58 GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

  

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA

BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

Martikowati Suryanis*, Andri Tri Kusumaningrum**, Mu’ah***

  

ABSTRAK

…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Kontrasepsi merupakan upaya mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara atau permanen. Terdapat bermacam-macam metode kontrasepsi diantaranya KB alamiah, salah satu metode alamiah yaitu metode lendir serviks (billings). Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan mei di Desa Balungtawun dari 10 PUS diperoleh 2 PUS atau 20% PUS yang mengetahui lendir serviks dapat dijadikan sebagai metode kontrasepsi dan 8 PUS atau 80 % PUS yang tidak mengetahui lendir serviks dapat dijadikan sebagai metode kontrasepsi..Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks di Desa Balungtawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan.

  Desain penelitian menggunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah seluruh PUS di Desa Balungtawun yang tidak memakai metode kontrasepsi dengan jumlah 100 orang. Teknik sampling menggunakan total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tertutup, Pengolahan editing, coding, scoring, tabulating, prosentase. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang KB lendir serviks.

  Diharapkan bagi petugas kesehatan perlu meningkatkan motivasi dan memberikan informasi yang benar serta akurat melalui konseling. Bagi masyarakat khususnya keluarga hendaknya selalu memberikan dukungan dan motivasi pada PUS untuk meningkat pengetahuan tentang KB lendir serviks.

  Kata kunci : Kontrasepsi Lendir Serviks.

  PENDAHULUAN

  yaitu metode lendir serviks (billings) . …… . … … . (Hartanto H, 2004). Metode lendir serviks

  Gerakan Keluarga Berencana merupakan atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi salah satu program pembangunan nasional

  Billing merupakan metode kontrasepsi dalam mencapai kesejahteraan sosial dengan alamiah yang paling efektif, di Indonesia menggerakkan segenap potensi masyarakat dengan surat dari BKKBN Pusat kepada untuk berpartisipasi aktif dalam BKKBN provinsi dengan SK 6668/K.S. melembagakan dan membudayakan NNKBS

  002/E2/90, tanggal 28 Desember 1990, sehingga tercipta sumber daya manusia yang metode kontrasepsi lendir serviks sudah berkualitas dan nantinya akan mengangkat diterima sebagai salah satu Metode KB derajat bangsa Indonesia. Gerakan KB (mandiri) (Syaifuddin, A, B : 2006). Nasional mempunyai tujuan ganda yaitu

  Program keluarga berencana yang telah meningkatkan kesejahteraan melalui digalakkan pemerintah untuk menekan laju pengendalian kelahiran sehingga dapat pertumbuhan penduduk dengan berbagai mengendalikan pertumbuhan penduduk macam alat kontrasepsi, diantaranya metode (BKKBN : 2005). lendir serviks. Diharapkan dapat

  Kontrasepsi merupakan upaya mencegah meningkatkan taraf hidup masyarakat, terjadinya kehamilan yang bersifat sementara mengurangi angka kematian ibu, kematian atau permanen. Terdapat macam-macam bayi, mengatur jumlah anak atau pun jarak metode kontrasepsi diantaranya metode kehamilan dapat berdampak positif bagi ibu sederhana tanpa alat yaitu KB alamiah dan dan keluarga. Dengan jumlah atau jarak coitus interuptus, salah satu metode alamiah kehamilan yang baik, maka kesehatan ibu lebih dapat dipantau secara optimal, anak dan suami lebih dapat perhatian dari istri dan sebaliknya istri dapat lebih memperhatikan kesehatan keluarga (Saifuddin, AB:2006)

  Berdasarkan data BKKBN 2009, di Desa Balungtawun didapatkan hasil dari 565 PUS, terdapat 100 PUS yang tidak memakai KB dengan alasan tidak cocok menggunakan KB hormonal, takut dengan efek samping KB yang di pakai dan merasa tidak nyaman. Pada PUS yang telah dikarunia seorang anak menggunakan metode alat kontrasepsi merupakan cara untuk mengatur jarak kehamilan dan pada PUS yang menikah terlalu dini alat kontrasepsi dapat dijadikan cara untuk menunda kehamilan, karena PUS yang tidak menggunakan metode alat kontrasepsi akan dihadapkan pada banyak masalah diantaranya kehamilan terlalu dini (perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan hal ini dikarenakan tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh dan belum cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi), kehamilan terlalu “telat” (perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya khususnya bila ia mempunyai problem- problem kesehatan lain), kehamilan berdesakan jaraknya (kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian menghadang), terlalu sering hamil dan melahirkan (perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat perdarahan hebat dan macam-macam kelainan lain) (BKKBN : 2008). Terdapat bermacam-macam metode alat kontrasepsi baik hormonal maupun alamiah, jika PUS tidak cocok menggunakan KB hormonal terdapat solusi dengan memberitahukan bahwa metode lendir serviks sebagai salah satu kontrasepsi alamiah dapat dijadikan salah satu pilihan dalam berkontrasepsi. Dari data survey awal yang dilakukan pada bulan mei di Desa

  Balungtawun dari 10 PUS diperoleh 2 PUS atau 20% PUS yang mengetahui KB lendir serviks dapat dijadikan sebagai salah satu metode KB dan 8 PUS atau 80 % PUS yang tidak mengetahui KB lendir serviks dapat dijadikan sebagai salah satu metode KB. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : pengetahuan, peran keluarga dan petugas kesehatan.

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, Soekidjo : 2003). Keterbatasan pengetahuan dari setiap pasangan tentang Alat kontrasepsi akan berdampak terhadap konsistensi pemakaian Alat Kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi apapun secara benar dan berkelanjutan adalah lebih baik daripada tidak menggunakan alat kontrasepsi karena nantinya akan dihadapkan pada resiko yang membahayakan kondisi kesehatan ibu dan bayinya karena sering melahirkan (BKKBN : 2005b).

  Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran keluarga merupakan tolak ukur berhasil dan tidaknya program itu sendiri, karena program KB adalah bertujuan untuk keluarga, maka keluargalah yang mempunyai potensi kuat dalam berlangsungnya program. Selain itu tenaga kesehatan juga mempunyai perananan yang penting karena tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdi didalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Notoadmojo, Soekidjo : 2003).

  Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan gerakan KB yaitu dengan memberikan informasi yang benar dan akurat melalui konseling, karena konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan KB (Saifuddin, AB

  : 2006). Dalam upaya peningkatan ibu dalam 2) Karakteristik PUS berdasakan memilih KB lendir serviks sebagai salah satu pendidikan metode kontrasepsi, tenaga kesehatan Tabel 2 Distribusi PUS Berdasarkan berperan sebagai edukator dalam Pendidikan Di Desa memberikan pemahaman dan pendidikan Balungtawun Kecamatan tentang teori KB lendir serviks yang Sukodadi Kabupaten Lamongan berkaitan dengan cara penggunaan dan Tahun 2010. keuntungan, dengan berbagai pendekatan dan Pendidikan Jumlah Persentase pengetahuan yang diberikan diharapkan

  Ibu (%)

  lendir serviks dapat dijadikan sebagai salah Tidak Sekolah satu pilihan kontrasepsi pada ibu yang tidak

  SD

  22

  22 mau menggunakan alat kontrasepsi. SMP

  46

  46 SMA

  31

  31 METODE PENELITIAN .… … .…

  D III/PT

  1

  1 Desain yang digunakan dalam penelitian Jumlah 100 100 ini adalah diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

  Berdasarkan data di atas menunjukkan utama membuat gambaran tentang suatu bahwa dari 100 PUS, hampir setengahnya keadaan objek. (Notoatmodjo, Soekidjo : atau hampir sebagian PUS berpendidikan

  2002). Dalam penelitian ini, peneliti ingin SMP yaitu sejumlah 46 orang (46%) dan mengidentifiksai gambaran pengetahuan PUS hanya sebagian kecil dari PUS yang tentang metode KB lendir serviks di Desa berpendidikan perguruan tinggi yaitu

  Balungtawun Kecamatan Sukodadi sejumlah 1 orang (1%) Kabupaten Lamongan.

  3) Karakteristik PUS berdasakan pekerjaan

  HASIL PENELITIAN .

  …

  Tabel 3 Distribusi PUS Berdasarkan

1. Data Umum

  Pekerjaan Di Desa Balungtawun 1) Karakteristik PUS berdasakan umur Kecamatan Sukodadi Kabupaten Tabel 1 Distribusi PUS Berdasarkan Lamongan Tahun 2010. Umur Di Desa Balungtawu Kecamatan Sukodadi Kabupaten Pekerjaan Jumlah Persentase Lamongan Tahun 2010. Ibu (%) Usia Ibu Jumlah Persentase

  Tidak Bekerja

  29

  29

  (%)

  Buruh Tani 20 – 25 tahun

  48

  48 Petani

  45

  45 25 – 35 tahun

  33

  33 Swasta

  18

  18 > 35 tahun

  19

  19 Wiraswasta

  6

  6 Jumlah 100 100 PNS

  2

  2 Jumlah 100 100 Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 100 PUS, hampir sebagian

  Berdasarkan data di atas menunjukkan berumur 20 – 25 tahun yaitu sejumlah 48 bahwa dari 100 PUS, hampir sebagian PUS orang (48%) dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai petani yaitu sejumlah 45 berumur > 35 tahun yaitu sejumlah 19 orang orang (45%) dan hanya sebagian kecil yang (19%). bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sejumlah 2 orang (2%).

2. Data Khusus

  Berdasarkan data umum pada tabel 1 didapatkan bahwa dari 100 PUS, hampir sebagian berumur 20 – 25 tahun yaitu sejumlah 48 orang (48%). Dimana dengan usia tersebut, PUS cenderung kurang pengalaman yang nantinya akan mempengaruhi tingkat kematangan dalam berfikir. Dengan tingkat kematangan yang cukup seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja sehingga pengetahuan pun akan bertambah, dengan demikian PUS dapat lebih mudah dalam menggunakan penalarannya pada saat memperoleh suatu informasi baru. Sehingga dalam hal ini umur juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi tentang KB lendir serviks.

  Sesuai dengan pendapat Wahid Iqbal Mubarok (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula seseorang tersebut dalam menerima suatu informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat

  2 menunjukkan bahwa hampir sebagian PUS berpendidikan SMP yaitu sejumlah 46 orang (46%). Dimana tingkat pendidikan tersebut dapat mempengaruhi PUS dalam menerima suatu informasi baru termasuk informasi tentang KB lendir serviks. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, PUS dapat lebih mudah dalam menerima suatu informasi dari berbagai media, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dan sebaliknya dengan semakin rendahnya tingkat pendidikan seseorang, maka akan menghambat sikap seseorang terhadap berbagai informasi baru yang diperkenalkan, termasuk pengetahuan tentang KB lendir serviks.

  Selain umur, pendidikan juga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang KB lendir serviks. Berdasarkan tabel

  semakin matang dan dewasa. Dengan demikian seseorang telah mampu menggunakan penalarannya dalam menerima pengetahuan atau informasi baru tentang suatu hal.

  psikologi taraf berfikir seseorang akan

  fisik ada empat kategori yaitu perubahan ukuran, proporsi, hilangnya ciri lama serta timbulnya ciri baru. Sedangkan pada aspek

  psikologi atau mental. Pertumbuhan secara

  Sesuai dengan pendapat Wahid Iqbal Mubarok (2007) bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan

  Data ini menunjukkan tingkat pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks. 1) Pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks

  Tabel 4 Distribusi PUS Berdasarkan Pengetahuan PUS Tentang KB lendir serviks Di Desa Balungtawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan Tahun 2010. Kriteria Pengetahuan Jumlah Persentase(%)

  .… .… Berdasarkan hasil penelitian yang yang ditunjukkan pada tabel 4 bahwa dari 100

  PEMBAHASAN

  63 Jumlah 100 100 Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 100 PUS, sebagian besar PUS yaitu sejumlah 63 orang (63%) berpengetahuan kurang dan sebagian kecil PUS yang berpengetahuan baik yaitu sejumlah 9 orang (9%).

  63

  28 Kurang

  28

  9 Cukup

  9

  Baik

  PUS di Desa Balungtawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 didapatkan sebagian besar memiliki pengetahuan kurang tentang KB lendir serviks yaitu sejumlah 63 orang (63%) dan hampir sebagian PUS memiliki pengetahuan cukup yaitu sejumlah 28 orang (28%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu sejumlah 9 orang (9 %). Dari data di atas peneliti dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengetahuan PUS yang kurang tentang KB lendir serviks dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, serta pekerjaan. perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi baru yang diperkenalkan. Pendapat ini juga di perkuat dengan Notoadmodjo (2003) yang mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap adanya nilai-nilai baru yang diperkenalkan dan bermanfaat bagi kehidupannya.

  Disamping itu, pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks juga dapat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu itu sendiri. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 100 PUS, hampir sebagian ibu bekerja sebagai petani yaitu sejumlah 45 orang (45%). Dimana pekerjaan tersebut dapat menyebabkan kurangnya PUS dalam memperoleh pengetahuan yang lebih banyak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan langsung dapat ibu peroleh dari tanya jawab langsung dengan bidan atau tenaga kesehatan setempat tentang KB lendir serviks. Sedangkan pengetahuan secara tidak langsung dapat diperoleh dari berbagai media baik media cetak maupun media elektronik.

  Dengan demikian pekerjaan seseorang juga dapat mempengaruhi dari pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks.

  Sesuai dengan pendapat Wahid Iqbal Mubarok (2007) bahwa lingkungan pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi seseorang tersebut dalam menerima suatu informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Informasi secara langsung dapat seseorang peroleh dari tanya jawab langsung dengan narasumber yang sesuai, sedangkan informasi secara tidak langsung dapat diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun elektronik.

  Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar PUS (63%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang KB lendir serviks. Sehingga tenaga kesehatan hendaknya memberikan informasi yang benar dan akurat tentang KB lendir serviks. Sesuai dengan pendapat Saifuddin, AB (2006) bahwa salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan KB yaitu dengan memberikan informasi yang benar dan akurat melalui konseling, karena konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalan pelayanan.

  Walaupun perilaku seseorang tidak hanya semata dipengaruhi oleh pengetahuan saja, tetapi pengetahuan memiliki peranan yang cukup besar dalam menentukan perilaku seseorang terutama pada pemahaman PUS tentang KB lendir serviks. kenyataan ini sedikit banyak mampu memberi penjelasan terhadap gambaran pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks di Desa Balungtawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan tahun 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN

  . …

  1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada 100 PUS dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya PUS di Desa Balungtawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan tahun 2010 memiliki pengetahuan kurang tentang KB lendir serviks.

  2. Saran

  Perlu meningkatkan motivasi dan memberikan informasi yang benar serta akurat melalui konseling. penyuluhan yang diberikan kepada PUS tentang pengertian, cara kerja, keuntungan dan kerugian dari KB lendir serviks, sehingga pengetahuan PUS tentang KB lendir serviks akan menjadi lebih baik.

  Keluarga harus selalu memberikan dukungan dan motivasi pada PUS untuk meningkatkan pengetahuan tentang KB lendir serviks sebagai salah satu metode KB alamiah.

  Institusi pelayanan kesehatan hendaknya dapat lebih membina dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan, misalnya : ibu PKK, kader kesehatan dan tokoh masyarakat dalam pemberian informasi kesehatan tentang KB alamiah khususnya tentang KB lendir serviks.

  Bagi penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji cobakan dahulu sehingga hasilnya lebih representatif . Di harapkan hasil penelitian ini dapat menambah kumpulan buku dan acuan untuk pembelajaran berikutnya.

  . . . DAFTAR PUSTAKA . . .

  Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisa Data . Jakarta: EGC.

  Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan .

  Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 . Jakarta: EGC. Wahid, Iqbal M. (2007). Promosi Kesehatan:

  Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.

  Soekodjo Notoatmodjo. (2002). Metodologi

  Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Rineka Cipta.

  Jakarta: YBPSP. Soekodjo Notoatmodjo, (2003). Ilmu

  Medika. Saifuddin, A.B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi .

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba

  Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan

  Hidayat, Aziz Alimul A. (2007). Metode

  Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta. BKKBN. (2005a). Alkon Hilang Anak Tak Terbilang. Surabaya. BKKBN. (2005b). Pelaksanaan Pelayanan

  berencana dan kontrasepsi . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

  Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga

  dan kesehatan reproduksi . Jakarta: EGC.

  Glasier. Anna. (2005). Keluarga Berencana

  Kontrasepsi dan kesehatan Seksual reproduksi. Jakarta: EGC

  Surabaya. Everett. Suzanne. (2007). Buku Saku

  BKKBN. (2008). Pedoman Pos Konseling dan Pasca Kelahiran Bagi Ibu.

  Peningkatan Partisipasi Pria Dalam KB dan KR. Surabaya.

  . Jakarta. BKKBN. (2006). Tanya Jawab Tentang

  keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Bagi Penduduk Miskin

  Yogyakarta : Graha Ilmu. Wiknjosastro, Hanifa, (2002). Ilmu Kebidanan . Jakarta : YBPSP. Wiknjosastro, Hanifa, (2005). Ilmu Kandungan . Jakarta : YBPSP.