yani 2011

1. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2010: 134) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.


(4)

Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain:

Tabel 2. Skala pengukuran variabel (Skala Likert)

Item jawaban Skor

Sangat mampu/ Sangat sering/ Sangat baik/ Sangat siap Mampu/ Sering/ Baik/ Siap

Cukup mampu/ Cukup sering/ Cukup baik/ Cukup siap Kurang mampu/ Kurang sering/ Kurang baik/ Kurang siap

4 3 2 1 Sumber : Ahmad Yani 2011

2. Teknik Analisis Data

Penentuan teknik analisis data, harus disesuaikan dengan alat pengambilan data yang dihasilkan. Penelitian berbentuk deskriptif yang menggambarkan keadaan atau suatu fenomena. Penelitian mendeskripsikan bagaimana kompetensi guru geografi pada materi SIG dalam proses belajar mengajar di SMAN dan MAN sekota Palu.

Data yang diperoleh dari angket kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa dan formula presentase seperti yang dikemukakan oleh Sudijono dalam Ahmad Yani (2001: 35), dengan rumus sebagai berikut:

= × 100 % Keterangan:

P = Angka persentase

F = Frekuensi jawaban responden yang sedang dicari persentasenya N = Number of cases (Jumlah frekuensi/ jumlah responden)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat tabel distribusi jawaban angket

2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang ditetapkan 3. Menjumlah skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden

4. Memasukkan skor tersebut kedalam rumus


(5)

Sebelum mene dibuat tabel kategori y

Tabel 3. Interv Interval 81,28–100 62,52–81,27 43,76–62,51 25,00–43,75 Sumber : Ahm III. HASIL DAN PE

A. Hasil

1. Kompetensi P Peta analisis kom

Gambar. Diagram pembela Dengan keter 1. Rencana Pelaksana 2. Penerapan pembe 3. Mempersiapkan si 4. Melakukan kegia 5. Melaksanakan pe

dicapai dan karakt 6. Melaksanakan pe 7. Menguasai kelas 8. Melaksanakan pe 9. Melaksanakan pe

positif

10. Melaksanakan pe 11. Menggunakan me 12. Menghasilkan pesa 13. Melibatkan siswa 14. Menumbuhkan pa

100 80 70 55 75 0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5

enentukan kategori formula persentase yang di ori yang disusun dengan perhitungan sebagai ber

erval kategori kompetensi

val Kriteria

Kebaikan Pemahaman Penguasaan 81,27 62,51 43,75 Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat paham Paham Cukup paham Kurang paham Sangat meng Menguasai Cukup meng Kurang men hmad Yani 2011

PEMBAHASAN nsi Pedagogik

sis kompetensi pedagogik dapat dilihat pada gam

am kompetensi pedagogik guru geografi belajaran pada materi SIG

terangan sebagai berikut:

ksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter materi belajaran di kelas dengan RPP yang ada n siswa untuk belajar

giatan apersepsi

n pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujua rakter siswa

n pembelajaran secara runtun as

n pembelajaran yang bersifat kontekstual

n pembelajaran yang memungkinkan tumbuhn n pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang n media secara efektif dan efisien

n pesan yang menarik

swa dalam pemanfaatan media

n partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 55

75 65

55 70 50 80

60 65 55 55 75 55 70 80

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

g diperoleh, maka erikut: guasaan Kemampuan enguasai sai enguasai enguasai Sangat mampu Mampu Cukup mampu Kurang mampu gambar berikut.

fi dalam proses

ri

tujuan) yang akan

buhnya kebiasaan ang direncanakan

80 85 80 60

80


(6)

15. Menunjukkan sika 16. Menumbuhkan ke 17. Memantau kemaj 18. Melakukan penila 19. Menggunakan ba 20. Menyampaikan pe 21. Melakukan refleksi 22. Melaksanakan tinda

tugas sebagai bag 2. Kompetensi P

Peta analisis kom

Gambar. Diagram pembela Dengan keter 1. Menunjukkan pen 2. Mengaitkan mate 3. Menyampaikan m

karakter siswa 4. Mengaitkan mate 5. Menguasai standa

diampu

2. Pembahasan 1. Kompetensi

SIG

Menurut Rust merupakan salah sat proses pembelajaran sistemik. Proses pembe interaksi antara guru dalam situasi edukatif Berdasarkan kompetensi pedagogi

60 52 54 56 58 60 62 1

n sikap terbuka terhadap respon siswa

n keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar ajuan belajar selama proses

nilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) n bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan bena

n pesan dengan gaya yang sesuai

leksi atau membuat rangkuman dengan melibatka n tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau bagian remidi/ pengayaan.

nsi Profesional

sis kompetensi profesional dapat dilihat pada ga

am kompetensi profesional guru geografi belajaran pada materi SIG

terangan sebagai berikut: n penguasaan materi SIG

ateri SIG dengan pengetahuan lain yang relevan n materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hier

ateri SIG dengan realitas kehidupan

ndar kompetensi dan kompetensi dasar mata

asan

nsi guru geografi dalam proses pembelajaran Rustam dalam dalila Sadida (2011: 1) “prose satu tahapan penting dalam pembelajaran. O an perlu ditempuh melalui prosedur yang

mbelajaran adalah proses yang di dalamnya te uru dan siswa, serta komunikasi timbal balik ya

tif untuk mencapai tujuan belajar”.

an hasil analisis peta kompetensi guru gik dan profesional dalam proses pembelajar

60 60

55

2 3 4

r n) n benar

batkan siswa tau kegiatan, atau

gambar berikut.

fi dalam proses

an

hierarki belajar dan

ata pelajaran yang

aran pada materi oses pembelajaran n. Oleh karena itu, g sistematis dan terdapat kegiatan k yang berlangsung u geografi pada jaran pada materi

60


(7)

SIG, masih terdapat beberapa kompetensi yang masih sangat perlu untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Pada kompetensi pedagogik yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu kompetensi guru dalam melakukan kegiatan apersepsi, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, menggunakan media secara efektif dan efisien, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dan melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Pada kompetensi profesional yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu mengaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan.

Sebelum melakukan pertemuan dengan siswa untuk melangsungkan proses pembelajaran, terlebih dahulu seorang guru terkhususnya guru geografi harus membuat rancangan pembelajaran atau yang sering dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Keseluruhan dari guru geografi yang diamati telah memiliki RPP dengan standar berkarakter. RPP yang dibuat mencakup keseluruhan dari proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.

Terdapat 3 kegiatan dalam proses pembelajaran, yang pertama adalah kegiatan prapembelajaran, yang kedua adalah kegiatan inti pembelajaran, dan yang ketiga adalah kegiatan penutup.

Prapembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan diawal proses pembelajaran, di dalamnya terdapat kegiatan apersepsi. Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi menunjukkan bahwa kecenderungan guru geografi sering meninggalkan kegiatan apersepsi tersebut, dimana kegiatan apersepsi merupakan pengantar sebelum masuk pada materi inti, atau penjelasan mengenai materi yang telah dilewatkan sebagai bahan pengantar untuk masuk pada materi lanjutan.

Proses pembelajaran sangat dituntut untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk dapat mengontrol proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan kelima guru geografi masih sangat jauh dari yang diharapkan, kemampuan dalam menguasai kelas dan melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif belum sepenuhnya terjamin. Siswa lebih cenderung ribut saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak jarang terlihat siswa yang suka keluar masuk saat materi masih dijelaskan. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan fenomena tersebut tidak dapat dihindari. Hasil wawancara menegaskan bahwa metode yang dilakukan pada proses pembelajaran pada materi SIG masih terbatas pada metode cerama, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan inti dari materi SIG ini adalah keahlian untuk mempraktekkan.

Materi dengan berbasiskan praktek seharusnya disajikan dengan praktek pula. Penggunaan media secara efektif dan efisien, serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, akan dapat memicu siswa untuk aktif dan serius dalam belajar. Menurut H. Dakir (2004: 81) “penggunaan media dan sumber belajar


(8)

yang relevan dengan tujuan dan pembelajaran serta karekteristik siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaranadalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/).

Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi sangat bertolak belakang dengan pembelajaran materi SIG yang menggunakan median secara efektif dan efisien. Kecenderungan guru geografi tersebut lebih memilih untuk menjelaskan materi SIG dengan metode ceramah dan hanya mengacu pada buku ajar. Untuk media yang disediakan hanya berupa peta. Siswa tidak akan terlibat dalam pemanfaatan media jika media yang disediakan tidak tepat guna, maka siswa akan cenderung pasif dan mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini ditegaskan pula oleh hasil wawancara yang

mengatakan bahwa, “materi SIG tidak efektif diajarkan di kelas, karena materi SIG lebih banyak berkaitan dengan manipulasi data komputer, jadi hanya dapat di ajarkan di laboratorium multimedia komputer”.

Tidak dapat dipungkiri pula jika sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor pendukung dari suksesnya pembelajaran pada materi SIG ini. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung materi SIG, walaupun guru geografi memiliki kompetensi sangat baik dalam penggunaan media dalam hal ini adalah media komputer beserta aplikasinya, maka besar kemungkinan pembelajaran pada materi SIG tidak akan berjalan sebagaimana yang diinginkan. Begitu pula sebaliknya, jika sarana dan prasarana sangat mendukung, namun kompetensi guru geografi kurang baik dalam penggunaan media, dalam hal ini adalah penggunaan media komputer beserta aplikasinya, maka proses pembelajaran juga akan berjalan seadanya.

Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa sarana dan prasarana sekolah-sekolah tempat dilangsungkannya penelitian masih sangat terbatas. Idealnya, media pendukung materi SIG adalah komuter beserta aplikasinya, namun pada kenyataannya dilapangan, sekolah-sekolah yang dilakukan penelitian hanya memiliki komputer, itupun hanya sebatas dalam penggunaan pada materi TIK. Sedangkan untuk aplikasi SIG, belum ada teroperasi pada komputer sekolah. Dapat dipastikan bahwa siswa tidak akan paham dengan materi SIG kecuali dengan pemahaman dengan melihat buku ajar/paket yang mereka punya. Walaupun dalam hal evaluasi, guru geografi terbilang baik dengan memberikan pengayaan kepada siswa setelah selesai menjelaskan materi.

Sangat jarang guru geografi yang diamati melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Guru cenderung melakukan refleksi atau membuat rangkuman sesuai dengan pemahaman guru tersebut. Bisa jadi dikarenakan siswa tidak paham dengan apa yang dijelaskan guru mengenai


(9)

materi SIG, sehingga siswa tidak mampu untuk membuat rangkuman terkait dengan materi SIG yang telah dijelaskan.

Semuanya tergantung guru geografi itu sendiri, jika menjadi guru yang profesional dengan mempunyai kompetensi yang sangat baik, maka akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah terhadap fenomena pembelajaran pada materi SIG, sehingga materi SIG dapat dapat diajarkan kepada siswa dengan baik dan benar.

2. Kompetensi guru geografi terhadap materi SIG

Menurut Chrisman dalam Eddy Prahasta (2009: 116)“SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi”. Tanpa komputer beserta aplikasinya, materi SIG adalah materi yang susah untuk diajarkan dan dipahami. Dengan menguasai komputer beserta aplikasi SIG, seorang guru geografi akan mudah dalam menyajikan materi kepada siswa.

Kompetensi profesional khususnya penguasaan materi pelajaran merupakan kompetensi pertama dan paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Penguasaan materi ajar berarti pemahaman terhadap keseluruhan aspek dari materi atau bahan pembelajaran. Guru yang menguasai bahan ajar berarti paham terhadap struktur pengetahuan yang diajarkan, dapat memilahkan materi ajar, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan, serta bagian-bagian termudah dan tersulit.

Observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi dalam proses pembelajaran pada materi SIG terhadap kompetensi profesional dalam hal penguasaan materi SIG masih sangat terbatas. Guru geografi yang mengajarkan materi SIG merasa sulit membawakan materi ini karena pengetahuan yang terbatas akan materi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru geografi yang menyatakan bahwa secara teori belum begitu paham tentang materi SIG, yang dikarenakan untuk SIG moderen semuanya berhubungan dengan kinerja komputer. Guru geografi tidak dapat memahami sepenuhnya materi SIG jika belum menjalani praktikum/ pelatihannya.

Salah satu indikator pembelajaran pada materi SIG yaitu mengenai tahapan kerja SIG. Kelima guru geografi yang diamati cenderung tidak mengetahui tahapan kerja SIG jika dilakukan pada komputer. Mereka hanya menjelaskan tahapan kerja SIG dengan melihat buku ajar yang ada, padahal kelima guru geografi yang diamati merupakan sarjana pendidikan geografi.

“Materi SIG sangat sulit untuk ditela’ah”, kalimat ini merupakan

pernyataan dari seorang guru geografi yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan wawancara yang diberikan. Tidak adanya pelatihan dan pendidikan untuk meng update kompetensi guru, sehingga kemampuan yang dimiliki tidak berubah. Seorang guru geografi harus mampu meningkatkan kompetensinya jika ingin diakui sebagai guru yang profesional, agar dalam pembelajaran pada materi SIG dapat meningkat dan menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.


(10)

Indikator sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan adalah kesesuaian metode dan madia yang digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Bilamana guru memilih metode dan media yang tidak relevan, dapat dipastikan bahwa guru tersebut perlu diragukan penguasaan terhadap materi pelajaran.

IV. KESIMPULAN

1. Peta kompetensi pedagogik guru geografi tertinggi terletak pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter dengan analisis persentase sebesar 100% atau terletak pada kompetensi sangat baik, dan peta kompetensi pedagogik guru geografi tereletak pada melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan analisis persentase sebesar 50% atau terletak pada kompetensi cukup baik. 2. Peta kompetensi profesional guru geografi tertinggi terletak pada

menunjukkan penguasaan terhadap materi SIG, mengeaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi pada materi SIG dengan analisis persentase sebesar 60% atau terletak pada kompetensi cukup baik, dan peta kompetensi profesional guru geografi terletak pada mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan dengan analisis persentase sebesar 55% atau terletak pada kompetensi cukup baik. V. DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (online): http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/lampiran-permen-no-16-tahun-2007.pdf

Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (online): http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/pp-ri-n0-19-th-2005-ttg-snp.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2012

Prahasta Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika). Informatika. Bandung

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung

Usman. H. B. dkk. 2005. Pedoman Punyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Edisi kedua. FKIP Universitas Tadulako. Palu


(11)

Yani Ahmad. 2011. Persepsi Guru Pamong Tentang Kompetensi Keguruan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Yang Mengikuti kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) Semester genap 2009/ 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Palu, FKIP, Universitas Tadulako.


(1)

15. Menunjukkan sika 16. Menumbuhkan ke 17. Memantau kemaj 18. Melakukan penila 19. Menggunakan ba 20. Menyampaikan pe 21. Melakukan refleksi 22. Melaksanakan tinda

tugas sebagai bag 2. Kompetensi P

Peta analisis kom

Gambar. Diagram pembela Dengan keter 1. Menunjukkan pen 2. Mengaitkan mate 3. Menyampaikan m

karakter siswa 4. Mengaitkan mate 5. Menguasai standa

diampu

2. Pembahasan 1. Kompetensi

SIG

Menurut Rust merupakan salah sat proses pembelajaran sistemik. Proses pembe interaksi antara guru dalam situasi edukatif Berdasarkan kompetensi pedagogi

60 52 54 56 58 60 62 1

n sikap terbuka terhadap respon siswa

n keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar ajuan belajar selama proses

nilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) n bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan bena

n pesan dengan gaya yang sesuai

leksi atau membuat rangkuman dengan melibatka n tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau bagian remidi/ pengayaan.

nsi Profesional

sis kompetensi profesional dapat dilihat pada ga

am kompetensi profesional guru geografi belajaran pada materi SIG

terangan sebagai berikut: n penguasaan materi SIG

ateri SIG dengan pengetahuan lain yang relevan n materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hier

ateri SIG dengan realitas kehidupan

ndar kompetensi dan kompetensi dasar mata

asan

nsi guru geografi dalam proses pembelajaran Rustam dalam dalila Sadida (2011: 1) “prose satu tahapan penting dalam pembelajaran. O an perlu ditempuh melalui prosedur yang

mbelajaran adalah proses yang di dalamnya te uru dan siswa, serta komunikasi timbal balik ya

tif untuk mencapai tujuan belajar”.

an hasil analisis peta kompetensi guru gik dan profesional dalam proses pembelajar

60 60

55

2 3 4

r n) n benar

batkan siswa tau kegiatan, atau

gambar berikut.

fi dalam proses

an

hierarki belajar dan

ata pelajaran yang

aran pada materi oses pembelajaran n. Oleh karena itu, g sistematis dan terdapat kegiatan k yang berlangsung u geografi pada jaran pada materi

60


(2)

SIG, masih terdapat beberapa kompetensi yang masih sangat perlu untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Pada kompetensi pedagogik yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu kompetensi guru dalam melakukan kegiatan apersepsi, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, menggunakan media secara efektif dan efisien, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dan melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Pada kompetensi profesional yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan yaitu mengaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan.

Sebelum melakukan pertemuan dengan siswa untuk melangsungkan proses pembelajaran, terlebih dahulu seorang guru terkhususnya guru geografi harus membuat rancangan pembelajaran atau yang sering dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Keseluruhan dari guru geografi yang diamati telah memiliki RPP dengan standar berkarakter. RPP yang dibuat mencakup keseluruhan dari proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.

Terdapat 3 kegiatan dalam proses pembelajaran, yang pertama adalah kegiatan prapembelajaran, yang kedua adalah kegiatan inti pembelajaran, dan yang ketiga adalah kegiatan penutup.

Prapembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan diawal proses pembelajaran, di dalamnya terdapat kegiatan apersepsi. Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi menunjukkan bahwa kecenderungan guru geografi sering meninggalkan kegiatan apersepsi tersebut, dimana kegiatan apersepsi merupakan pengantar sebelum masuk pada materi inti, atau penjelasan mengenai materi yang telah dilewatkan sebagai bahan pengantar untuk masuk pada materi lanjutan.

Proses pembelajaran sangat dituntut untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk dapat mengontrol proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan kelima guru geografi masih sangat jauh dari yang diharapkan, kemampuan dalam menguasai kelas dan melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif belum sepenuhnya terjamin. Siswa lebih cenderung ribut saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak jarang terlihat siswa yang suka keluar masuk saat materi masih dijelaskan. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan fenomena tersebut tidak dapat dihindari. Hasil wawancara menegaskan bahwa metode yang dilakukan pada proses pembelajaran pada materi SIG masih terbatas pada metode cerama, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan inti dari materi SIG ini adalah keahlian untuk mempraktekkan.

Materi dengan berbasiskan praktek seharusnya disajikan dengan praktek pula. Penggunaan media secara efektif dan efisien, serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, akan dapat memicu siswa untuk aktif dan serius dalam belajar. Menurut H. Dakir (2004: 81) “penggunaan media dan sumber belajar


(3)

yang relevan dengan tujuan dan pembelajaran serta karekteristik siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaranadalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/).

Hasil observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi sangat bertolak belakang dengan pembelajaran materi SIG yang menggunakan median secara efektif dan efisien. Kecenderungan guru geografi tersebut lebih memilih untuk menjelaskan materi SIG dengan metode ceramah dan hanya mengacu pada buku ajar. Untuk media yang disediakan hanya berupa peta. Siswa tidak akan terlibat dalam pemanfaatan media jika media yang disediakan tidak tepat guna, maka siswa akan cenderung pasif dan mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini ditegaskan pula oleh hasil wawancara yang

mengatakan bahwa, “materi SIG tidak efektif diajarkan di kelas, karena materi SIG lebih banyak berkaitan dengan manipulasi data komputer, jadi hanya dapat di ajarkan di laboratorium multimedia komputer”.

Tidak dapat dipungkiri pula jika sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor pendukung dari suksesnya pembelajaran pada materi SIG ini. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung materi SIG, walaupun guru geografi memiliki kompetensi sangat baik dalam penggunaan media dalam hal ini adalah media komputer beserta aplikasinya, maka besar kemungkinan pembelajaran pada materi SIG tidak akan berjalan sebagaimana yang diinginkan. Begitu pula sebaliknya, jika sarana dan prasarana sangat mendukung, namun kompetensi guru geografi kurang baik dalam penggunaan media, dalam hal ini adalah penggunaan media komputer beserta aplikasinya, maka proses pembelajaran juga akan berjalan seadanya.

Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa sarana dan prasarana sekolah-sekolah tempat dilangsungkannya penelitian masih sangat terbatas. Idealnya, media pendukung materi SIG adalah komuter beserta aplikasinya, namun pada kenyataannya dilapangan, sekolah-sekolah yang dilakukan penelitian hanya memiliki komputer, itupun hanya sebatas dalam penggunaan pada materi TIK. Sedangkan untuk aplikasi SIG, belum ada teroperasi pada komputer sekolah. Dapat dipastikan bahwa siswa tidak akan paham dengan materi SIG kecuali dengan pemahaman dengan melihat buku ajar/paket yang mereka punya. Walaupun dalam hal evaluasi, guru geografi terbilang baik dengan memberikan pengayaan kepada siswa setelah selesai menjelaskan materi.

Sangat jarang guru geografi yang diamati melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Guru cenderung melakukan refleksi atau membuat rangkuman sesuai dengan pemahaman guru tersebut. Bisa jadi dikarenakan siswa tidak paham dengan apa yang dijelaskan guru mengenai


(4)

materi SIG, sehingga siswa tidak mampu untuk membuat rangkuman terkait dengan materi SIG yang telah dijelaskan.

Semuanya tergantung guru geografi itu sendiri, jika menjadi guru yang profesional dengan mempunyai kompetensi yang sangat baik, maka akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah terhadap fenomena pembelajaran pada materi SIG, sehingga materi SIG dapat dapat diajarkan kepada siswa dengan baik dan benar.

2. Kompetensi guru geografi terhadap materi SIG

Menurut Chrisman dalam Eddy Prahasta (2009: 116)“SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi”. Tanpa komputer beserta aplikasinya, materi SIG adalah materi yang susah untuk diajarkan dan dipahami. Dengan menguasai komputer beserta aplikasi SIG, seorang guru geografi akan mudah dalam menyajikan materi kepada siswa.

Kompetensi profesional khususnya penguasaan materi pelajaran merupakan kompetensi pertama dan paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Penguasaan materi ajar berarti pemahaman terhadap keseluruhan aspek dari materi atau bahan pembelajaran. Guru yang menguasai bahan ajar berarti paham terhadap struktur pengetahuan yang diajarkan, dapat memilahkan materi ajar, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan, serta bagian-bagian termudah dan tersulit.

Observasi yang dilakukan pada 5 guru geografi dalam proses pembelajaran pada materi SIG terhadap kompetensi profesional dalam hal penguasaan materi SIG masih sangat terbatas. Guru geografi yang mengajarkan materi SIG merasa sulit membawakan materi ini karena pengetahuan yang terbatas akan materi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru geografi yang menyatakan bahwa secara teori belum begitu paham tentang materi SIG, yang dikarenakan untuk SIG moderen semuanya berhubungan dengan kinerja komputer. Guru geografi tidak dapat memahami sepenuhnya materi SIG jika belum menjalani praktikum/ pelatihannya.

Salah satu indikator pembelajaran pada materi SIG yaitu mengenai tahapan kerja SIG. Kelima guru geografi yang diamati cenderung tidak mengetahui tahapan kerja SIG jika dilakukan pada komputer. Mereka hanya menjelaskan tahapan kerja SIG dengan melihat buku ajar yang ada, padahal kelima guru geografi yang diamati merupakan sarjana pendidikan geografi.

“Materi SIG sangat sulit untuk ditela’ah”, kalimat ini merupakan

pernyataan dari seorang guru geografi yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan wawancara yang diberikan. Tidak adanya pelatihan dan pendidikan untuk meng update kompetensi guru, sehingga kemampuan yang dimiliki tidak berubah. Seorang guru geografi harus mampu meningkatkan kompetensinya jika ingin diakui sebagai guru yang profesional, agar dalam pembelajaran pada materi SIG dapat meningkat dan menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.


(5)

Indikator sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan adalah kesesuaian metode dan madia yang digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Bilamana guru memilih metode dan media yang tidak relevan, dapat dipastikan bahwa guru tersebut perlu diragukan penguasaan terhadap materi pelajaran.

IV. KESIMPULAN

1. Peta kompetensi pedagogik guru geografi tertinggi terletak pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter dengan analisis persentase sebesar 100% atau terletak pada kompetensi sangat baik, dan peta kompetensi pedagogik guru geografi tereletak pada melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan analisis persentase sebesar 50% atau terletak pada kompetensi cukup baik. 2. Peta kompetensi profesional guru geografi tertinggi terletak pada

menunjukkan penguasaan terhadap materi SIG, mengeaitkan materi SIG dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi SIG dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa, dan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran geografi pada materi SIG dengan analisis persentase sebesar 60% atau terletak pada kompetensi cukup baik, dan peta kompetensi profesional guru geografi terletak pada mengaitkan materi SIG dengan realitas kehidupan dengan analisis persentase sebesar 55% atau terletak pada kompetensi cukup baik. V. DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (online): http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/lampiran-permen-no-16-tahun-2007.pdf

Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (online): http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/pp-ri-n0-19-th-2005-ttg-snp.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2012

Prahasta Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika). Informatika. Bandung

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung

Usman. H. B. dkk. 2005. Pedoman Punyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Edisi kedua. FKIP Universitas Tadulako. Palu


(6)

Yani Ahmad. 2011. Persepsi Guru Pamong Tentang Kompetensi Keguruan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Yang Mengikuti kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) Semester genap 2009/ 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Palu, FKIP, Universitas Tadulako.