Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P. 20112012 Betty M.Turnip

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  • – 112 ( 0,682 ) dari 175 negara. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita di antaranya terkait dengan (1) kualitas guru dan tenaga kependidikan (Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik), (2) kurikulum, (3) metode pembelajaran, (4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan
  • – tenaga kependidikan melalui sertifikasi guru
  • – guru, peningkatan jenjang pendidikan, mengadakan pelatihan, penataran, pengadaan buku ajar, penyempurnaan kurikulum serta kelengkapan fasilitas pembelajaran.
  • – negara ASEAN , mutu pendidikan di Indonesia masih rendah seperti dilaporkan Human Development Index ( HDI ), Laporan HDI tahun 2003 menunjukkan Indonesia pada urutan ke

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran

Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P.

  

2011/2012

Betty M.Turnip

  

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran pada materi pokok

hukum Newton kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 dan untuk

mengetahui aktivitas belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimen, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMA Negeri 21 Medan T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar

dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Uji normalitas

kelas eksperimen dengan L hitung = 0,1056, L

tabel

= 0,1401 , dan kelas kontrol dengan L hitung =

0,1056 , L tabel 0,1401 , L hitung < L tabel , maka dikatakan sampel berdistribusi normal.

  

Berdasarkan analisis data pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai pretes 37,25

dengan standart deviasi 10,19, untuk rata-rata nilai postes 76,125 dengan standart deviasi

10,35. Untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes 36,75 dengan standart deviasi

10,04, untuk rata-rata nilai postes 69,875 dengan standart deviasi 9,77. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji t nilai kedua sample diperoleh t hitung = 2,778 pada taraf

signifikan α = 0.05 dan dk = 78 dan harga t tabel = 1.994. dengan membandingkan antara t hitung

dan t tabel diperoleh t hitung > t tabel atau 2,778 >1,994, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar siswa akibat pengaruh menggunakan strategi pembelajaran

kooperatif disertai peta pikiran dengan konvensional pada materi pokok hukum newton di

kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 Kata Kunci: Strategi pembelajaran , kooperatif, hasil belajar

  PENDAHULUAN

  Kualitas mutu pendidikan di Indonesia menjadi issu hangat dibicarakan dan di arahkan kepada lembaga pendidikan yang berperan melaksanakan pendidikan di sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan, antara lain peningkatan kualitas tenaga

  Namun kenyataannya kualitas mutu pendidikan masih rendah, dibandingkan dengan negara

  (6) manajemen sekolah. Ke enam elemen ini saling berkaitan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas mutu pembelajaran di sekolah dapat di awali dari rancangan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran yang di rancang dengan baik akan meningkatkan kualitas hasil belajar.

  Pada dasarnya kegiatan guru saat proses pembelajaran berlangsung terdiri dari dua kegiatan pokok, yakni (1) pengelolaan

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

  proses pembelajaran dan (2) pengelolaan kelas. Pengelolaan proses pembelajaran menyangkut kegiatan secara langsung materi pokok, metode pembelajaran, media pembelajaran, sedangkan pengelolaan kelas menyangkut kegiatan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

  Secara umum ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan yang lainnya yaitu (1) aspek intelektual, (2) aspek psikologis dan (3) aspek biologi. Ketiga aspek tersebut melahirkan perbedaan dalam kemampuan, sikap dan tingkah laku, oleh sebab itu pendidik harus mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan karakteristik siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

  67. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika membimbing mahasiswa dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) dapat diperoleh beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya nilai Fisika. Faktor penyebabnya antara lain (1) metode atau strategi pembelajaran kurang tepat dan kurang bervariasi, pendidik dominan metode ceramah menyuruh siswa mengerjakan soal

  • –soal Fisika secara individual, sehingga siswa yang kurang mampu akan tetap ketinggalan, (2) tidak adanya media yang dapat mendukung siswa dalam memahami konsep
  • – konsep Fisika , atau mendemonstrasikan salah satu media di depan kelas, ironisnya pendidik tersebut sudah memperoleh sertifikat sebagai guru profesional namun tidak menerapkan ilmu yang diperoleh ketika mengikuti PLPG, (3) siswa kurang aktif, kurang berminat cenderung siswa mengatakan Fisika adalah pelajaran yang sangat sulit, banyak rumus, membosankan dengan mengerjakan soal

  Fisika merupakan pendidikan yang mengembangkan cara berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif dalam membentuk manusia yang handal dan berkompeten secara global, dan pada dasarnya Fisika sebagai ilmu pengetahuan yang menarik, karena mempelajari gejala

  • – soal, karena pembelajaran Fisika yang disajikan pendidik masih kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu harus dicari upaya untuk mengatasi masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
  • >– gejala atau fenomena
  • – fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta yang terjadi dalam kehidupan se
  • – hari dan yang menjadi objek Fisika meliputi pembelajaran karakter gejala dan peristiwa yang terjadi dalam benda
  • – benda mati. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan dilatih keterampilan yang ada pada materi pokok Fisika.

  Namun kenyataannya ditemukan bahwa sebagain besar siswa belum berhasil menguasai pengetahuan, keterampilan khususnya pemahaman konsep

  Berdasarkan masalah yang di kemukakan di atas, maka perlu dipilih strategi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan, bekerja sama, saling membantu, saling tukar pengetahuan, interaksi dengan pendidik dalam mengerjakan tugas merupakan strategi pokok dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif terjadi ketika siswa bekerja sama dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk saling membantu dalam belajar yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan

  • – konsep Fisika maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari
  • – hari, hal ini tergambar
  • – rata di setiap sekolah nilai Fisika masih rendah dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  • – konsep Fisika jika belajar bersama dalam kelompok.
  • – aktivitas di dalam kelompoknya (Ibrahim, dkk, 2000: Menurut teori yang mendasari strategi pembelajaran kooperatif, ketergantungan sosial terdiri dari ketergantungan positif dan ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan ini berdampak pada proses psikologis individu ketika individu tersebut melakukan kegiatan belajar.
  • – hasil penelitian yang telah ditelaah oleh Slavin yang menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman individual.

  Semirata 2013 FMIPA Unila satu sama lain saling membantu teman sekelompoknya sesuai dengan tugas yang diberikan pendidik, (Sherman, 2001), seperti halnya belajar Fisika siswa akan

  Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan (dalam Trianto,2007 : 45) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogianya mengajarkan proses demokrasi secara langsung, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif, dan guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas

  Menurut Muslimin, 2000:

  16 menyatakan berdasarkan hasil

  Menurut Buzan, 2004 tujuh langkah membuat peta pikiran, yaitu: (1) Mulai dari bagian tengah secarik kertas kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang, (2) Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral, (3) Gunakan warna pada seluruh peta pikiran, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke sentral, dan hubungkan cabang tingkat pertama , kedua, dan seterusnya, (5) Buat cabang peta pikiran berbentuk melengkung, bukan lurus, (6) Gunakan satu kata kunci per baris, dan (7) Gunakan gambar diseluruh peta pikiran.

  Menurut Johnson (2008) Strategi pembelajaran kooperatif, didasarkan pada

  interdependence theory ). Pada awalnya,

  teori ketergatungan sosial menyatakan bahwa tindakan seseorang terdorong oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian teori ini menklaim bahwa ketergantungan sosial terjadi bila pencapaian tujuan setiap individu tergantung pada tindakan individu lainnya. Dari kedua temuan ini terlihat bahwa keinginan mencapai tujuan merupakan faktor utama pendorong tindakan manusia. Dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan tersebut tindakan seseorang bisa jadi tergantung pada tindakan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, seseorang harus bekerja sama atau berkompetisi dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, ketergantungan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah ketergantungan sosial yang positif (positive

  social interdependence) , yang kedua adalah

  ketergantungan sosial negatif (negative social interdependence).

  Yang pertama ketergantungan ini terjadi ketika seseorang memandang bahwa dia hanya mungkin mencapai tujuan yang diinginkannya jika dan hanya jika dia bekerjasama dengan orang lain. Kondisi seperti ini mendorong setiap orang untuk saling menolong dan saling mendorong untuk mencapai tujuan yang dinginkannya. Jenis kedua adalah ketergantungan sosial negatif (negative social intedependence). Kondisi ini terjadi ketika seseorang menganggap bahwa keberhasilannya mencapai tujuannya tergantung pada kemampuannya bersaing(competitively) atau menggagalkan orang untuk mencapai tujuannya. Kedua jenis ketergantungan ini berpengaruh pada proses psikologis individu.

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

  Menurut teori yang mendasari strategi pembelajaran kooperatif, ketergantungan sosial terdiri dari ketergantungan positif dan ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis psikologis individu ketika individu tersebut melakukan kegiatan belajar.

  Belajar adalah berubah, dalam hal ini berarti usaha mengubah tingkah laku, perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sardiman, 2007:21).Kemp, Morrison, and M.Ross (1994: 120) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang aktif membentuk kebermaknaan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Hasil belajar berdasarkan taksonomi bloom adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Merril, 2009 : 64), maka hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah mengalami proses pembelajaran berupa kemampuan

METODE PENELITIAN

  • – kemampuan dan nilai. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan strategi pembelajaran. Menurut Miarso (2004:530), strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa suatu pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan teori belajar tertent

  Penelitian terhadap pengaruh pencapaian pembelajaran kooperatif secara substansial telah mengalami kemajuan (Slavin, 1990). Penelitian terhadap pembelajaran kooperatif sangat luar biasa, tetapi masih banyak yang harus dipelajari mengenai bagaimana, mengapa dan dalam kondisi seperti apa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian siswa, tetapi yang jelas dalam keadaan yang ditetapkan dengan baik pembelajaran kooperatif dapat memberikan pengaruh yang penting terhadap pembelajaran. Untuk mendukung pernyataan di atas penelitian yang telah dilakukan adalah Handayani (2006) belajar siswa SMP sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, Ansari (2007) ada perbedaan hasil belajar siswa SMA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan peta pikiran, Betty (2006) hasil belajar mahasiswa Fisika meningkat dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dibuktikan dari hasil DPNA.

  Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dan fakta hasil penelitian, maka melalui penelitian ini akan dikaji : Apakah strategi pembelajaran disertai peta pikiran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

  Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 21 Medan tahun pembelajaran 2011/2012 semester ganjil yang dimulai dari bulan September sampai November.

  Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara random sebanyak 2 kelas, dimana satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

  Jenis penelitian adalah quasi

  eksperimen , yang bertujuan untuk

  mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek didik yaitu siswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana kedua kelas ini mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  <t< t 1-1/2

  Dengan: S

  2

  =

       

  2

  1

  1 2 1 2 2 2 2 1 1      n n S n S n

  Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t 1-1/2

  α

  α

  X X  

  dimana t 1-1/2

  α

  didapat dari daftar distribusi tersebut dengan dk = n

  1 +n 2 -2 dan peluang (1-1/2

  α) dengan α = 0,05. Untuk harga t lainnya Ho di tolak. Dimana :

  1 n

  = ukuran sampel kelas eksperimen,

  2 n

  = ukuran sampel kelas control.

   

  1 n n S

  Semirata 2013 FMIPA Unila desain yang menggunakan Two group pre test post test design.

  1 ,V 2 ), dengan V 1 = N 1 -1, V 2 = N 2 -1.

  Untuk memperoleh hasil belajar siswa, siswa diberi instrument berupa tes tertulis. yang terdiri dari 20 soal dengan 5 option. Salah satu option merupakan kunci jawaban, sedangkan 4 option lainnya adalah pengecoh. Dimana jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban salah diberi skor 0 (nol). Soal-soal tes tersebut disusun sesuai dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran Hukum Newton yang telah ditentukan. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan kognitif siswa pada materi pokok Bunyi. Tes disusun berdasarkan taksonomi Bloom dalam ranah kognitif, yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6) ( Arikunto, 2009).

  Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan dengan bantuan 2 orang pengamat yang dilengkapi dengan pedoman observasi aktivitas belajar siswa. Pada observasi ini diharapkan kelas yang diberikan perlakuan lebih aktif mengerjakan LKS daripada menulis dan melakukan hal yang tidak relevan dengan kegiatan proses pembelajaran. Untuk memudahkan pengamatan, siswa diberikan nomor didalam kelompok sehingga pengamat memberikan penilaian dengan menandai pada nomor siswa yang beraktivitas. Pengamat memberikan skor untuk setiap aktivitas yang muncul untuk setiap kategori.

  Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data , dalam hal ini dilakukan uji normalitas dan yang dipakai adalah uji Lilliefors. Kriteria pengujian : pada taraf signifikan α = 0,05, jika dengan kriteria pengujian: jika Lo<Ltab. maka sampel berdistribusi normal dan jika Lo>Ltab. maka sampel tidak terdistribusi normal.

  Untuk mengetahui apakah kedua data homogen atau tidak maka digunakan uji homogenitas (Sudjana, 2005: 249). Untuk menguji homogenitas varians sampel

  F =

  il iansterkec ar iansterbes var var

  Kriteria pengujian :

  Jika F hit  F tab maka maka Ho ditolak yang berarti kedua kelompok mempunyai varians berbeda . Dimana F tabel =  2 1 F

  (V

  Sedangkan derajat kebebasan V

  1

  1 dan V

  2

  masing-masing dengan dk pembilang dan penyebutdalam rumus di atas. Jadi, F

  tabel

  =  2 1 F

  ( N 1 -1, N 2 -1.) dengan 10 , 

  

  UJI HIPOTESIS

  Bila suatu data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dalam menguji hipotesis digunakan uji beda atau uji-t dengan rumus sebagai berikut: t = 2 1 2 1

TEKNIK ANALISIS DATA

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

HASIL DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN PRETES KELAS EKPERIMEN DAN KELAS

  quasi eksperimen yang melibatkan dua

  6

  8

  50

  8

  5 Jumlah

  40

  40 Untuk melihat secara rinci hasil pretes kedua kelas dapat dilihat pada diagram batang

  berikut :

  

Gambar 1. Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

  1

  2

  3

  4

  5

  7

  7

  8

  9

  10

  15

  20

  25

  30

  35

  40

  45

  50 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Pretes

  F re k u e n si

  Keterangan :

  9

  45

  kelas yang diberi model pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, sebelum kedua kelas diterapkan perlakuan yang berbeda, maka pada kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal belajar siswa pada masing-masing ini:

  25

  Nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yaitu 37,25 dengan nilai tertinggi 50 dan terendah 15 serta standart deviasinya adalah 10,19 Untuk kelas kontrol nilai rata-rata adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 15 serta dengan standart deviasi 10,04.

  Tabel 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control No Nilai Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol f

  __

  X SD f __

  X SD

  1

  15

  1 37.25 10,19 2 36.75 10,04

  2

  20

  3

  2

  3

  4

  Penelitian ini merupakan penelitian

  5

  4

  30

  5

  3

  5

  35

  6

  6

  6

  40

  6

  8

  7

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa sampel penelitian adalah homogen, sehingga dapat digunakan untuk mewakili seluruh populasi.

  3 III 64.225 Aktif

  61.65 Aktif

  2 II

  61.33

  58.25 Cukup aktif

  1 I

  No Jumlah pertemuan Nilai rata-rata setiap pertemuan Keterangan Rata-rata semua nilai aktivitas

  2 Pretes K. Kontrol 100,71 Tabel 4. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas eksperimen

  Homogen

  1 Pretes K. Eksperimen 103,78 1,03 1,77

  Tabel 3. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians F hitung F tabel Kesimpulan

  Observasi ini dilakukan selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung oleh 2 orang pengamat yang telah dilengkapi dengan lembar observasi. Adapun jenis aktivitas yang diamati pada kelas eksperimen adalah : (1) menulis, (2) mengajukan pertanyaan, (3) mengerjakan LKS, (4) bertanya kepada teman kelompok, dan (5) kegiatan yang tidak relevan dengan kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol, jenis aktivitas yang diamati adalah : (1) menulis, (2) mendengarkan/memperhatikan, (3) menjawab pertanyaan, (4) pemberian tugas, (5) yang tidak relevan dengan KBM. Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai 3 dengan berpedoman pada penskoran observasi aktivitas siswa seperti pada tabel 4.

  tabel

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  < F

  hitung

  Pengujian homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian homogen atau tidak, artinya apakah sampel yang digunakan dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Masing-masing data pretes dari kedua kelompok sampel diperoleh F hitung < F tabel . seperti tertera pada tabel 3 di bawah ini : Dapat dilihat bahwa syarat F

  dan menolak kriteria pengujian jika syarat tidak dipenuhi. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa syarat kriteria pengujian diterima, dan hal ini menyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

  tabel

  < L

  hitung

  Berdasarkan kriteria pengujian yaitu menerima sampel dari populasi yang berdistribusi normal dengan syarat L

  tabel = 0,1401 seperti tersaji di dalam tabel 2 di bawah ini.

  = 0,1056 dan L tabel = 0,1401 dan untuk sampel yang diberi pembelajaran konvensional diperoleh L hitung = 0,1040 dan L

  hitung

  1 Pretes Eksperimen 0,1056 0,1401 Normal Untuk sampel yang diberi strategi pembelajaran kooperatif diperoleh L

  Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas L hitung L tabel Kesimpulan

  Keterangan Aktif

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

  7

  Gambar 2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas control No Jumlah pertemuan Nilai rata-rata setiap pertemuan Keterangan Rata-rata semua nilai aktivitas

  1 I 56.725 Cukup aktif 58.741

  2 II 58.625 Cukup aktif

  3 III 60.875 Aktif

  Keterangan Cukup aktif

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  8

  2 2 5 % Jumla h

  9

  10

  55

  60

  65

  70

  75

  80

  85

  90 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Postes

  F re k u e n si

  4 36 90 % 4 30 75 %

  7 7 17,5%

  Tabel 5.Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas control Tabel 6. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas control Nilai Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol f Tuantas individu Tuntas

  6 6 15 %

  Klasikal __

  X SD f Tuntas individu

  Tuntas klasikal __

  X S D

  55 2 - - 76,1 25 10,3

  5 5 - - 69,875 9,

  7

  7

  60 2 - - 5 - -

  65

  5 5 12,5 %

  70

  90

  6 6 15 %

  9 9 22,5 %

  75

  6 6 15 %

  7 7 17,5 %

  80

  6 6 15 %

  3 3 7,5 %

  85

  6 6 15 %

  3 3 7,5 %

  Keterangan :

  2 Postes K. Kontrol 95,50

  yang mengindikasikan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.

  1 Postes K. Eksperimen 107,04 1,12 1,774 Homogen

  Tabel 8. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians F hitung F tabel Kesimpulan

  2 Postes Kontrol 0,1210 0,1401 Normal

  1 Postes Eksperimen 0,0974 0,1401 Normal

  Tabel 7. Hasil Analisis Uji Normalitas Postes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas L hitung L tabel Kesimpulan

  < t (1- 1/2 α).

  hitung

  Berdasarkan hasil uji normalitas data tes akhir ternyata kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Kriteria pengujiannya adalah : Ho diterima jika

  tabel

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  tidak melebihi F

  hitung

  Dari tabel 8 diketahui bahwa sampel yang berupa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen. Hal ini terlihat dari harga F

  Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F untuk mengetahui apakah kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Secara ringkas hasil perhitungan uji homogenitas data pretes dan data postes kedua kelas ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

  Dari tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa data-data nilai hasil belajar siswa, dinyatakan memiliki sebaran data yang berdistribusi normal pada taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 40 untuk kelas eksperimen dan n = 40 untuk kelas postes yaitu L hitung < L tabel , sekaligus berarti bahwa data nilai hasil belajar siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif dan melalui pembelajaran konvensional berdistibusi normal.

  Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dari postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak dengan harga-harga L untuk uji Lilliefors dengan α = 0,05. Hasil analisis uji normalitas postes kedua kelompok sampel disajikan pada tabel 7.

  Setelah pada sampel diterapkan pembelajaran yang berbeda dimana kelas eksperimen diterapkan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional seperti pada tabel 6. di bawah ini. Dari daftar tabel terlihat bahwa skor rata-rata di kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor rata- rata dikelas kontrol.

  Dari Tabel 5. terdapat rata-rata aktivitas siswa mulai dari pertemuan I sampai dengan III adalah 56.725, 58.625 dan 60.875. Kemudian, setelah ketiga nilai dirata-ratakan, diperoleh rata-rata 58.741 dengan kategori cukup aktif.

  • –t (1-1/2α) < t

  Semirata 2013 FMIPA Unila Dari Tabel 4. di atas, terdapat rata-rata aktivitas siswa mulai dari pertemuan I sampai dengan III adalah 58.25, 61.65, dan 64.225. Kemudian setelah ketiga nilai diperoleh rata-rata 61.33 dengan kategori aktif. Skor aktivitas belajar dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

  dan untuk kelas kontrol diperoleh L hitung = 0,1040 dan L tabel = 0,1401. Sesuai dengan statistika L hitung < L tabel , maka data berdistribusi normal.

  maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal kedua kelompok sampel. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan data dapat dilanjutkan.

  tabel

  < t

  hitung

  = 1,994. Sesuai dengan statistika jika t

  tabel

  Tahap selanjutnya dianalisis dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut homogen atau tidak. Ketika dilakukan uji homogenitas, maka diperoleh F hitung 1,03 dan F tabel 1,77. Sesuai dengan statistika, jika F hitung < F tabel maka data tersebut homogen. Tahapan selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji t dua pihak untuk melihat kemampuan awal kedua sampel sebelum diberi perlakuan. Dari uji hipotesis tersebut diperoleh t hitung = 0,221 dan t

  tabel = 0,1401

  Tabel 9. Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol No Data Nilai rata-rata t hitung t tabel Kesimpulan

  = 0,1056 dan L

  hitung

  Penelitian ini diawali dengan memberikan pretes terhadap kedua kelas sampel dengan THB ada 20 item dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 option yaitu pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan nilai rata-rata pretes 37,25 dan nilai rata-rata pretes pada kelas kontrol 36,75. Setelah memperoleh nilai pretes, maka nilai tersebut dianalisis. Pertama dengan melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen didapat L

  PEMBAHASAN

  9 Uji hipotesis dengan uji beda (uji t) sebagai berikut : Setelah diberi perlakuan, hasil postes kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata = 76,125 dan dan hasil postes kelas kontrol = 69,875. Dari perhitungan uji perbedaan nilai rata-rata postes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh t hitung = 2,778 > t tabel = 1,994. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara rata-rata postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa akibat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan pembelajaran konvensional pada materi pokok Hukum Newton di kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan.

  Data selanjutnya dapat dilihat pada tabel

  Ada perbedaan yang signifikan Postes Kontrol 69,875

  2 Postes Eksperimen 76,125 2,778 1,994

  Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kedua kelas sampel,diperoleh nilai rata-rata dikelas eksperimen 76,125 sedangkan dikelas kontrol 69,875 . Hal ini memperlihatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses memberikan hasil belajar fisika yang lebih baik dari pada menerapkan pembelajaran konvensional. Kembali dilakukan uji normalitas data dan diperoleh pada kelas eksperimen L hitung = 0,0974 dan L tabel = 0,1401, dan pada kelas kontol terdapat L hitung = 0,1210 dan L tabel = 0,140. Maka dapat disimpulkan kedua sampel tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan kembali uji homogenitas postes

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  • – rata 61,33 dengan kriteria baik hal ini dikarenakan strategi pembelajaran kooperatif membuat siswa itu sendiri aktif dan mampu memecahkan suatu masalah yang diajukan dan hampir seluruh siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan. Pada kelas kontrol pada pertemuan I sampai pertemuan III yaitu dengan nilai rata
  • – rata 58,741 dengan kriteria cukup, hal ini dikarenakan pembelajaran yang monoton yang berpusat pada guru, dan siswa malas bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

  Semirata 2013 FMIPA Unila kedua sampel, maka diperoleh F hitung = 1,12 dan F tabel 1,774 dan dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok sampel homogen. benar-benar ada perbedaan yang signifikan secara statistik, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada lampiran yang menggunakan uji t dan diperoleh t hitung = 2,778 > t tabel = 1,994, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan akibat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dengan konvensional pada materi pokok Hukum Newton di kelas X SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012

  Dalam penelitian ini, tugas-tugas yang diberikan guru menuntut siswa untuk saling bekerja sama serta bertanggung jawab dengan kelompok, dan memelihara hubungan kerja sama yang efektif, keadaan ini juga terjadi ketika guru membimbing kelompok bekerja dan belajar. Dari hasil pengamatan diketahui bahwasannya aktivitas siswa mengalami peningkatan yang positif pada kelas eksperimen pada pertemuan I sampai pertemuan III yaitu dengan nilai rata

  Keuntungan dari menggunakan strategi pembelajaran kooperatif adalah bagi siswa yang kemampuannya lebih rendah maupun siswa yang kemampuannya lebih tinggi dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini disebabkan siswa yang kemampuannya lebih tinggi dapat membantu teman-temannya, dan siswa yang kemampuannya lebih rendah dapat menerima pengetahuan/informasi dari siswa Pembelajaran ini juga melibatkan siswa lebih banyak siswa untuk menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran tersebut, kondisi ini terjadi pada saat siswa bekerja dan belajar di dalam kelompok.

  Namun dalam penelitian ini masih terdapat kendala-kendala yang ditemukan peneliti di lapangan, yaitu keterbatasan waktu, keterbatasan waktu pada saat mengajukan hasil diskusi (mempresentasikan) sehingga tidak semua kelompok dapat mengajukan hasil diskusi mereka dan kerja sama kelompok sering kali hanya melibatkan yang mampu , sebab mereka dapat mengarahkan siswa yang kurang mampu. Di samping itu, peneliti sudah berusaha mengatur waktu sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP, namun dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, peneliti masih menemukan kekurangan waktu dikarenakan di dalam pelaksaan diskusi memerlukan waktu yang lama khususnya pada saat penggunaan media pembelajaran. Maka dalam hal ini penggunaan waktu sangat penting untuk diperhatikan oleh guru di dalam pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar.

  KESIMPULAN

  Aktivitas siswa pada kelas eksperimen adalah 63,40 dengan kategori aktif sedangkan aktivitas kelas kontrol adalah 59,8 dengan kategori cukup aktif yang berarti siswa di kelas eksperimen lebih aktif daripada di kelas kontrol.

  Dengan menggunakan uji t diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional pada materi

  Instruction Dalam Charles M. Reigeluth, Instructional Design Theories and Models, Volume III Building a Common Knowledge Base, New York and London

  Cliffs, NJ.: Hay Group. Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan

  Kencana Merrill, M. David, 2009, First Principles of

  Teknologi Pendidikan , Jakarta : Prenada

  New York: Springer. Miarso, Yusufhadi, 2004,Menyemai Benih

  Teacher’s Role in Implementing Cooperative Learning in the Classroom .

  Johnson. D.W. dan Johnson, R.T. 2008. The

  Kolb, A.Y dan Kolb, A.D. 2005. The Kolb

  Learning Style Inventory – Version 3.1. Technical Specification, Experience Based Learning Systems . Englewood

  Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta :

  : Taylor and Francis Publishers Kanginan, M, 2004, Fisika untuk SMA

  Raja Grafindo Persada Sudjana, M.A., 2005. Metode Stastika,

  Bandung : Tarsito Slavin, R.E. 1983. When Does Cooperative Learning Increase Student Achievement.

  Untuk peneliti selanjutnya yang akan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif ini disarankan untuk lebih memperhatikan kekondusifan siswa ketika melakukan percobaan, karena pada saat peneliti menerapkan pendekatan ini, masih banyak siswa yang ribut ketika melakukan percobaan.

  Diharapkan bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif dapat menggunakan waktu sesuai yang sudah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Alokasi yang digunakan harus benar-benar di sesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

  Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

  pokok Hukum Newton di Kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012.

  

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil

belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

  Kelas XI , Jakarta : Erlangga

DAFTAR PUSTAKA

  Ismono, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press

  ASCD Ibrahim, M. Rachmadiarti, F. Nur, M dan

  Productive Group: How to Engage Students, Build Team Work, and Promote Understanding. Alexandria:

  Addison Wesley Longman, Inc Frey, N., Fisher, D. Dan Everlove, S. 2009.

  Learning Teaching And Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives , New York :

  Anderson, Larin, W. Dan Krathwohl, David R., (editors), 2001, A Taxonomy For

  Psychological Bulletin. Vol. 94 No. 3 (429-445) . New York: APA

  Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan

  Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta : Raja Grafindo Persada.

  Sherman, L.W, 2001. Cooperative learning

  and computer

  • – supported learning experiences, In C.R. Wolfe (Ed), Learning and Teaching on the World Wide Web , San Diego : Academic Press

  Santrock, John, W., 2008, Psikologi

  Pendidikan, Alih Bahasa Tri Wibowo ,

  Jakarta : Kencana Prenada Media Group Trianto, 2007, Model

  • model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Bermaknativistik , Jakarta