PENGARUH KEASAMAN TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI ASAM HUMAT TINJA SAPI UNTUK KADMIUM(II) DAN SENG(II)

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII
“Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di
Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)”
Program Studi Pendidikan FKIP UNS
Surakarta, 14 Mei 2016
MAKALAH
PENDAMPING

PARALEL F

ISBN : 978-602-73159-1-4

PENGARUH KEASAMAN TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI
ASAM HUMAT TINJA SAPI UNTUK KADMIUM(II) DAN SENG(II)
Amelia Handayani Burhan 1,*, Bambang Rusdiarso 2 dan Sri Juari Santosa2
1 D3

2 Ilmu

Farmasi, Poltekkes Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, Indonesia

* Keperluan korespondensi, telp/fax : +6285742476084/ 0274-580663, email:
bochismart@gmail.com
ABSTRAK
Asam humat tinja sapi (AHTS) tercatat memiliki kemampuan yang baik sebagai adsorben logam
yang murah dan lebih green. Kemampuan adsorben AHTS dalam mengadsorpsi logam-logam
pencemar air, seperti kadmium(II) dan seng(II), dipelajari dengan memperhatikan keasaman
medium adsorpsi. Kondisi keasaman medium adsorpsi akan mempengaruhi spesi ion logam dan
situs aktif pada AHTS sehingga akan mempengaruhi interaksi yang terjadi antara ion logam dan
AHTS. Variasi keasaman dilakukan dengan menginteraksikan AHTS terhadap ion logam
kadmium(II) dan seng(II) selama 30 menit pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil menunjukan pada pH
2, jumlah ion logam teradsorpsi relatif kecil, hal ini dikarenakan adanya tolakan elektrostatis
antara ion logam dengan permukaan AHTS yang bermuatan positif. Konsentrasi kadmium(II) dan
seng(II) yang teradsorpsi pada AHTS meningkat seiring dengan kenaikan pH dan optimum pada
pH 5. Kondisi ini terkait dengan peningkatan keaktifan gugus-gugus fungsi AHTS akibat proses
deprotonisasi sehingga permukaan AHTS lebih bermuatan negatif. Penurunan konsentrasi ion
logam teradsopsi terjadi pada pH 6. Hal ini diduga adanya kompetisi antara situs aktif AHTS
dengan ion hidroksida dalam mengikat ion kadmium(II) dan seng(II). Dugaan lain adalah adanya
peningkatan kelarutan AHTS pada pH alkali yang berimbas pada penurunan jumlah ion logam

terdsorpsi.
Kata Kunci: asam humat tinja sapi; keasaman; kadmium(II); seng(II)

PENDAHULUAN

diantaranya

logam

berat

sisa

industri,

Limbah organik dan anorganik yang

pestisida, kotoran ternak, dan lainnya. Dalam

memasuki perairan berpotensi mengurangi


WHO Guidelines 2006, dikatakan bahwa

kesediaan air bersih. Ada berbagai konstituen

apabila limbah ini tidak dikelola dengan baik,

yang yang dapat menjadi sumber limbah,

maka diprediksi akan terjadi peningkatan

214

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

kelangkaan air antara 48% hngga 54% selama

akan membutuhkan proses dan waktu yang


kurun waktu tahun 2025 hingga 2050 [1].

lebih lama. Hal ini menyebabkan munculnya

Kadmium merupakan salah satu logam

tambahan tahapan kimia sehingga proses

berat yang diemisikan dari berbagai sumber,

ektraksi

seperti aktivitas penyepuhan, baterai kadmium-

chemistry.

nikel, pertambangan, industri, tekstil, peptisida,
pupuk,


pertambangan,

industri

kurang

memenuhi

prinsip

green

Pemilihan material biotik seperti tinja sapi

logam,

sebagai sumber asam humat dapat menjadi

pigmentasi, dan pewarnaan [2]. Keberadaan


solusi ekstraksi asam humat yang mengacu

kadmium di alam secara alamiah ditemukan

pada

bersama dengan seng. Aktivitas perindustrian,

Karakteristik asam humat tinja sapi (AHTS) dan

seperti produksi seng akan melepaskan limbah

kemampuan

seng dan kadmium secara bersama-sama ke

beberapa peneliti. Hasil menunjukan bahwa

lingkungan


tinja sapi dapat dijadikan sumber asam humat

[3].Kadmium

dan

seng

pada

prinsip-prinsip

green

adsorpsinya

kesehatan,

kemampuan yang baik dalam adsorpsi logam


hati,

gangguan pencernaan, hipertensi, gangguan
ginjal, kerusakan sel darah merah, anemia,
kram perut, iritasi kulit, hingga kematian [4,5].
Asam

humat

kemampuannya
reduktor

telah

sebagai

logam-logam

menunjukan


adsorben
berat.

dan

Stevenson

tetapi

dipelajari

yang

gangguan

green

telah

konsentrasi tinggi memiliki potensi bahaya bagi

diantaranya

lebih

chemistry.

tetap

memiliki

[7, 9-12].
Di

era

masyarakat ekonomi asean,

industri dituntut untuk semakin cerdas dalam
mengelola limbah dengan memperhatikan
kualitas

Pemilihan

dan

biaya

pengolahan

limbah.

tinja sapi sebagai bahan baku

melaporkan bahwa asam humat mengandung

adsorben yang murah dan green, seperti asam

berbagai gugus fungsional seperti –COOH, –

humat tinja sapi dapat menjadi salah solusi bagi

OH fenolat, –OH enolat, kuinon, hidrokuinon,

industri dalam mengatasi limbah.

lakton, eter, dan –OH alkohol[6]. Hal ini

Indonesia

sebagai

salah

negara

menyebabkan asam humat kaya akan elektron.

penghasil produk ternak sapi memiliki sebaran

Pada umumnya asam humat diekstrak

ternak yang hampir merata di seluruh kawasan

dari tanah gambut, akan tetapi eksplorasi tanah

Indonesia. Hal ini menjadi peluang strategis

gambut dapat berpotensi negatif terhadap

untuk melakukan pengolahan tinja sapi sebagai

lingkungan

menyumbang

sumber asam humat. Dalam satu hari, satu

peningkatan konsentrasi CO2 diudara, yang

ekor sapi menghasilkan 30-45 kg tinja[13]. Jika

merupakan gas penyumbang efek rumah kaca.

rata-rata

Air gambut dapat dijadikan sumber asam

325.000 ekor sapi dalam satu tahun[14], maka

humat yang lebih green dibandingkan tanah

dapat dihasilkan 3,46 – 5,18 juta ton tinja sapi

gambut [8]. Akan tetapi air gambut memiliki

yang dapat dijadikan sumber asam humat tinja

beberapa kelamahan, seperti persentase asam

sapi. Hal ini yang semakin menguatkan

humat yang bersumber dari air relatif kecil

pemilihan asam humat tinja sapi sebagai

karena banyak mengandung kontaminan dan

adsorben limbah sebagai adsorben logam yang

mikro flora [7], disamping itu proses ekstraksi

murah dan memenuhi prinsip green chemistry.

karena

dapat

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

dalam

satu

provinsi

dihasilkan

215

Hasil karakterisasi FTIR asam humat tinja
sapi menunjukan bilangan-bilangan gelombang

Bahan

lainnya

yaitu

aquades,

indikator

universal, dan kertas saring Whatman.

yang merupakan wilayah karakteristik gugus-

Alat yang digunakan mortal, ayakan 100

gugus yang dimiliki asam humat yaitu sekitar

mesh, neraca analitik, centrifuge, oven, stirrer,

3400, 2900, 1720, 1600, dan 1200

cm -1

[6, 7].

pengaduk magnet, pH meter, dan satu set

Karakterisasi ini menunjukan bahwa AHTS

penyaring buchner. Intrument analisis terdiri

memiliki situs aktif yang sama dengan asam

dari FTIR dan AAS.

humat yang diekstrak dari tanah gambut.

Ekstrasi asam humat dari tinja sapi

Kandungan situs aktif inilah yang membuat

dilakukan dengan merendam bubuk tinja sapi

AHTS dapat digunakan sebagai adsoben

kering dalam larutan NaOH 0,1M dengan

logam. Kemampuan gugus-gugus fungsional

perbandingan 1:10 selama 24 jam. Filtrat

atau situs aktif asam humat dalam mengikat ion

kemudian dipisahkan dengan menggunakan

logam

pada

centrifuge dan penyaring Buchner. Filtrat

kandungan gugus fungsional, tetapi juga pada

adalah campuran asam humat dan asam fulvat.

keasaman

waktu

Pemisahan asam humat dari asam fulvat

interaksi, dan kekuatan ion. Pada penilitian ini

dilakukan dengan cara titrasi menggunakan

dipelajari

medium

larutan HCl 0,1M hingga pH 1. Filtrat yang telah

adsorpsi kadmium(II) dan seng(II) oleh AHTS.

diasamkan kemudian didiamkan selama 12-16

Penelitian ini didasarkan pada sifat asam

jam hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas

humat dan spesi ion logam serta interaksi

merupakan asam fulvat sedangkan lapisan

keduanya

pH.

bawah merupakan asam humat. Asam humat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

tersebut kemudian dipisahkan dan dikeringkan

pengetahuan mengenai pengaruh keasamaan

pada suhu 40°C, sehingga diperoleh bubuk

terhadap

AHTS.

tidak

hanya

medium

bergantung

adorpsi

pengaruh

dalam

(pH),

keasaman

berbagai

kemampuan

variasi

adsorpsi

AHTS

sehingga mampu meningkatkan keunggulan

Pengaruh keasaman medium adsorpsi

AHTS sebagai adsorben yang murah dan

terhadap kemampuan adsorpsi AHTS dipelajari

green untuk logam-logam pencemar perairan.

dengan menginteraksikan 10 mg AHTS selama
30 menit dengan masing-masing 50 ml larutan
kadmium(II) dan seng(II) 50ppm. Medium

METODE PENELITIAN
Tinja

sapi

yang

digunakan

sebagai

adsorpsi divariasi pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6.

sumber asam humat diektrak dari campuran

AHTS

tinja sapi kering, Kelompok Ternak Lestari,

memisahkannya

Pangukan,

Tridadi,

Konsentrasi ion logam sebelum dan sesudah

Indonesia.

Ekstraksi

keasamaan

Sleman,
dan

menggunakan

Yogyakarta,

studi

pengaruh

bahan

kimia

kemudian

diinteraksikan

dari

dengan

disaring

untuk

larutan

logam.

AHTS

dianalis

menggunakan AAS.

berkualitas analitik, produksi E. Merck, meliputi:
NaOH,

HCl,

AgNO3,

Cd(CH3COO)2∙H2O,

Zn(CH3COO)2∙H2O, dan buffer sitrat-fosfat.

HASIL PENELITIAN
Kondisi keasaman medium adsorpsi akan
mempengaruhi spesiasi ion logam kadmium

216

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

dan seng, serta situs aktif yang ada pada AHTS
sehingga akan mempengaruhi pola interaksi
yang terjadi antara ion logam dengan AHTS.
Telah dilakukan variasi pH adsorpsi yakni pada
tentang pH 2-6 untuk melihat kemampuan
AHTS dalam mengadsorpsi ion kadmium(II)

Gambar 3. Pengaruh pH terhadap
ionisasi gugus fungsional [6]

dan seng (II).
Gambar 1. Pengaruh keasaman medium

Disamping itu, pH medium mempengaruhi

pada adsorpsi kadmium(II) oleh AHTS

struktur molekular dari asam humat dan

Cd(II) teradsorpsi (%)

mempengaruhi muatan pada permukaan asam
humat tinja sapi. Hal ini sesuai dengan

20%

penelitian Schitniser, Liu, dan Hang bahwa

15%

keasaman medium juga mempengaruhi bentuk

10%

dan ukuran molekul asam humat. Asam humat

5%

cenderung teragregasi pada pH rendah (asam)
dan terdispersi pada pH tinggi (alkali) [15, 16].

0%
2
3
4
5
6
pH medium adsorpsi

Gambar 2. Pengaruh keasaman medium

Pada pH 2, baik kadmium(II) dan seng(II)
yang teradsorpsi pada AHTS relatif kecil. Hal ini
dikarenakan pada pH rendah AHTS cenderung

Zn(II) teradsorpsi (%)

teragregasi
20%

hidrogen

akibat
yang

fungsional

15%
10%

terbentuknya

kuat

AHTS

kemampuan

AHTS

kadmium(II)

dan

antar

itu

gugus-gugus

sendiri

untuk
seng(II)

ikatan

sehingga

mengikat
relatif

ion

sedikit.

Disamping, jumlah ion H+ yang banyak terikat

5%

pada
0%
2

3
4
5
pH medium

6

AHTS

pada

pH

2

menyebabkan

permukaannya bermuatan positif, sehingga ion
kadmium(II) dan seng(II) yang bermuatan
positif sulit untuk mendekati permukaan AHTS

pada adsorpsi seng(II) oleh AHTS

akibat tolakan elektrostatis muatan yang sama.
Kondisi ini menghalangi ion logam untuk

Gambar 1 dan 2 menunjukan bahwa
konsentrasi kadmium(II) dan seng(II) yang

teradsoprsi pada pemukaan AHTS.
Pada

pH

lebih

dari

2,

persentase

teradsorpsi pada AHTS meningkat seiring

kadmium(II) dan seng(II) yang teradsoprsi pada

kenaikan pH dan pada pH 6 mengalami

AHTS mengalami peningkatan yang signifikan.

penurunan.

menyebabkan

Hal ini dikarena proses deprotonisasi AHTS

peningkatan keaktifan gugus-gugus fungsi

akibat melemahnya ikatan hidrogen antar

yang dimiliki AHTS akibat proses deprotonasi

gugus dan mengakibatkan struktur molekular

seperti yang ditunjukan pada Gambar 3

AHTS

Kenaikan

pH

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

cenderung

terdispersi.

Proses

217

deprotonisasi ini mengakibatkan muatan pada

dengan perubahan warna larutan setelah

pemukaan AHTS menjadi negatif. Kedua

diinteraksikan AHTS akibat peningkatan pH,

kondisi

dimana semakin tinggi pH maka larutan

ini

menyebabkan

meningkatnya

kemampuan adsorpsi ion logam oleh AHTS

semakin berwarna coklat (Gambar 4).

dan mencapai kondisi optimumnya pada pH 5.
Penurunan kemampuan adsorpsi AHTS
terhadap ion kadmium(II) dan seng(II) terlihat
pada pH 6. Peneliti menduga pada pH tersebut
terjadi kompetisi antara situs aktif AHTS
dengan ion hidroksida dalam mengikat ion

Gambar 4. Pengaruh pH medium

kadmium(II) dan seng(II), dimana jumlah OH-

terhadap kelarutan AHTS

yang

semakin

kadmium(II)

banyak

dan

membentuk

seng(II)

endapan

memungkinkan
terpresipitasi

hidroksida

sehingga

Dugaan

ini

juga

dikuatkan

penelitian

Rahmawati yang menggunakan asam humat
tanah

gambut

untuk

mengadsorpsi

menurunkan jumlah ion logam yang teradsorpsi

kadmium(II). Hasil penelitiannya menunjukan

pada AHTS. Dugaan ini diperkuat secara

bahwa

teoritik bahwa adanya penurunan jumlah untuk

kadmium(II) yang teradsorpsi asam humat

ion kadmium(II)

pada pH diatas 5,5 akibat

terlarut seiring dengan kenaikan pH, walaupun

bermunculan spesi-spesi lain seperti Cd(OH)+,

konsentrasinya signifikan lebih kecil daripada

Cd(OH)2, Cd2(OH)3+, Cd(OH)3-, dan Cd(OH)42-

konsentrasi yang teradsorpsi pada asam humat

[15]; sedangkan untuk seng(II) pada pH diatas

[18].

5 akibat bermunculan spesi Zn(OH)+, Zn(OH)2,

adanya

Secara

peningkatan

umum,

hasil

konsentrasi

penelitian

Zn(OH)3-, dan Zn(OH)42-. Spesi-spesi inilah

menunjukkan bahwa peningkatan pH medium

yang bertanggungjawab pada pembentukan

adsorpsi

endapan hidroksida kedua logam tersebut.

adsorpsi kadmium(II) dan seng(II) pada asam

dapat

meningkatkan

persentase

terjadi

humat tinja sapi. Namun demikian, terdapat

peningkatan jumlah AHTS terlarut sehingga

perbedaan antara jumlah kadmium(II) dan

adsorben yang tersedia pada larutan menjadi

seng(II) yang teradsorpsi pada AHTS. Hasil

berkurang dan berimbas pada penurunan

menunjukkan bahwa pada pH rendah jumlah

kemampuan adsorpsi ion-ion logam. Menurut

kadmium(II)

Kerndorff

Dugaan

kedua,

pada

pH

6

relatif

sama

dengan

jumlah

(1980)

ada

seng(II) yang teradsorpsi, sedangkan pada pH

logam

akan

yang lebih tinggi jumlah kadmium(II) yang

berinteraksi dengan fraksi terlarut dalam asam

teradsorpsi relatif lebih banyak dari jumlah

humat, atau dengan fraksi padatan elektrolit

seng(II) yang teradsorpsi. Hasil yang hampir

dari asam humat, atau dengan kedua fraksi

sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang

tersebut [17]. Dengan kata lain, fraksi terlarut

dilakukan Kerndorff dan Schnitzer diantaranya

asam

humat memiliki kemampuan untuk

pada pH 2,4 jumlah Zn = Cd, pada pH 3,7

melarutkan ion-ion logam dan membentuk

jumlah Cd = Zn, pada pH 4,7 dan 5,8 jumlah Cd

kompleks terlarut. Dugaan ini diklarifikasi

> Zn [19]. Perbedaan hasil penelitian AHTS dan

dan

kemungkinan

218

Schnitzer
kation-kation

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

penelitian Schnitzer dikarenakan perbedaan

menyebakan ion kadmium(II) dan seng(II) yang

pH dalam pengukuran, namun jika hasil rata-

terikat semakin banyak. Kondisi ini optimum

rata penelitian AHTS didekatkan dengan hasil

pada pH 5. Penurunan kemampuan adsorpsi

penelitian

pada

Schnitzer

maka

pola

adsorpsi

pH

6

diduga

karena

terbentukan

kadmium(II) dan seng(II) pada rentang pH 2-6

hidroksida logam dan meningkatnya kelarutan

adalah sama.

AHTS sehingga menurunkan jumlah ion logam

Kapasitas adsorpsi atau konsentrasi ion

yang mampu diikat oleh AHTS.

logam teradsorpsi berkaitan dengan ukuran ion
dan polaritas. Jari-jari ion kadmium(II) telah

UCAPAN TERIMA KASIH

diketahui lebih besar daripada jari-jari ion

Terima kasih kepada Eka Cahyana dan

seng(II), secara berturut-turut 97 pm dan 74

Yuli Nurmayanti sebagai rekan penelitian

pm. Semakin kecil ukuran kation, maka

selama pengambilan data awal ektraksi asam

kemampuannya dalam mempolarisasi anion

humat tinja sapi.

semakin besar, sehingga ikatan yang terbentuk
semakin polar, dan semakin mudah larut dalam

DAFTAR RUJUKAN

air atau pelarut polar. Oleh karena ion seng(II)

[1]

Candra, I.N., 2012, Study of Adsorption

memiliki ukuran kation yang lebih kecil daripada

Isotherm of Zinc and Cadmium in Treated

kadmium(II),

Wastewater, Tesis, FMIPA, Universitas

maka seng(II) lebih suka larut

dalam air dibandingkan terikat pada AHTS.
Dengan demikian, kapasitas adsorpsi atau

Gadjah Mada, Yogyakarta.
[2]

Rao, K.S., Mohapatra, M., Anand, S., and

konsentrasi seng(II) teradsorpsi AHTS lebih

Venkateswarlu P., 2010, Review on

sedikit dibandingkan kadmium(II).

Cadmium

Removal

from

Aqueous

Solutions, IJEST, 2, 7, 81-103.

KESIMPULAN

[3]

Pengaturan pH atau keasaman medium
adsorpsi mampu meningkatkan kemampuan

Anonim, 1999, Toxicological Profile for
Cadmium, ATSDR, Georgia, USA.

[4]

Mahanan, S.E., 2001, Fundamental of

adsorpsi asam humat tinja sapi terhadap

Enviromental

logam-logam pencemar air, seperti kadmium

Columbia, p.398.

dan seng. Berdasarkan hasil penelitian, pada

[5]

Chemistry,

CRC

Press,

Kulkarni, S.J., and Kaware, J.P., 2013, A

pH 2 kemampuan adsorpsi AHTS terhadap ion

Review

kadmium(II)

Removal from Effluent, IJESIT, 2, 4, 465-

dan

seng(II)

relatif

kecil

dikarenakan pada pH asam AHTS cenderung
teragregasi akibat kuatnya ikatan hidrogen

on

Research

for

Cadmium

469.
[6]

Stevenson, F.J., 1994, Humus Chemistry :

antar gugus dalam AHTS sehingga ion logam

Genesis, Composition, Reactions, 2’nd

sulit terikat pada AHTS. Pada pH lebih dari 2,

Edition, John Wiley & Sons Inc, New York.

kemampuan adsorpsi AHTS meningkat dengan

[7]

Barot, N. S., dan Balga, H. K., 2009,

signifikan dikarena AHTS terdispersi seiring

Extraction of Humic Acid from Biological

kenaikan pH akibat terdeprotonisasi sehingga

Matrix – Dry Cow Dung Powder. Green

muatan permukaan AHTS semakin negatif dan

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

219

[8]

[9]

Chemistry Letters and Reviews. 2, 4, 217-

Huang, P.M, dan Schnitzer, M., 1986,

221.

Interaksi Mineral Tanah dengan Organik

Herdiansyah, dan Januarita, R., 2003,

Alami

Adsorpsi Cr(IV) pada Air Hitam, Indo. J.

Goenadi, D.H., 1997), Gadjah Mada

Chem, 3, 3, 169-175.

University Press, Yogyakarta.

dan

Mikroba,

Terjemahan

:

Suyono, 2002, Karakterisasi Fisikokimia,

[16] Liu C. dan Huang, P.M., 1999, “Atomic

Kapasitas Ikat, dan Pola Ikat Asam Humat

Force Microscopy of pH, Ionic Strength

Tinja

Timbal,

and Cadmium Effects on Surface Features

Airlangga,

of Humic Acid”, In: “Understanding Humic

Sapi

Disertasi,

terhadap

Kation

Universitas

Substances”

Surabaya.
[10] Rupiasih, N.N., dan Vidyasagar, P.B.,

:

Advanced

Methods,

Properties and Applications, The Royal

2009, Analytical Study of Humic Acid from

Society of Chemistry, Cambridge, UK.

Various Sources Commonly Used as

[17] Kerndorff, H., dan Schinetzer, M., 1980,

Fertilizer: Emphasis on Heavy Metal

Sorption

Content, Int. J. of Design & Nature and

Geochim. Cosmochim. Acta, 44, 1577-

Ecodynamics. 4, 1, 32-46.

1581.

of

Metals

on

Humic

Acid,

[11] Petrus, A. C., Ahmed, O.S., Muhammad,

[18] Rahmawati, A., 2011, Pengaruh Derajat

A.M.N., Nasir, H.M., Jiwan, M., dan Banta,

Keasaman terhadap Adsorpsi Logam

M.G., 2009, Chemical Characteristics of

Logam Kadmium(II) dan Timbal(II) pada

Compost and Humic Acid from Sago

Asam Humat, Jurnal Penelitian Sains &

Waste (Metroxylon sagu), Am. J. Appl.

Teknologi, 12, 1, 1-14.

Sci., 6, 11, 1880-1884.

[19]

Schnitzer,

M.,

1986,

[12] Barot, N.S., dan Bagla, H.K., 2012, Eco-

Pengikatan Bahan Humat oleh Koloid

friendly Waste Water Treatment by Cow

Mineral Tanah, (dalam Huang, P.M, dan

Dung Powder (Adsorption Studies of

Schnitzer, M., 1986, Interaksi Mineral

Cr(III), Cr(IV), and Cd(II) using Tracer

Tanah

Technique),

Mikroba, Terjemahan : Goenadi, D.H.,

Desalination

and

Water

Treatment, 38, 1-3, 104.

dengan

Organik

Alami

dan

1997), Gadjah Mada University Press,

[13] Sudiarto, B., 2008, Pengolahan Limbah

Yogyakarta.

Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang
Berwawasan
Nasional

Lingkungan,

Teknologi

Seminar

Peternakan

dan

Veteriner, Bandung.

TANYA JAWAB
Penanya: Heri Setyoko
Pertanyaan:

[14] Anonim., 2013, Data Populasi Ternak

Bagaimana aplikasi dari produk yang sudah

Tahun 2009 hingga 2013 Wilayah DIY,

dihasilkan

Dinas

dipaparkan?

Peternakan

Provinsi

DIY,

Yogyakarta.
[15] Schnitzer, M., 1986, Pengikatan Bahan

terhadap

masalah

Penjawab: Amelia Handayani Burhan
Jawaban:

Humat oleh Koloid Mineral Tanah, (dalam

220

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

yang

Aplikasi AHTS secara umum dapat digunakan

berpotensi membentuk endapan hidroksida

sebagai adsorben, pupuk, dll. Pada penelitian

logam.

saya, digunakan sebagai adsorben logam
Cd(II) dan Zn(II) yang berpotensi bahaya bagi
kesehatan
Penanya: Heri Setyoko
Pertanyaan:
Bagaimana pola interaksi antara AHTS-Cd(II)
dan Zn(II)?
Penjawab: Amelia Handayani Burhan\
Jawaban:
Pola interaksi antara AHTS-Cd(II) dan Zn(II)
adalah interaksi fisik melalui ikatan hidrogen.
Penanya: Heri Setyoko
Pertanyaan:
Bukankah penggunaan kotoransapi ini justru
akan menambah permasalahan baru dalam
penggunaannya?
Penjawab: Amelia Handayani Burhan
Jawaban:
Tidak

menimbulkan

masalah

baru

bagi

perairan karena hasil ekstraksi adalah asam
humat, bukan lagi tinja sapi. Disamping itu
bakteri dalam tinja sapi telah mati selama
proses ekstraksi.
Penanya: Nur Fitri Fatimah
Pertanyaan:
Variasi

keasaman

dilakukan

dengan

menginteraksikan AHTS terhadap Ion logam
kadmium(II) dan seng(II) selama 30 menit
pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6. Apa dasar pemilihan
pH tersebut?
Penjawab: Amelia Handayani Burhan
Jawaban:
Pemilihan selang pH 2-6 berdasarkan diagram
spesiasi kadmium dan seng dimana pada pH>6
ditemukan spesiasi selan Cd2+ dan Zn2+,
seperti Cd(OH)+, Cd(OH)2, dan lain-lain yang

Peningkatan Profesionalisme Pendidik
dan Periset Sains Kimia di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

221