Psikologi kepribadian mischel dan rotter (4)

A. BIOGRAFI KURT LEWIN
Kurt Lewin (1890-1947) di sebut-sebut sebagai Bapak Psikologi Sosial karena buah karya dan pemikiranpemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam terhadap psikologi sosial terutama dalam masalah
dinamika kelompok dan penelitian tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut
juga sangat relevan bagi para pendidik dalam dunia pendidikan. Kurt Lewin lahir pada tanggal 9
September 1890 di desa Mogilno di Prusia (sekarang bagian dari Polandia). Dia adalah anak ke-dua dari
empat bersaudara. Dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi kelas menengah. Ayahnya memiliki sebuah toko
kelontong kecil dan pertanian. Mereka pindah ke Berlin ketika ia berusia 15 tahun dan dia terdaftar di
Gymnasium. Pada tahun 1909 Kurt Lewin memasuki Universitas Frieberg untuk belajar kedokteran. Dia
kemudian dipindahkan ke Universitas Munich untuk belajar biologi. Saat menjadi mahasiswa, ia mulai
banyak terlibat dalam pergerakan kaum sosialis. Perhatiannya pada masalah-masalah pergerakan sosial
muncul dan mendorongnya untuk berperan serta dalam memerangi anti-semitisme, menuntut
demokratisasi bagi institusi Jerman, dan perbaikan bagi hak-hak kaum perempuan. Bersama dengan
rekan-rekan mahasiswanya, ia mengorganisasikan diri untuk memberi pengajaran pada program
pendidikan orang dewasa yaitu kelas para pekerja perempuan dan laki-laki. Gelar doktornya diambilnya
di Universitas Berlin di mana ia mengembangkan minat dalam bidang filsafat ilmu dan psikologi Gestalt.
Gelar Ph.D nya diberikan pada tahun 1916, tapi pada saat itu ia sedang mengabdi pada militer Jerman.
Dia bahkan terluka dalam pertempuran. Pada Tahun 1926, Lewin diangkat menjadi profesor. Ketika
berada di Universitas Berlin, Lewin dan para mahasiswanya menerbitkan serangkaian makalah
eksperimental dan teoritis yang gemilang. Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan ahli
psikologi lainnya mengadopsi konsep pengaruh medan dalam ilmu fisika dan kimia ke dalam psikologi
Gestalt. Sedangkan adopsi teori medan dalam psikologi kepribadian dilakukan oleh Kurt Lewin yang

memakai asumsi gestalt: 1. Dasar pemahaman psikologi bukan elemen (gambaran rincian jiwa) tetapi
saling hubungan, pola atau konfigurasi. Elemen digambarkan untuk memahami saling hubungannya,
bukan wujud dan ukurannya. 2. Beberapa saling hubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain,
sehingga dapat dideskripsikan kecenderungan kepribadian bergerak menuju kesatuan gestalt. 3. Psikologi
seharusnya dipahami dalam bentuk teori medan (field theory), di mana “field” adalah sistem pengaturan
diri yang ditentukan oleh saling hubungan antar bagian-bagian dari unsur yang mendukung sistem itu.
Lewin meninggal karena serangan jantung di Newtonville, Massachussetts dalam usia 56 tahun pada
tanggal 11 Februari, 1947.

http://dewijunianthy1986.blogspot.co.id/2013/10/siapakah-kurt-lewin.html

Kurt Lewin (9 September, 1890 - 12 Februari 1947). Adalah seorang psikolog Jerman-Amerika, yang
dikenal sebagai salah satu pelopor modern sosial, organisasi, dan diterapkan psikologi di Amerika Serikat
[2] Kurt Lewin, diasingkan dari tanah kelahirannya, membuat kehidupan baru untuk dirinya sendiri.
Dalam kehidupan baru ini, Lewin didefinisikan dirinya dan kontribusinya dalam tiga lensa analisis;
penelitian terapan, penelitian tindakan, dan komunikasi kelompok yang persembahan besar untuk
bidang komunikasi. Lewin (/ ləviːn / lə-Veen) sering diakui sebagai "pendiri psikologi sosial" dan
merupakan salah satu yang pertama untuk mempelajari dinamika kelompok dan pengembangan

organisasi. Sebuah Tinjauan survei Psikologi Umum, diterbitkan pada tahun 2002, peringkat Lewin

sebagai 18 psikolog yang paling dikutip dari abad ke-20
Awal kehidupan dan pendidikan [sunting] Pada tahun 1890, ia lahir dalam keluarga Yahudi di Mogilno,
County Mogilno, Provinsi Poznań, Prussia (yang modern Polandia). Itu sebuah desa kecil sekitar 5.000
orang, sekitar 150 di antaranya adalah Yahudi. [4] Lewin menerima pendidikan Yahudi ortodoks di
rumah. [5] Dia adalah salah satu dari empat anak dilahirkan dalam sebuah keluarga kelas menengah.
Ayahnya memiliki sebuah toko umum kecil, dan keluarga tinggal di sebuah apartemen di atas toko.
Ayahnya, Leopold, yang dimiliki peternakan bersama dengan saudaranya Max; Namun, pertanian itu
dimiliki secara sah oleh seorang Kristen karena orang-orang Yahudi tidak dapat memiliki peternakan pada
saat itu. [4] Keluarganya pindah ke Berlin pada tahun 1905, sehingga Lewin dan saudara-saudaranya bisa
menerima pendidikan yang lebih baik. [4] Dari tahun 1905 sampai 1908, Lewin belajar di Kaiserin
Augusta Gymnasium, di mana ia menerima pendidikan humanistik klasik. [4] Pada tahun 1909, ia masuk
ke Universitas Freiburg untuk belajar kedokteran, tetapi dipindahkan ke Universitas Munich untuk belajar
biologi. Ia menjadi terlibat dengan gerakan sosialis dan hak-hak perempuan sekitar waktu ini. [6] Pada
bulan April 1910, ia dipindahkan ke Royal Friedrich-Wilhelms University of Berlin, di mana ia masih
seorang mahasiswa kedokteran. Pada semester Paskah 1911, kepentingannya telah bergeser ke arah
filsafat. Pada musim panas 1911, mayoritas kursus nya berada dalam psikologi. [4] Sementara di
Universitas Berlin, Lewin mengambil 14 program dengan Carl Stumpf. [4] Dia bertugas di tentara Jerman
saat Perang Dunia I dimulai. Karena luka perang, ia kembali ke Universitas Berlin untuk menyelesaikan
gelar Ph.D., dengan Carl Stumpf (1848-1936) supervisor tesis doktornya. Lewin telah menulis proposal
disertasi meminta Stumpf menjadi atasannya, yang telah menerima Stumpf. Meskipun Lewin bekerja di

bawah Stumpf untuk menyelesaikan disertasinya, hubungan antara mereka tidak melibatkan banyak
komunikasi. Lewin belajar asosiasi, kehendak, dan niat untuk disertasinya, tetapi ia tidak
membicarakannya dengan Stumpf sampai ujian doktor terakhirnya. [4] Karir dan kehidupan pribadi
[sunting] Pada tahun 1917, Lewin menikah Maria Landsberg. Pada tahun 1919, pasangan ini menyambut
putri mereka Esther Agnes, dan pada tahun 1922, putra mereka Fritz Reuven lahir. Mereka bercerai
sekitar tahun 1927, dan Maria berimigrasi ke Israel dengan anak-anak. Pada tahun 1929, Lewin menikah
Gertrud Weiss. putri mereka Miriam lahir pada tahun 1931, dan putra mereka Daniel lahir pada tahun
1933. [4] Lewin awalnya terlibat dengan sekolah psikologi perilaku sebelum mengubah arah dalam
penelitian dan melakukan pekerjaan dengan psikolog dari sekolah Gestalt psikologi, termasuk Max
Wertheimer dan Wolfgang Kohler. Dia juga bergabung dengan Psychological Institute dari Universitas
Berlin di mana dia mengajar dan memberi seminar di kedua filsafat dan psikologi. [6] Ia menjabat
sebagai profesor di Universitas Berlin 1926-1932, selama waktu itu dia melakukan eksperimen tentang
negara ketegangan, kebutuhan, motivasi, dan belajar. [5] Pada tahun 1933, Lewin telah mencoba untuk
menegosiasikan posisi mengajar sebagai ketua psikologi serta penciptaan sebuah lembaga penelitian di
Universitas Ibrani. [5] Lewin sering dikaitkan dengan Sekolah Frankfurt awal, berasal oleh sebuah
kelompok berpengaruh Marxis sebagian besar Yahudi di Institut Penelitian Sosial di Jerman. Tapi ketika
Hitler berkuasa di Jerman pada tahun 1933 para anggota Institute harus bubar, pindah ke Inggris dan
kemudian ke Amerika. Pada tahun itu, ia bertemu dengan Eric Trist, dari Tavistock Klinik London. Trist
terkesan dengan teori dan melanjutkan untuk menggunakannya dalam studi tentang tentara selama
Perang Dunia Kedua. Lewin berimigrasi ke Amerika Serikat pada bulan Agustus 1933 dan menjadi warga


negara naturalisasi pada tahun 1940. Beberapa tahun setelah pindah ke Amerika, Lewin mulai meminta
orang untuk mengucapkan nama-Nya sebagai "Lou-in" daripada "Le-Veen" karena salah mengeja
namanya oleh Amerika telah menyebabkan banyak panggilan telepon yang tidak terjawab. [4]
Sebelumnya, ia telah menghabiskan enam bulan sebagai profesor tamu di Stanford pada tahun 1930, [6]
tetapi pada imigrasi ke Amerika Serikat, Lewin bekerja di Cornell University dan untuk Stasiun Penelitian
Iowa Anak Kesejahteraan di University of Iowa. Kemudian, ia kemudian menjadi direktur dari Pusat
Dinamika Kelompok di MIT. Saat bekerja di MIT pada tahun 1946, Lewin menerima panggilan telepon
dari Direktur Connecticut State Inter Rasial Komisi [7] meminta bantuan untuk menemukan cara yang
efektif untuk memerangi prasangka agama dan ras. Dia mendirikan sebuah lokakarya untuk melakukan
'perubahan' eksperimen, yang meletakkan dasar bagi apa yang sekarang dikenal sebagai pelatihan
sensitivitas. [8] Pada tahun 1947, hal ini menyebabkan pembentukan National Training Laboratories, di
Bethel, Maine. Carl Rogers percaya bahwa pelatihan sensitivitas adalah "mungkin penemuan sosial yang
paling signifikan abad ini." [8] Setelah Perang Dunia II Lewin terlibat dalam rehabilitasi psikologis mantan
penghuni kamp pengungsi dengan Dr Jacob Baik di Harvard Medical School. Ketika Eric Trist dan A T M
Wilson menulis untuk Lewin mengusulkan jurnal dalam kemitraan dengan mereka yang baru

https://en.wikipedia.org/wiki/Kurt_Lewin#Biography

RIWAYAT HIDUP

Kurt Lewin (1890-1947) kelahiran Prussia Timur (sekarang Polandia) adalah seorang
psikologis eksperimental yang terkenal di University of Berlin yang melarikan diri
sebagai pengungsi dari regim Hitler. Ia kemudian menjadi seorang psikologis sosial di
Amerika dan mempelopori eksperimen klasik dalam komunikasi kelompok. Pada
awalnya Lewin adalah seorang psikologi individualistik kemudian berubah menjadi
psikologi sosial pada komunikasi kelompok kecil. Dan Lewin tercatat sebagai pendiri
riset dan pelatihan di dinamika kelompok dan untuk menciptakan gaya manajemen
partisipatif dalam organisasi.
Lewin memperoleh gelar Ph.D. di bidang Psikologi dari Royal Friedrich-Wilhelms
University of Berlin. Teori psikologi Lewin telah terpengaruh dari studi terdahulunya
mengenai pengobatan, matematik dan khususnya fisika. Lewin juga dipengaruhi
langsung oleh professor filsafatnya bernama Ernst Cassier yang mengilhami Lewin
dalam ilmu filsafat. Meskipun Lewin memperoleh gelar doktornya di University of
Berlin dan mengajar di sana setelah Perang Dunia I, ia bukan seorang Gestalist yang
fanatik. Psikologi gestalt menyelidiki proses subjective pengalaman individual; secara
keseluruhan, pada bagaimana individu merasakan lingkungan mempengaruhi perilaku

individu. Sebaliknya Lewin tertarik pada kekuatan yang mengarahkan tindakan
individual.
Dalam proses memperoleh gelar doktornya, Lewin terlibat dalam Perang Dunia I

sebagai seorang prajurit Jerman, tapi kemudian ia tertembak dan dirawat di rumah
sakit. Selama periode ini Lewin memanfaatkan waktunya untuk menulis “The War
Landscape” dipublikasikan tahun 1917 dan tesisnya mengenai “Habilitation”. Tahun
1921 Lewin mulai mengajar di Psychological Institute di University of Berlin sebagai
pengajar tidak tetap dan mulai mengembangkan reputasi akademisnya melalui
serangkaian eksperimen penting yang dilakukan oleh mahasiswa doktornya. Selama
1920-an, Lewin mulai memformalkan bidang teorinya yang juga disebut ‘group
dynamics and topological psychology’ dari Lewin).
Ketika mengembangkan teorinya, Lewin meminjam teori dari fisika (sebagai contoh
apa yang disebut orang ‘field of magnetic force’) tapi tidak diterapkankannya secara
keseluruhan. Malahan ia mengambil konsep fisika dan memberikannya makna khusus
untuk psikologi. Misalnya ketika ia menggunakan istilah valence, vector dan barrier.
Sumbangan Lewin bagi bidang psikologi di Amerika yaitu mengenai subjektivisme
pada tahun 1930-an. Termasuk di antaranya Edward C. Tolman dan Kurt Lewin
menawarkan tipe kognitif alternatif pada behaviorisme Clark Hull merupakan pusat
pembelajaran S-R dan berpedoman pada teori Freudian. Sumbangan Tolman “the
cognitivist for experimental psychology” dan Lewin “the cognitivist for social
psychology”, mempelopori pendekatan kognitif pada psikologi sampai sekarang.
Bahasan Lewin mengenai kognitif mendekatkan posisi teoritisnya pada ilmu
komunikasi sebagai produk dan keaslian komunikasi. Apa yang ada dipikiran manusia

merupakan sebuah produk penerimaan komunikasi, dan apa yang manusia katakan
diambil dari konten pada pikiran yang sama, maka dikatakannya konten melalui
transformasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Hubungan antara penekanan
bidang teori kognitif dan proses komunikasi manusia mengarahkan Lewin sebagai
nenek moyang studi komunikasi. Kemudian Lewin mengikuti pendekatan
fenomenologikal dalam teori risetnya yang dikombinasikan dengan ilmu alam.
Sebagai bagian dari proses Amerikanisasinya, Lewin berubah dari philosophical dan
fundamental psikologi menjadi lebih aplikatif. Tapi menurut Lewin, dengan
mengaplikasikan sebuah teori merupakan sebuah cara untuk menguji validitas. Namun
demikian karyanya termasuk praktis dan teoritis, risetnya secara jelas dikendalikan
dengan teori dan bukan oleh data.
Tahun 1932, Lewis Terman, kepala Departement of Psychology di Stanford University
menawarkan Lewin mengajar selama enam bulan, setelah ia terkesan dengan film
yang dibuat Lewin. Setelah menyelesaikan masa mengajarnya, Lewin kembali ke
Berlin tapi kemudian ia mengundurkan diri dari Psychological Institute di University

Berlin dan berimigrasi ke Amerika tahun 1933. Kepindahannya ke Amerika sangat
berpengaruh pada karya akademisinya, merubah dari keahlian awalnya pada persepsi
dan psikologi pembelajaran menjadi seorang psikologis sosial yang tertarik pada
prasangka, kepemimpinan otoriter, dan pengaruh kelompok.

Setelah berada di Amerika, pusat perhatiannya ada dalam pengaruh kelompok pada
perilaku individual. Lewin percaya bahwa identifikasi dengan sebuah kelompok
memberikan cara pandang pada seorang individu, sebuah perspektif dan sebuah
makna pribadi. Ketika seorang individu menerima informasi melalui sebuah proses
komunikasi, makna pesan ditentukan, bagian dimana kelompok milik seseorang.
Perhatian khusus Lewin ada pada fenomena kebencian pribadi di antara orang-orang
Yahudi dan ia menulis artikel topik ini tahun 1941 yang berargumentasi bahwa di
antara anggota kelompok minoritas senantiasa ada subjek kebencian pribadi.
Selama sembilan tahun di Iowa (setelah sebelumnya mengajar dua tahun di School of
Home Economics di Cornell University), Lewin mulai tertarik pada psikologi
kelompok khususnya yang berasal dari siswa doktoralnya, Ronald Lippitt yang datang
ke Iowa dengan gelar sarjana bidang kelompok dan dengan pengalaman sebagai
seorang eksekutif Pramuka. Kolaborasi Lewin dan Lippitt menghasilkan eksperimen
kepemimpinan kelompok pada pemimpin autocratic, democratic dan laissez-faire dan
berhasil menarik perhatian publik dan akademisi. Selain itu Lewin juga menjadi lebih
seorang psikologis sosial dalam pemikirannya dan berbeda dengan yang lainnya
(Gordon Allport, Muzafer Sherif, Theodore Newcomb, dan Daniel Katz) yaitu ia
mencoba menciptakan dalam laboratorium situasi penuh kekuasaan sosial yang
memberikan perbedaan besar. Lewin dan Lippitt melakukan riset pada kelompok
anak-anak pramuka di Iowa Child Welfare Research Station. Dan Margaret Mead

menyebut apa yang dilakukan Lewin dan lainnya sebagai ‘experimental anthropology’
karena menciptakan budaya kelompok dalam laboratorium mereka.
Setelah keluar dari Iowa tahun 1945, Lewin menjadi pengajar di MIT sampai
wafatnya tahun 1947. MIT merupakan tempat dimana Lewin mempimpin Research
Center for Group Dynamics di bawah Department of Economics and Social Sciences
yang berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Lewin beranggapan bahwa riset
terapan harus dibimbing dengan ketat dimana seseorang dapat menguji proposisi
teoritis antara riset dasar dan riset terapan yang mungkin valid dalam fisik dan kimia
tidak perlu hadir dalam ilmu alam.
Alex Bavelas, mahasiswa doktoral di Iowa mengatakan bahwa meskipun orang sedikit
otoriter dalam memimpin kerja kelompok, ia juga bisa dilatih untuk mendapatkan
gaya kepemimpinan demokratik. Bavelas membuat sketsa beberapa kemungkinan dan
menggunakannya dalam proyek manajemen partisipatif pada sebuah pabrik di
Virginia. Rangkaian eksperimen lapangan di pabrik Harwood menunjukkan bahwa

manajemen partisipatif mengarah pada peningkatan produktivitas. Kemudian, Lewin
menjadi terkenal di antara ilmuwan-ilmuwan organisasional dan di antara professor
manajemen bisnis.
Penelitian Lewin dengan mahasiswa doktoralnya di Child Welfare Research Station of
the University of Iowa didanai oleh Food Habits Committee of the National Research

Council di Washington D.C. Bertindak sebagai komite sekretaris eksekutif yaitu
Margaret Mead. Studi-studi Lewin mengenai gizi cocok dengan upaya Amerika untuk
mengatasi kekurangan makanan saat Perang Dunia II, di antaranya studi makan roti
gandum versus roti putih (terigu), meningkatkan konsumsi susu dan meyakinkan ibuibu untuk memberikan anak-anaknya minyak ikan dan jus jeruk sebaik dalam
memberikan susu. Selain itu studi Lewin yang dikenal dengan sebutan ‘sweetbreads
study’ merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan dan meningkatkan konsumsi
jenis-jenis daging yang tidak dikonsumsi orang-orang Amerika, seperti jantung sapi,
thymus (sweetbreads atau jerohan), hati, ginjal, kelenjar daging yang umumnya tidak
disukai oleh ibu-ibu rumah tangga di Iowa.
Studi eksperimen sweetbreads dari Lewin menjadi sebuah studi klasik mengenai
perbedaan antara komunikasi interpersonal interaktif (disajikan dengan kondisi
diskusi) dan komunikasi massa satu arah (kurang lebih sama dengan kondisi belajar di
kelas). Lewin mengeneralisasi hasil studi sweetbreads dan penelitian-penelitian
lainnya di Iowa ke dalam tiga tahap prosedur pada perubahan perilaku, meliputi tahap
unfreezing, moving dan freezing perilaku baru. Seterusnya, ketika perilaku seseorang
berubah, segera kembali pada perilaku tetap sebelumnya, meskipun perubahan
terakhir diinginkan. Pengaruh anggota kelompok lainnya pada perilaku individu
merupakan faktor penting dalam merubah dan mempertahankan beberapa perilaku.
Lewin kemudian menyimpulkan bahwa keputusan kelompok merupakan sebuah efek
‘freezing’ untuk tindakan berikutnya.

Selain itu dalam studi sweetbreads, Lewin menemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga
merupakan ‘gatekeepers’ pada pengenalan makanan baru untuk keluarga mereka.
Kemudian konsep gatekeepers dapat diaplikasikan untuk situasi komunikasi yang
lebih luas seperti untuk menyebarkan berita-berita melalui saluran komunikasi yang
ada dalam sebuah kelompok. Teori Lewin mengenai proses gatekeeping ini kemudian
digunakan oleh banyak ilmuwan yang perhatian pada studi peran gatekeeping di
media massa, misalnya David Manning White (1950), dll. Sekarang ini konsep
gatekeeping Lewin telah digunakan secara luas oleh ilmuwan komunikasi khususnya
dalam riset komunikasi organisasional dan studi-studi pada organisasi baru.
Ilmuwan-ilmuwan yang turut terpengauh oleh pemikiran-pemikiran Lewinian, di
antaranya Leon Festinger dengan studi ‘Wesgate housing’. Di sini Festinger
menemukan bahwa jarak fisik sangat mempengaruhi siapa berinteraksi dengan siapa.

Festinger, Schachter dan Bach merargumen bahwa satu alasan kuatnya dampak space
(ruang/jarak) pada siapa berinteraksi dengan siapa, dengan jaran fisik yang lebih
dekat, dua orang lebih suka untuk melakukan kontak satu dengan yang lainnya secara
tidak disengaja, dimana bisa menghasilkan persahabatan. Seperti ketika meraka
menjemur pakaian, atau membuang sampah, atau duduk di serambi, seseorang lebih
suka bertemu tetangga sebelah kamarnya daripada orang lain yang jarak tempat
tinggal empat atau lima rumah. Studi Wesgate ini kemudian diperteguh oleh penelitian
selanjutnya bahwa ruang/jarak merupakan faktor penting yang menentukan siapa
berbicara dengan siapa.
Selain itu karya Festinger lainnya yang juga terkenal yaitu teori ‘cognitive dissonance’
yang terpengaruh oleh balance theory dari Heider dan congruity principle (prinsip
harmoni) dari Osgood-Tennenbaum, sebaik field theory Kurt Lewin dan perspektif
Lewin mengenai Gestatlist yang dibawanya dari Berlin. Disonansi merupakan derajat
di saat individu menghadapi dua elemen kognisi yang bertentangan. Salah satu
dampak disonansi adalah seseorang akan menghindari terpaan pesan-pesan yang
bertentangan.
Alex Bavelas adalah peneliti yang mengembangkan sebuah tradisi riset laboratorium
secara eksperimen menciptakan jejaring (network) seperti chain (rantai), wheel (roda),
dan star (bintang). Kemudian, bagian dari dinamika kelompok Lewinian berevolusi ke
dalam riset matematika pada jejaring sosial.
(source: Everett M. Rogers, A History of Communication Study, A Biographical
Approach, The Free Press, New York, 1994.)
HASIL PENELITIAN KURT LEWIN
Kurt Lewin mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai peranan “suasana
kelompok” terhadap prestasi kerja dan efisiensi pekerjaan kelompok itu. Eksperiman
yang terkenal dari Lewin yaitu lippit dan white (1939-1940) yang bertujuan untuk
meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan terhadap suasana dan cara
kerja kelompok. Hasil eksperimennya diketahui bahwa cara dalm kepemimpinan ada
3, daiantaranya :
§ Otoriter adalah pemimpin menentukan segala-galanya yang akan dibuat kelompok.
§ Demokratis dimana kegiatan, tujuan umum, dan cara-cara kerja kelompok
dimusyawarahkan bersama.
Laissez-Faire adalah pemimpin yang acuh tak acuh dan menyerahkan§ penentuan
segala cara dan tujuan kegiatan serta cara-cara pelaksanaannya adalah kepada anggota
kelompok itu sendiri.

Hasil-hasil eksperimen yang dilakukan menyatakan bahwa cara-cara kepemimpinan
yang berlainan itu mempunyai pengaru-pengaruh yang berlainan pula terhadap
suasana kerja kelompok, cara-cara bertingkah laku dan cara kerja kelompok dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Dinamika Kepribadian
1. Enerji
Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari
perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam
tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis.
2. Tegangan
Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung
untuk menekan bondaris system yang mewadahinya.
3. Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan.
Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga,
sebanyak keinginan spesifik manusia.
Tindakan (Action)
Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan
psikologis.
Valensi
Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi
positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative
dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).
Vektor
Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang
mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu
dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan
psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah
tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari
satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai
valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan
ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif
(berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi
mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia,
misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau orang
harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan siang,
hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan

konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat
Iuas dari Miller dan Dollard.
Lokomosi
Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah
lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan
kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadidalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi
bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian
besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan
perubahan fokus persepsi dan proses atensi.
Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah
ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa
peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah
pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region)
dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta
atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa;
keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary),
sebagai berikut:
1. Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat
hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai
hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
2. Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau
peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di
luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
3. Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan
tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event
masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang
tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran
mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar
mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus
mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
Event digambarkan dalam suau topografi yang melibatkan unsur-unsur ruang hidup,
valensi, vektor, region, dan permeabilitas bondaris. Pada ilustrasi berikut (Gambar
14a, 14b, dan 14c) dicontohkan event seorang anak yang menginginkan permen yang
dijual di sebuah toko. Hanya tergambar 3 vektor yang terlibat dalam event itu. Pada
kasus yang sebenarnya, variabel yanc terlibat dalam suatu peristiwa bisa sangat
banyak sehingga topografi menjad” ilustrasi yang sangat kompleks.

Gambar 14 a
Anak Menginginkan Permen yang Dijual di Toko
Gambar 14 b
Ayah Memberi Uang untuk Membeli Permen
Gambar 14c
Ayah Menolak Memberi Uang, Anak Meminjam Uang Temannya.
Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai
situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi
arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke
arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut
jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi
(lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak
seperti vektor, yakni:
1. Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi
ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
2. Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan
terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
3. Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs):
menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
4. Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain
(misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
5. Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetap¬juga bu
kan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan da¬fakta atau objek.
Konflik tipe 1:
Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawana¬yang
mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 (Gambar-15a). Ada
tiga macam konflik tipe 1:
1. Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan,
misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.
2. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang
berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak
disenanginya.
3. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul
dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung
unsur yang disenangi dan tidak disenanginya.

Konflik tipe 2:
Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat
kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh
berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan,
adalah konflik tipe 2 (Gambar 15b).
Gambar 15 a
Konflik Tipe 1
Gambar 15 b
Konflik Tipe 2
Konflik tipe 3
Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat,sehingga konflik menjadi
terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan
diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam,konflik antar
pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan
pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat.
Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita
berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim
realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita
berbeda-beda.
Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari
lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya§ semakin
positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif
atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
§ Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau§ semakin
tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai
bondaris.
Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan
pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk
mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan
psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang

memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak
permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat
diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat
memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan
tegangan dari system kebutuhan semula.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang
sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam.
Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan
berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal.
Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur
internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori lewin murni psikologis, sehingga ketika membahas perkembangan beliau tidak
melibatkan diri dengan isu yang menjadi intrik pakar lain, yaitu isu keturunan dan
lingkungan. Lewin tidak menolak peran keturunan dan kemasakan dalam
perkembangan individu. Perkembangan bagi lewin adalah sesuatu yang kongkrit dan
kontinyu, usia dan tahapan perkembangan dianggap tidak membantu memahami
perkembangan psikologis.
PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Menurut lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang
perkembangan. Tingkahlaku menjadi semakin terorganisir,hirarkis, realistis, dan
efektif.
DIFERENSIASI DAN INTEGRASI
Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan.
Bertambahnya diferensiasi akan menciptakan bondaris-bondaris yang baru. Kekuatan
bondaris semakin meningkat bersamaan pertambahan usia.
Konsep saling ketergantungan yang terorganisir ( organizational interdependence )
menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang
semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan
tingkahlaku yang integrative. Subtujuan membentuk tujuan semu sementara, yang
terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari
pencapaian tinggi itu.
REGRESI
Lewin menemukan dua macam gerak mundur perkembangan;
§ Regresi yaitu kembali ke bentuk tingkahlaku yang lebih primitive
§ Retrogresi yaitu kembali kebentuk tingkahlaku lebih awal dalam sejarah kehidupan
manusia
Menurut Lewin, frustasi menjadi salah satu factor terpenting penyebab regresi.

APLIKASI
ZEIGARNIK EFFECT
Banyak penelitian dari Lewin dan murid-muridnya, yang semula di maksudkan untuk
meneliti hipotisis dari teori itu, akhirnya di pakai untuk mengembangkan asumsiasumsi dari teori medan. Salah satu fenomena penelitian itu, adalah penelitian yang di
lakukan oleh zeigarnik.
Temuan zeigernik oleh Lewin kemudian di kembangkan menjadi asumsi-asumsi
berikut;
Asumsi 1 : Maksud-tujuan (intention ) untuk mencapai tujuan tertentu berhubungan
dengan tegangan dalam suatu system pribadi.
Asumsi 2 : Ketika tujuan tercapai, tegangan ( yang meningkat lebih besar dari nol )
dari system yang terkait dengan tujuan itu menjadi reaksi (menjadi nol ).
Asumsi 3 : Tegangan untuk mencapai tujuan ( yang belum tercapai ) akan
memperkuat tenaga untuk beraksi menuju tujuan itu.
Asumsu 3A : Kekuatan orang untuk mengingat tujuan ( yang belum tercapai )
tergantung kepada tegangan dari system tujuan itu.
PSIKOLOGI SOSIAL
Teori yang semula di maksudkan sebagai teori kepribadian, ternyata justru
berkembang di ranah psikologi social. Sejak kematian Lewin, tidak ada kemajuan
yang berarti dalam hal teori kepribadian. Pendukung setianya banyak
mengembangkan rintisanya dalam penelitiannya dalam proses-proses kelompok,
penelitian tentang dinamika kelompok,encounter grup, dan ketegangan antara ras.
EVALUASI
Sebagai teori kepribadian, teori Lewin memang tidak utuh karena tidak membahas
tentang psikopatologi dan psikoterapi. Namun pemakaian konsep matematika dalam
teorinya membuat berbagai fenomena psikis dapat di ringkas ke dalam peristilahan
yang tepat.
Kritik terhadap teori Lewin:
1. Penggambaran tipologis dan vaktorial tidak mengungkapkan sesuatu yang baru
tentang tingkahlaku.
2. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan objektif.
3. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu
tingkahlaku.
4. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika.
KONSEP-KONSEP KURT LEWIN
Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu
isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang

dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas
untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup
spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga
menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan
hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1.tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu
terjadi
2.Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian
komponennya dipisahkan
3.Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara
matematis.
Ket : LP = Lingkungan Psikologis
RH=Ruang Hidup
Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis
dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen ,
keterbelakangan mental , masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan
karakter nasional dan dinamika kelompok.
Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang
struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan
psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang
kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan
Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.
B. ISI
Struktur Kepribadian
Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi
konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha
mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin
bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilahistilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika
untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial
dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan
suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas
yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P
(pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.
Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur
tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran

figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih
besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong
bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi.
Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan
sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep
struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis
dan ruang hidup.
a.Ruang Hidup
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah
laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk
memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan
psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.
Secara matematis : TL = f( RH)
Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta
psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan
perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup
dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak
dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam
lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.
b.Lingkungan Psikologis
Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah
bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti
pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat
ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.
Secara matematis : P = f (LP)
Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara matematis : LP = f (LP)
c.Pribadi
Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, ternagi menjadi bagian bagian yang
terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung.
Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah
konseptual motor disebut sel sel periferal ;p; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel
sel sentral,s.
Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat
melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual
artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu
saat.
Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa berdiri
sendiri.

Dinamika Kepribadian
Konsep konsep dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan ,
kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan
lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya,
Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan
dengan cara memuaskan kebutuhan.
Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu
lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu
sama lain sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari
sistem kebutuhan lainnya.
Akhirnya. ,tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi lokomosi murni khayalan.
Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau
menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu darisekedar
berkhayal tentang keberhasilan.
Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :
1. Diferensiasi
yaitu semakin bertambah usia, maka region region dalam pribadi seseorang dalam LPnya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan
keterampilannya.
Contoh : orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak
(region anak lebih mudah ditembus)
2. Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
3. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
4.Bertambah luas arena aktivitas
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa
kini, masa lampau dan masa depan.
5.Perubahan dalam realitas. Dpat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola
berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir
abstrak.
Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan
lingkungan psikologis.
(Source: Just another WordPress.com weblog)
https://kuliahnyaeva.wordpress.com/2010/11/12/kurt-lewin/