Perilaku Maternal dan Rasa Ingin Tahu

PERILAKU MATERNAL DAN MOTIF INGIN TAHU
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI UMUM

DISUSUN OLEH
ANGGI SEPTIYANI /201460046

PERILAKU MATERNAL
A. PENGERTIAN
Perilaku maternal/maternal behavior adalah tingkah laku ibu yang sebetulnya bagi anak
diharapkan untuk mendapatkan dan meningkatkan kedekatan dengan ibu. Perilaku maternal
biasanya dipakai untuk menunjukkan hubungan.
Perilaku maternal merupakan bentuk dari attachment behavior yaitu beberapa bentuk perilaku
yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahakan kekuatan dengan seseorang yang
dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat merasakan
takut ,sakit atau terancam. Ada dua stimulus yang membuat seseorang merasa terancam yaitu:
a) Stimulus yang berbentuk besar,suaranya keras,datang secara tiba tiba,dan berubah
dengan cepat.
b) Objek yang asing bagi anak.
Sedangkan bentuk bentuknya pada manusia sangat bervariasi dan dapat diamati pada semua
anak. Tingkah laku ini dipergunakan untuk mencari dan mempertahankan kelekatan,serta tujuan
yang diharapkan dari tingkah laku ini adalah kedekatan dengan ibu atau seseorang yang mampu

memberikan perlindungan.
B. MATERNAL BONDING
Menurut Megawangi (2003) ada 3 kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi yaitu:
1. Maternal bonding(kelekatan psikologis dengan ibu)
Maternal bonding yang diberikan seorang ibu kepada anak berperan dalam
pembentukan dasar kepercayaan anak kepada orang lain(trust). Kekuatan ini membuat
anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa
percaya.
2. Rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan
aman,kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang
berubah ubah akan membahayakan perkembangan emosi anak.
3. Stimulasi fisik dan mental
Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental membutuhkan perhatian yang besar dari
orangtua dan reaksi timbal balik antara ibu dan anaknya. Menurut pakar pendidikan
anak,seorang ibu yang sangat perhatian(yang diukur dari seringnya ibu melihat mata
anaknya,mengelus,menggendong,dan berbicara pad anaknya)terhadap anaknya yang
berusia dibawah enam bulan akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak
yang gembira antusias mengeksplorasi lingkungannya,dan menjadikannya anak yang
kreatif.

C. POLA ASUH
Ada beberapa contoh perilaku maternal yang ditunjukkan orang tua pada anaknya salah satunya
adalah pola asuh. Hurlock Hardy&Heyes mengkategorikan jenis pola asuh menjadi tiga yaitu:
1. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini memiliki ciri orangtua membuat semua keputusan ,anak harus
tunduk,patuh,dan tidak boleh bertanya. Kekuasaan orang tua dominan. Anak tidak

diakui sebagai pribadi. Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat,orangtua
menghukum anak jika anak tidak patuh. Pola asuh otoriter cenderung membatasi
perilaku kasih sayang,sentuhan,dan kelekatan emosi antara orangtua dengan anak. Studi
yang dilakukan Fagan(dalam Badingah 1993) menunjukkan bahwa ada keterikatan antara
faktor keluarga dan tingkat kenakalan keluarga,dimana keluarga yang broken home
,kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga,dan orangtua yang otoriter
cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah. Pada akhirnya hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas karakter anak.
2. Pola asuh demokratis
Pada suatu hari ada seorang Ayah yang memasang paku di dinding ruang tamu untuk
memajang sebuah lukisan yang baru saja ia beli dari toko. Tiba tiba anaknya laki laki yang
berumur 6 tahun masuk dan berkata pada ayahnya,”Pa,jangan taruh lukisan disitu,taruh
saja dibawah”. Papanya menanggapi perkataan anaknya “oh,jadi idemu mau taruh

lukisan ini dibawah? Dibawah yang sebelah mana nak?” Namanya anak kecil asal tunjuk
saja tempatnya,anak itu menunjuk dipojok belakang meja tamu. Lalu ayahnya membawa
lukisan itu dan meletakkannya ditempat yang ditunjuk anaknya. Lalu papanya berkata,”
sudah nak” Lalu mereka berdua mundur sampai di depan pintu masuk dan papanya
berkata “nah kalau idemu disitu orang tidak akan melihat lukisan yang indah itu nak”.
Peristiwa diatas merupakan contoh dari pola asuh demokratis. Orangtua mendorong
anak untuk membicarakan apa yang anak inginkan. Ada kerjasama antara orangtua dan
anak,anak diakui sebagai pribadi. Ada pengarahan dan bimbingan dari orangtua. Ada
kontrol dari orangtua yang tidak kaku.
3. Pola asuh permisif
Ciri pola asuh permisif adalah orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak
untuk berbuat. Dominasi pada anak,sikap longgar atau kebebasan dari orangtua,kontrol
dan perhatian orangtua sangat kurang. Pola asuh permisif yang cenderung memberi
kebebasan pada anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi pembentukan
karakter anak. Bagaimanapun anak tetap memerlukan arahan dari orangtua untuk
mengenal mana yang baik dan mana yang salah. Dengan memberi kebebasan yang
berlebihan apalagi terkesan membiarkan akan membuat anak bingung dan berpotensi
salah arah.
Pola asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan karakter anak. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orangtua yang demokratis

lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam hal kemandirian dan tanggung jawab. Sementara
orangtua yang otoriter merugikan,karena anak tidak mandiri,kurang bertanggung jawab serta
agresif,sedangkan orangtua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri
di luar rumah. Menurut Arkoff(dalam Badingah 1993) anak yang dididik secara demokratis umumnya
cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk
kebencian yang sifatnya sementara saja. Sedangkan anak yang dididik dengan pola asuh otoriter,memiliki
kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk yang merugikan. Sedangkan anak
dengan pola asuh permisif cenderung mengembangkan tingkah laku agresif secara terbuka atau terang

terangan. Sebagai contoh,ada seorang anak yang cenderung bertingkah laku hiperaktif karena pola asuh
yang digunakan orangtuanya otoriter dank eras dalam menghadapi anak tersebut. Alhasil baru berusia 6
tahun perilaku anak tersebut kasar dan bicaranya pun juga kasar,sama seperti apa ygn dilakukan
orangtuanya. Karena itu teladan sikap orangtua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak. Hal ini
penting karena dalam fase perkembangan manusia usia anak adalah tahapan untuk mencontoh perilaku
orang disekitar mereka,terutama perilaku orangtua.

MOTIF INGIN TAHU
Manusia dikaruniai naluri atau sifat dasar untuk mengetahui nama nama segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini. Pendekatan psikologis memperlihatkan ada tiga aspek potensi dasar yang dimiliki manusia
yaitu aspek kognisi,aspek afeksi,dan aspek motorik. Rasa ingin tahu manusia mendasari segala aspek dari

kognisi manusia yang senantiasa menanyakan segala sesuatu yang ada di sekitar dirinya bahkan
keberadaan diri manusia sendiri senantiasa menjadi permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu
manusia. Keingintahuan manusia merupakan emosi yang dimiliki manusia dalam mendorong
terwujudkan perilaku seperti eksplorasi,investigasi,dan belajar. Hal ini termasuk sebagai mekanisme
kejiwaan manusia dalam upaya mencari dan menemukan informasi dari interaksi kehidupan manusia
dengan lingkungannya dan mahluk mahluk lainnya.
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat satu
dorongan ,motif adalah dorongan,sedangkan motivasi adalah proses yang berlangsung pada intensitas
,arah dan lamanya berlangsung,upaya individu kea rah pencapaian sasaran. Motivasi hanya ada di dalam
diri manusia,sedangkan motif ada di dalam diri manusia dan hewan.
Menurut Melvin H.Marx motif ingin tahu (curiosity) merupakan kebutuhan organismis,setiap orang
berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan untuk
mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecenderungan untuk
memahami dan memberi arti pada apa yang dialami,bila informasi yang diperoleh bersifat terbatas maka
orang akan mencari jawaban sendiri. Orang akan menarik kesimpulan sendiri tanpa menunggu informasi
itu lengkap terlebih dahulu. Remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang
belum atau kurang diketahui dampak negatifnya. Contohnya adalah motif ingin tahu seorang remaja
akan narkoba,sifat ini akan semakin berbahaya jikalau didukung oleh dorongan dari temannya yang
pemakai narkoba.
Motif ingin tahu adalah sifat penting dari jenius. Para ilmuwan adalah karakter orang yang punya motif

ingin tahu seperti Albert Einstein dan Richard Feynman yang dikenal karena petualangannya yang berasal
dari rasa ingin tahu. Mengapa curiosity ini begitu penting?
Berikut alasannya:
1. Membuat fikiran aktif
Curiosity atau motif ingin tahu orang selalu mengajukan pertanyaan dan mencari
jawaban dalam pikiran mereka. Pikiran mereka selalu aktif karena pikiran adalah

seperti sebuah otot yang menjadi kuat melalui latihan secara terus menerus ,latihan
mental yang disebabkan rasa ingin tahu membuat pikiran anda lebih kuat.
2. Membuat fikiran jeli akan ide baru
Ketika kita ingin tahu tentang sesuatu,pikiran kita akan mengasntisipasi ide ide yang
muncul terkait dengan itu. Tanpa rasa ingin tahu,ide yang muncul mungin akan
hilang begitu saja.
3. Membuka dunia baru dan kesempatan
Dengan motif ingin tahu kita akan dapat membuka pikiran kita ke dunia yang baru
dan semakin membuka peluang untuk mengembangkan otak kita.
4. Membuat hidup menjadi menyenangkan dan tidak membosankan
Kehidupan orang yang ingin tahu jauh dari membosankan. Selalu ada hal baru yang
menarik perhatian mereka.
Manusia diberi rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap sesuatu. Rasa ingin tahu itu

terkadang menjurus pada dua cabang pembelokan dua sisi,yaitu positif dan negative. Rasa ingin
tahu positif akan memberikan dampak yang berguna apakah itu untuk dirinya sendiri ataupun
orang banyak. Rasa ingin tahu positif yang kuat adalah modal bagi para ilmuwan untuk menjadi
seorang ahli di bidangnya. Rasa ingin tahu positif yang kuat ini terkadang menjadi sebuah
pendorong bahkan ketika kegagalan terjadi. Dengan rasa ingin tahu positif yang kuat kegagalan
hanyalah menjadi kerikil untuk mencapai sebuah gunung raksasa. Rasa ingin tahu inilah yang
menjadi awal dari sebuah fantasi imajinasi yang pada akhirnya menghasilkan karya besar.
Rasa ingin tahu negative seringkali menimbulkan kerugian pada diri manusia itu sendiri,padahal
rasa ingin tahu negative seharusnya dapat dihindarkan dengan pengalihan pikiran dan
pengacuhan timbulnya rasa ingin tahu tersebut. Pikiran pikiran negative yang tak kunjung usai
yang bermula dari rasa ingin tahu berubah menjadi sebuah rantai yang bila tidak cepat diputus
akan menimbulkan terkurasnya energy yang sangat besar.

KESIMPULAN
Tujuan yang diharapkan dari tingkah laku maternal adalah kedekatan dengan ibu atau seseorang
yang mampu memberikan perlindungan. Untuk mewujudkan tingkah laku maternal salah
satunya adalah pola asuh seorang dewasa terhadap anaknya. Pola asuh yang demoktratis
memberikan efek yang bagus bagi perkembangan karakter anak. Teladan sikap dan perilaku
orangtua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak. Hal ini penting karena dalam fase
perkembangan manusia usia anak adalah tahapan untuk mencontoh perilaku orang disekitar

mereka,terutama perilaku orangtua.

Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat satu
dorongan.Rasa ingin tahu manusia mendasari segala aspek dari kognisi manusia yang senantiasa
menanyakan segala sesuatu yang ada di sekitar dirinya. Keingintahuan manusia merupakan
emosi yang dimiliki manusia dalam mendorong terwujudkan perilaku seperti
eksplorasi,investigasi,dan belajar.