bab 6 indeks harga dan inflasi1

BAB 6
INDEKS HARGA DAN INFLASI
KOMPETENSI INTI
4.

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

KOMPETENSI DASAR
4.3. Menghitung indeks harga dan inflasi (konsep, faktor penyebab dan dampak inflasi
terhadap perekonomian Indonesia)
PETA KONSEP

1

Kata Kunci:
1. Kebijakan fiskal

2. Kebijakan moneter


3. Inflasi

4. Angka indek

5. Demand full inflation

6. Cost push inflation

7. imported inflation
10. Devaluasi

8. Inflasi dalam negeri

9. Deflasi

11. Depresiasi

12. Apresiasi

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan dapat:
 Mendeskripsikan indeks harga terkait dengan jenisnya serta menguasai metode
perhitungannya
 Menghitung indek harga dengan berbagai macam metode
 Mendeskripsikan inflasi serta mengetahui jenis-jenis inflasi
 Membedakan teori-teori inflasi dari berbagai sudut pandang
 Mendeskripsikan perbedaan deflasi, devaluasi, depresi, apresiasi, dan revaluasi
dan hubungannya dengan inflasi
 Mendiskripsikan dampak inflasi terhadap perekonomian

PENDAHULUAN
Gambar keadaan/suasana pasar tradisional menjelang hari raya idhul fitri dimana banyak
pembeli dan barang tidak seimbang dengan permintaannya.

Kenaikan harga barang-barang secara umum hampir terjadi di sepanjang tahun,
terutama pada saat menjelang hari raya idul fitri. Sering kali ibu-ibu rumah tangga
menjerit karena naiknya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kenaikan harga
barang tersebut merupakan gejala adanya inflasi.
Coba anda amati gambar dan ilustrasi di atas adalah kondisi/suasana pasar
tradisional menjelang lebaran. Setelah mengamati berilah suatu simpulan atau diskripsi

menurut anda apa yang terpikir oleh anda jika dikaitkan masalah harga sembako.
Pertanyaan-pertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan
gambar tersebut ?. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah
2

anda jawab menurut anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah
tersebut pelajarilah pengembangan konsep berikut ini!
PENGEMBANGAN KONSEP
Pada kurun waktu 1996-2001, Indonesia mengalami goncangan ekonomi
dahsyat yang sering disebut dengan krisis ekonomi. Seluruh bangunan perekonomian
yang dimiliki Indonesia terguncang hebat. Lembaga keuangan banyak yang bangkrut,
produksi nasional turun, dan harga terus membumbung tinggi. Krisis ekonomi Yang
terjadi dapat diukur dan dianalisa dari indek harga maupun menurut inflasi dari nilai
uang, dengan demikian dapat diambil kebijakan agar krisis ekonomi terkait dapat
ditanggulangi.
Pada kesempatan kali ini kita akan memfokuskan diri pada inflasi. Akan tetapi,
sebelum masuk pada inflasi, pembahasan akan diawali dengan indeks harga, karena
indeks harga merupakan salah satu dasar perhitungan yang digunakan untuk
menentukan inflasi suatu negara.
Pada bab ini akan dibahas mengenai indek harga dari berbagai metode, inflasi,

deflasi, devaluasi, revaluasi, depresiasi, dan apresiasi
A. INDEKS HARGA
Dari waktu ke waktu, suatu perekonomian pasti selalu mengalami kemajuan
atau kemunduran. Di suatu saat, produksi meningkat, tetapi di saat lain menurun.
Begitu pula dengan keuntungan perusahaan, harga barang, dan biaya hidup maupun
pendapatan nasional. Untuk melakukan perbandingan antara variabel yang sama
(misal: produksi, keuntungan, harga, dan sebagainya) dalam dua waktu yang berbeda,
diperlukanlah sebuah angka indeks. Melalui angka indeks, kita dapat mengetahui maju
mundurnya suatu usaha atau kegiatan, naik turunnya pendapatan, harga, dan
sebagainya. Bayangkan jika kita dihadapkan pada data sebagai berikut. Penjualan
eceran pada tahun 2011 adalah Rp 200.000.000 dan penjualan pada tahun 2013
adalah Rp 250.000.000. Peningkatan sebesar Rp 50.000.000 itu nampaknya sangatlah
besar. Namun jika penjualan pada tahun 2013 tersebut dinyatakan dalam sebuah
indeks berdasarkan penjualan tahun 2011, ternyata peningkatannya tersebut kurang
dari 1 persen saja. Melalui pembuatan angka indeks, kita dapat mengukur secara
kuantitatif terjadinya perubahan dalam periode waktu yang berlainan, antara lain
3

indeks harga untuk mengukur perubahan harga, indeks produksi untuk mengetahui
perubahan kegiatan produksi, indeks biaya hidup untuk mengukur tingkat inflasi, dan

sebagainya.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan angka indeks? Sejauh manakah
pentingnya angka indeks? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada bab ini kita
akan membahas secara lebih rinci mengenai pengertian, peranan, jenis, serta cara
penyusunan angka indeks. Pembahasan akan lebih dikhususkan pada angka indeks
yang paling banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah, masyarakat umum, dan
pengusaha, yaitu indeks harga.
Gambar : 6.1.
Gambar suasana kerusuhan dan pembakaran mall di Klender
Keterangan gambar: Kerusuhan dan pembakaran Mall mengakibatkan krisis ekonomi
tahun 1998 yang mempengaruhi harga-harga barang secara keseluruhan

1.

Pengertian Indeks Harga
Penyusunan angka indeks bukanlah inovasi terbaru. Pada tahun 1764, seorang

warga negara Italia bernama G. R. Carli telah dianggap sebagai orang pertama yang
melaporkan angka indeks. Angka-angka indeks yang disusunnya tersebut digabungkan
dalam laporan yang dibuatnya mengenai fluktuasi harga di Eropa pada tahun 1500

sampai 1750. Saat ini, berbagai pihak seperti organisasi, lembaga, perusahaan,
pemerintahan maupun individu, selalu terlibat dalam pembuatan atau paling tidak
pemantauan dan analisis angka-angka indeks tertentu. Telah disinggung bahwa tujuan
pembuatan angka indeks salah satunya adalah untuk mengukur secara kuantitatif
terjadinya perubahan dalam periode waktu yang berlainan. Angka indeks dapat
mengukur perubahan relatif berbagai hal, mulai dari harga, kuantitas, nilai, atau halhal lainnya yang menjadi pusat perhatian. Secara umum, tiga perubahan sebagai
berikut dapat dianalisa dengan menggunakan angka indeks.
a. Sekumpulan atau sederetan nilai sebuah karakteristik dalam waktu yang
bersamaan dan tempat yang bersamaan. Sebagai contoh, harga beras di suatu kota
selama tahun 2.008 sampai dengan tahun 2012, penjualan makanan ringan di
sebuah swalayan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013

4

b. Dua buah atau Iebih karakteristik pada tempat dan waktu yang sama. Sebagai
contoh, pertambahan penduduk dibandingkan dengan pertambahan panen padi
selama tahun 2006 sampai dengan 2010.
c. Nilai sebuah karakteristik di beberapa tempat yang berlainan pada waktu yang
sama. Sebagai contoh, biaya hidup seharihari di kota Jakarta dibandingkan dengan
biaya hidup seharihari di kota Surabaya pada tahun 2012.

Secara ringkas dapat kita katakan bahwa angka indeks adalah sebuah rasio yang
umumnya dinyatakan dalam persentase yang mengukur satu variabel pada suatu
waktu atau lokasi tertentu relatif terhadap besarnya variabel yang sama pada waktu
atau lokasi lainnya. Melalui angka indeks, perbandingan data-data yang tidak serupa
dapat lebih mudah untuk dilakukan. Indeks juga memudahkan kita dalam membaca
perubahan dalam data karena indeks dibuat dalam persen. Dengan demikian,
perubahan yang terlihat besar secara absolut, akan lebih mudah untuk dipahami dan
dibaca.
Gambar : 6.2.
Gambar gedung Badan Pusat Statistik
Keterangan gambar: BPS merupakan badan yang menangani masalah statistik dari
berbagi macam bidang.
2.

Penyusunan Angka Indeks
Dalam menentukan angka indek tidaklah mudah seperti membalik telapak

tangan. Tetapi banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan angka
indek. Hal ini agar dapat diperoleh hasil perhitungan angka indek yang baik dan benar.
Beberapa persoalan penting dan perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks

adalah sebagai berikut.
a.

Menentukan tujuan.
Penentuan tujuan ini sangat erat kaitannya dengan data yang akan

dikumpulkan, sebab jika tujuan penyusunan angka indek tidak dirumuskan secara jelas
akan terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data. Misalnya seorang manajer
penjualan akan menghitung indek penjualan barang dalam rangka mengetahui pola
gerak musim, maka data tahunan yang dikumpulkan tidak akan berguna karena yang
diperlukan adalah data kuartalan atau bulanan atau musiman.
5

b. Menentukan jenis barang / jasa.
Sampel atau populasi barang yang akan diambil datanya harus jelas. Misalnya bila akan
menghitung angka indek sembilan kebutuhan pokok, maka hanya akan mengambil
sampel terbatas pada barang sembilan kebutuhan pokok saja, sedangkan barang di
luar sembilan kebutuhan pokok tidak perlu dikumpulkan.
c.


Memilih sumber data.
Agar tujuan perhitungan angka indek dapat tercapai, maka data yang

digunakan harus mempunyai sumber yang sama dan akurat. Misalnya data tentang
pengangguran yang dihimpun oleh Departemen Tenaga Kerja dan yang dihimpun oleh
Badan Pusat Statistik akan berbeda, karena mempunyai kepentingan yang berbeda.
Metode yang digunakan oleh Departemen Tenaga Kerja adalah metode pasif, yaitu
berdasarkan data pencari kerja di departemennya, sedangkan metode yang digunakan
oleh Badan Pusat Statistik adalah metode aktif, yaitu berdasarkan hasil sensus. Oleh
karena itu dalam penentuan sumber data harus konsisten dan akurat.
Gambar : 6.3.
Gedung Kementrian Tenaga Kerja sebagai sumber informasi tentang ketenagakerjaan
Keterangan gambar: Dalam memilih sumber data harus sumber data yang akurat.

d. Memilih tahun dasar.
Tahun dasar (base year) adalah tahun yang digunakan sebagai dasar
perhitungan perkembangan-perkembangan tahun berikutnya dan diberi nilai 100.
Dalam penentuan tahun dasar harus diperhatikan faktor-faktor berikut :
1)


Tahun dasar hendaknya dipilih keadaan yang normal atau keadaan ekonomi yang
stabil sehingga tidak dalam kondisi inflasi atau deflasi yang cukup tinggi.

2)

Tahun dasar hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh
dengan tahun yang akan dibandingkan (jangan lebih dari 10 tahun).

e.

Memilih faktor penimbang.
Dalam memilih faktor penimbang harus diperhatikan berdasarkan urutan

penting atau tidaknya suatu barang atau juga dengan kuantitas dari barang tersebut.

6

f.

Memilih metode.

Dalam memilih metode untuk menghitung angka indek juga harus diperhatikan

agar tujuan perhitungan angka indek dapat tercapai.
3.

Jenis Indeks Harga
Jika kita bicara masalah indek harga maka tidak terlepas dari berbagai masalah

disekitar kehidupan kita, seperti kenaikan harga barang-barang kebutuhan ataupun
tingkat kemakmuran masyarakat dan sebagainya. Berikut adalah beberapa jenis indeks
harga sebagaimana dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
a.

Indeks Harga Konsumen.
Seperti terkandung dalam namanya, indeks harga konsumen mengukur

perubahan harga sekelompok besar barang konsumsi yang dibeli konsumen. Di
Amerika Serikat, lndeks Harga Konsumen (IHK) berisi 400 jenis produk, termasuk bola
golf, hamburger, jasa pemakaman, atau pun biaya dokter gigi.
TABEL 6.1. INFLASI DI 10 KOTA SUMATRA
No Kota
1
Pangkal Pinang
2
Bandar Lampung
3
Palembang
4
Bengkulu
5
Lhokseumawe
6
Medan
7
Padang
8
Pematang Siantar
9
Jambi
10 Pekan Baru
11 Dumai
12 Banda Aceh
13 Sibolga
14 Batam
15 Padang Sidempuan
16 Tanjung Pinang
sumber: BPS

IHK Maret 2013
155,12
151,33
136,39
146,06
138,90
138,46
143,42
144,00
142,02
137,18
140,61
128,96
145,86
129,37
138,50
137,43

Inflasi (%)
1,70
0,97
0,85
0,72
0,46
0,42
0,34
0,30
0,10
0,04
- 0,01
- 0,12
- 0,18
- 0,27
- 0,50
- 0,87

Sementara di Indonesia, menurut buku Statistik Indonesia yang dikeluarkan BPS
pada tahun 2013 untuk 16 kota di pulau Sumatera, 10 kota mengalami inflasi dengan
inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang yaitu sebesar 1,70% seperti terlihat dalam
tabel 6.1 di atas.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar .
7

Pada indeks harga perdagangan besar (IHPB) harga yang dipergunakan adalah
harga produsen. Indeks itu berguna untuk mengukur perubahan harga selama dua
periode, bukan perubahan kualitas, kuantitas, atau penjualan. Barang-barang yang
diukur dengan indeks harga perdagangan besar adalah bahan mentah dan barang jadi
yang diperjualbelikan di pasar primer. Jenis barang-barang yang dipergunakan dalam
IHPB harus diklasifikasikan ke dalam sektor-sektor tertentu yang dapat dibagi lagi ke
dalam subsektor sebagai berikut.
1) Sektor pertanian dengan subsektor bahan makanan, tanaman perdagangan,
kehutanan, perikanan, peternakan dan perkayuan
2) Sektor pertambangan dan galian dengan subsektor batubara, aspal, pasir, batu kali,
dan kerikil.
3) Sektor industri dengan subsektor tekstil, pakaian jadi, barang-barang dan kulit,
makanan, minuman, kertas, barang cetakan, karet, dan plastik. Badan Pusat
Statistik (BPS) biasanya menerbitkan laporan indeks harga perdagangan besar di
sektor barang-barang ekspor, barang-barang impor, dan bahan bangunan secara
berkala.
Gambar 6.4
Gambar Grafik 10.1. dari hal. 75 buku laporan bulanan Data Sosial Ekonomi BPS
Keterangan gambar : Indeks Harga Perdagangan Besar .
c.

Indeks Harga yang Dibayar dan Diterima Petani.
lndeks harga yang dibayar dan diterima petani merupakan indeks harga

barangbarang yang dibeli dan dibayar oleh petani, baik untuk proses produksi maupun
untuk biaya hidupnya. Jika dalam indeks harga itu ikut dihitung pajak, gaji buruh tani,
dan bunga hipotik yang dibayar oleh para petani, maka indeks harga yang diperoleh
disebut indeks paritas. Indeks harga yang diterima petani meliputi pendapatan yang
diterima petani, sebesar 95% dari seluruh penerimaan dalam bentuk uang hasil
penjualan produk agrarianya.
Pada indeks harga yang dibayar petani ada dua kategori penting: (1) indeks
pembelanjaan untuk konsumsi rumah tangga dan; (2) indeks pembelanjaan untuk
produksi. Indeks harga yang dibayar petani digunakan untuk mengukur perubahan
harga dan dipengaruhi oleh perubahan kualitas barang-barang yang disimpan oleh
para pedagang. Perbandingan antara indeks harga yang diterima dan dibayar petani
8

disebut sebagai Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan salah satu indikator yang
secara tidak langsung dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan petani.
Gambar : 6.5
Gambar grafik 8.2 halaman 64 buku laporan bulanan Data Sosial Ekonomi BPS
Keterangan gambar: Indek harga yang diterima petani
4.

Jenis Angka Indek.
Angka indek sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, hampir semua aspek

kehidupan akan dilihat tingkat perkembangannya. Dari angka indek tersebutlah kita
bisa melihat tingkat perkembangannya. Angka indek dalam ilmu ekonomi dapat
dibedakan antara lain menjadi angka indek harga, jumlah dan nilai.
a.

Angka Indek Harga (Price Index).
Angka indek harga adalah angka indek yang menunjukkan perubahan harga

dari suatu periode ke periode lainnya. Angka indek harga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
∑Pn
Pon

= --------------- X 100 %

∑Po
Keterangan :
Pon = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Contoh:
TABEL 6.2. Harga sembilan kebutuhan pokok
Jenis Barang
Beras
Terigu
Gula pasir
Minyak goreng
Garam
Susu
Daging
Telur

Harga Tahun 2010
(Po)
Rp.7.700,Rp.6.500,Rp.12.500,Rp.9.000,Rp.3.000,Rp.25.000,Rp.60.000,Rp.12.000,-

HargaTahun 2011
(Pn)
Rp.8.200,Rp.7.500,Rp.13.500,Rp.10.000,Rp.4.000,Rp.27.500,Rp.65.000,Rp.13.500,9

Ikan asin
Rp.28.000,Rp.30.000,Jumlah
∑Po = Rp.163.700,∑Pn = Rp.179.200,Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2010
adalah 100, sedangkan angka indek tahun 2011 secara agregatif dapat dicari sebagai
berikut :
∑Pn
Pon = --------------- X 100 %
∑Po
Rp. 179.200,Pon = -------------------------- X 100 %
Rp.163.700,Pon = 109,468 %

= 109,47 %

b. Angka Indek Jumlah ( Quantyty Index )
Angka indek jumlah adalah angka indek yang menunjukkan perubahan
jumlah dari satu periode ke periode lainnya. Angka indek jumlah dapaat dirumuskan
sebagai berikut :
∑Qn
Qon

= --------------- X

100 %

∑Qo

Keterangan :
Qon = angka indek jumlah tahun n


= jumlah

Qn = Quantitas tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Qo = Quantitas tahun dasar.

10

Contoh :
Produksi Kain
Jenis Kain
A
B
C

Tahun 2010
(Qo)
60.000 m
55.000 m
28.000 m
∑ Qo = 143.000

Tahun 2011
(Qn)
80.500 m
50.000 m
32.000 m
∑ Qn = 162.500

Angka indek jumlah tahun 2010 sebagai tahun dasar diberi angka 100, sedangkan
angka indek jumlah tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut :
∑Qn
Qon = --------------- X 100 %
∑Qo
162.500
Qon = --------------- X 100 %
143.000
Qon = 113,64 %
c.

Angka Indek Nilai ( Value Index )
Angka indek nilai adalah angka indek yang menunjukkan perubahan nilai uang

dari suatu periode ke periode lainnya. Angka indek nilai dapat dirumuskan sebagai
berikut :
∑Vn
Von

= --------------- X

100 %

∑Vo
Keterangan :
Von = angka indek nilai tahun n
∑ = jumlah
Vn = nilai tahun n tahun yang akan dihitung indeknya yang besarnya
(Pn x Qn)
Vo = nilai tahun dasar yang besarnya ( Po x Qn).
11

Contoh :
Jenis Uang

Dollar US
Yen

Harga
Quantitas
2010 (Po) 2011 (Pn) 2010 (Qo) 2011
(Qn)
9.200
9.500
2
4
300
320
2
4

Vo
Po x Qn

Vn
Pn x Qn

32.800
36.000
1.200
1.280
34.000
37.280
∑ Po x Qn ∑ Pn x Qn
Angka indek nilai tahun 2010 sebagai tahun dasar diberi angka 100, sedangkan angka
indek nilai tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut :
∑Vn
V on = --------------- X 100 %
∑Vo
37.280
Von = --------------- X 100 %
34.000
Von = 109,65 %

TUGAS KELOMPOK
Pergilah bersama kelompok anda ke Bursa Efek jakarta (BEJ) kumpulkan data
indek harga saham gabungan, serta buatlah laporannya untuk diserahkan ke
gurumu !
Gambar 6.6
Gambar Gedung BEI
Keterangan gambar : indek saham gabungan dikeluarkan oleh lembaga ini
5.

Metode Perhitungan Angka Indek.
Metode perhitungan angka indek bisa dibedakan menjadi dua yaitu indek harga
tidak tertimbang dan indek harga tertimbang. Indek harga tertimbang masih dapat
beda-bedakan lagi menjadi tertimbang secara subyektif dan tertimbang secara
obyektif.

a.

Indek Harga Tidak Tertimbang.
12

Untuk mencari besarnya indek harga tidak tertimbang adalah dengan cara
membandingkan jumlah harga yang ingin dicari angka indeknya dengan jumlah harga
yang dianggap sebagai tahun dasar lalu dikalikan dengan 100 %. Perhitungan angka
indek ini sering disebut angka indek sederhana secara agregatif. Kata agregatif berarti
keseluruhan atau jumlah sehingga cara ini hanya dapat digunakan untuk mengukur
angka indek untuk beberapa jenis barang. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
∑Pn

Ion = --------------- X 100 %
∑Po
Keterangan :
Ion = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Contoh :
TABEL 6.3. Sembilan kebutuhan pokok pada tahun 2010 dan 2011
Jenis Barang

Harga Tahun 2010
(Po)
Beras
Rp.7.700,Terigu
Rp.6.500,Gula pasir
Rp.12.500,Minyak goreng Rp.9.000,Garam
Rp.3.000,Susu
Rp.25.000,Daging
Rp.60.000,Telur
Rp.12.000,Ikan asin
Rp.28.000,Jumlah
∑Po = Rp.163.700,-

HargaTahun 2011
(Pn)
Rp.8.200,Rp.7.500,Rp.13.500,Rp.10.000,Rp.4.000,Rp.27.500,Rp.65.000,Rp.13.500,Rp.30.000,∑Pn = Rp.179.200,-

Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2003 adalah
100, sedangkan angka indek tahun 2011 secara agregatif dapat dicari sebagai berikut :
∑Pn
Ion = --------------- X 100 %
∑Po
Rp. 179.200,13

Ion = -------------------------- X 100 %
Rp.163.700,Ion = 109,468 %

= 109,47 %

TUGAS MANDIRI
Data
Jenis Barang

Harga
2011
2012
A
Rp.800,Rp.850,B
Rp.1.300,Rp.1.250,C
Rp.960,Rp.1.000,D
Rp.450,Rp.480,E
Rp.2.100,Rp.2.000,Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga dengan
metode agregaif !

b. Indek Harga Tertimbang.
Perhitungan angka indek tertimbang selain memperhatikan tahun dasar (Po)
dan tahun yang dicari indeknya (Pn), juga harus mempertimbangkan faktor
penimbangnya (weight). Dalam menentukan faktor penimbang(W) dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1) Faktor penimbang secara subyektif.
Faktor penimbang secara subyektif penentuannya berdasarkan ukuran
penting atau tidaknya suatu variabel. Variabel yang dianggap sangat penting diberikan
faktor penimbang yang paling besar, sedangkan variabel yang dianggap kurang penting
diberikan faktor penimbang yang lebih kecil.
2) Faktor penimbang secara obyektif.
Faktor penimbang obyektif penentuannya berdasarkan jumlah variabel yang
bersangkutan, misalnya barang konsumsi akan dihitung berdasarkan jumlah yang
dikonsumsi oleh masyarakat
Ada beberapa metode / cara dalam perhitungan angka indek tertimbang diantaranya :
a) Angka Indek Tertimbang Secara Agregatif (Sederhana).
14

Dalam menghitung angka indek tertimbang

secara

agregatif (sederhana) dapat

dilakukan dengan rumus :

∑Pn x W
Ion

= --------------- ---------X

100 %

∑Po x W

Keterangan :
Ion = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
W = faktor penimbang
Contoh :
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W ) secara
secara subyektif tahun 2010 dan 2011 di Jakarta
Contoh:
TABEL 6.4. Harga sembilan kebutuhan pokok
Jenis Barang

Harga
2010 (Po)

Beras
Rp.7.700,Terigu
Rp.6.500,Gula pasir
Rp.12.500,Minyak goreng
Rp.9.000,Garam
Rp.3.000,Susu
Rp.25.000,Daging
Rp.60.000,Telur
Rp.12.000,Ikan asin
Rp.28.000,Jumlah
∑Po = Rp.163.700,-

Weight
2011 (Pn)
Rp.8.200,Rp.7.500,Rp.13.500,Rp.10.000,Rp.4.000,Rp.27.500,Rp.65.000,Rp.13.500,Rp.30.000,∑Pn =

(W)
20
14
16
15
19
8
10
12
6
∑W= 120

Rp.179.200,Untuk menghitung angka indek tertimbang secara agregatif dilakukan dengan
menggunakan contoh tabel berikut :
TABEL 6. 5. Indek Harga Tertimbang Agregatif
Jenis Barang

Harga

Weight

Harga Tertimbang
15

Beras
Terigu
Gula pasir
Minyak goreng
Garam
Susu
Daging
Telur
Ikan asin
Jumlah

2010 (Po)
Rp .7.700
Rp. 6.500
Rp.12.500
Rp. 9.000
Rp. 3.000
Rp.25.000
Rp.60.000
Rp.12.000
Rp.28.000
Rp.163.700

2011 (Pn)
Rp. 8.200
Rp. 7.500
Rp.13.500
Rp.10.000
Rp .4.000
Rp.27.500
Rp.65.000
Rp.13.500
Rp.30.000
Rp.179.200,-

(W)
20
14
16
15
19
8
10
10
6
118

Po x W
Rp.154.000
Rp. 91.000
Rp.200.000
Rp.135.000
Rp. 57.000
Rp.200.000
Rp.600.000
Rp.120.000
Rp.168.000
Rp.1.725.000

Pn x W
Rp.164.000
Rp.105.000
Rp.216.000
Rp.150.000
Rp. 76.000
Rp.220.000
Rp.650.000
Rp.135.000
Rp.180.000
Rp.1.896.000

∑Po

∑Pn

( ∑W )

( ∑Po x W )

( ∑Pn x W )

Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2010 adalah
100, sedangkan angka indek tertimbang secara agregatif tahun 2011 dapat dicari
sebagai berikut :
∑Pn x W
Ion = ----------------------- X 100 %
∑Po x W
Rp. 1. 896.000,Ion = -------------------------- X 100 %
Rp.1.725.000,I on = 109,91 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok pada
tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 9,91 % dibandingkan tahun dasar 2010
Gambar : 6.7.
Gambar kondisi pasar tradisional menjelang hari raya idhul fitri
Keterangan gambar: terjadi lonjakan harga menjelang hari raya idul fitri

16

TUGAS MANDIRI
Data
Jenis Barang

Harga
Weight
2011
2012
A
Rp.4.500,Rp.4.600,9
B
Rp.3.800,Rp.3.500,4
C
Rp.9.200,Rp.10.000,6
D
Rp.6.400,Rp.7.200,8
E
Rp.7.000,Rp.6.800,5
Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga terimbang agregatif !

b) Angka Indek Laspeyres.
Perhitungan angka indek Laspeyres (IL) merupakan angka indek tertimbang dengan
faktor penimbang (W) secara obyektif. Faktor penimbangnya ditentukan dengan
quantitas (Q) dengan menggunakan jumlah tahun dasar (Qo). Angka indek Laspeyres
(IL) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

∑Pn xQo
IL

= --------------- ---------X

100 %

∑Po x Qo

Keterangan :
IL = angka indek Laspeyres
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Qo = Quantitas tahun dasar.
Contoh :
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W ) secara
secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta
TABEL 6.6 TABEL HARGA SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
17

Jenis Barang
Beras
Terigu
Gula pasir
Minyak
goreng
Garam
Susu
Daging
Telur
Ikan asin
Jumlah

Harga (Rp.)
2011
2012
(Po)
Rp7.700
Rp6.500
Rp12.500
Rp9.000

(Pn)
Rp8.200
Rp7.500
Rp13.500
Rp10.000

Rp3.000
Rp4.000
Rp25.000
Rp27.500
Rp60.000
Rp65.000
Rp12.000
Rp13.500
Rp28.000
Rp30.000
Rp.163.700 Rp.179.200
∑Po

∑Pn

Kuantitas (Kg)
2011
2012

Po x Qo

Pn x Qo

2011

2012

693.000
65.000
312.500
144.000

738.000
75.000
337.500
160.000

(Qo)
90
10
25
16

(Qn)
98
11
28
18

7
12
24
56
11
251

7,5
14
28
62
13
279,5

21.000
28.000
300.000
330.000
1.440.000 1.560.000
672.000
756.000
308.000
330.000
3.955.500 4.314.500

∑Qo

∑Qn

∑ Po xQo

∑ Pn xQo

Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2011 adalah
100, sedangkan angka indek Laspeyres tahun 2012 dapat dicari sebagai berikut :
∑Pn x Qo
IL = ----------------------- X 100 %
∑Po x Qo
4.314.500
IL = -------------------------- X 100 %
3.955.500
IL = 107,983 % = 107,98 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok pada
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 7,98 % dibandingkan tahun dasar 2011
c)

Angka Indek Paasche.

Angka indek paasche merupakan angka indek tertimbang dengan faktor penimbang
secara obyektif. Faktor penimbangnya ditentukan dengan jumlah (Q) dengan
menggunakan jumlah tahun n (Qn).Angka indek Paasche dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
∑Pn xQn
IP

= --------------- ---------X

100 %

∑Po x Qn

18

Keterangan :
IP = angka indek Paasche
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Qn = Quantitas tahun n yang dicari indeknya.
Contoh :
Perkembangan harga barang sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang
(W ) secara secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta terlihat dalam tabel contoh
di bawah ini.
TABEL 6.7 HARGA BARANG SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
Harga (Rp.)
2011
2012

Jenis Barang
Beras
Terigu
Gula pasir
Minyak goreng
Garam
Susu
Daging
Telur
Ikan asin
Jumlah

Kuantitas (Kg)
2011
2012

Po x Qn

Pn x Qn

2011

2012

(Po)
Rp7.700
Rp6.500
Rp12.500
Rp9.000
Rp3.000
Rp25.000
Rp60.000
Rp12.000
Rp28.000
Rp163.700

(Pn)
Rp8.200
Rp 7.500
Rp13.500
Rp10.000
Rp4.000
Rp27.500
Rp65.000
Rp13.500
Rp30.000
Rp179.200

(Qo)
90
10
25
16
7
12
24
56
11
251

(Qn)
98
11
28
18
7,5
14
28
62
13
279,5

754.600
803.600
71.500
82.500
350.000
378.000
162.000
180.000
22.500
30.000
350.000
385.000
1.680.000 1.820.000
744.000
837.000
364.000
390.000
4.498.600 4.906.100

∑Po

∑Pn

∑Qo

∑Qn

∑ Po xQo

∑ Pn xQo

Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2011 adalah
100, sedangkan angka indek Paasche tahun 2012 dapat dicari sebagai berikut :
∑Pn x Qn
IP = ----------------------- X 100 %
∑Po x Qn
4.906.100
19

IP = -------------------------- X 100 %
4.498.600
IP = 109,058 % = 109,06 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga barang sembilan kebutuhan pokok
pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 9,06 % dibandingkan tahun dasar 2011
d) Angka Indek Dorbish dan Bowley.
Dorbish dan Bowley dalam menghitung angka indek menggabungkan antara angka
indek Laspeyres dengan angka indek Paasche dengan rumus sebagai berikut :
IL + IP
I on = -----------2
Keterangan :
I on = Angka indek tahun n menurut Dorbish dan Bowley.
IL = Angka indek Laspeyres.
IP = Angka indek Paasche
Berdasarkan contoh perhitungan angka indek Laspeyres dan angka indek Paasche di
atas maka dapat dihitung angka indek menurut Dorbish dan Bowley sebagai berikut :
IL + IP
I on = -----------2
107,98 % + 109,06 %
I on = --------------------------2
I on = 108,52 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok pada
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 8,52 % dibandingkan tahun dasar 2012
20

e) Angka Indek Marshall dan Edgeworth.
Jika Laspeyres menggunakan faktor penimbang Qo dan Paasche menggunakan faktor
penimbang Qn, maka Marshall dan Edgeworth menggabungkan kedua faktor
penimbang tersebut. Angka Indek Marshall dan Edgeworth dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

∑Pn x ( Qo + Qn )
I on = --------------- -----------------.x 100 %
∑Po x ( Qo + Qn )
Keterangan :
I on = angka indek Paasche
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Qn = kuantitas tahun n yang dicari indeknya.
Qo = kuantitas tahun dasar
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W) secara
secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta terlihat dalam tabel contoh di bawah
ini.
TABEL 6.8. HARGA SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
Jenis
Barang
Beras
Terigu
Gula
pasir
Minyak
goreng
Garam
Susu
Daging
Telur
Ikan
asin

Harga (Rp.)
2011 (Po)
2012 (Pn)

Kuantitas (Kg)
2011 2012 Qo +
(Qo)
(Qn) Qn
90
98
188
10
11
21
25
28
53

Po(Qo+
Qn)
1.447.600
136.500
662.500

Pn(Qo+Qn)

Rp 7.700
Rp6.500
Rp12.500

Rp8.200
Rp7.500
Rp13.500

1.541.600
157.500
715.500

Rp9.000

Rp10.000

16

18

34

306.000

340.000

Rp3.000
Rp25.000
Rp60.000
Rp12.000
Rp28.000

Rp4.000
Rp27.500
Rp65.000
Rp13.500
Rp30.000

7
12
24
56
11

7,5
14
28
62
13

14,5
26
52
118
24

43.500
650.000
3.120.000
1.416.000
672.000

58.000
715.000
3.380.000
1.593.000
720.000
21

Jumlah

Rp163.70 Rp.179.200 251 279,5
0
∑Pn
∑Qo
∑Qn
∑Po
Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka

530,5 7.782.100 8.500.600
∑Qo+ ∑Po (Qo + ∑Pn (Qo +
Qn
Qn)
Qn)
angka indek tahun 2011 adalah

100, sedangkan angka indek Marshall dan Edgeworth tahun 2012 dapat dicari sebagai
berikut :
∑Pn (Qo + Qn)
I on

= ------------------------------

X 100 %

∑Po (Qo + Qn)
8.500.600,I on = ----------------- X 100 %
7.782.100,I on = 109,232 %

= 109,23 %

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok pada
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 9,23 % dibandingkan tahun dasar 2011
f)

Angka Indek Irving Fisher.

Angka Indek Irving Fisher dicari dengan mengakarkan perkalian angka indek Laspeyres
dan angka indek paasche. Dengan demikian angka indek ideal Irving Fisher dapat
dihitung dengan rumus :
IF  IL x IP

Contoh :
Berdasarkan contoh perhitungan angka indek Laspeyres dan angka indek Paasche di
atas maka dapat dihitung angka indek menurut Irving Fisher sebagai berikut :
IF  IL x IP

IF = √ 108,52 x 109,06 %
IF = √ 11835,1912
IF = 108,78966
IF = 108,79 %

22

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok pada
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 8,79 % dibandingkan tahun dasar 2011

TUGAS MANDIRI
Data.
Jenis
Harga
Kuantitas
Barang
2011
2012
2011
2012
A
Rp.6.200,- Rp.6.700,40
39
B
Rp.4.500,- Rp.4.300,30
38
C
Rp.8.400,- Rp.9.000,60
70
D
Rp.2.400,- Rp.2.500,20
22
E
Rp.7.200,- Rp.7.000,51
60
Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga dengan metode :
a. Laspeyres.
b. Paasche
c. Dorbish and Bowley
d. Marshall Edgeworth
e. Irving Fisher

g)

Angka Indek Upah Riil.

Dalam menghitung angka indek upah riil harus mengetahui indek haga barang
konsumsi terlebih dahulu. Indek harga barang konsumsi yang dipergunakan dapat
secara regional maupun nasional. Angka indek upah riil dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Upah nominal
Indek upah riil = ------------------------------------- x 100 %
Indek harga barang konsumsi

Contoh :
Pak Muhammad Zein di Jakarta seorang karyawan yang punya penghasilan bersih
Rp.1.870.000,- sebulan. Jika di jakarta besarnya angka indek harga barang konsumsi
sebesar 120 % maka besarnya upah riil pak Muhammad Zein sebulan dapat dihitung
sebagai berikut :
Upah nominal
Indek upah riil = -------------------------------------------- x 100 %
Indek harga barang konsumsi
23

Rp.1.870.000
Indek upah riil = ----------------- x 100 %
120
Indek upah riil = Rp.1.558.333,33
h) Angka Indek Berantai.
Angka indek berantai adalah angka indek yang hasil perhitungannya diperoleh atau
dilakukan dengan cara membandingkan angka indek yang berada di atas atau di
bawahnya. Sesuai dengan namanya angka indek berantai, maka angka indek ini
dihitung secara berantai. Jadi berbeda hitungannya dengan angka indek biasanya yang
menggunakan tahun dasar sebagai tahun pembanding.
Contoh:
Perkembangan harga suatu barang selama 3 tahun berturut-turut sebagai berikut :

Contoh:
TABEL 6.9. HARGA SUATU BARANG SELAMA TIGA TAHUN BERTURUT-TURUT
Jenis Barang Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
A
Rp.4.000
Rp.4.300
Rp.4.900
B
Rp.4.800
Rp.5.300
Rp.5.500
C
Rp.5.000
Rp.6.000
Rp.6.100
Jumlah
Rp.13.800
Rp.15.600
Rp.16.500
Berdasarkan tabel di atas maka dapat kita hitung angka indek masing-masing tahun
dengan menetapkan tahun 2010 angka indeknya 100.
(1) Angka indek tahun 2011
Rp.15.600
------------ x 100 % = 113,04 %
Rp.13.800
(2) Angka indek tahun 2012

24

Rp.16.500
-------------- x 100 % = 105,77 %
Rp.15.600

TUGAS MANDIRI
Pak H. Murdani seorang pegawai negeri di DIY mempunyai penghasilan bersih
Rp.1.850.000,- sebulan, jika diketahui indek harga konsumen di kota Jogya 115 %
maka hitunglah upah riil pak H. Murdani sebulan
2.
Diketahui harga barang X selama tiga tahun berturut-turut sebagai berikut :
Tahun 2011 Rp.456.000,- tahun 2012 Rp.500.000,- dan tahun 2013 Rp.550.000,Berdasarkan data tersebut hitunglah indek harga berantai untuk tahun 2012 dan
2013 jika tahun 2011 ditentukan indeknya 100 %
1.

B. INFLASI.
1. Pengertian Inflasi
Pada semester satu, telah diperkenalkan konsep arus uang dan arus barang.
Secara sederhana, arus uang dan arus barang bisa dikatakan seperti ini. Arus barang
mengalir dari hasil produksi perusahaan ke pasar barang dan bertemu dengan arus
uang yang berasal dari pembelanjaan pemerintah dan rumah tangga atau konsumen.
Pada keadaan seimbang, maka penawaran hasil produksi sama dengan permintaannya.
Di sinilah harga tercipta. Begitu pula dengan uang yang tersedia di masyarakat (uang
beredar), jumlahnya tepat sesuai untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat. Jika
arus uang dan barang berada dalam keseimbangan, maka harga-harga akan stabil.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan barang
serta arus uang, maka harga-harga akan berubah. Inflasi terjadi apabila tingkat harga
dan biaya umum naik. Inflasi dengan demikian dapat dikatakan sebagai naiknya
harga-harga yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang
dan barang, atau turunnya nilai uang jika dibandingkan nilai atau harga barangbarang secara umum.
Gambar: 6.8
Gambar diambil dari grafik 8.3 halaman 67 buku laporan bulanan Data Sosial Ekonomi BPS
Keterangan gambar:Inflasi Pedesaan Februari 2011 – Februari 2013
Lalu harga manakah yang akan dipakai? Harga-harga sebagaimana dimaksud di
sini adalah tingkat harga umum, atau dengan kata lain, rata-rata tertimbang dari harga25

harga barang dan jasa dalam perekonomian. Tingkat harga umum biasanya
diperlihatkan oleh angka indeks harga. Terdapat beberapa jenis indeks harga
sebagaimana dikenal orang. Namun, angka indeks yang biasa dipakai untuk mengukur
tingkat inflasi adalah IHK (Indeks Harga Konsumen). IHK adalah indeks harga dari
barang-barang yang selalu dipakai oleh konsumen . Selain itu, IHK merupakan
gabungan dari beberapa indeks, antara lain indeks makanan, indeks sandang, dan
indeks perumahan. Itulah mengapa dengan menggunakan IHK akan diketahui pula
sumber inflasi mana yang lebih dominan dalam menentukan besarnya inflasi yang
terjadi.
Gambar : 6.9
Gambar sidang kabinet terbatas bidang ekuin
Ket gambar: Sidang kabinet terbatas ekuin sedang membahas inflasi tahun ybs.

2. Jenis-Jenis Inflasi
Dalam membedakan jenis-jenis inflasi ada beberapa sudut tinjauan sehingga dalam
membedakan jenis inflasi lebih fokus lagi.
Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi: (1) tingkat keparahan; (2) penyebab; dan (3) asalnya.
a.

Tingkat Keparahan Inflasi, berdasarkan tingkat keparahannya, dibedakan atas
beberapa macam sebagai berikut.
1)

Inflasi Ringan. Besar inflasi ringan berada di bawah 10% per tahun.

2)

Inflasi Sedang. Inflasi sedang berada pada kisaran antara 10 – 30% per tahun.

3)

Inflasi Berat. Inflasi berat memiliki besaran antara 30 – 100% per tahun.

4)

Hiper inflasi jika besaran inflasinya di atas 100 % per tahun.

Bagaimana dengan kasus Indonesia?
Secara tahunan atau jangka panjang, inflasi di Indonesia cenderung mengalami
kenaikaan. Pada tahun 2011 bulan September sebesar 4.61 %, dan kemudian pada
bulan April 2013 menjadi 5.57. Perhatikan perkembangan inflasi Indonesia setiap
bulannya dari bulan September 2011 sampai dengan bulan April 2013 sebagai
berikut
TABEL 6.10. INFLASI DI INDONESIA
26

No

Bulan

% Inflasi

27

September 2011
Oktober 2011
November 2011
Desember 2011
Januari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agustus 2012
September 2012

4.61 %
4.42 %
4.15 %
3.79 %
3.65 %
3.56 %
3.97 %
4.50 %
4.45 %
4.53 %
4.56 %
4.58 %
4.31 %

Oktober 2012

4.61 %

November 2012
4.32 %
Desember 2012
4.30 %
Januari 2013
4.57 %
Februari 2013
5.31 %
Maret 2013
5.90 %
April 2013
5.57 %
Sumber Perhitungan inflasi Bank Indonesia
Jika kita amati tingkat inflasi di negara tercinta ini mengalami kenaikkan dari tahun
2012 rata-rata sebesar 4,28 % dan tahun 2013 sampai dengan bulan April rata-rata
sebesar 5,34 %.
b. Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) demand
pull-inflation dan (2) cost push inflation. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk
masingmasing inflasi tersebut.
1). Demand-Pull Inflation. Inflasi jenis ini disebabkan karena kelebihan permintaan
efektif atas barang/jasa dan sering disebut juga sebagai inflasi sisi permintaan
( demand side inflation) . Permintaan dari masyarakat yang terlalu besar tidak dapat
dilayani oleh kapasitas produksi sehingga menyebabkan permintaan barang dan jasa
untuk setiap tingkat harga akan meningkat. Akibatnya, keseimbangan antara
permintaan dan penawaran awal akan terganggu dan mengakibatkan harga-harga
naik. Bila digambarkan dalam kurva, inflasi ini tampak dalam Peraga 6.1. Jika kita
perhatikan pada demand full inflation tampak adanya perubahan kurva permintaannya

28

yang berubah dari D1 ke D2 hal ini disebabkan adanya kenaikan permintaan terhadap
barang atau jasa sehingga mengakibatkan kenaikan harga barang atau jasa

PERAGA 6.1 Grfik Inflasi karena kelebihan Permintaan

permintaan (demand full inflation)
2). Cost-Push Inflation Inflation. Kenaikan biaya produksi ( cost-push) mengakibatkan
harga barang-barang yang ditawarkan akan naik. Pada akhirnya, harga ekuilibrium
menjadi naik. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi dari bahan-bahan
baku sering disebut dengan price-push inflation. Sementara bila disebabkan oleh
kenaikan upah atau gaji disebut wage push inflation
PERAGA 6.2 GRAFIK INFLASI KARENA KENAIKAN BIAYA PRODUKSI

Inflasi karena kenaikan biaya produksi (cost push inflation)
Jika kita perhatikan pada cost push inflation tampak adanya perubahan kurva
penawaran dari S1 ke S2, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi
sehingga akan berimbas terhadap harga barang atau jasa naik.

29

Meskipun pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga, kedua penyebab inflasi ini
memberikan efek yang berbeda pada jumlah barang dan jasa keseimbangan. Pada
demand-pull inflation, tambahan permintaan menyebabkan jumlah barang dan jasa
pada keseimbangan bertambah. Hal ini baik untuk perekonomian karena semakin
banyak barang dan jasa berarti semakin banyak produksi nasional, maka semakin besar
pula kesejahteraan negara yang bersangkutan. Sebaliknya, pada cost-push inflation,
kenaikan harga barang yang ditawarkan menyebabkan jumlah barang dan jasa pada
keseimbangan berkurang. Hal ini merugikan perekonomian negara karena PDB yang
dihasilkan berkurang sehingga kesejahteraan negara menurun. Kondisi ini, gabungan
antara kenaikan harga (inflasi) dan menurunnya produksi nasional, sering disebut
stagflasi. Hal lain yang dapat dipahami dari kedua penyebab inflasi ini, terutama coshpush inflation, adalah sebuah konsep yang disebut inflasi spiral ( spiral inflation), yaitu
kenaikan tingkat inflasi yang terjadi secara terus-menerus. Spiral inflation muncul dari
interaksi antara kenaikan harga output dengan kenaikan harga input. Peningkatan
tajam harga barang atau jasa dapat menyebabkan tuntutan kenaikan upah oleh serikat
pekerja guna memenuhi standar hidup anggotanya. Ketika perusahaan menyetujui
kenaikan upah tersebut, hal ini akan mendorong harga output untuk naik lagi karena
perusahaan berusaha mempertahankan keuntungan yang telah diperolehnya. Harga
yang lebih tinggi ini akan kembali direspon dengan tuntutan kenaikan upah lebih lanjut
dan seterusnya.
Gambar 6.10
Gambar karyawan perusahaan yang sedang demo menuntut kenaikan upah
Keterangan gambar: Demo karyawan menuntut kenaikan UMP untuk menutup laju inflasi

c.

Berdasarkan sumbernya
Inflasi berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi Inflasi dari dalam negeri
dan Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

1) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi ini timbul karena adanya inflasi di luar negeri yang mengakibatkan
naiknya harga barang di dalam negeri. Jenis inflasi ini banyak dialami oleh negaranegara sedang berkembang yang sebagian besar usaha produksinya mempengunakan
30

bahan dan alat dari luar negeri. Misalnya, inflasi yang terjadi di Jepang menimbulkan
inflasi pula di Indonesia karena kenaikan harga bahan cat, bahan foto, kendaraan, dan
bahan apa saja yang berasal dari sana membawa akibat naiknya harga-harga
produksi di Indonesia. Inflasi tersebut terjadi karena berdasarkan kaitan
antarnegara yang timbul dari perdagangan internasional.
Penularan inflasi dari luar bisa juga terjadi lewat kenaikan barang ekspor. Bila
harga barang ekspor naik maka ini juga berarti kenaikan penghasilan eksportir. Lebih
jauh kenaikan penghasilan ini akan menambah permintaan. Bertambahnya permintaan
berakibat pada demand pull inflation. Selain itu, bila barang-barang ekspor naik (karet,
kayu, dan sebagainya), maka biaya produksi dan barang yang menggunakan barang
tersebut dalam proses produksinya akan naik sehingga harga jual akan naik juga ( cost
push inflation). Inflasi yang berasal dari luar negeri ini dapat dinetralisir oleh
pemerintah melalui kebijakan perpajakan dan moneter.
2) Inflasi dalam negeri
Inflasi ini berasal murni dari gejolak perekonomian dalam negeri, baik dari sisi
permintaan maupun dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, meningkatnya investasi
swasta dalam negeri akan memacu permintaan dalam negeri. Bertambahnya
permintaan ini pada akhirnya akan menghasilkan demand-pull inflation. Sementara
dari sisi penawaran, kenaikan harga BBM yang merupakan barang produksi akan
menaikkan harga penawaran. Kenaikan harga penawaran akan menimbulkan coshpush inflation.
3. Penyebab Inflasi
Sejak dulu gejala inflasi dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Tetapi
untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi dan menentukan kebijakan untuk
mengatasinya sangat sulit. Kalau kecenderungan harga untuk naik pada batas tertentu
masih dapat dianalisis sebab-sebab inflasi dari segi ekonomi. Misalnya, inflasi timbul
sebab pemerintah mencetak uang terlampau banyak untuk mengatasi defisit APBN
atau pemberian kredit yang terlalu banyak melalui bank (pemerintah) sehingga jumlah
kredit dapat mempengaruhi kestabilan harga. Untuk mengatasi inflasi perlu
dikendalikan faktor-faktor dominan penyebab inflasi yang berbeda pada tiap negara.
Untuk Indonesia, faktor-faktor dominan tersebut adalah:
31

1) Jumlah Uang Beredar . Faktor moneter seperti terlalu banyaknya uang beredar di
masyarakat.
2) Administered Prices . Administered prices adalah harga barang dan jasa tertentu
yang tingkat harganya ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau BUMN,
seperti listrik, air, telepon, dan lain-lain.
3) Supply Shock. Fenomena supply shock, misalnya kekeringan, wabah ternak, gagal
panen (dari sisi domestik), dan naiknya suku bunga internasional serta harga
minyak dunia (dari sisi internasional).
4. Teori Inflasi
Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok. Masing-masing
kelompok menjelaskan inflasi melalui sudut pandang yang berbeda-beda. _
a. Teori Kuantitas. Teori kuantitas menyatakan bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh
uang beredar. Berangkat dari teori Irving Fisher, dengan menganggap kecepatan
sirkulasi transaksi dan output tetap, maka jumlah uang beredar berhubungan
langsung dengan kenaikan harga. Sehingga, semakin besar pertumbuhan jumlah
uang beredar akan menyebabkan inflasi yang semakin besar pula dengan tingkat
yang sama. Sebagai contoh, ketika bank sentral mengambil kebijakan moneter
dengan menambah jumlah uang beredar sebesar tiga kali lipat, menurut teori ini,
inflasi akan bertambah pula sebesar tiga kali lipat.
b. Teori Keynes. Menurut teori ini, Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup
di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Proses inflasi ini terjadi sebagai
proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat tersebut Misalnya, pemerintah pemerintah menjalankan defisit
anggaran yang dibiayai melalui pencetakan uang baru. Ataupun pengusaha swasta
yang ingin melakukan investasi baru setelah memperoleh dana pembiayaan dari
kredit bank. Sebagai akibatnya, terjadi lonjakan permintaan dan muncul inflasi
karena posisi penawaran tetap. Teori Keynes menyebut konsep ini sebagai
inflationary-gap. Proses inflasi akan terus berlangsung selama permintaan efektif
dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan
masyarakat. Inflasi akan berhenti bila permintaan efektif total tidak melebihi
32

jumlah output yang tersedia. Bila jumlah permintaan efektif dari semua golongan
masyarakat tetap melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga akan naik dan
inflasi akan terus ada.
c. Teori Strukturalis

Teori ini memberikan tekanan pada kekakuan dan struktur

perekonomian seperti yang terjadi di negara-negara berkembang. Kekakuan yang
terjadi di negara-negara berkembang berasal dari ketidakelastisan dari penawaran
barang dan jasa. Dengan tingkat teknologi yang rendah, penawaran tidak dapat
mengimbangi

cepatnya

pertumbuhan

penduduk

pertumbuhan
yang

cepat,

permintaan,
di

misalnya

negara-negara

akibat

dari

berkembang.

Ketidakseimbangan ini pada akhirnya akan menaikkan harga-harga dan
menimbulkan inflasi
5. Dampak Inflasi
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa inflasi ringan (antara 1% - 10% per
tahun) tidak merugikan, sebaliknya malah dapat mendorong perkembangan ekonomi
karena mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, dapat
diciptakan kesempatan kerja baru. Tetapi apabila inflasi mencapai laju lebih dari 10%,
maka dampaknya akan mulai terasa. Tidak setiap pelaku ekonomi merasakan dampak
negatif dari inflasi, meskipun kebanyakan pelaku merasakannya. Perhatikan beberapa
dampak inflasi di bawah ini:
a. Orang-orang Berpenghasilan Tetap. Orang yang berpenghasilan tetap seperti
karyawan tetap, guru, polisi, tentara, pegawai swasta, buruh tetap, pensiunan, dan
lain-lain, akan menderita akibat inflasi. Dengan adanya inflasi, harga barang akan
meningkat sementara gaji mereka tidak meningkat. Dengan demikian, inflasi
menyebabkan pendapatan riil merosot karena dengan jumlah gaji atau upah yang
diterima hanya akan lebih sedikit diperoleh barang atau jasa.
b. Orang-orang yang Berpenghasilan Tidak Tetap. Orang-orang yang tidak memiliki
penghasilan tetap mungkin tidak akan begitu terpengaruh inflasi karena mereka
bisa meminta upah yang mengikuti inflasi. Seorang seniman, misalnya. Ia bisa
menjual lukisannya dengan harga mengikuti inflasi. Begitu juga dengan buruh
lepas yang masih bisa menawarkan tenaganya sesuai dengan inflasi. Pedagang
yang mendapatkan perolehan dari keuntungan juga bisa menjual barang
33

dagangannya sesuai dengan inflasi. Meskipun demikian, untuk jangka panjang,
inflasi juga dapat merugikan mereka. Seorang pedagang, misalnya, akan kesulitan
mendapatkan pelanggan yang mampu membeli dagangannya bila inflasi terus
melaju tinggi.
c. Dunia Usaha. Inflasi menyebabkan biaya produksi barang dalam negeri menjadi
tinggi sehingga tak sanggup bersaing dengan barang impor. Selain itu, inflasi akan
menghambat perkembangan dunia usaha dan investasi karena modal yang
tersedia merosot nilainya.
d. Pemerintah. Inflasi akan menyulitkan pemerintah karena dapat mendorong
terjadinya defisit APBN yang berasal dari pembayaran bunga serta cicilan hutang
luar negeri cenderung meningkat.
e. Dampaknya terhadap perekonomian adalah:
(1) Produksi akan menurun.
Dengan adanya inflasi maka harga barang atau jasa secara umum naik, kenaikan
harga mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Dengan
demikian produsen juga akan menurunkan produksinya sehingga tidak terjadi
penumpukan barang (over produksi)
(2) Mengakibatkan anggaran defisit.
Kenaikan harga barang tersebut menjadikan produk barang dalam negeri tidak
mampu bersaing, sehingga menurunkan ekspor barang ke luar negeri sehingga bisa
terjadi defisit neraca pembayarannya.
(3) Pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri meningkat.
Dengan adanya inflasi akan terjadi penurunan nilai mata uang terhadap nilai atau
harga barang. Tidak tertutup kemungkinan dengan turunnya nilai mata uang
terhadap barang tersebut akan berimbas turunya nilai mata uang terhadap valas.
Dengan demikian akan menambah beban terhadap cicilan dan bunga utang luar
negeri
(4) Daya beli masyarakat menjadi menurun
Dengan adanya inflasi maka terjadi kenaikan harga barang atau jasa. Kenaikan
harga tersebut mengakibatkan penurunan jumlah permintaan, sehingga terjadilah
penurunan daya beli masyarakat

34

6. Perhitungan Laju Inflasi
Perhitungan laju inflasi digunakan dasar indek harga konsumen (IHK) dengan
dasar bulan atau tahun sebelumnya.
Contoh:
TABEL 6.11 Perkembangan indek harga konsumen
Bulan
Januari 2011
Februari 2011
Maret 2011
April 2011
Mei 2011
Juni 2011

IHK
186
192
194
202
208
216

Berdasarkan data di atas hitunglah laju inflasi pada:
a.

Bulan Maret 2011

b. Bulan April 2011
c.

Bulan Juni 2011

Jawab:
a.

laju inflasi bulan Maret 2011
194 – 192 x 100% = 2,08 %
192

b. laju inflasi bulan April 2011
202 – 194 x 100% = 4,12 %
194
c.

laju inflasi bulan Juni 2011
216 – 208 x 100% = 3,85%
208

7. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan salah satu penyebab keresahan masyarakat dan
mengakibatkan kekhawatiran pemerintah karena mengurangi pendapatan riil
masyarakat. Dengan tingkat pend