Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta

(1)

SKRIPSI

Diajukkan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MUHAMAD RIZKY NIM : 1111015000098

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Muhamad Rizky, Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian the post-test only control design.

Populasinya adalah seluruh siswa kelas X IIS SMA Negeri 29 Jakarta, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling. dipilih dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X IIS 2 sebagai kelas Eksperimen dan kelas X IIS 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar sosiologi berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dan uji Mann-Whitney (Uji “U”).

Rata-rata nilai hasil belajar diperoleh nilai 77,63 untuk kelas eksperimen dan 71,8 untuk kelas kontrol. yang berarti nilai rata-rata hasil belajar sosiologi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil belajar sosiologi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran tradisional.

Berdasarkan perhitungan uji-t pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan diperoleh hasil nilainya Sig (2-tailed) (0,909) yang berarti lebih besar dari a (0,05) yang artinya Sig (2-tailed) (0,909) > a (0,05) atau sama dengan thitung < ttabel yang berarti H0 diterima , jadi hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa Berarti tidak ada pengaruh terhadap nilai tes. Hasil perhitungan untuk nilai postest ternyata didapat sebesar 0,227 yang artinya Sig.(2-tailed) (0,227) > a (0,05) atau sama dengan U > Ukritis yang berarti H0 diterima. Berarti tidak ada pengaruh dan perbedaan setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran konvensional.


(7)

ii

Education of Social Sciences, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to determine the effect of discovery learning model learning on learning outcomes of sociology students. The method used is quantitative method with a quasi-experimental research design of the post-test only design.

The population is all students of class XI IS SMA Negeri 29 Jakarta, with sampling using purposive sampling. two classes chosen as samples in this study, namely the class X IIS 2 as a class experiment and IIS 3 class X as the control class. The instruments used were the test results of studying sociology with five multiple choice answers. The data analysis technique used in this study is t-test and Mann-Whitney test (Test "U").

The average value of learning outcomes obtained value 77.63 to 71.8 for the experimental class and control class. which means that the average value of the results of studying sociology students are taught using learning discovery learning model is higher than the average value of the results of studying sociology students are taught using traditional learning models.

Based on the calculation of the t-test for a class pretest control and experimental result shows the value Sig (2-tailed) (0.909) which is longer than a (0.05), which means Sig (2-tailed) (0.909)> a (0 , 05) or equal to tcount <ttabel meaning H0 is accepted, so results of hypothesis testing can be concluded that means there is no effect on test scores. Results of calculation for the value obtained for 0.227 postest turns which means Sig. (2-tailed) (0.227)> a (0,05) or equal to U> Ukritis meaning H0 is accepted. Means no influence and difference after using discovery learning model learning with conventional learning.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya hingga insya Allah sampai kepada kita selaku umatnya yang selalu mengikuti ajarannya serta selalu taat kepada Allah SWT. Aamiin yaa Robbal Aalamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah bekerjasama dan sangat membantu proses penyelesaian pelaksanaan penelitian sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua & Bapak Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Ibu Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing saya dalam perkuliahan.

4. Bapak Dr. Nurochim, MM selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tri Hajarwati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis selama melaksanakan penelitian.


(9)

iv

yang sudah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

7. Bapak Drs. Sugiatno selaku wakil kepala sekolah yang selalu memberikan pesan, saran dan arahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Bapak Sururudin, S.Pd selaku guru mata pelajaran sosiologi yang senantiasa memberikan kesempatan, saran, serta arahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Kedua orang tua penulis, alm. papa Apid Ruskandi serta mama Iis Rohmaniah yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun materil

10. Saudara dan sepupu penulis Yunita Damayanti, Achmad Faridz, Firman Hidayah, Yuliani, Teh iyang, Vira, Vini, Vany, dan Reza yang selalu memberikan semangat kepada penulisselama proses perkuliahan.

11. Bibi Titin Lisnawati, bibi Anih, Mang Asep, Mang Wawan yang selalu memberikan motivasi yang begitu besar selama ini.

12. Para siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 29 Jakarta yang selama ini telah bersedia belajar bersama-sama dengan praktikan.

13. Teman-teman BDS Fari Agung, Firdaus, Akmal M, Khoirul F, Dedi P, Emil DF, Sadam H, Delvi A, Jonathan A, Dendy H, Ibent dan Antoni yang senantiasa bbersama penulis dikala suka maupun duka.

14. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2011 dan teman-teman konsentrasi Sosiologi yang senantiasa membantu memberi masukkan untuk peneliti dalam proses selama melaksanakan penelitian.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

v

Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil’alamiin atas rahmat dan ridho-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

. Jakarta, 29 Oktober 2015

Penulis


(11)

vi

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Hakikat Model Pembelajaran Discovery Learning ... 9

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

b. Pengertian Discovery Learning ... 11

c. Fungsi Model Pembelajaran Discovery Learning ... 13


(12)

vii

e. Keunggulan & Kelemahan Discovery Learning ... 15

f. Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning ... 17

2. Hakikat Hasil Belajar ... 20

a. Pengertian Hasil Belajar ... 20

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

c. Pengukuran Hasil Belajar ... 22

3. Hakikat Sosiologi ... 24

a. Pengertian Sosiologi... 24

b. Ruang Lingkup Kajian Sosiologi ... 26

c. Karakteristik Sosiologi ... 27

d. Manfaat Sosiologi ... 28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Konseptual ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Prosedur Penelitian ... 36

E. Populasi dan Sampel ... 39


(13)

viii

2. Uji Reliabilitas... 45

3. Taraf Kesukaran ... 46

4. Daya Beda ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 47

1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Homogenitas ... 48

3. Uji Hipotesis ... 48

J. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Validasi Data ... 51

1. Uji Validitas ... 51

2. Uji Reliabilitas... 51

3. Taraf Kesukaran ... 52

4. Daya Beda ... 52

B. Hasil Belajar Siswa ... 54

1. Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 54

2. Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 55

3. Hasil Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 56

4. Hasil Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen . 57 5. Grafik Hasil Perkembangan Nilai Pretest dan Postest ... 59


(14)

ix

C. Hasil Analisis Data ... 60

1. Uji Normalitas ... 60

2. Uji Homogenitas ... 62

3. Uji Hipotesis ... 64

D. Hasil Observasi ... 66

E. Hasil Wawancara ... 66

F. Pembahasan Penelitian ... 67

G. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

x

Tabel 3.2 Desain Penelitian...34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Butir Soal ...39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi ...39

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Terhadap Guru ...39

Tabel 3.6 Kisi-kisi Wawancara Terhadap Siswa ...40

Tabel 3.7 Kategori Besarnya Reliabilitas...42

Tabel 4.1 Klasifikasi Uji Validitas ...47

Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ...48

Tabel 4.3 Klasifikasi Daya Beda ...49

Tabel 4.4 Kesimpulan Instrumen Penelitian ...50

Tabel 4.5 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...51

Tabel 4.6 Hasil Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...51

Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol ...52

Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ...53

Tabel 4.9 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Kontrol...56

Tabel 4.10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ...57

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...58

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...58

Tabel 4.13 Uji Hipotesis Pretest Kontrol & Eksperimen Melalui Uji t ...60


(16)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Line Nilai perkembangan Pretest dan Postest ...55 Grafik 4.2 Grafik Batang Nilai Perkembangan Pretest dan Postest ...55


(17)

xii Lampiran 2 Lembar Observasi 1 Lampiran 3 Lembar Observasi 2 Lampiran 4 Lembar Observasi 3 Lampiran 5 Kutipan Wawancara Lampiran 6 Hasil Wawancara

Lampiran 7 Hasil Pengujian ANATES Lampiran 8 Hasil Soal yang Valid Lampiran 9 RPP Kelas Eksperimen Lampiran 10 RPP Kelas Kontrol

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Mean, Median, Modus, Untuk Skor Hasil Pretest nt


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui pendidikan bisa membentuk sebuah karakter seorang anak, dan dengan pendidikan pun seseorang bisa mengembangkan potensinya didalam pendidikan. Didalam kamus besar bahasa Indonesia, “secara bahasa pendidikan berasal dari kata dasar didik yang diberi awalan me- menjadi mendidik (kata kerja) yang artinya memelihara dan memberi latihan”.1

Sedangkan pengertian pendidikan menurut beberapa ahli adalah menurut John Dewey dalam menjelaskan “pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang konstan dari pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya”.2 Menurut Mudyahardjo “pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal”. 3

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 4

Dari beberapa pendapat diatas, bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana

1 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 96.

2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 41

3 Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 52.

4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 2


(19)

(bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju terbentuknya kepribadian dan akhlak mulia dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Implementasi sistem di Indonesia saat ini menggunakan kurikulum 2013, kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, dari kurikulum 2004 dan KTSP 2006. Dalam pengimplementasian kurikulum 2013 banyak sekali kendala yang dihadapi didalam prosesnya. Menurut Furqon Hidayatullah yang merupakan Pemerhati pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyatakan bahwa ada delapan masalah. Yaitu :

Sulitnya mengubah mindset guru, perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student centered, rendahnya moral spiritual, budaya membaca dan meneliti masih rendah. Kemudian, kurangnya penguasaan teknologi informasi, lemahnya penguasaan bidang administrasi, dan kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif. Padahal, semestinya guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik. Permasalahan kedelapan atau yang terakhir, masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar. Padahal, seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menuntut guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif. Artinya, guru harus menjadi manusia pembelajar.5

Pembelajaran itu sebenarnya sangat terkait pada bagaimana bisa menyatukan dan membangun interaksi antara dua komponen yaitu guru dan juga peserta didik. Dalam hubungan interaksi dikelas guru menjadi pusat perhatian dari para peserta didik. Mulai dari gaya pembelajaran, sikap, kedisiplinan, pengetahuan, serta hal-hal lainnya. Guru pun bisa jadi objek penilaian yang dilakukan oleh peserta didik, tak jarang peserta didik melakukan imitasi dari kebiasaan atau pola pikir yang dilakukan oleh gurunya.

5 Ferdinandus,” Ini Delapan Masalah dalam Implementasi Kurikulum 2013”, metronews.com, Surakarta, 19 Oktober 2014, h. 1.


(20)

3

Interaksi yang baik dapat dilihat dari suatu keadaan dimana guru mampu membuat peserta didik bisa belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauan dan keinginannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada didalam kurikulum untuk kebutuhan dari mereka sendiri. Karena itu, setiap pembelajaran, terutama pembelajaran sosiologi hendaknya berupaya menggambarkan nilai-nilai yang terkandung pada kurikulum dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada pada peserta didik.

Mata pelajaran Sosiologi sendiri pun sangat penting didalam dunia pendidikan, karena disitu kita akan mempelajari banyak apa-apa yang harus dilakukan oleh manusia. Contohnya, interaksi sosial yang harus dilakukan peserta didik disekolah dan nilai dan norma sosial apa saja yang harus ditaati peserta didik. Sosiologi juga berperan sangat penting didunia pendidikan karena dari belajar sosiologi lah peserta didik dapat menerapkan perilaku yang baik itu seperti apa. Untuk mengarah ke efiensi dalam mengolah pendidikan, kegiatan belajar-mengajar harus mengarah kepada kemandirian peserta didik dalam belajar. Menurut teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks. Mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.6

Selama ini dari apa yang saya amati masih ada guru sosiologi yang menjelaskan materi hanya dengan ceramah namun jarang sekali peserta didik diikut sertakan aktif dalam mengembangkan materi sehingga hanya terjadi guru mentransfer ilmu ke siswa namun tanpa adanya timbal balik didalam prosesnya.

Mata pelajaran sosiologi di tingkat sekolah menengah atas merupakan mata pelajaran yang memiliki cakupan materi yang cukup abstrak dan harus mampu berfikir kritis. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model,

6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta Prestasi Pustaka, 2007) h. 13.


(21)

strategi, dan media pembelajaran yang tepat, sehingga target ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Peran model pembelajaran sosiologi pun sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan model pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang materi pelajaran sosiologi yang diajarkan oleh guru.

Akan tetapi, pada kenyataannya penggunaan model pembelajaran sosiologi oleh guru belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak permasalahan yang menyebabkan guru kurang memaksimalkan peran model untuk pembelajaran sosiologi. Adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah keterbatasan model pembelajaran sosiologi yang diajarkan guru. Dengan adanya keterbatasan model pembelajaran sosiologi, maka dalam proses belajar pada pelajaran sosiologi membuat siswa menjadi kurang tertarik dengan mata pelajaran sosiologi, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar sosiologi yang didapat siswa.

Hal serupa juga dialami siswa kelas X SMA Negeri 29 Jakarta, dimana siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran sosiologi, hal ini dikarenakan guru sosiologi hanya ceramah di depan kelas dan tidak menggunakan model pembelajaran yang bervariatif untuk membuat siswa tertarik dengan pelajaran sosiologi. Terbukti dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 29 Jakarta, dari kelas X IIS ada sekitar 45% siswa yang memperoleh nilai sosiologi berkisar antara 50-70. Sementara nilai sosiologi mencapai standar ketuntasan yakni 75. Hal lain juga ditunjukkan dari hasil wawancara kepada 20 siswa pada hari Kamis 23 April 2015 pukul 11.45 WIB, diperoleh data yang menyatakan bahwa siswa merasa kurang tertarik dengan pelajaran sosiologi karena siswa mengaku bahwa pelajaran sosiologi selalu menekankan pada aspek membaca, menulis, dan menghafal.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas X IIS SMA Negeri 29 Jakarta, menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang


(22)

5

maksimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang materi yang diajarkan oleh guru, siswa memerlukan model pembelajaran yang menarik. Dalam pembelajaran sosiologi dibutuhkan pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Mengajar harus bertitik tolak dari kondisi siswa untuk diberi berbagai pengalaman baru, serta pemberian bimbingan untuk memperoleh berbagai pengalaman baru guna mencapai berbagai kemajuan.7 Dan didalam kurikulum 2013 pada jenjang SMP dan SMA dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah demi mencapai kemajuan tersebut. Sebagaimana permendikbud no 65 tahun 2013 tentang proses pendidikan dasar dan menengah mengisyaratkan perlu kaidah-kaidah pendekatan saintifik ilmiah. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif dibandingkan pembelajaran tradisional.8

Banyak para ahli mengatakan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah/saintifik siswa bisa mengembangkan dan mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan yang dia miliki. Dan siswa juga bisa menyelidiki fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang sedang terjadi. Artinya disini siswa diajarkan bagaimana cara menemukan kebenaran ilmiah dan bukan opini apalagi fitnah didalam sebuah fenomena yang terjadi.

Untuk memperkuat pendekatan saintifik perlu diaplikasikan pembelajaran berbasis penyikapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Model discovery learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented

7 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2007), h. 92.

8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran “dalam Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013; Konsep Pendekatan Scientifiic, 2013, h. 1-3.


(23)

with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”. Ide gagasan dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di dalam kelas. Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.

Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating conceps and principles in the mind. Seseorang guru yang mengajar mengunakan model ini harus menjelaskan tugas apa yang harus peserta didik lakukan. Apa tujuan dari tugas itu lalu kemana mereka harus mencari informasi, mengolah, membahas, dalam kelompoknya masing-masing.

Tujuan digunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran discovery learning adalah supaya pembelajaran lebih menarik dan peserta didik bisa ikut aktif. Pengetahuan siswa semakin luas, interaksi dengan guru bisa terjalin dan para peserta didik bisa memecahkan masalah dari suatu permasalahan.

Hasil penelitian sebelumnya Skripsi yang ditulis oleh Siti Zubaedah mahasiswa jurusan pendidikan matematika fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian dan Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Metode Discovery Learning di kelas X MAN Kebumen 2 Tahun Pelajaran 2009-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode discovery learning yang dilakukan melalui kegiatan investigasi berupa pengumpulan dan pemprosesan data oleh peserta didik untuk menemukan suatu konsep, refleksi dan penemuan tugas ternyata dapat meningkatkan dan kreatifitas peserta didik difokuskan pada saat investigasi. Dari melihat hasil Penelitian yang sudah pernah dilaksanakan maka dari itu peneliti menawarkan pembelajaran Sosiologi menggunakan pendekatan saintifik


(24)

7

model discovey learning. Hal inilah yang menjadikan alasan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas maka yang jadi permasalahan terkait penelitian ini adalah:

1. Minat belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi masih rendah. 2. Guru masih kurang kreatif didalam proses pembelajaran sosiologi. 3. Guru sosiologi selalu menggunakan model pembelajaran konvensional,

sehingga menumbuhkan rasa kejenuhan didalam diri para peserta didik. 4. Sebagian besar hasil belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada mata pelajaran sosiologi.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik tenaga, biaya, maupun waktu. Agar lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada: 1. Guru sosiologi selalu menggunakan model pembelajaran konvensional,

sehingga menumbuhkan rasa kejenuhan didalam diri para peserta didik. 2. Sebagian besar hasil belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada mata pelajaran sosiologi.

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah hasil belajar sosiologi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “adakah


(25)

pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 29 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 29 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Kalau dilihat secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk menjadi bahan referensi untuk para guru, untuk mengembangkan terutama di bidang pendidikan. Karena penelitian ini berhubungan dengan bidang pendidikan.

2. Untuk menambah wawasan yang lebih luas di bidang pendidikan mengenai pendekatan saintifik didalam pembelajaran terutama model discovery learning.

2. Manfaat praktis

Secara praktis mudah-mudahan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai :

1. Menjadi bahan masukan bagi guru dan kepala sekolah SMA Negeri 29 Jakarta dalam memahami pentingnya pembelajaran menggunakan pendekatan sanitifik terutama di mata pelajaran sosiologi.

2. Menjadi bahan masukan bagi guru-guru SMA Negeri 29 Jakarta untuk memahami pendekatan saintifik model discovery learning terutama di mata pelajaran sosiologi.


(26)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan melalui pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dan model discovery learning adalah suatu pendekatan dan model pembelajaran wajib yang harus diterapkan didalam kurikulum 2013. Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan saintifik (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan.1 Model pembelajaran discovery learning salah satu model pembelajaran yang sangat mendukung dalam pengimplementasiannya.

a. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran terlebih dahulu dikaji secara mendalam apakah yang dimaksud dengan model. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam melakukan suatu tutorial dan untuk

1Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.“Pendekatan-pendekatan

Ilmiah dalam Pembelajaran“ dalam diklat guru dalam rangka implementasi kurikulum 2013; konsep pendekatan scientific, Bandung, 2013.


(27)

menentukan suatu perangkat yang akan dipakai dalam proses tersebut.

Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.2 Artinya setiap aktivitas pembelajaran akan selalu menggunakan model sebagai peninjau kesuksesan proses belajar mengajar karena model pembelajaran merupakan suatu perangkat yang telah tersedia untuk kelangsungan belajar.

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Salah satu contoh model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana kelompok-kelompok siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama dan disepakati guru. Ketika guru menerapkan model tersebut tuntutan kepada siswa harus mampu berpiki kritis dan mampu menggali keterampilan yang ada dalam dirinya untuk memecahkan suatu masalah.

Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya. Sebagai salah satu contoh berdasarkan tujuan yaitu pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar seperti memahami kebutuhan dalam kegiatan ekonomi atau topik-topik bahasan lain yang berkaitan dengan penggunaan alat.

2Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana, 2009) h. 22


(28)

11

Setiap model pembelajaran membutuhkan lingkungan yang berbeda. Misalnya pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang dapat dengan mudah untuk dipindahkan. Pada model diskusi para siswa membutuhkan duduk bersamaan dan berhadap-hadapan untuk mencurahkan pendapat dari masing-masing siswa tersebut.

Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan.3 Yang dimaksud ahli dan praktisi disini adalah seorang guru, dimana guru dituntut mampu mengembangkan model pembelajaran agar suatu proses pembelajaran dengan topik tertentu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu guru harus mampu memilih model yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran tersebut dan terutama sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran harus perlu dipertimbangkan terlebih dahulu agar model tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain harus mempertimbangkan guru juga harus mampu mengembangkan potensi dirinya agar model pembelajaran berlangsung secara sempurna dan materi yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

b. Pengertian Discovery Learning

Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan para peserta didik utuk mencari dan menyelidiki


(29)

secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.4

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode ini mencoba menggabungkan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan peserta didik lebih mandiri, dan reflektif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses

4 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep dan Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2009) h. 77.


(30)

13

belajar-mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri beragam informasi yang dibutuhkan.5

c. Fungsi Model Pembelajaran Discovery Learning

Ada beberapa fungsi model discovery learning, yaitu sebagai berikut :

a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam pembelajaran.

b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. c. Membangun sikap percaya diri (self Confidance) dan

terbuka (openess) terhadap hasil penemuannya.6

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan model discovery learning yaitu ada persiapan dan pelaksanaan untuk persiapan terdiri dari:

a. Menentukan tujuan pembelajaran.

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya, belajar dan sebagainya).

c. Memilih mata pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

5 Ahmad Munjir Nasih dan Lilik Nur Kholidah. Metode dan teknik pembelajaran pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Refika Aditama: 2009), h. 94.


(31)

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dan pada tahap pelaksanaan mempunyai beberapa langkah pula sebagai berikut:

a. Stimulasis (pemberian perangsangan)

Guru mulai bertanya mengajukan persoalan, atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memusat permasalahan.

b. Problem stetement (mengidentifikasi masalah)

Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang lebih menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. c. Data Collection (pengumpulan data)

Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mencoba sendiri dan sebagainya

d. Data proccesing (pengolahan data)

Semua informasi itu diolah, diacak, diklarifikasi, ditabulasi, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta diitafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

e. Verifikasi

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan yang telah dirumuskan terdahulu dicek, apakah terbukti apa tidak.


(32)

15

f. Generalisasi

Berdasarkan verifikasi, siswa belajar menarik verifikasi atau kesimpulan tertentu.7

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

e. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Discovery Learning

Dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning mempunyai Beberapa keuntungan yaitu:

a. pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

b. hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya.

c. secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih

7 A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar-mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 117.


(33)

keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk sebagai berikut:

a. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. b. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami

sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

c. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.

d. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.

e. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: a. membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan

dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

b. Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau


(34)

17

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.

c. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

d. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

e. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

f. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

g. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru.8

f. Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning

Pendekatan saintifik dan discovery learning merupakan pendekatan dan model atau strategi pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik agar peserta didik berusaha menemukan sendiri beragam informasi yang dibutuhkan. Dalam pembelajaran bukan hanya guru yang aktif atau menjelaskan terus-menerus materi yang dipelajari tapi


(35)

peserta didik juga berperan aktif mencari sendiri informasi-informasi untuk melengkapi materi pembelajaran yang dipelajari.

Pendekatan saintifik ini juga disebut pendekatan 5 M, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan menyajikan (mempublikasikan). Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam satu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyikapan/penelitian (discovery/inquiry learning).9

Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik model discovery learning:

a. Mengamati melalui problem statement

Dalam langkah mengamati peserta didik mencari informasi dengan cara melihat, membaca, mencermati, dan menyimak. Sedangkan model discovery learning pada tahap problem statement peserta didik diminta untuk mengidentifikasi suatu problem yang ada. Maka langkah mengamati bisa melalui problem statement karena langkah-langkahnya atau tahapannya hampir sama yaitu dengan cara mencari informasi

b. Menanya melalui Stimulasi

Dalam langkah menanya ini guru menstimulus peserta didik untuk dapat bertanya kepada guru, jadi tidak hanya guru yang bertanya tetapi peserta didik juga aktif bertanya. Maka langkah menanya disini dapat melalui stimulus, karena untuk mengajak peserta didik aktif dalam menanya, guru menstimulus peserta didik terlebih dahulu.

9 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 3


(36)

19

c. Mengumpulkan data melalui data colection

Tindak lanjut dari bertanya yaitu menggali dan mengumpulkan informasi atau data dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Mengumpulkan data ini dapat dilakukan melalui data colection karena pada intinya merupakan teknik mengumpulkan data. Dan ini dapat dilaksanakan dengan metode diskusi, jadi peserta didik dapat mencari informasi bersama kelompok belajarnya untuk berdiskusi dan mendapatkan berbagai informasi yang relevan.

d. Mengasosiasi data melalui Data proccesing dan Generalization

Dari informasi dan data-data yang didapat peserta didik mengolah data melalui data prosessing. Semua data diolah, diacak, diklarifikasi atau dengan cara tertentu untuk menyajikan data dan informasi yang didapat. Kemudian peserta didik belajar menarik kesimpulan tertentu. Maka langkah mengasosiasi ini dapat melalui data prosessing dan generalization atau menyimpulkan.

e. Mengkomunisasikan melalui verifikasi

Untuk mengecek berhasil atau tidaknya hasil penemuan tersebut dibutuhkan pembuktian/verifikasi, maka disini peserta didik dapat mengkomunikasikannya atau mempresentasikannya hasil tersebut di depan kelas. Pada saat mengkomunikasikan hasil tersebut, maka peserta didik yang lain dapat mencermati apakah hasil diskusi/penemuan itu ada atau tidak.


(37)

2. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan nilai sikap.10 Sedangkan menurut pandangan Benjamin Bloom belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.11 Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan kearah yang lebih baik.

Sedangkan hasil belajar menurut Purwanto “hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajarharus sesuai dengan tujuan pendidikan”.12

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.13 Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima belajar.14 Belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik, penambahan pengetahuan, dan juga lebih terampil dari sebelumnya.

10 Suroto, “Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII”, Journal of Primary Education, Vol 1, 2012, h. 52.

11 Syaifurahman & Tri Ujiati, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 58.

12 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. I, h. 54 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012) h. 3.


(38)

21

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif).15 Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik maupun psikis, dan faktor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, ataupun masyarakat luas.16

Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis itu :

1. Motivasi, Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

2. Konsentrasi, Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. 3. Reaksi, Belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan

ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respons pada suatu pelajaran merupakan faktor yang penting dalam belajar. 4. Organisasi, Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan

mengorganisasikan, menata atau menempatkan

15 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 62

16 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.172


(39)

bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Dalam hal ini, dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide).

5. Pemahaman, Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi.

6. Ulangan, Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar. Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai dengan pemikiran dan bertujuan.17

c. Pengukuran Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler dan tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu :

1. Ranah Kognitif. Ranah ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (comprehension) c. Penerapan (application) d. Analisis (analysis) e. Sintesis (synthesis) f. Evaluasi (evaluation)

17 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi: Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 39-44


(40)

23

Kedua aspek disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya kognitif tingkat tinggi.18

2. Ranah Afektif, yaitu internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain ini terdiri atas:

a. Kemauan menerima (receiving).

b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding). c. Menilai (valuing).

d. Organisasi (organization). e. Karakterisasi (characterization).

3. Ranah Psikomotorik, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Namun pengukuran ranah psikomotorik biasanya disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.19 Ada enam aspek psikomotorik yaitu:

a. Gerakan reflek.

b. Keterampilan gerakan dasar. c. Kemampuan perseptual. d. Keharmonisan atau ketetapan. e. Gerakan keterampilan kompleks. f. Gerakan ekspresif dan intrepretatif.20

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan kedalam beberapa kategori. Kategori yang paling banyak digunakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,

18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012) h. 22.

19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.182. 20 Nana Sudjana, loc. cit.


(41)

afektif dan psikomotorik. Dari masing-masingranah mempunyai aspek yang mempunyai keterkaitan. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran.

3. Hakikat Sosiologi a. Pengertian Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang memiliki arti teman atau kawan, dan Logos memiliki arti ilmu pengetahuan. Permulaan definisi sosiologi ini dipublikasikan dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" yang di tulis oleh Auguste Comte. Sosologi adalah suatu ilmu mengenai “das sein” dan bukan “das sollen”. Sosiologi menyelidiki masyarakat serta perubahannya menurut keadaan kenyataan.21

Masyarakat adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan, kepentingan bersama dan budaya. Sosiologi bertujuan mempelajari perilaku sosial masyarakat kegiatan masyarakat itu sendiri dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sosiologi merupakan pengetahuan tentang masyarakat yang tumbuh dari hasil pemikiran ilmiah yang bisa dikontrol secara kritis oleh orang lain. Kelompok atau masyarakat tersebut terdiri atas keluarga, negara, suku bangsa dan berbagai organisasi sosial, politik dan ekonomi. Berikut definisi menurut beberapa ahli :

1. Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam

21 Phil. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Binacipta, 1992), h. 11.


(42)

25

gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2. Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial (yaitu keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan sosial) dan proses-proses sosial (yang berupa pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama seperti kehidupan ekonomi dan kehidupan politik, kehidupan hukum dan kehidupan agama, dan lain sebagainya), termasuk didalamnya adalah perubahan-perubahan sosial.22

22 Elly M.Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana, 2011), h. 2.


(43)

b. Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:

1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam.

2. Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya. 3. Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan

kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau


(44)

27

beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara pada masa yang akan datang.

Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.23

c. Karakteristik Sosiologi

Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi menurut Soekanto mencakup hal-hal berikut.

1. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu kerohanian. Perbedaan tersebut bukan semata-mata perbedaan metode, namun menyangkut perbedaan substansi,, yang kegunaannya untuk membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan. 2. Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif,

melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini, dan

23Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, sosiologi, dari


(45)

bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi.

3. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola umum (nomotetik). Berbeda dengan sejarah misalnya, (lebih banyak meneliti dan mencari pola-pola khusus atau ideografik) yang menekankan tentang keunikan sesuatu yang dikaji.

4. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang empiris, faktual, dan rasional. Dalam istilah Spencer dan Inkeles dan Popene mereka menyebutnya the science of the obvious atau jelas nyata.

5. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan tentang ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya, bahan kajian yang diperhatikan dalam sosiologi adalah bentuk-bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat, dan bukan wujudnya tentang masyarakat yang konkret. 6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan

pengertian dan pola-pola umum. Karena dalam sosiologi, meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip-prinsip atau hukum-hukum umum daripada interaksi antarmanusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi, dan struktur dari masyarakat.24

d. Manfaat Sosiologi

Ada eberapa manfaat mempelajari ilmu sosiologi sebagai berikut:

1. Sosiologi bermanfat menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap toleransi sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan terwujud masyarakat yang saling mengerti.

24 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 74.


(46)

29

2. Sosiologi membantu setiap masyarakat tentang tempat kita dalam masyarakat maupun budaya lain yang belum diketahui.

3. Sosiologi membantu masyarakat untuk mengontrol dan mengendalkan tindakan dan perilaku pada tiap-tiap interaksi masyarakat.

4. Sosiologi juga diharapkan mampu membuat masyarakat semakin mengerti norma, tradisi, keyakinan, dan nilai – nilai yang dianut oleh masyarakat lain serta mampu memahami perbedaan – perbedaan uang ada pada masyarakat.

5. Pengetahuan sosiologi bermanfaat untuk menghindari konflik sosial terutama konflik antargolongan, antarsuku, maupun antarras.

6. Sosiologi bermanfaat untuk menghindari dominasi sosial misalnya: dominasi politik, dominasi ekonomi, maupun dominasi kebudayaan.

7. Sosiologi sebagai interaksi sosial yang merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang didalamnya menyangkut hubungan antara individu, kelompok maupun individu dengan kelompok.

8. Sosiologi dalam masyarakat bermanfaat sebagai ahli riset. Para sosiolog melakukan riset ilmiah untuk mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut sosiolog harus menghasilkan kebenaran-kebenaran agar dampak dampak negatif dalam masyarakat bisa dihindari.

9. Sosiologi sebagai konsultn kebijakan, artinya sosiologi dapat membantu memperkirakan pengaruh kebijakan-kebijakan sosial yang mungkin terjadi dalam masyarakat.


(47)

10. Sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, sosiologi akan membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap situasi sosial yang dihadapi sehari-hari.25

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada sebuah penelitian yang cukup relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan penulis, penelitian tersebut :

1. Skripsi yang ditulis oleh Siti Zubaedah mahasiswa jurusan pendidikan matematika fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian dan Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Metode Discovery Learning di kelas X MAN Kebumen 2 Tahun Pelajaran 2009-2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode discovery learning yang dilakukan melalui kegiatan investigasi berupa pengumpulan dan pemprosesan data oleh peserta didik untuk menemukan suatu konsep, refleksi dan penemuan tugas ternyata dapat meningkatkan dan kreatifitas peserta didik difokuskan pada saat investigasi.26

2. Skripsi yang ditulis Reni Sintawati mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan, UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Implementasi pendekatan Saintifik Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Jetis Bantul”, hasil penelitian ini menunjukkan

25Abi Muda, 14 Manfaat Sosiologi dalam Kehidupan dan Bermasyarakat, dari

http://www.abimuda.com/2015/08/14-manfaat-sosiologi-dalam-kehidupan-bermasyarakat.html. Di akses pada 19 agustus 2014 pukul 20:10

26Siti Zubaedah, “Upaya Meningkatkan Kemandirian dan Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Metode Discovery Learning di kelas X MAN Kebumen 2 Tahun Pelajaran 2009/2010, Skripsi UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013).


(48)

31

bahwa implementasi discovery learning disekolah itu berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan nilai setiap tahunnya.27 3. Skripsi yang ditulis oleh Siti Mutoharo Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Kreasi”, hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa.28

27Reni Sintawati, Implementasi pendekatan Saintifik Model Discovery Learning dalam Pembelajaran dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Jetis Bantul, Skripsi UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014).

28Siti Mutoharo, Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Kreasi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).


(49)

C. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual 1. Guru sosiologi

menggunakan model pembelajaran

konvensional

2. Hasil belajar siswa di bawah KKM

Proses Pembelajaran

Discovery Learning sebagai Model Pembelajaran

Konsep Sosialisasi & Enkulturasi

Hasil Belajar Meningkat


(50)

33

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka perumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

Ho = tidak terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa

Ha = terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa


(51)

34

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 29 Jakarta yang terletak di jalan Kramat raya No 6 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian disini, dikarenakan beberapa pertimbangan: peneliti sudah banyak mengetahui bagaimana kondisi disekolah itu, sekolah itu salah satu sekolah yang tetap melaksanakan kurikulum 2013 dan peneliti ingin mengetahui apakah metode pendekatan saintifik disekolah itu berjalan dengan baik. Penelitian ini direncanakan bulan Mei 2015.

Tabel 3.1

Perencanaan waktu Penelitian

No. Tahap Penelitian Bulan

1 2 3 4 5

1. Pengajuan Proposal 2. Revisi Bab 1, 2, 3 3. Susunan Instrumen

4. Observasi 5. Pengumpulan Data 6. Pengolahan Data

7. Bab 4, 5


(52)

35

9. Sidang Munaqosah 10. Revisi Skripsi

B. Metode Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplantasinya, penelitian ini tergolong penelitian dengan pendekatan eksperimen semu (quasi eksperimental design). Penelitian quasi eksperimental design adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu hasil belajar sosiologi dengan perlakuan yang berbeda.

Peneliti menganalisis pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menggunakan model biasa. Eksperimen merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan, meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebasnya.

Subjek diambil dari kelompok tertentu yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan dari metode ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh suatu variabel dengan variabel lain yang menjadi objek penelitian melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data serta pengambilan kesimpulan.

C. Desain Penelitian

Penelitian bersifat quasi eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk


(53)

mengontrol variable-variable luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia.

Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.2

Desain Penelitian

Keterangan :

X : Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model discovery learning

Y : Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model tradisional

T1 : Hasil Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol T2 : Hasil Postest kelas Eksperimen dan Kontrol

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah:

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2011.) cet. 20 h. 77.

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen T1 X T2


(54)

37

a. Membuat izin penelitian ke sekolah

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakan penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas pembanding.

d. Membuat instrument soal pretest berupa soal pilihan ganda. e. Membuat media pembelajaran tentang materi yang akan

diajarkan.

f. Membuat perangkat pembelajaran terdiri dari Power Point dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

g. Membuat intrumen evaluasi yaitu soal postest berupa soal pilihan ganda.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran menerapkan pembelajaran menggunakan media grafis untuk kelas pembanding dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning untuk kelas eksperimen.

a. Kelas Pembanding 1) Pendahuluan

a) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran. b) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

c) Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan.

b) Guru menggunakan model tradisional untuk menjelaskan materi sebagai kegiatan pembelajaran.


(55)

c) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan lalu mengumpulkannya.

d) Guru membahas dan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

3) Penutup

Guru mengadakan tes akhir (postest) sebanyak 8 soal pilihan ganda mengenai materi yang telah dipelajari.

b. Kelas Eksperimen 1) Pendahuluan

a) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran. b) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

c) Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan.

b) Guru menggunakan model discovery learning untuk menjelaskan materi sebagai kegiatan pembelajaran. c) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal lalu

mengumpulkannya.

d) Guru membahas dan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

3) Penutup

Guru mengadakan tes akhir (postest) sebanyak 8 soal pilihan ganda mengenai materi yang telah dipelajari.


(56)

39

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah kelompok yang menjadi perhatian peneliti, kelompok yang berkaitan dengan untuk siapa generalisasi hasil penelitian berlaku.2 Penelitian yang penulis lakukan menggunakan objek siswa kelas X IIS SMA Negeri 29 Jakarta, dimana kelas X IIS terdapat 3 kelas. Keseluruhan siswa kelas X IIS berjumlah 84 orang. Untuk itulah penulis menggunakan penelitian sampel. 2. Sampel

Sampel adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam, terperinci dan efisien tentang kelompok individu atau bukan (populasi) dengan cara hanya mengambil sebagian kecil (sampel) dari populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.3 Sehingga peneliti dapat memperoleh hasil penelitian sesuai dengan prosedur yang telah dipilih dalam desain penelitian. Terpilihlah kelas X IIS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IIS 3 sebagai kelas kontrol.

F. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel Bebas (X) adalah penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam pelajaran sosiologi, dan variabel terikat (Y) adalah hasil belajar sosiologi siswa.

2 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013) hal. 228


(57)

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes objektif, tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh dari data pretest dan posttest berupa skor hasil belajar sosiologi pada materi sosialisasi dan enkulturasi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar sosiologi untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes yang diberikan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda sebanyak 8 butir soal dengan 5 pilihan jawaban. Sebelum tes ini diberikan, terlebih dahulu diuji cobakan untuk diketahui validitas dan realibilitasnya. Adapun kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tes

Kompetensi Dasar Indikator No Butir Soal

Mendeskripsikan Proses Sosialisasi & Enkulturasi Materi : Sosialisasi & Enkulturasi

Mendeskripsikan Sosialisasi & Enkulturasi

1, 2, 4, 5, 18. 19, 22, 25, 29, 30.

Mendeskripsikan nilai & norma dalam sosialisasi & enkulturasi

6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 24, 26, 27.


(58)

41

2. Non Tes

Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan dipilih tergantung beberapa faktor, diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.4 Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi dan wawancara.

a. Observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam penelitian kuantitatif instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain. Lembar observasi ini berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan selama pembelajaran discovery learning dengan materi sosialisasi dan enkulturasi. Observasi dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan observasi dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut:

4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 172

Mendeskripsikan proses sosialisasi & pembentukan kepribadian melalui media sosialisasi

3, 7, 8, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 28.


(59)

Tabel 3.4 Pedoman Observasi

NO Aspek yang diamati

1 Persiapan

x Guru mempersiapkan Rpp x Guru menerangkan tujuan

pembelajaran

x Guru mengadakan pretest

2 Penyajian Informasi dan Situasi Pembelajaran

x Guru mengadakan apersepsi x Guru menjelaskan tentang model

pembelajaran discovery learning x Guru menerangkan manfaat materi

sosiologi dalam kehidupan sehari-hari x Guru menerangkan materi sosiologi

dengan sistematis sesuai dengan RPP x Guru menguasai bahan ajar

x Guru meminta siswa agar aktif dalam proses pembelajaran

x Guru memperhatikan siswa secara menyeluruh

x Guru mengadakan diskusi

x Guru menerangkan dengan suara jelas x Siswa diminta untuk mencari sumber

sebanyak-banyaknya dari imternet dan perpustakaan sekolah

x Siswa diminta untuk menjelaskan apa yang telah diperoleh dari internet dan perpustakaan sekolah

x Guru mengklarifikasi tentang penjelasan siswa

x Guru menilai dan mengembalikan hasil diskusi siswa yang telah dikumpulkan

x Guru memberikan tugas PR individu

3 Penutup

x Guru & siswa memberikan kesimpulan

x Guru memberikan gambaran tentang materi berikutnya

x Guru memberikan tugas hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan datang

x Guru & siswa menutup pembelajaran dengan mengucap hamdalla


(60)

43

b. Wawancara

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.5 Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru dengan waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan. Wawancara kepada siswa dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru meliputi hal-hal sebagai berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara untuk Guru

No Aspek yang ditanyakan Butir Pertanyaan

Sebelum Perlakuan

1 Hasil Belajar 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

2 Model pembelajaran 7 dan 8

Setelah Perlakuan

3 Model Pembelajaran Discovery Learning 1, 2, 3, dan 4

4 Hasil Belajar 5, 6, 7, dan 8

Tabel 3.6

Pedoman Wawancara untuk Siswa

No Aspek yang ditanyakan Butir Pertanyaan

Sebelum Perlakuan

1 Hasil Belajar 1, 2, dan 3

2 Model pembelajaran 4 dan 5

Setelah Perlakuan

3 Model Pembelajaran Discovery Learning 1, 2,3 dan 4

4. Hasil Belajar 5

5Ibid h. 198


(61)

H. Teknik Validasi Data 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan sesuatu instrumen.6 Untuk mengukur validitas soal pada penelitian ini digunakan rumus koefisien korelasi biserial, karena data yang diperoleh dari soal hanya mempunyai dua alternatif jawaban, sehingga alat ukur yang tepat adalah koefisien korelasi biserial, sedangkan bila lebih dari dua alternatif jawaban maka menggunakan alat ukur product moment angka kasar.

Rumus koefisien korelasi biserial sebagai berikut:

Keterangan:

Ypbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

SDt = standar deviasi dari skor total

P = proporsi siswa yang menjawab benar

P:

Banyaknya siswa yang benar Jumlah seluruh siswa

Q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)

6 Trianto, Pengantar Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 269.


(62)

45

Kriteria pengujian jika harga rhitung> rtabel dengan taraf signifikan 0,05 maka alat tersebut valid, begitu pula sebaliknya jika harga rhitung< rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid.7

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas innstrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya dan reliabilitas juga menunjuk kepada suatu tingkat keterandalan tertentu.8 Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, digunakan rumus KR-21 yang digunakan untuk menguji soal pilihan ganda, karena data yang diperoleh dari soal hanya mempunyai dua alternatif jawaban, sehingga alat ukur yang tepat adalah KR-21, sedangkan bila lebih dari dua alternatif jawaban maka menggunakan rumus alpha, rumus KR-21 yaitu:

r11 =

Keterangan:

r11 = realibilitas tes secara keseluruhan M = mean atau rerata skor total n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Besarnya realibilitas dikategorikan seperti table berikut:

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 79.


(63)

Tabel 3.7

Kategori Besarnya Reliabilitas

Nilai r 11 Keterangan

0,00 sampai 0,20 Sangat Rendah 0,21 sampai 0,40 Rendah 0,40 sampai 0,60 Cukup 0,61 sampai 0,80 Tinggi

0,81 sampai 1,00 Sangat Tinggi

3. Taraf Kesukaran

Untuk menguji tingkat kesukaran soal digunakan rumus:

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

4. Daya Beda

Daya beda adalah kemampuan suatu soal membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya beda soal dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan :


(64)

47

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi indeks daya beda adalah :

D = 0,00 –0,20 :Jelek D = 0,20 –0,40 : Cukup D = 0,40 –0,70 : Baik D = 0,70 –1,00 : Baik Sekali

D = negative, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja.9

I. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya. Apakah sampel berdistrubusi normal atau tidak. Menggunakan rumus:

Lo = F (Zi) –S (Zi) Keterangan :

Lo = harga mutlak terbesar F (Zi) = peluang angka baku S (Zi) = proporsi angka baku

9 Suharsimi Arikunto, op. cit.,. h. 218.


(65)

Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung<Ltabel, dengan taraf signifikansi 0,05 maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

2. Uji Homogenitas

Untuk menentukan rumus t-tes yang akan digunakan untuk menguji hipotesis, maka perlu diuji dulu varians kedua sampel homogennya atau tidak. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

Berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung”Ftabel, maka data sampel homogennya dan apabila Fhitung>Ftabel,maka data sampel tidak homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk n-1.10

3. Uji Hipotesis

statistik uji dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi = 0,05, dengan rumus yang digunakan untuk menguji kebenaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Jika dua kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians datanya homogen

Keterangan :

t : hasil hitung distribusi t


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Nama : Muhamad Rizky

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1994

Alamat : Jl. Apus IV no.20 Rt 09/03 Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat.

Email : muhamad.rizky7813@yahoo.com

Telepon : 089689025519

Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara Nama Orang Tua

Ayah : Apid Ruskandi

Ibu : Iis Rohmaniah

Saudara Kandung : Achmad Faridz, Firman Hidayah Riwayat Pendidikan : TK Al-Ihsan, Tahun 1998-1999

MI Al-Ihsan, Tahun 1999-2005

SMP Islam Said Na’um, Tahun 2005-2008 SMA Muhammadiyah 15, Tahun 2008-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2011-2015 Motto Hidup : Jangan Takut tuk berlari disini kita semua mampu, hadapi