Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan

(1)

BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS)

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS X SMA DARUSSALAM CIPUTAT, TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Septiara Lianasari

NIM 1110013000019

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

SEPTIARA LIANASARI. NIM: 1110013000019. Skripsi. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam memotivasi siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif deskripsi analisis. Penelitian ini hanya mengangkat tentang motivasi di SMA Darussalam Ciputat. Dalam penelitian ini data diperoleh dan dianalisis dari hasil penelitian lapangan. Data yang digunakan berupa angket tentang motivasi dan angket tentang strategi PBAS. Data kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan positif antara strategi PBAS dengan motivasi siswa belajar bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat. Dari hasil pengolahan data, keduanya tidak mempunyai pengaruh yang kuat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini di buktikan dengan rendahnya korelasi antara kedua variabel, yaitu hanya sebesar 0,362. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi Pembelajaran Berorientasi aktivitas Siswa (PBAS) tidak terlalu mempengaruhi motivasi belajar siswa SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

Kata kunci: Pengaruh Strategi pembelajaran, strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS), motivasi belajar.


(6)

ii

SEPTIARA LIANASARI. NIM: 1110013000019. Skripsi. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. 2014.

The aim of this study is to know the extent of Students Activity Oriented Learning (PBAS) in motivating students of grade X at the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang to learn the Indonesian Language.

The method used in this study is the quantitative method of descriptive analysis,. Study only deals with the motivation of Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang. Study the data is obtained and analized from the result of a field study. Polls on motivation and questionnaires on the PBAS. The data obtained is then processed and analized descriptively.

The result study shows that there is no positive connection between PBAS and the students motivation in learning the Indonesian language in the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang. The data analysis shows that both do not show strong mutual influence. This is proved by the low correlation (0,362) between the two variables. Consequently, it can be concluded that the PBAS strategy only slightly influences the students learning motivation in the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang.

Key words: Students Activity Oriented Learning Strategy (PBAS), learning motivation.


(7)

iii

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam menyusun skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra.Hindun, M.Pd. ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dona Aji Karunia Putra, M. A. sekertaris jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu penulis dalam menjalani proses pendidikan.

4. Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd. dosen pembimbing yang selalu memberikan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat serta saran. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Mamet dan Ibu Aminah yang selalu

memberikan dukungan terbaik, baik dukungan moril ataupun materil, serta tiada henti-hentinya mendoakan penulis.


(8)

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Darussalam Ciputat.

8. Siswa-siswi SMA Darussalam Ciputat yang telah berkenan membantu penelitian ini dengan menjadi objek penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan, Papat, Tari, Reni, Habibah, Lintang, Arul, Dimas, Puguh, dan Meizar yang selalu memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.

10.Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 yang selalu menemani keseharian penulis dalam menuntut ilmu serta menyusun skripsi.

11.Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (Postar) yang selalu memberikan semangat serta menghibur penulis saat mengalami kejenuhan dalam proses penyusunan skripsi.

12.Semua orang yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat dibalas dengan seribu kebaikan lainnya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan datang lebih baik lagi.

Depok, 21 November 2014


(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN UJI REFERENSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Pembatasan Masalah ... 5

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI I. Landasan Teori Strategi Pembelajaran ... 8

Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) ... 11

Motivasi Belajar ………..……18

II. Kerangka Berpikir ……….. 27

III.Hipotesis ………. 28

IV.Penelitian yang Relevan ………. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 31


(10)

Variabel Penelitian ... 32

Populasi dan Objek Penelitian ... 35

Teknik Pengumpulan Data ... 35

Teknik Analisis Data ... 40

Hipotesis Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN Deskripsi Data ... 44

Interpretasi Data ... 72

Profil Sekolah ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 78


(11)

vii

Tabel 1 : Kisi-kisi Angket Penelitian variabel X Tabel 2 : Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y Tabel 3 : Matrik Populasi dan Sample Penelitian Tabel 4 : Skala Penelitian Instrumen

Tabel 5 : Angka Presentasi Tabel 6 : Interpretasi data

Tabel 7 : Pendidik bahasa Indonesia cara mengajarnya menggunakan PBAS sehingga peserta didik aktif dalam belajar

Tabel 8 : Peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS

Tabel 9 : Pendidik memberikan kebebasan berpendapat kepada peserta didik Tabel 10 : Belajar dengan PBAS lebih menyenangkan

dari pada dengan ekspositori (ceramah)

Tabel 11 : Belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan dari pada dengan PBAS

Tabel 12 : Merasa bosan ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah)

Tabel 13 : Dengan PBAS membuat peserta didik lebih aktif dalam belajar Tabel 14 : Dengan PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia

Tabel 15 : Dengan ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia

Tabel 16 : Pendidik selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus


(12)

sendiri

Tabel 18 : Pendidik menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas Tabel 19 : Pendidik selalu menilai tugas peserta didik

Tabel 20 : Dengan PBAS pendidik terlihat pasif dalam mengajar Tabel 21 : Dengan PBAS pendidik terlihat aktif dalam mengajar

Tabel 22 : Peserta didik memberikan pertanyaan kepada pendidik ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti

Tabel 23 : Peserta didik lebih menyukai berdiskusi tentang materi pelajaran yang diberikan dibanding menerima materi pelajaran begitu saja Tabel 24 : Jika belajar secara berkelompok peserta didik saling mengandalkan

satu sama lain

Tabel 25 : Dengan PBAS peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia

Tabel 26 : Penerapan PBAS membuat suasana belajar menjadi membosankan Tabel 27 : Hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia

Tabel 28 : Peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai dengan selesai

Tabel 29 : Peserta didik semangat memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia

Tabel 30 : Peserta didik mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia

Tabel 31 : Peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri

Tabel 32 : Peserta didik malas berangkat ke sekolah jika ada pelajaran bahasa Indonesia


(13)

Tabel 35 : Peserta didik merasa putus asa jika merasa sulit saat belajar bahasa Indonesia

Tabel 36 : Peserta didik merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia Tabel 37 : Peserta didik suka mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia Tabel 38 : Peserta didik mengajukan pertanyaan jika menemukan kesulitan

belajar bahasa Indonesia

Tabel 39 : Peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik

Tabel 40 : Peserta didik tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai

Tabel 41 : Peserta didik senang mengobrol saat jam pelajaran kosong Tabel 42 : Peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya

Tabel 43 : Peserta didik merasa puas mendapatkan nilai yang rendah Tabel 44 : Peserta didik tidak mau belajar jika menemukan kesulitan dalam

belajar bahasa Indonesia

Tabel 45 : Peserta didik tidak ingin mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia

Tabel 46 : Peserta didik tetap belajar walaupun pendidik tidak masuk

Tabel 47 : Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y


(14)

x

Lampiran 1 : Angket pengaruh Pendekatan Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Lampiran 2 : Angket pengumpulan data motivasi belajar siswa

Lampiran 3 : Surat bimbingan skripsi Lampiran 4 : Surat keterangan penelitian


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah

Motivasi merupakan hal penting dalam sebuah proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi dalam diri, peserta didik dapat belajar dengan sungguh-sungguh sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Motivasi diperlukan untuk mendorong peserta didik agar mereka mau melaksanakan kewajibannya. Banyak peserta didik yang merasa jenuh dengan kegiatan belajar mereka sehingga akhirnya mereka memilih tidak mau belajar.

Saat ini banyak peserta didik yang kurang memiliki motivasi dalam belajar karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang semakin hari semakin didominasi oleh kecanggihan teknologi, mulai dari game online, media sosial, serta media massa. Hal seperti itu membuat peserta didik menggampangkan belajar karena merasa dirinya telah terbantu oleh kecanggihan teknologi saat ini. Peserta didik terbiasa dimanjakan dengan segala kecanggihan teknologi sehingga mereka menjadi malas dan tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Hal ini perlu dikhawartirkan sebab jika semua peserta didik berpikiran seperti ini maka tidak akan ada lagi semangat dalam diri mereka untuk mengejar cita-citanya.

Motivasi sudah seharusnya timbul dari dalam diri peserta didik. Salah satu bentuk motivasi yang terdapat dalam diri peserta didik biasanya adalah rasa keingintahuan sebab saat masa-masa remaja peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Mereka suka akan hal-hal baru dan senang dalam mengembangkan kemampuan yang terdapat dalam dirinya. Dengan demikian, jika seorang pendidik memberikan tugas maka alangkah baiknya jika peserta didik mengerjakan tugas tersebut bukan karena takut kepada pendidik tetapi


(16)

karena rasa keingintahuan, sehingga lewat tugas tersebut guru secara tidak langsung memotivasi siswa dalam belajar.

Selain dari diri sendiri motivasi juga dapat ditimbulkan dari orang lain dan lingkungan sekitar. Pihak sekolah juga bertanggung jawab dalam meningkatkan motivasi peserta didik. Pihak sekolah dan pendidik merupakan orang dewasa yang dapat membantu menanamkan keyakinan pada diri peserta didik bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menyenangkan serta dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka.

Seorang pendidik sudah seharusnya saat di sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik harus bisa menanamkan rasa percaya pada diri peserta didik bahwa belajar itu merupakan sesuatu yang menyenangkan. Pendidik dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar sebab pendidik merupakan sumber utama untuk mendorong motivasi setiap peserta didiknya. Banyak hal yang dapat pendidik lakukan, misalnya dengan merangsang motivasi dengan menimbulkan kompetisi di antara peserta didik dengan menjanjikan hadiah yang menarik atau pendidik bisa menggunakan media yang berhubungan dengan minat peserta didik.

Gaya mengajar seorang pendidik juga dapat mempengaruhi motivasi peserta didik. Setiap pendidik pasti memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda dan meninggalkan kesan tersendiri bagi peserta didik. Terkadang ada pendidik yang terkesan tak peduli terhadap peserta didiknya sehingga membuat peserta didik malas untuk mengikuti kegiatan belajar yang diajarkan oleh pendidik tersebut. Terlebih lagi dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia, pendidik harus pintar-pintar dalam menentukan strategi serta metode yang digunakan agar peserta didik tidak bosan serta malas memperhatikan karena saat ini banyak peserta didik yang kurang memiliki minat dalam belajar Bahasa Indonesia. Seiring dengan kemajuan teknologi peserta didik semakin terbawa


(17)

oleh arus modernisasi sehingga lebih memiliki minat terhadap bahasa asing dibandingkan bahasa negeri sendiri. Maka dari itu, sebagai seorangpendidik sudah seharusnya dapat memberikan perhatian serta menunjukkan semangatnya dalam mengajar. Jika seorang pendidik yang mengajar di kelas dengan keadaan yang ramah, suka memberi pujian, semangat dalam mengajar, memiliki kemampuan mendengar dan berbicara yang baik, serta mampu memberikan contoh materi dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik akan merespon positif sikap tersebut.

Salah satu contoh nyata adalah motivasi belajar Bahasa Indonesia peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat , Tangerang Selatan. Nilai pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik di sekolah tersebut memiliki rata-rata terkecil di antara nilai mata pelajaran lainnya. Hal ini juga dibuktikan saat Ujian Nasional (UN). Pada saat itu nilai Bahasa Indonesia tidak ada yang mendapatkan nilai sempurna. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya motivasi peserta didik dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Kurangnya motivasi yang dimiliki peserta didik SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan dikarenakan belum adanya rasa butuh dan rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia dalam diri mereka.

Motivasi mungkin hanya muncul dalam diri peserta didik manakala peserta didik merasa membutuhkan karena bagi peserta didik yang merasa butuh, mereka akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Rasa butuh tersebut seharusnya dapat ditimbulkan oleh guru dengan cara menunjukkan betapa pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Misalnya dengan mengaitkan pembelajaran menulis dengan kebiasaan siswa sehari-hari, apakah sudah sesuai tulisan yang mereka buat dengan pelajaran yang disampaikan. Jika belum bagaimana mereka mau menjadi seorang penulis jika tulisan mereka belum sesuai dengan materi yang diberikan. Dengan demikian siswa akan belajar serta mencari tahu berbagai informasi yang bersangkutan dengan materi pelajaran yang mereka pelajari


(18)

bukan hanya untuk sekedar mendapatkan nilai bagus tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk menimbulkan rasa butuh peserta didik, pendidik sudah seharusnya menggunakan strategi atau pendekatan yang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Dalam strategi PBAS peserta didik merupakan subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan pada aktivitas peserta didik. Dengan strategi ini peserta didik tidak hanya mengandalkan pendidik dalam memperoleh informasi serta sebagai sumber belajar tetapi juga sebagai fasilisator tehadap kebutuhan belajar peserta didik.

Dengan demikian peseta didik dapat lebih mandiri dan lebih aktif dalam belajar. Peserta didik secara tidak langsung memotivasi dirinya sendiri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang didasari rasa butuh dalam dirinya. Berbeda jika pendidik hanya menggunakan metode ceramah yang memusatkan pendidik sebagai sumber belajar. Hal tersebut membuat peserta didik menjadi bosan di kelas dan tak bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik tidak memiliki rasa butuh yang mengakibatkan tidak adanya motivasi yang timbul dalam diri peserta didik.

Adanya keterlibatan peserta didik baik secara fisik atau mental terhadap pembelajaran dapat menunjukkan tingginya perhatian serta motivasi peserta didik untuk mendapatkan materi serta menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena alasan-alasan di atas penulis memutuskan untuk mengambil judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.”


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi dalam diri peserta didik, baik motivasi belajar atau motivasi dalam mengejar cita-cita.

2. Peserta didik kurang memiliki minat dalam belajar bahasa Indonesia.

3. Hadirnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh media massa dan perkembangan teknologi terhadap motivasi peserta didik mempelajari bahasa Indonesia.

4. Kurangnya peran sekolah terutama pendidik dalam menimbulkan motivasi belajarbahasa Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar penjelasannya tidak keluar dari inti permasalahannya. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia kelas X yang berjumlah 116 orang di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014 semester genap.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar Bahasa Indonesia kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan?


(20)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam memotivasi siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan untuk mempelajari bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memiliki beberapa fungsi, baik bagi penulis, pembaca, para akademisi, guru, maupun bagi pihak sekolah.

1) Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah atau madrasah dalam memicu motivasi peserta didik terutama dalam belajar Bahasa Indonesia sehingga membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2. Bagi penulis dan pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu membantu menjelaskan apa itu motivasi serta seberapa jauh pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam memotivasi peserta didik terutama motivasi dalam belajar Bahasa Indonesia.

2) Manfaat Praktis

1. Bagi pendidik, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan metode pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memicu kreativitas pendidik dalam memicu motivasi peserta didik serta menanamkan sifat kemandirian dalam diri peserta didik.


(21)

2. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari belajarbahasa Indonesia dan dapat menciptakan motivasi dalam diri peserta didikdalambelajar. Selain itu penelitian ini juga dapat mengajarkan peserta didik untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

3. Bagi penulis atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pemilihan strategipembelajaran yang tepat dalam memotivasi peserta didik sehingga dapat diterapkan saat mengajar di kelas.


(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI I. LandasanTeori

A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi

Strategi merupakan “hal yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.”1

Orlich menjelaskan bahwa “Strategy implies thoughtful planning to do something.”2

Strategi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan suatu rencana. Dari kedua pengertian tersebut strategi adalah suatu konsep kegiatan yang diterapkan agar dapat mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.

Dalam konteks pendidikan, Gagne berpendapat bahwa “strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.”3

Artinya dalam proses pembelajaran peserta didik harus dapat berpikir secara kritis untuk dapat menganalisis suatu permasalahan serta dapat mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah.

Dengan demikian strategi merupakan suatu kegiatan yang diterapkan sesuai perencanaan yang telah dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemikiran kritis dalam menghadapi suatu permasalahan.

2. Pengertian Pembelajaran

Oemar Hamalik mengatakan “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi , material,

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2012) h. 126

2

Donald C. Orlich, Teaching Strategies a Guide to Effective Instruction, (Singapore: Wadsworth, 2010), h. 4

3 Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),


(23)

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.”4

Pengertian pembelajaran juga dijelaskan oleh Mohammad Surya bahwa “pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan.”5

Dari kedua pendapat tersebut dapat diartikan pembelajaran adalah suatu sistem, karena di dalamnya banyak terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang dapat dilakukan setiap individu untuk memperoleh sutau perubahan perilaku yang baru secara menyeluruh.

Pembelajaran dalam dunia pendidikan dijelaskan dalam UU SPN No.20.2003 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”6 Artinya pembelajaran bukan hanya proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik melainkan dapat pula dilakukan dengan sumber belajara lainnya yang terdapat di lingkungan belajar (sekolah).

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan yang terjadi antara si pembelajar dengan sumber belajar dengan tujuan untuk memperoleh perubahan secara menyeluruh, baik perubahan perilaku maupun pemikiran yang baru.

3. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan “suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.”7

Sama halnya dengan pendapat di atas, Dick dan Carey juga berpendapat bahwa “strategi

4 Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 7 5

ibid, h.7-8

6

Ibid, h. 8

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


(24)

pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.”8

Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berisikan materi serta prosedur pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien.

4. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan “Rowntree mengelompokkannya menjadi beberapa jenis, yakni strategi penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual.”9

Mengacu pada jenis-jenis strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Rowntree, terdapat delapan jenis strategi pembelajaran yang telah dikembangkan dari jenis strategi sebelumnya, yakni:

a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) b. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)

c. Strategi pembelajaran Inkuiri (SPI)

d. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

e. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) f. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

g. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) h. Strategi Pembelajaran Afektif10

B. PembelajaranBerorientasiAktivitasSiswa (PBAS)

Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan system pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, “pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada

8

Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 7

9

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2012) h. 128

10


(25)

aktivitas siswa.”11 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya.

1. KonsepPembelajaranBerorientasiSiswa (PBAS)

PBAS dapat dipandang sebagai “suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas peserta didik secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.”12

Dari konsep tersebut terdapat dua hal yang dapat dipahami. Pertama jika dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas peserta didik secara optimal sehingga terdapat keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, dan emosional. Seorang peserta didik yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti mereka memiliki kadar PBAS yang rendah dibandingkan dengan siswa yang mencatat. Kemungkinan mereka diam untuk menyimak serta menganalisis apa yang disampaikan oleh guru karena mereka yang menyimak tersebut itu secara mental aktif. Sebaliknya jika siswa yang hanya sibuk mencatat tak bisa dikatakan memiliki kadar PBAS yang tinggi karena hanya secara fisik aktif mencatat tapi tak diikuti oleh aktivitas mental dan emosi.

Hal kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).Artinya dalam PBAS pembentukan peserta didik secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan peserta didik yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan.

11

. WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, (Bandung : KencanaPrenada Media, 2006), h. 135

12


(26)

2. Tujuan PBAS

PBAS bertujuan membentuk peserta didik yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan secara motoric terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan, menganalisis, mengkomunikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendekatan PBAS.

Secara khusus PBAS bertujuan “meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakana.”13

Artinya, melalui PBAS peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk keduanya. Selanjutnya PBAS bertujuan “mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik.”14

Melalui PBAS peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sikap, keterampilan dan kognitif mereka.

3. Peran Pendidik dalam Implementasi PBAS

Banyak tanggapan yang salah tentang peranan pendidik dalam implementasi PBAS, yakni tanggapan yang menyatakan bahwa pendidik tidak memiliki peranan penting dalam PBAS. Tanggapan tersebut tentu saja tidaklah tepat walaupun PBAS disusun untuk meningkatkan aktivitas peserta didik, tetapi pendidik juga mempunyai peran penuh di dalamnya. Pendidik dan peserta didik merupakan subjek belajar dalam PBAS tetapi dibedakan dalam pembagian tugasnya. Misalnya, ketika peserta didik sedang melakukan kelompok diskusi, pendidik tidak hanya diam tetapi juga memperhatikan serta mengamati kegiatan diskusi tersebut terlebih lagi pendidik secara aktif memberi bantuan kepada peserta didik yang memerlukannya. “Hal ini dikarenakan pendidik tidak hanya bertugas menyampaikan materi saja melainkan pendidik harus mampu membantu siswa untuk aktif. Baik

13Ibid, h. 138 14


(27)

dalam berdiskusi, belajar memecahkan masalah, dan lain sebagainya.”15

Dalam mengimplementasikan PBAS, pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar yang memberikan materi pelajaran kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana caranya agar pendidik dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Penerapan PBAS menuntut pendidik untuk kreatif dan inovatif agar gaya mengajarnya sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pendidik dalam menerapkan PBAS, yakni:

a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh pendidik, akan tetapi diharapkan peserta didik pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.

b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama peserta didik. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan pendidik akan tetapi melibatkan peserta didik. Hal ini penting dilakukan untuk memupuk tanggung jawab peserta didik. Biasanya manakala peserta didik terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, mereka akan lebih bertanggung jawab untuk mengerjakannya.

c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan memberitahukan rencana pembelajaran, maka peserta didik akan semakin paham apa yang harus mereka lakukan. Hal ini mendorong peserta didik untuk belajar lebih aktif dan kreatif.

d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada peserta didik yang memerlukannya. Pendidik perlu menyadari bahwa peserta didik memiliki kemampuan yang beragam. Oleh karena keragamannya itulah pendidik perlu melakukan kontrol kepada setiap peserta didik, terutama kepada peserta didik yang dianggap lambat dalam belajar.

e. Memberikan motivasi, mendorong peserta didik untuk belajar. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan. Dalam PBAS pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan peserta didik, akan tetapi lebih dari itu. Melalui pertanyaan, pendidik dapat mendorong agar peserta didik

15


(28)

termotivasi untuk belajar, atau melalui pertanyaan pula pendidik dapat membimbing peserta didik berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, kemampuan yang berhubungan dengan berbagai keterampilan bertanya harus dimiliki oleh pendidik.

f. Membantu peserta didik dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam implementasi PBAS, pendidik tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya. Proses dan kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan kepada peserta didik. Pendidik berperan hanya sebagai pembantu dan pengarah dalam merumuskan kesimpulan.16

Selain peran yang disebutkan di atas, pendidik masih memiliki tugas serta tanggung jawab lain. Contohnya, saat peserta didik memerlukan informasi tertentu dalam mencari materi pelajaran, maka pendidik sudah seharusnya dapat menunjukkan bagaimana peserta didik dapat memperoleh informasi tersebut. Dengan demikian pendidik tidak hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga berperan sebagai fasilitator dan penunjuk dalam memanfaatkan sumber belajar.

4. Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran

Penerapan PBAS dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat dilakukan dengan diadakannya diskusi kelompok, penyusunan laporan, pemecahan masalah, dan kegiatan lainnya yang memerlukan keaktifan peserta didik. Tidak hanya itu, PBAS juga dapat ditentukan oleh aktivas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Dengan demikian, penilaian kadar PBAS tidak hanya dapat ditentukan oleh penilaian aktivitas fisik saja, tetapi aktivitas fisik dan nonfisik. Akan tetapi itu semua hanya dapat diketahui oleh peserta didik itu sendiri, karena pendidik belum tentu dapat memastikan bahwa peserta didik yang sibuk mendengarkan penjelasan memiliki kadar PBAS yang tinggi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang,

16WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, (Bandung :


(29)

atau lemah, dapat kita lihat dari kriteria penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, maupun evaluasi hasil pembelajaran. Jika peserta didik aktif dalam ketiga aspek tersebut maka kadar PBAS semakin tinggi.

a. Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan

1) Adanya keterlibatan peserta didik dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. 2) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menyusun

rancangan pembelajaran.

3) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.

4) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan. b. Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran

1) Adanya keterlibatan peserta didik baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi peserta didik untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2) Peserta didik belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, mengoperasikan, dan melakukan sendiri. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

3) Adanya keinginan peserta didik untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

4) Keterlibatan peserta didik dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

5) Adanya keterlibatan peserta didik dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

6) Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antar peserta didik dengan peserta didik lainnya atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua peserta didik secara merata.


(30)

1) Adanya keterlibatan peserta didik untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

2) Keterlibatan peserta didik secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.

3) Kemauan peserta didik untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.17

5. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS a. Pendidik

Pada proses belajar mengajar di kelas pendidik merupakan titik tumpu yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Pendidik merupakan orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidik dalam menerapkan PBAS, yakni:

1) Kemampuan pendidik

Faktor pertama ialah kemampuan pendidik. Pendidik yang mempunyai kemampuan tinggi akan pasti memiliki kreatifitas yang tinggi serta inovatif dalam menerapkan metode belajar di kelas. Pendidik juga tak hanya mampu membuat perencanaan pembelajaran, tetapi juga harus mampu dalam proses pembelajaran serta evaluasi pembelajaran.

2) Sikap profesional pendidik

Pendidik yang memiliki sikap profesional yang tinggi sudah pasti memiliki motivasi yang tinggi pula dalam mengajar. Jika sudah memiliki motivasi yang tinggi, pendidik akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal agar tercapai tujuan pembelajaran. Terkadang dengan semangat tingginya itu pendidik tak pernah merasa puas sehingga ia akan selalu terus belajar serta menambah wawasannya dan meningkatkan kemampuan mengajarnya.

17


(31)

3) Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar pendidik Dalam penerapan PBAS, latar belakang serta pengalaman pendidik dalam mengajar juga memiliki pengaruh yang besar. Latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan pendidik memiliki wawasan yang luas tentang dunia pendidikan. Sama halnya pula dengan pengalaman. Jika pendidik sudah memiliki pengalaman mengajar, maka ia tidak perlu susah untuk beradapatasi dengan lingkungan sekolah, khususnya dengan hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

b. Sarana Belajar

Selain pendidik, ketersediaan sarana belajar juga memiliki pengaruh dalam implementasi PBAS. Yang termasuk sarana belajar meliputi:

1)Ruang kelas

Bentuk serta kondisi ruang kelas merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan PBAS. Jika ruang kelas terlalu sempit serta tidak dilengkapi dengan jendela ataupun ventilasi maka peserta didik tidak akan nyaman dalam belajar.

2)Media dan sumber belajar

PBAS adalah pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan multimedia karena dalam penerapan PBAS peserta didik belajar tidak hanya dari pendidik tetapi juga dari berbagai sumber informasi, baik dari media grafis seperti buku dan surat kabar atau dari media elektronik seperti komputer, televisi, atau internet. Keberhasilan penerapan PBAS sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan dan ketersedian media dan sumber belajar. 3)Lingkungan belajar


(32)

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi keberhasilan PBAS adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar terbagi menjadi dua, yakni lingkungan belajar secara fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, seperti jumlah kelas, jumlah pendidik, jumlah toilet, perpustakaan, kantin serta lokasi sekolah tersebut. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah. Seperti hubungan antara pendidik dengan kepala sekolah, pendidik dengan pendidik lainnya, atau hubungan antara pihak sekolah dengan wali peserta didik. PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan usaha dari setiap orang yang terlibat.

C. Motivasi Belajar 1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Surya mengatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai “suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada kepada suatu tujuan tertentu.”18 Sedangkan menurut Nana Syaodih, motivasi merupakan “suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan dan keinginan.”19

Pengertian motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Carole Wade, yaitu motivasi merupakan “suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.”20

Dari ketiga pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ditimbulkan

18

Mohamad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 99

19

Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 64

20


(33)

suatu desakan atau kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau pun menghindari hal yang tidak diinginkan.

b. Bentuk Motivasi

Motivasi merupakan faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran. “Idealnya motivasi haruslah intrinsik yakni, pembelajar memiliki motivasi diri (self motivating).”21 Sebagai manusia memang sudah seharusnya memiliki motivasi dalam diri meskipun motivasi tak hanya dapat ditimbulkan dalam diri melainkan dapat pula ditimbulkan dari luar diri kita. Kita pun dapat tergerak untuk mencapai suatu tujuan jika terdapat motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam diri kita.

Edward Deci juga mengatakan bahwa, “secara konsep umum motivasi adalah derajat di mana para pembelajar secara intrinsik atau ekstrinsik termotivasi untuk berhasil dalam suatu kegiatan.”22 Dapat disimpulkan jika motivasi memang terbagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi intrinsik

Carol Wade berpendapat, motivasi intrinsik merupakan “suatu keinginan untuk melakukan sesuatu karena memang menikmati kepuasan dalam melakukan tindakan tersebut.”23

Sedangkan Edward Deci mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai “aktivitas yang untuk itu tidak ada imbalan jelas kecuali aktivitas itu sendiri.”24

Artinya, motivasi intrinsik merupakan suatu keinginan melakukan tindakan yang memang atas dasar kemauan tersendiri untuk merasakan kepuasaan dari tindakan yang telah dilakukan tanpa perlu dijanjikan suatu imbalan.

21

Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas : Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h.19

22H.Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima, (Jakarta:

Kedutaan Besar Amerika Serikat, 2008), h. 188

23

Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 144

24H.Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima, (Jakarta:


(34)

Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi intrinsik biasanya timbul jika peserta didik ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum atau rumus, dan ingin menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan. “Motivasi intrinsik tersebut hadir karena adanya dorongan yang mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan untuk belajar, ia percaya tanpa belajar hasilnya tidak akan maksimal.”25

2) Motivasi ekstrinsik

Jika motivasi intrinsik tidak memerlukan suatu imbalan lain halnya dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan “motivasi yang dirangsang oleh pengharapan terhadap imbalan dari luar diri.”26

Secara detail, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai “suatu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal seperti uang, atau popularitas.27

Beberapa bentuk motivasi .ekstrinsik dalam pembelajaran menurut Winkel di antaranya adalah; “1) belajar demi memenuhi kewajiban; 2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; 3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; 4) belajar demi meningkatkan gengsi; 5) belajar demi memperoleh pujian; 6) belajar demi tuntutan jabatan yang diinginkan.”28

c. Teori Motivasi

“Teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teori dengan pendekatan: (1) isi (content), (2) Proses, (3)

25

Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, (Ciputat: Referensi, 2012), h.128

26

Ibid, h. 188

27

Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 144

28Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, (Ciputat: Referensi, 2012),


(35)

Penguatan.”29 Teori dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu. Teori yang termasuk pada kelompok teori ini dalah teori jenjang kebutuhan dari Maslow. Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tetapi juga bagaimana individu termotivasi. Contoh teori ini misalnya, teori motif berprestasi dari McClelland. Teori dengan pendekatan penguatan, lebih menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan. Teori yang tergolong dalam teori ini adalah teori Operant Conditioning (Skinner).

Ada beberapa teori motivasi menurut Wortmen (1981) yang dapat diterapkan untuk membangkitkan motivasi belajar. Motivasi tersebut, yakni sebagai berikut:

1) Teori Maslow

Maslow adalah seorang pelopor teori motivasi yang didasarkan pada “Teori Kebutuhan Manusia.” Menurutnya, kebutuhan manusia dapat digambarkan berbentuk hierarki yang semakin meningkat semakin kompleks. Hierarki ini dinamakan “Hierarki Kebutuhan.” Dalam hierarki kebutuhan banyak manusia yang masih tidak puas terhadap kebutuhan fisik saja, tapi mereka terus berusaha memenuhi tingkatan terakhir dalam hierarki kebutuhan. “Maslow described five categories of basic human needs based on his observations. These categories are typically represented in triangular model.”30 Maslow menggambarkan lima kategori motivasi dasar dalam diri manusia, yakni:

29

Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 101-102

30Hugh Wagner, The Psychobiology of Human Motivation, (London: Routledge, 1999),


(36)

a) Self actualization (Aktualisasi diri)

Motif aktualisasi diri Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan dan dinyatakan, dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata. Melalui berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilikinya.

b) Self esteem (Harga diri)

Motif harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan, penghargaan, dan penghormatan dari orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari yang lainnya.

c) Belongingness (Persaudaraan)

Motif persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda. d) Safety (Pengamanan)


(37)

Motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan, baik gangguan alam, binatang, iklim, maupun penilaian manusia.

e) Physiological needs (Fisiologis)

Motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak, dan sebagainya.

2) Teori Herzberg

Teori motivasi ini diperkenalkan oleh Herzberg. Ia membagi dua teori motivasinya, yaitu “pemotivasi (motivators) dan faktor kesehatan (hygiene factors).”31 Faktor kesehatan memiliki peranan penting dalam membangkitkan sikap yang positif dan perilaku yang baik. Herzberg menekankan bahwa faktor kesehatan merupakan pemuas. Hygiene factor yang diperkenalkan oleh Herzberg ini sama dengan kebutuhan yang berada pada tingkat yang rendah dalam Hierarki Kebutuhan Maslow.

3) Teori McClelland

Teori motivasi yang diperkenalkan oleh McClelland mengusulkan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh tiga macam kebutuhan, yaitu: “1) kebutuhan akan kekuasaan; 2) kebutuhan untuk berprestasi; 3) kebutuhan untuk berafiliasi.”32

4) Teori McGregor

Teori X dan teori Y yang dikembangkan oleh McGregor menguraikan bagaimana tindakan seseorang itu dipengaruhi oleh asumsinya mengenai sifat manusia.

Mereka yang menganut teori X mengasumsikan bahwa manusia umumnya tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk

31

Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar Sepanjang Hayat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 11

32


(38)

meningkatkan diri di atas kebutuhan pada tingkat bawah (kebutuhan fisik dan rasa aman).Orang yang menganut teori X umumnya akan bersifat autokratis dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang menganut teori Y percaya bahwa “manusia tidak melulu hidup dari makanan saja, tetapi juga dari keyakinan, kekaguman, dan simpati.”(Ini menurut penyair Ralph Waldo Emerson).33

Setiap manusia yang menganut paham ini akan memikirkan efek tindakan yang telah dilakukannya kepada orang lain dan ddalam menyelesaikan suatu masalah biasanya akan melakukannya secara partisipatif.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu “mengarahkan (directional function) dan mengaktifkan serta meningkatkan kegiatan (activing and energizing function).Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi memiliki peran untuk mendekatkan (approach motivation) atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai (avoidance motivation).”34 Jika sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan untuk menjauhkan sasaran. Motivasi dapat juga berfungsi mengatifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya, apabila motivasinya besar atau kuat maka akan dilakukan denga bersungguh-sungguh, dan akan berakhir dengan keberhasilan.

Dalam belajar motivasi juga sangat diperlukan. “Motivation is an essential condition of learning.”35

Hasil belajar akan menjadi optimal jika terdapat motivasi. Motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar

33Ibid, h. 13 34

Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 62

35Zoltan Dornyei, Motivational Strategies in the Language Classroom, (Cambridge:


(39)

bagi para siswa. Selain itu, “motivasi penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasakan berguna bagi setiap individu.”36

Hal serupa juga dikatakan oleh Sardiman, bahwa “motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.”37

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi membantu meningkatkan prestasi belajar, karena terdapatnya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

2. Belajar

a. Definisi Belajar

Belajar kerap kali dikaitkan dengan mencari ilmu di sekolah. “Seyogiayanya, belajar dilihat secara luas dan digambarkan untuk mengatur pengalaman dengan cara tertentu sehingga seseorang memperoleh sesuatu untuk masa depan.”38 Belajar tak hanya dilakukan di sekolah melainkan kapan pun dan dimana pun belajar dapat dilakukan. Setiap menit dalam hidup kita adalah pelajaran. Setiap pengalaman baru yang kita alami dapat dijadikan sebuah pembelajaran untuk kedepannya.

Ada pula definisi lain dari belajar, yakni “belajar merupakan suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”39

Banyaknya pengalaman yang kita dapatkan telah memberikan kita banyak pelajaran, sebab dalam pengalaman tersimpan banyak pelajaran, tetapi jika kita tak dapat mengambil pelajaran tersebut dan tidak mengalami perubahan perilaku atau cara berpikir maka tak dapat dikatakan kita belajar.

36

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2006), h. 121

37Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011), h. 85

38Sa su uwiyati Mar’at, dkk,

Perilaku Manusia Pengantar Singkat tentang Psikologi, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 15

39


(40)

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individuitu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”40

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula pembelajaran yang ia terima karena belajar adalah menggunakan pengalaman-pengalaman di masa depan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. b. Jenis-jenis Belajar

Ahmadi membagi belajar menjadi dua jenis, yakni belajar konsep dan belajar proses. “Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemahaman fakta dan prinsip, sedangkan belajar proses menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.”41

Dalam belajar konsep peserta didik banyak bergantung terhadap apa yang diajarkan guru, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan dalam belajar proses peserta didik dituntut untuk lebih aktif. Kedua jenis belajar tersebut masih saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena dalam belajar konsep diperlukan keaktifan peserta didik dan pembelajaran proses juga tidak akan terjadi bila tidak ada materi yang terkonsep dalam diri peserta didik.

Berdasarkan pengorganisasiannya, belajar dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni; “1) belajar informal; 2) belajar formal; 3) belajar

40 Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13 41


(41)

nonformal; 4) belajar nonformal yang dikombinasi (combined approach)”42

1) Belajar informal adalah belajar yang dilakukan di luar situasi sekolah. Tidak diorganisasikan secara formal, tetapi berlandaskan pengalaman sehari-hari.

2) Belajar formal adalah belajar yang berlangsung dalam situasi di dalam kelas. Ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik. 3) Belajar nonformal adalah belajar bersama orang-orang yang

memiliki persamaan minat dan hobi yang terorganisasi tetapi di luar lingkungan sekolah.

4) Belajar nonformal yang dikombinasi adalah penggabungan belajar formal, informal, dan nonformal secara bersamaan. Salah satu contoh belajar ini adalah saat mahasiswa melakukan praktik kerja nyata.

II. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar mengajar tidak hanya dibutuhkan keahlian guru saja, tetapi juga dibutuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagai guru yang baik sudah sepantasnya jika guru mampu memicu keaktifan siswa di kelas. Keaktifan siswa tersebut sangatlah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Dalam proses belajar banyak siswa yang hanya aktif dalam mata pelajaran tertentu. Hal ini dikarenakan minat serta motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran berbeda-beda. Maka dari itu, seorang guru sudah seharusnya dapat membangkitkan serta menimbulkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.

Dengan demikian, penelitian ini dilakukan agar guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang beragam. Kekreatifan guru serta

42Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(42)

inovasi guru dalam memilih strategi serta pendekatan dalam mengajar sangatlah diperlukan. Jika seorang guru tak dapat menerapkan strategi yang tepat maka tujuan dari pembelajaran tak akan tercapai serta motivasi peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran yang diajarkan akan semakin buruk. Dengan demikian, penerapan pendekatan pembelajaran dapat mempengaruhi minat serta motivasi belajar siswa.

III. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto, “hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”43

Dari pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini muncul hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ho = tidak terdapat pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

Ha = terdapat pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

IV. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan mengenai motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia pernah dilakukan oleh Siti Amaliyah Sari Asih, seorang mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Active Learning Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia” dan dalam penelitiannya tersebut, ia menyimpulkan bahwa metode active learning mempunyai hubungan yang kuat dengan motivasi belajar siswa

43Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


(43)

pada pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat karena memberikan efek positif.

Penelitian selanjutnya berjudul “Motivasi Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kelas VII SMP Al-Zahra Indonesia Komplek Vila Dago Pamulang” penelitian tersebut dilakukan oleh Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang bernama Ni’matul Bidayah. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, yakni faktor individu dan faktor sosial. Motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa di sekolah tersebut juga mengalami peningkatan.

Penelitian yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa pernah dilakukan oleh Irma Purnamasari. Mahasiswa S1 jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial (PIPS) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Multimedia Terhadap Motivasi Belajar Sosiologi Siswa di SMA Triguna Utama.” Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan multimedia sangat efektif terhadap motivasi belajar siswa.

Ketiga penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang motivasi siswa, tetapi penelitian pertama menggunakan pendekatan active learning sebagai pengukur motivasi siswa, penelitian ini juga dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMK Al-Hidayah Ciputat dengan objek penelitian berjumlah 10 orang, sedangkan penelitian yang saya lakukan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat dengan objek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian kedua meneliti tentang motivasi belajar bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Al-Zahra Indonesia Komplek Vila Dago Pamulang pada


(44)

semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dengan objek penelitian sebanyak 38 orang, sedangkan penelitian saya meneliti motivasi belajar bahasa Indonesia di kelas X di SMA Darussalam Ciputat pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan objek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian yang ketiga menggunakan multimedia untuk memicu motivasi siswa dalam belajar sosiologi di SMA Triguna Utama pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 dengan objek penelitian 36 orang , sedangkan penelitian saya ini menggunakan PBAS sebagai pemicu atau pembangkit motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian sebanyak 15 orang.


(45)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang beralamat di jalan Otista 36, Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan “kata yang berasal dari kata methodos yang berarti cara atau jalan.”44

Artinya metode merupakan cara atau jalan suatu proses karena dalam melakukan kegiatan yang melalui proses membutuhkan cara atau metode. Sementara kata penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yakni “research”. Penelitian dapat diartikan sebagai “ suatu usaha atau proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengolah data untuk maksud-maksud tertentu seperti untuk memecahkan permasalahan.”45 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang dibutuhkan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh jawaban dari suatu permasalahan.

Sesuai dengan masalah yang ada, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang mengguanakan pendekatan kuantitatif merupakan “penelitian yang memandang kebenaran sebagai suatu yang tunggal, objektif, universal, dan dapat diverifikasi.”46

Dalam penelitian ini data diperoleh dan diambil serta dianalisis dari hasil penelitian lapangan yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti. “Ada beberapa metode penelitian

44 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 164

45

Drs. Hadeli, Metode Penelitian kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 2

46 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan,


(46)

yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.”47

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok tanpa membandingkannya dengan kelompok lain.”48

Contohnya, penelitian ini hanya mengangkat tentang motivasi di SMA Darussalam Ciputat saja, tidak dibandingkan dengan motivasi belajar di SMA lainnya. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang terjadi berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan mencari sebab dari suatu gejala.

Selanjutnya, penulisan penelitian ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Variabel Penelitian

Dalam melakukan penelitian kuantitatif diperlukan pengukuran data. Dalam pengukuran data diperlukan variabel, yakni “gejala yang dipersoalkan. Gejala yang bersifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain.”49

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. “Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.”50

Maka variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

47

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 53

48Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 177

49

Ibid, h. 85

50


(47)

1. Variabel bebas (X), yaitu StrategiPembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS).

2. Variabel (Y), yaitu Motivasi Belajar Siswa

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Penelitian variabel X

No. Variabel Dimensi Indikator No. Soal Jumlah + -

1. Variabel (X) pengaruh Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) a.Metode pembelajaran 1. Penggunaan PBAS dalam pembelajaran 2. Dampak PBAS

2, 4 5,

20 4

b.Peserta didik

1. Peserta didik lebih termotivasi belajar dengan pendekatan PBAS 2. Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran

1,7,8, 9,11,1 6, 17, 19

6,1 8

10

c. Pendidik 1.Pendidik lebih pasif 2.Pendidik menciptakan suasana yang menyenangkan 3,10,1 2, 13, 15,

14 6


(48)

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y

No. Variabel Dimensi No. Soal Jumlah

+ - 1. Variabel (Y) Motivasi

belajar siswa

Minat belajar dalam pelajaran bahasa

Indonesia

1, 2, 3, 4, 5, 12, 13, 16, 20

6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 17, 18, 19 20

D. Populasi dan Objek Penelitian

Hadari Nawawi mengatakan “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki karakteristiktertentu di dalam suatu penelitian.”51

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sejumlah siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan yang berjumlah 116 orang.

Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data maka penulis mengambil teknik sampling, yaitu mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto: “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15% atau lebih.”52 Penulis mengambil sampel sebanyak lima belas orang yang dilakukan secara acak (random sampling).

51

S. Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.118

52 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


(49)

Tabel 3

Matrik Populasi dan Sample Penelitian

Jumlah Rombel Jumlah siswa/i Populasi Sampel Laki-laki Perempuan

3 91 25 116 15

E. Teknik Pengumpulan Data

Hadeli berpendapat bahwa, “pengumpulan data adalah instrumen atau alat pengumpul data.”53

Ada berbagai teknik pengumpulan data dalam penelitian, namun cara pengumpulan data dalam penelitian ini dapat ditempuh dengan beberapa teknik, antara lain:

1. Observasi yaitu “suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.”54

Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang terjadi saat pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

Hari dan tanggal observasi : Sabtu, 26 April 2014

Waktu observasi : 07.00-08.30 wib

Tempat observasi : Kelas X.1 SMA Darussalam Ciputat

NO ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI

I Pra Pembelajaran

1. Tempat duduk masing-masing siswa Penempatan tempat duduk pada kelas sepuluh terdiri dari 4 baris horisontal dan 5 baris vertikal dan setiap satu meja ditempati dua siswa.

2. Kesiapan menerima pembelajaran Siswa yang lebih pintar lebih bisa dikondisikan untuk memulai

53

Hadeli, Metode Penelitian kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 73

54

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 228


(50)

pelajaran, tetapi siswa yang malas kurang siap menerima pelajaran.

II Kegiatan Membuka Pelajaran

1. Menjawab pertanyaan guru Siswa-siswa cukup aktif menjawab pertanyaan dari guru,namun hanya siswa tertentu saja yang menjawab pertanyaan. 2. Mendengarkan penjelasan tentang

kompetensi yang hendak dicapai

Hanya siswa yang memang sudah aktif di kelas dan pintar saja yang lebih memperhatikan penjelasan guru.

III Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi

pelajaran

Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru

2. Bertanya saat proses penjelasan materi

Dalam mengajukan pertanyaan hanya beberapa siswa.

3. Interaksi antar siswa Interaksi antar siswa berjalan dengan baik.

4. Interaksi antara guru, siswa-materi pelajaran

Hanya siswa yang dominan saja yang interaksinya baik dengan guru

B. Pendekatan/Strategi Belajar

1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar Ada siswa yang aktif terlibat, ada yang hanya biasa saja, tidak terlalu antusias

2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan

Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang kurang senang dimintai


(51)

pendapat 3. Mencatat penjelasan yang

disampaikan guru

Siswa akan mencatat jika diinstruksikan oleh guru untuk mencatat

4. Mengikuti proses pembelajaran Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir C. Pemanfaatan Media

Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media

pembelajaran yang digunakan guru

Siswa antusias karena

penggunaan media audio visual dalam pembelajaran

2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran

Siswa lebih tertarik dengan video yang diputarkan dibandingkan mendengarkan penjelasan materi 3. Ketekunan dalam mempelajari

sumber belajar yang ditentukan guru

Beberapa siswa

menyalahgunakan penggunaan media pembelajaran.

D. Penilaian Proses

1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru dengan

baik,namun ada beberapa siswa yang harus dibimbing ketika mengerjakan latihan

2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar

Dalam menjawab pertanyaan siswa terlihat tidak antusias dan tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar E. Penggunaan Bahasa

1. Mengemukakan pendapat Hanya siswa yang aktif siswa yang mengemukakan

pendapatnya.

2. Mengajukan pertanyaan Ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan tetapi


(52)

menggunkana bahasa yang kurang sopan, terkadang siswa mengajukan pertanyaan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran.

IV PENUTUP

Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan

Siswa kurang terlibat dalam menarik kesimpulan

Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi :

Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan belajar siswa kurang aktif dan terlihat tidak memiliki motivasi atau semangat dalam mengikuti pelajaran. Hal ini karena minimnya penggunaan media pembelajaran. Siswa lebih terfokus pada latihan-latihan dan materi-materi yang diberikan oleh guru melalui catatan. Sebaiknya dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media dan strategi yang sesuai agar menimbulkan motivasi belajar siswa.

2. Angket yaitu “suatu teknik atau pengumpul data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden) yang berisi sejumlah pertanyaan.”55

Peneliti mengumpulkan data dengan membagikan angket yang berisikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk tertulis dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam. Angket pertama berisi pertanyaan tentang pengaruh PBAS dan angket kedua berisi pertanyaan tentang memotivasi siswa belajar Bahasa Indonesia. Kedua angket tersebut diuji validitasnya berdasarkan tim ahli, yakni

seseorang yang ahli dalam bidang penelitian yang diangkat. Aspek yang

55


(53)

dilihat dalam uji validitas ini adalah: aspek isi, format penulisan, bahasa, dan ilustrasi (jika terdapat gambar).

3. Dokumentasi yaitu “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.”56 Peneliti mengumpulkan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti laporan jumlah guru, karyawan serta sarana dan prasarana sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya, yaitu data dideskripsikan, dianalisis, danditafsirkan. Hasilnya merupakan data yang konkret. Adapun langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut:

1.Editing

Hal pertama yang dilakukan adalah mengedit daftar pertanyaan para responden agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan.

2. Skoring

Setelah melewati tahap editing, selanjutnya penulis memberi skor terhadap jawaban yang diberikan responden yang terdapat dalam angket.

Tabel 4

Skala Penelitian Instrumen

Pilihan Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1. SS: Sangat Setuju 4 1

2. S: Setuju 3 2

3. KS: Kurang Setuju 2 3

4. TS: Tidak Setuju 1 4

3. Tabulating

56


(54)

Tahap selanjutnya adalah menghitung hasil skor yang telah dihasilkan dari proses skorsing. Perhitungan didasarkan sesuai dengan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis data. Metode deskriptif adalah metode yang menuturkan dan menganalisis data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari penelitian melalui angket yang disebarkan kepada responden.

G. Hipotesis Statistik

Setelah melewati tahap-tahap di atas, maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa presentase (frekuensi relatif) dengan rumus:

P=F/N x 100% Keterangan:

P: Angka persentase F: Frekuensi

N: Jumlah individu

100% bilang tetap (konstanta)

Tabel 5 Angka Persentase

No. Persentase % Penafsiran

1. 100% Seluruhnya

2. 90-99% Hampir seluruhnya

3. 60-89% Sebagian besar

4. 51-59% Lebih dari setengah

5. 50% Setengahnya

6. 40-49% Hampir setengahnya

7. 10-39% Sebagian kecil

8. 1-9% Sedikit sekali


(55)

Selanjutnya mencari korelasi antar dua variabel dengan menggunakan rumusproduct moment, yaitu:

rxy = N ∑xy –(∑ x) (∑ y) √[N∑ x² - (∑ x)²] [N∑y² - (∑ y)²] keterangan;

rxy = angka indeks korelasi “r” product moment N = number of cases (jumlah kasus)

∑xy = jumlah hasil perkalian skor antara x dan y ∑x = jumlah skor seluruh x

∑y = jumlah skor seluruh y

Dalam memberikan interpretasi data secara sederhana terhadap angka korelasi “r” product moment, umumnya digunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 6 Interpretasi data Besarnya “r”

product moment(rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel x dan y

terdapat korelasi yang sangat rendah atau sangat lemah.

0,20-0,40 Antara variabel x dan y

terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40-0,70 Antara variabel x dan y

terdapat korelasi yang sedang atau cukup.


(56)

0,70-0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

0,90-1,00 Antara variabel x dan y

terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

Selanjutnya hasil tersebut dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment maupun pada taraf signifikan kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.

Untuk memudahkan dalam pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment tahapannya adalah sebagi berikut:

1. Merumuskan Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil (Ho)

Ha; terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas angkatan 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat.

Ho; tidak terdapat hubungan yang signifikan antara PBAS dengan motivasi siswa.

2. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang telah diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel (db) atau

degree of freedom (df). Rumusnya sebagai berikut; df = N – nr

Keterangan

df = degree of freedom N = number of cases


(57)

43 BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

Penulis melaksanakan penelitian dengan menyebar angket kepada 15 orang siswa SMA Darussalam Ciputat. Penulis membuat angket yang berisi 40 soal (20 soal variabel X dan 20 soal variabel Y). Dari soal ini diharapkan dapat diketahui apakah terdapat pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia.

1. Analisis data

Soal-soal yang terdapat dalam angket disebarkan kepada siswa kelas X tahun ajaran 2013/2014 SMA Darussalam Ciputat secara acak.Angket tersebut diarahkan sesuai dengan pokok-pokok penelitian yang dirumuskan dalam variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 7

Cara mengajar pendidik bahasa Indonesia menggunakan PBAS sehingga peserta didik aktif dalam belajar

No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase

1. S: Sangat Setuju 8 53,3%

2. : Setuju 5 33,4%

3. KS: Kurang Setuju 2 13,3%

4. TS: Tidak Setuju - -

Jumlah 15 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, delapan responden (53,3%) sangat setuju pendidik menggunakan strategi pembelajaran PBAS, lima responden (33,4%) setuju pendidik mengajar menggunakan strategi pembelajaran PBAS, dan dua responden (13,3%) kurang setuju pendidik menggunakan strategi pembelajaran PBAS. Dari data tersebut dapat


(1)

PBAS.

9. Saya merasa lebih termotivasi belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan ekspositori (metode ceramah)

10. Guru selalu memberikan pujian ketika ada siswa yang mendapat nilai baik pada pelajaran bahasa Indonesia.

11. Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri.

12. Guru menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas bahasa Indonesia.

13. Guru selalu menilai tugas siswa.

14. Dengan PBAS guru merupakan sumber informasi bagi siswa

15. Dengan PBAS guru terlihat akftif dalam mengajar bahasa Indonesia.

16. Siswa selalu bertanya kepada guru jika terdapat pembahasan yang kurang dipahami.

17. Siswa lebih suka diajak berdiskusi tentang pelajaran yang akan diberikan dibanding hanya menerimanya begitu saja.

18. Saat belajar bahasa Indonesia secara berkelompok siswa saling mengandalakna antara satu dengan yang lainnya.


(2)

Angket Pengumpulan Data Motivasi Belajar Siswa

Nama :

Kelas :

Sekolah :

No Pertanyaan Sangat

Setuju

Setuju Kurang Setuju

Tidak Setuju 1. Hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa

Indonesia.

2. Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai.

3. Saya bersemangat memerhatikan guru mengajar bahasa Indonesia.

4. Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran bahasa Indonesia.

5. Saya mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri.

6. Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran bahasa Indonesia.

7. Saya mengerjakan tugas bahasa Indonesia asal-asalan yang penting selesai.

8. Saya baru belajar bahasa Indonesia ketika ada tugas atau ulangan.

9. Saya putus asa jika merasa sulit saat belajar bahasa Indonesia.


(3)

bahasa Indonesia.

11. Saya suka mengobrol di kelas saat guru menerangkan pelajaran bahasa Indonesia.

12. Saya bertanya jika menemukan kesulitan mengerjakan soal bahasa Indonesia.

13. Saya menerima berapapun nilai bahasa Indonesia yang saya dapatkan.

14. Saya tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai.

15. Saya senang mengobrol dengan teman saat pelajaran kosong.

16. Saya puas jika mendapatkan nilai bahasa Indonesia lebih baik dari nilai

sebelumnya.

17. Saya puas mendapatkan nilai bahasa Indonesia yang rendah.

18. Jika pelajaran bahasa Indonesia

menyulitkan saya tidak akan belajar lagi.

19. Saya tidak mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia

20. Jika guru mata pelajaran bahasa Indonesia tidak masuk saya

mendiskusikan pelajaran yang lalu dengan teman.


(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Septiara Lianasari, kelahiran Bogor, 17 September 1992 ini merupakan anak pertama dari Bapak Mamet dan Ibu Aminah yang mengawali pendidikan pertamanya di RA Al-Hidayah Depok pada tahun 1997 sampai dengan 1998. Pendidikan dasarnya dilanjutkan di MI Al-Hidayah Depok dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2004, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di Mts Al-Hamid Jakarta Timur pada tahun 2004 sampai dengan 2007. Bertahun-tahun mengenyam pendidikan di sekolah islam, sulung dari tiga bersaudara ini, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum, yakni di SMAN 98 Jakarta Timur pada tahun 2007-2010.

Melalui tes Ujian Mandiri Bersama (UMB) yang diadakan oleh tujuh Universitas Negeri di Indonesia, perempuan yang mempunyai hobi menari ini berhasil menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mengambil kuliah di bidang pendidikan merupakan keinginan dari kedua orangtuanya. Dengan demikian ia memutuskan untuk memenuhi keinginan orangtuanya yang menginginkan anak perempuan mereka menjadi seorang guru.

Selama menjadi mahasiswa, perempuan kelahiran Bogor ini aktif di Pojok Seni Tarbiyah (Postar) khususnya di elemen Tari Tradisional dan sempat menjabat sebagai koordinator elemen Tari Tradisional periode 2013-2014. Bergabungnya perempuan ini dalam Postar merupakan pelajaran berharga yang ia temukan dalam empat tahun perkuliahan yang ia jalani. Tak hanya ilmu dan hal-hal baru yang ia dapatkan tetapi ia juga merasa mendapat keluarga baru, yakni keluarga Pojok Seni Tarbiyah.