Emosi dan Suasana Hati dengan

EMOSI DAN SUASANA HATI
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi

Oleh:
Makhrus

141002116

Riri Nurofi’ah

141002122

Dea Fauziyyah

141002131

Zia Azkiaul Malik

141002137


Imam Nur Fawzya

141002140

Rima Primayanti

141002142

Pipit Puji N Fazri

141002156

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SILIWANGI
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
atas karunia, rahmat, dan nikmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah yang berjudul Emosi dan Suasana Hati. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.
Sejak akhir abad ke-19 dan berkembangnya manajemen ilmiah, sistem
dalam dunia kerja berupaya meredam timbulnya emosi. Organisasi yang
dijalankan dengan baik adalah yang tidak mengizinkan karyawan-karyawannya
untuk mengekspresikan frustasi, rasa takut, kemarahan, cinta, kegembiraan,
kesedihan, benci, dan perasaan-perasaan sejenis. Pemikiran yang berlaku adalah
bahwa emosi-emosi seperti itu bukanlah merupakan hal yang rasional. Akan
tetapi, keyakinan bahwa segala jenis emosi itu dapat mengganggu. Meskipun
emosi dan suasana hati tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, para
manajer dan para peneliti terus mencoba membuat sebuah organisasi yang bebas
emosi. Hal ini tentu saja idak mungkin.
Beberapa emosi khususnya ketika diekspresikan pada waktu yang salah
dapat mengurangi kinerja karyawan. Tetapi ini tidak mengubah fakta bahwa
karyawan membawa sisi-sisi emosional mereka ke tempat kerja setiap hari dan
tidak

ada

penelitian


perilaku

organisasi

yang

komperhensif

tanpa

mempertimbangkan peran emosi dan suasana hati dalam perilaku di tempat kerja.
Sejalan dengan itu, makalah ini secara jelas juga akan membahas mengenai hal
ihwal dalam emosi dan suasana hati.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Trisna Wijaya, SEI., M. E. Sy, selaku dosen pengampu;
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;

3. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga bantuan baik berupa moril maupun materil yang telah diberikan,
oleh Allah SWT. dapat diberikan balasan yang berlipat ganda.

i

Makalah ini juga masih jauh dari kata sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi dan sistematika maupun dalam teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Tasikmalaya, September 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Emosi dan Suasana Hati...............................................................3
B. Fungsi Emosi dan Suasana Hati.....................................................................4
C. Sumber-Sumber Emosi dan Suasana Hati......................................................5
1.

Kepribadian.............................................................................................6

2.

Cuaca.......................................................................................................6

3.


Stress........................................................................................................7

4.

Aktivitas Sosial........................................................................................7

5.

Tidur........................................................................................................8

6.

Olahraga..................................................................................................8

7.

Usia..........................................................................................................8

8.


Gender.....................................................................................................9

D. Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi Terhadap Emosi dan Suasana Hati....9
1.

Seleksi......................................................................................................9

2.

Pengambilan Keputusan........................................................................10

3

3.

Kreativitas..............................................................................................10

4.


Motivasi.................................................................................................11

5.

Kepemimpinan.......................................................................................11

6.

Konflik Antarpersonal...........................................................................12

7.

Negosiasi...............................................................................................13

8.

Pelayanan Pelanggan.............................................................................14

9.


Sikap Kerja............................................................................................15

10. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja.................................................15
11. Bagaimana Para Manajer Memengaruhi suasana Hati..........................16
BAB III SIMPULAN DAN SARAN...................................................................18
A. Simpulan.......................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Steve Wynn, taipan bisnis hotel yang terkenal adalah seseorang
yang penuh emosi. Ia dikenal karena memiliki rasa antusiasme dan emosi
yang tinggi. Sekali waktu ia pernah menembak jari telunjuknya sendiri
ketika berada di luar kantor.
Banyak pihak yang menganggap bahwa Wynn adalah orang yang
sangat bahkan paling berpengaruh di Nevada, mengingat ia dapat

menginspirasi
berpendapat

dan
bahwa

menakuti
Wynn

orang.

dapat

Bahkan

seorang

mengendalikan

para


politikus
politikus

sepenuhnya. Mereka yang mengenal Wynn mengatakan bahwa Wynn
memiliki emosi yang tinggi bahkan amarahnya dapat meledak sehebat
gunung api.
Mungkin bisa dikatakan bahwa sebagian besar dari kita tidak
memiliki emosi seekstream Wynn. Jika memilikinya, dapatkah kita
sesukses Wynn dalam profesi kita. Sejak abad ke-19 dan berkembangnya
manajemen ilmiah, sistem dalam dunia kerja berupaya meredam
timbulnya emosi. Organisasi yang dijalankan dengan baik adalah
organisasi yang tidak mengizinkan karyawannya untuk menunjukan
berbagai macam emosi dan suasana hati, seperti ekspresi kegembiraan,
marah, kesedihan, cinta, dan lain sebagainya. Pemikiran yang berlaku
adalah emosi-emosi yang seperti itu bukanlah hal yang rasional.
Keyakinan yang kedua adalah bahwa segala jenis emosi bersifat
mengganggu. Ketika para peneliti mempertimbangkan emosi, mereka
beranggapan bahwa emosi negatif yang kuat, kususnya kemarahan dapat
mengganggu kemampuan karyawan untuk bekerja secara efektif dan
jarang berpandangan bahwa emosi itu dapat bersifat konstruktif. Tentu
saja jika emosi diekspresikan pada waktu yang salah dapat mengurangi
kinerja karyawan. Tetapi hal ini tidak sama sekali mengubah fakta bahwa

1

karyawan membawa sisi-sisi emosional mereka ke tempat kerja setiap
hari

dan

tidak

ada

penelitian

yang

komprehensif

tanpa

mempertimbangkan peran emosi dalam perilaku di tempat kerja.
Karena latar belakang inilah akhirnya penulis berkeinginan untuk
mengambil tema dalam makalah yang akan penulis susun, dengan judul
Emosi dan Suasana Hati.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1. Apa yang dimaksud dengan emosi dan suasana hati?
2. Apa fungsi dari emosi dan suasana hati?
3. Apa sumber-sumber emosi dan suasana hati?
4. Bagaimana aplikasi-aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan
suasana hati?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan emosi dan suasana hati;
2. Untuk mengetahui apa fungsi dari emosi dan suasana hati;
3. Untuk mengetahui sumber-sumber emosi dan suasana hati;
4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi-aplikasi perilaku organisasi
terhadap emosi dan suasana hati
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai emosi dan
suasana hati;
2. Manfaat bagi pembaca dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
acuan atau sarana untuk lebih megetahui tentang emosi dan suasana
hati, serta sebagai salah satu referensi dalam sistematika penulisan
makalah.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi dan Suasana Hati
Kita membutuhkan tiga istilah yang berkaitan dengan afek, emosi,
dan suasana hati. Afek (affect) adalah sebuah istilah umum yang
mencakup beragam perasaan yang dialami orang. Afek adalah sebuah
konsep yang meliputi emosi dan suasana hati. Emosi (emotion) adalah
perasaan-perasaan intens yang ditunjukan kepada seseorang atau sesuatu 1.
Suasana hati (mood) adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang
intens dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak selalu) tanpa
rangsangan kontekstual.2
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu dari pada
suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar kepada Anda,
Anda akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin
datang dan pergi dengan cukup tepat, bahkan mungkin dalam hitungan
detik. Tetapi ketika dalam suasana hati yang buruk, Anda dapat merasa
tidak enak untuk beberapa jam. Para peneliti juga berspekulasi bahwa
emosi lebih berorientasi pada tindakan cepat, sedangkan suasana hati lebih
bersifat kognitif, artinya dapat menyebabkan kita untuk berfikir dan
merenung sementara waktu.
Emosi adalah reaksi terhadap seseorang, misalnya Anda akan
merasa gembira ketika melihat seorang teman di tempat kerja Anda atau
Anda akan merasa marah ketika berhadapan dengan klien yang bersikap
kasar. Anda dapat menunjukan emosi ketika merasa senang, marah,
ataupun takut terhadap sesuatu.
Sebaliknya, suasana hati biasanya tidak ditunjukan pada seseorang
atau kejadian tertentu. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati ketika
1 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat), 2008, hlm. 308.
2 kontekstual dapat diartikan sebagai sebagai makna kata yang berada pada suatu uraian atau
kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruhi oleh situasi,
tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan kata tersebut.

3

4

Anda kehilangan fokus pada kejadian atau objek yang mencetuskan
perasaan tersebut. Namun, suasana hati yang baik atau yang buruk dapat
membuat anda lebih emosional sebagai respons pada suatu kejadian.
Contohnya Anda mendapat keritikan dari teman kerja Anda mengenai cara
berbicara Anda pada seorang klien,sehingga Anda menjadi marah kepada
rekan kerja Anda tersebut. Dengan demikian Anda menunjukan emosi atau
kemarahan terhadap suatu objek spesifik yakni rekan kerja Anda. Tetapi,
seiring hilangnya emosi tersebut, umumnya Anda hanya merasa kurang
bersemangat. Anda tidak dapat mengaitkan perasaan ini terhadap suatu
kejadian tertentu, Anda hanya berada dalam kondisi tidak normal.
Kemudian Anda mungkin bereaksi secara berlebihan terhadap kejadiaan
yang lain. Keadaan afek ini menjelaskan mengenai sebuah suasana hati.
Emosi cenderung lebih terungkap secara jelas dengan ekspresi
wajah dari pada suasana hati. Meskipun afek, emosi, dan suasana hati
secara teori dapat dipisahkan, akan tetapi dalam prakteknya perbedaan
tersebut tidaklah selalu jelas.
E. Fungsi Emosi dan Suasana Hati
Mengapa kita memiliki emosi? Peran apakah yang dimainkan
emosi? Kita baru saja mendiskusikan satu fungsi, bahwa kita
membutuhkan emosi untuk berfikir secara rasional.
Charles Darwin mengambil sebuah pendekatan yang lebih luas.
Dalam The Expression of the Emotions in Man and Animals, Darwin
menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu
manusia dalam memecahkan masalah. Emosi sangatlah berguna karena
untuk memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan
penting agar dapat bertahan hidup, seperti tindakan-tindakan
mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan,
dan memprediksi perilaku manusia lain. Sebagai contoh, rasa benci
memotivasi kita untuk menghindari benda-benda yang berbahaya atau

5

yang tidak kita suka. Kegembiraan memotivasi kita untuk menghadapi
situasi yang membutuhkan energi dan inisiatif.
Teori ini didukung oleh para peneliti yang berfokus pada psikologi
evolusioner3. Bidang penelitian ini mengatakan bahwa kita harus memiliki
emosi, baik emosi positif maupun negatif karena hal ini berguna untuk
suatu tujuan. Contohnya mungkin Anda berfikir bahwa rasa cemburu
merupakan emosi yang negatif, akan tetapi para psikologi evolusioner
menyatakan bahwa emosi tersebut muncul karena ada kegunaannya.
Pasangan merasa cemburu untuk meningkatkan kesempatan agar gen
mereka (bukan gen pesaing) yang diteruskan ke generasi selanjutnya.
Meskipun kita cenderung manganggap bahwa kemarahan merupakan hal
yang buruk, akan tetapi kemarahan dapat membantu kita untuk melindungi
hak-hak pribadi yang menuntut perasaan telah dilanggar. Seperti emosiemosi lainnya, emosi marah muncul karena memiliki tujuan yang
bermanfaat, terlepas dari hal yang baik maupun buruk.
Beberapa peneliti bukanlah merupakan orang-orang yang sangat
percaya kepada psikologi evolusioner. Hal ini dikarenakan, misalnya
memikirkan ssebuah emosi (rasa takut) yang sangatlah mudah untuk
memikirkan pengaruh yang merugikan ketimbang pengaruh yang
bermanfaat. Psikologi evolusioner memberikan sebuah presfektif yang
menarik pada fungsi-fungsi emosi, tetapi adalah sulit untuk mengetahui
apakah perspektif ini valid sepanjang waktu.
F. Sumber-Sumber Emosi dan Suasana Hati
Disini kita akan membahas kembali suasana hati, karena meskipun
emosi dianggap lebih dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dari pada oleh
suasana hati, ironisnya para peneliti telah melakukan lebih banyak
penelitian pada sumber suasana hati dari pada sumber emosi. Jadi sekarang
kita akan menengok pada sumber suasana hati meski banyak dari sumber
ini juga mempengaruhi emosi.
3 Evolusioner adalah perubahan yang berangsur-angsur; sedikit demi sediki.

6

1. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Beberapa orang merasa
bersalah

dan

merasakan

kemarahan

dengan

lebih

mudah

dibandingkan orang lain. Orang lain mungkin merasa biasa saja dan
santai dalam menghadapi situasi apapun. Sebagai contoh, Noel dan
Jose adalah rekan kerja. Noel mempunyai kecenderungan untuk
marah ketika seorang rekan kerja mengkritik ide-idenya selama sesi
tukar pikiran. Namun, jose dengan cukup tenang dan rileks
memandang kritik-kritik seperti itu sebagai sebuah kesemptan untuk
maju. Reaksi-reaksi ini timbul karena kepribadian memberi
kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan
emosi tertentu.
Juga, kejadian-kejadian positif lebih kemungkinan memberikan
pengaruh suasana hati positif dan emosi positif pada orang-orang
ekstrover4 dan kejadian-kejadian negatif lebih bermungkinan
memberi pengaruh suasana hati negatif

dan emosi negatif pada

orang-orang yang memiliki nilai rendah pada stabilitas emosional.
2. Cuaca
Banyak orang percaya bahwa cuaca berhubungan dengan
suasana hati dan emosi. Tetapi, bukti menunjukan bahwa cuaca
memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi Ilusif5
menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berfikir bahwa cuaca
yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Seorang
ahli menyimpulkan bahwa, “Berlawanan dengan pandangan kultural
yang ada, data ini menunjukan bahwa orang-orang tidak melaporkan
suasana hati yang lebih baik pada cuaca yang cerah atau bahkan
4 Ekstrover adalah teori kepribadian yang bisa jelaskan mengapa kita bersikap tertentu. Ekstrover
biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.
5 Korelasi ilusif adalah kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang
pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.

7

sebaliknya, melaporkan suasana hati yang lebih buruk pada hari
gelap dan hujan.
3. Stress
Seperti yang mungkin Anda bayangkan, stress mempengaruhi
emosi dan suasana hati. Sebagai contoh, tingkat stress karyawan atau
pekerja di tempat kerja dapat dipicu oleh teguran dari atasan,
hilangnya kesempatan penjualan besar, dan juga pengaruh dari stress
yang menumpuk dari waktu ke waktu sehingga hal ini dapat
mempengaruhi suasana hati.
Seperti yang diperhatikan penulis sebuah penelitian, “adanya
peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stress
tingkat rendah sekalipun berpotensi menyebabkan para pekerja
mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring dengan
berjalannya

waktu

semakin

meningkat. Tingkat

stress

dan

ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk
suasana hati, sehingga menimbulkan banyak emosi negatif.
4. Aktivitas Sosial
Bagi sebagian besar oraang, aktivitas sosial meningkatkan
suasana hati positif dan memiliki pengaruh sedikit terhadap suasana
hati negatif. Tetapi, apakah orang-orang dengan suasana hati positif
mencari interaksi sosial atau apakah interaksi sosial menyebabkan
suasana hati yang baik? Tampaknya keduanya memang benar.
Interaksi-interaksi sosial bahkan memiliki manfaat kesehatan
jangka

panjang.

Suatu

penelitian

mengenai

umur

panjang

menyebutkan bahwa, “berada berdampingan bersama orang lain
merupakan prediksi terbaik mengenai seberapa lama seseorang akan
hidup”. Salah satu alasan untuk hal ini adalah efek positif yang
ditimbulkan dari aktivitas atau interaksi sosial tersebut.
5. Tidur
Menurut sebuah jajak pendapat, orang-orang memiliki waktu
tidur yang semakin sedikit. Secara rata-rata, orang Amerika memiliki

8

waktu tidurkurang dari tujuh jam per malam pada hari kerja, di
bawah delapan jam yang direkomendasikan. Jumlah orang yang tidur
selama delapan jam atau lebih telah menurun secara konstan selama
beberapa tahun terakhir.
Suasana hati juga dapat dipengaruhi oleh kualitas tidur. Para
sarjana (mahasiswa) dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh
tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih
besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Kualitas tidur yang buruk
akan menyebabkan suasana hati yang buruk pula sehingga hal
tersebut

akan

memperburuk

pengambilan

keputusan

dan

membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
6. Olahraga
Anda mungkin sering mendengar bahwa orang harus
berolahraga untuk meningkatkan suasana hati mereka. Penelitian
secara konsisten menunjukan bahwa olahraga dapat meningkatkan
suasana hati yang positif. Tampaknya, terapi olahraga berpengaruh
paling kuat terhadap mereka yang mengalami depresi. Walaupun
olahraga berpengaruh secara konsisten terhadap suasana hati, tetapi
hal ini tidak tterlalu kuat juga. Intinya, olahraga akan membantu
Anda berada dalam situasi atau suasana hati yang lebih baik.
7. Usia
Suatu penelitian menyebutkan bahwa orang-orang yang berusia
18 hingga 94 tahun memiliki emosi yang negatif, seiring dengan
semakin bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih
tua suasana hati positif yyang tinggi bertahan lebih lama dan suasana
hati yang buruk menghilang dengan lebih ccepat. Penelitian tersebut
mengimplikasikan bahwa pengalaman emosional cenderung lebih
membaik bersamaan dengan bertambahnya usia.
8. Gender
Sudah menjadi keyakinan umum bahwa wanita lebih
menggunakan perasaan hati mereka dari pada pria. Bahwa wanita

9

lebih bereaksi secara emosional dan mampu membaca emosi orang
lain dengan lebih baik. Dalam perbandingan gender wanita lebih
menunjukan ekspresi emmosional yang lebih besar dibannding pria.
Sebagai

contoh,

wanita

diharapkan

untuk

lebih

banyak

mengekspresikan emosi positif pada pekerjaannya (ditunjukan
ddengan senyuman) dibandingan dengan pria.
B. Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi Terhadap Emosi dan Suasana
Hati
Kita

menyimpulkan

emosi

dan

suasana

hati

dengan

mempertimbangkan aplikasi spesifik hal ini terhadap perilaku organisasi.
Dalam bagian ini kita menilai bagaimana dapat meningkatkan kemampuan
kita untuk menjelaskan dan meramalkan proses seleksi dalam organisasi,
pengambilan keputusan, kreativitas, motivasi, kepemimpinan, konflik
antarpersonal, negosiasi, pelayanan pelanggan, sikap-sikap kerja, dari
perilaku-perilaku menyimpang di tempat kerja. Kita juga melihat pada
bagaimana para manajer dapat mempengaruhi suasana hati.
1. Seleksi
Suatu implikasi dari bukti yang ada sampai hari ini pada
kecerdasan emosional (emotional Intelegence-El)6 adalah bahwa
para pemberi kerja harus mempertimbangkannya sebagai sebuah
faktor dalam merekrut karyawan. Sebuah penelitian terhadap para
perekrut Angkatan Udara AS menunjukan bahwa para perekrut
terbaik memiliki El tingkat tinggi. Tenaga-tenaga penjual yang
dipilih berdasarkan nilai El memiliki penjualan melampaui mereka
yang menggunakan prosedur seleksi perusahaan yang lama.

6 Kecerdasan Emosional (Emotional Intelegence-El) adalah kemampuan seseorang untuk
mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. El terdiri atas lima
dimensi yakni Kesadaran Diri; sadar atas apa yang Anda rasakan, Manajemen Diri; kemempuan
mengelola emosi dan dorongan-dorongan Anda sendiri, Memotivasi Diri; kemampuan bertahan
menghadapi kemunduran dan kegagalan, Empati; kemampuan merasakan apa yang dirasakan
orang lain, dan Keterampilan Sosial; kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.

10

9. Pengambilan Keputusan
Para peneliti perilaku organisasi masih terus mendebatkan peran
emosi dan suasana hati negatif dalam pengambilan keputusan.
Sebuah artikel yang mendapat penghargaan menyatakan bahwa
orang-orang yang tertekan membuat penilaian-penilaian yang lebih
akurat dibandingkan orang-orang yang tidak tertekan.
Tetapi, bukti-bukti terkini menyebutkan bahwa orang-orang
yang tertekan membuat keputusan yang lebih buruk dibandingkan
dengan orang-orang yang bahagia. Karena orang-orang yang
tertekan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung
menimbang semua kemungkinan pilihan ketimbang hanya pilihan
yang lebih mungkin diambil. Walaupun tampaknya menimbang
semua kemungkinan pilihan adalah suatu hal yang baik, masalahnya
adalah bahwa orang-orang yang tertekan mencari pemecahan yang
sempurna, sementara jarang sekali ada pemecahan yang sempurna.
Sebaliknya, orang yang positif dan memiliki emosi yang positif
akan lebih membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
cukup baik. Orang menggunakan hati mereka dan kepala mereka
ketika mengambil keputusan. Maka dari itu, kegagalan untuk
menggabungkan emosi dan suasana hati ke dalam penelitian
terhadap pengambilan keputusan akan menghasilkan pandangan
yang tidak lengkap dan sering kali tidak akurat dari proses tersebut.
10. Kreativitas
Menurut sejumlah peneliti, orang-orang yang berada dalam
suasana hati yang lebih baik kreatif dibandingkan orang-orang yang
berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka menghasilkan lebih
banyak ide, orang lain berfikir bahwa ide mereka adalah orisinil dan
mereka cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan
kreatif terhadap masalah. Tampaknya orang-orang yang mengalami
suasana hati atau emosi positif lebih fleksibel dan terbuka dalam

11

pemikiran mereka, yang dapat menjelaskan mengapa mereka lebih
kreatif.
Namun, beberapa peneliti tidak percaya bahwa suasana hati
positif membuat orang lebih kreatif. Mereka menyatakan bahwa
ketika orang-orang beerada dalam suasana hati positif, mereka dapat
rileks (jika saya berada dalam suaasana hati yang baik maka hal-hal
akan berjalan dengan baik).
11. Motivasi
Ketika Anda melihat orang yang sangat termotivasi dalam
pekerjaan mereka, mereka berkomitmen secara emosional. Orangorang yang terlibat dalam pekerjaan mereka menjadi tenggelam
secara fisik, kognitif, dan emosional dalam pengalaman aktivitas
untuk mengejar sebuah tujuan.
Dua penelitian telah menegaskan pentingnya suasana hati dan
emosi pada motivasi. Hasilnya, kelompok dengan suasana hati
positif pertama melaporkan ekspektasi yang lebih tinggi untuk dapat
memecahkan masalah tersebut, berusaha lebih keras, dan sebagai
hasilnya dapat memecahkan permaslahan lebih banyak. Sedangkan,
penelitian kedua menyebutkan bahwa dengan memberi umpan balik
kepada orang baik nyata maupun palsu mengenai kinerja mereka
dapat mempengaruhi suasana hati mereka, yang kemudian
mempengaruhi motivasi mereka.
Kedua penelitian ini menegaskan bahwa pengaruh suasana hati
dan emosi pada motivasi serta menyatakan bahwa organisasiorganisasi yang mempromosikan suasana hati positif di tempat kerja
lebih berkemungkinan mempunyai angkatan kerja yang lebih
termotivasi.
12. Kepemimpinan
Kemamuan untuk memimpin orang lain adalah sebuah kualitas
fundamental yang dicari organisasi-organisasi dalam karyawan
mereka.

12

Para pemimpin yang efektif mengandalkan daya tarik emosional
untuk membantu menyampaikan pesan-pesan mereka. Bahkan,
ekspresi emosi dalam pidato sering kali merupakan elemen penting
yang membuat kita menerima atau menolak pesan seorang
pemimpin. Ketika para pemimpin merasa bersemangat, antusias,
dan aktif,

mereka lebih mungkin untuk memberi energi pada

bawahan-bawahan mereka dan menyampaikan rasa efektivitas
kompetensi, optimisme, dan kegembiraan. Para politikus, dalam
suatu kasus misalnya, telah belajar menunjukkan antusiasme ketika
berbicara mengenai kesempatan mereka untuk memenangkan sebuah
pemilihan, bahkan ketika pol menyatakan yang sebaliknya.
Para eksekutif perusahaan mengetahui pentingnya kandungan
emosional jika menginginkan para karyawan untuk mempercayai
visi mereka atas masa depan perusahaan mereka dan menerima
perubahan. Ketika pihak atasan menawarkan visi baru, khususnya
ketika visi tersebut mengandung tujuan-tujuan yang jauh atau samar,
sering kali sulit bagi para karyawan untuk menerima visi tersebut
dan perubahan yang akan mereka bawa. Jadi ketika para pemimpin
yang

efektif

ingin

menerapkan

perubahan-perubahan

yang

signifikan, mereka mengandalkan pembangkitan, pembangunan dan
mobilisasi

emosi.

Dengan

membangkitkan

menghubungkannya pada visi yang menarik,

emosi

dan

para impin

meningkatkan kemungkinan bahwa para manajer dan karyawan akan
menerima perubahan.
13. Konflik Antarpersonal
Jarang ada isu yang terkait dengan emosi selain topik konflik
antar personal. Manakala konflik timnbul diantara rekan kerja, dapat
dipastikan bahwa emosi akan terlihat. Sebenarnya, keberhasilan
seorang manajer mengenali saat mencoba menyelesaikan konflik
terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen
emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat

13

mengendalikan emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemenelemen emosional dalam konflik serta hanya berfokus pada hal-hal
yang bersifat rasional dan berkaitan dengan tugas, kemungkinan
tidak dapat mehyelesaikan konflik-konflik tersebut.
14. Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah proses emosional;

tetapi,

kita

seringkali mengatakan bahwa Negosiasi seorang negosiator yang
ulung mempuayai "wajah poker".

Pendiri saluran Poker

Inggris(Britairr poker Channel, Crispin Nieboer, menyatakan, "Itu
adalah sebuah permainan gertakan dan terdapat emosi dan
ketegangan manusia yang luar biasa,

melihat siapa yang dapat

menggertak paling lama”. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa negosiator yang berpura-pura marah memiliki keuntungan
atas lawan mereka. Mengapa? Karena ketika seorang negosiator
menunjukkan kemarahan, lawan menyimpulkan bahwa negosiator
terebut telah menyerahkan semua yang ia dapat,

dan dengan

demikian lawan menyerah.
Menunjukan sebuah emosi negatif seperti kemarahan dapat saja
efektif, tetapi berperasaan buruk terhadap penampilan anda
tampaknya

merugikan

Negosiator

yang

negosiasi-negosiasi

buruk

mengalami

di

masa

emosi-emosi

depan.
negatif,

mengembangkan persepsi-persepsi negatif atas lawan mereka, dan
kurang bersedia berbagi informasi atau bersikap kooperatif dalam
negosiasi mendatang.
Menarikhya, walaupun suasana hati dalam emosi bermanfaat di
tempat kerja, dalam proses negosiasi emosi dapat merugikan kinerja
seseorang negosiator kecuali jika ia mengekspresikan wajah palsu
(berpura-pura marah). Bahkan sebuah penelitian pada tahun 2005
mengungkap bahwa orang-orang ayang menderita kerusakan pada
pusat emosional dari otak mereka (kerusakan pada bagian otak yang
sama seperti Phineas Gage) dapat menjadi negosiator terbaik karena

14

mereka mungkin tidak akan melakukan koreksi terlalu banyak
terhadap hasil hasil yang negtif. Pertimbangkan sebuah contoh lain.
KetikaNorthwest Airlines menghadapi sebuah pemogokan dari
persatuan mekanik perusahaan tersebut dengan tenang menyiapkan
diri untuk pemogokan tersebut dengan menyewa para pekeria
pengganti
melakukan

sebelumnya.

Ketika

persatuan

mekanik

tersebut

pemogokan,para pekerja pengganti tersebut mulai

bekerja dan dengan tenang perusahaan bahkan mengajukan tuntutan
yang lebih besar.
15. Pelayanan Pelanggan
Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan
pelanggan, yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis
dan tingkat kepuasan pelanggan. Pemberian pelayanan yang
berkualitas kepada pelanggan membuat karyawan menuntut banyak
hal karena mereka sering berada dalam situasi disonansi emosional.
Seiring waktu, keadaan ini dapat menyebabkan kejatuhan mental
atau fisik dalam pekerjaan, penurunan kinerja, dan rendahnya
kepuasaan kerja.
Selain itu, emosi karyawan dapat juga berpindah kepada pelanggan.
Penelitian mengindikasikan adanya efek kesesuaian antara
emosi karyawan dan pelanggan, sebuah efek yang oleh para praktisi
perilaku organisasi disebut sebagai Penularan emosional (emotional
contagion), “penangkapan” emosi dari orang lain. Bagaimanakah
penularan emosional terjadi? Penjelasan utamanya adalah ketika
seseorang mengalami emosi-emosi positif lalu tertawa dn tersenyum
pada Anda, Anda mulai meniru perilaku orang tersebut. Jadi ketika
karyawan mengekspresikan emosi-emosi positif,

para pelanggan

cenderung merespon secara positif.
Penalaran emosional adalah penting karena para pelanggan
menangkap suasana hari atau emosi posotif dari karyawan, mereka
berbelanja lebih lama. Terapi bagaimana dengan emosi dan suasana

15

hati negatif? Apakah hal ini juga menular? Tentu saja. Ketika
seorang karyawan cepat marah atau tidak menyenangkan, emosiemosi negatif tersebut cenderung berpengaruh negatif terhadap
pelanggan.
16. Sikap Kerja
Pernahkah Anda mendengar nasihat "Jangan pernah membawa
pekerjaan Anda ke rumah," yang berarti bahwa orang-orang harus
melupakan pekerjaan mereka setelah mereka pulang ke rumah?
Ternyata,

hal

tersebut

lebih

mudah

diucapkan

daripada

dilaksanakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang
yang mempunyai hari baik di tempat kerja cenderung berada dalam
suasana hati yang lebih baik di rumah pada malamnya. Selain itu,
orang-orang yang mengalami hari yang buruk cenderung berada
dalam suasana hati buruk setelah mereka berada di rumah. Bukti
yang ada juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengalami hari
penuh tekanan di tempat kerja cenderung kesulitan untuk rileks
setelah mereka pulang ke rumah.
Meskipun orang-orang secara emosional membawa pulang
pekerjaan mereka ke rumah,

pada hari berikutnya,

pengaruh

tersebut biasanya telah hilang. Jadi, meskipun mungkin sulit atau
bahkan tidak alami untuk tidak pernah membawa pekerjaan Anda
pulang ke rumah, tampaknya bagi sebagian besar orang, sebuah
suasana hari negatif sebagai hasil dari suatu hari buruk di tempat
kerja tidak terbawa ke hari berikutnya.
17. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Emosi-emosi negatif juga dapat membawa sejumlah perilaku
menyimpang di tempat kerja. Siapa pun yang pemah menghabiskan
banyak waktu dalam sebuah organisasi menyadari bahwa orangorang sering kali berperilaku dalam cara-cara yang melanggar
norma-norma
anggotanya,

yang

ada

dan

yang

mengancam

organisasi,

atau keduanya. Seperti yang kita lihat dalam Bab

16

1,tindakan-tindakan ini dinamakan perilaku menyimpang di tempat
kerja. Sebagian besar perilaku menyimpang tersebut diketahui
berasal dari emosi-emosi negatif.
Misalnya, iri hati adalah sebuah emosi yang terjadi ketika Anda
membenci seseorang karena memiliki sesuatu yang tidak Anda
miliki tetapi sangat Anda inginkan, seperti penugasan kerja yang
lebih baik, kantor yang lebih besar, atau gaji yang lebih tinggi. Hal
tersebut dapat berujung pada perilaku menyimpang yang jahat.
Sebagai contoh,
bermusuhan

seorang karyawan yang iri hati dapat bersikap

dengan

berbuat

licik

kepada

karyawan

lain,

menyimpangkan keberhasilan orang lain secara negarif,

dan

menyimpangkan secara positif pencapaian pencapaiannya sendiri.
Bukti yang ada menyatakun bahwa orang-orang yang merasakan
emosi emosi negatif, khususnya mereka yang merasa marah atau
mempunyai sikap bermusuhan, lebih berkemungkinan untuk terlibat
dalam perilaku menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang
yang tidak merasakan emosi-emosi negatif.
18. Bagaimana Para Manajer Memengaruhi suasana Hati
Secara umum, Anda dapat meningkatkan suasana hati orangorang dengan memutarkan buah klip video yang lucu untuk mereka,
memberi mereka sekantung kecil permen, atau menyuruh mereka
mencicipi minuman yang enak. Tetapi apa yang dapat dilakukan
perusahaan-perusahaan untuk memperbaiki suasana hati karyawan
mereka? Para manajer dapat menggunakan humor dan memberikan
karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap
pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

Selain itu, reset

mengindikaaikan bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana
hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif, dan sebagai
hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama.
Akhirnya memilih tim yang positif dapat berefek menular
seiring suasana hati positif ditularkan dari anggota tim ke anggota

17

tim. Suatu penelitian terhadap tim kriket7 profesional menemukan
bahwa suasana hati bahagia dari para pemain memengaruhi suasana
hati anggota tim mereka dan juga secara positif mempengaruhi
penampilan mereka. Jadi adalah masuk akal bagi para manajer untuk
memilih

anggota

tim

yang

memiliki

kecenderungan

untuk

mengalami suasana hati yang positif.

7 Kriket adalah sebuah olahraga yang dimankan di negara-negara seperti Inggris dan India yang
sedikit mirip bisbol.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab
sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Afek adalah sebuah konsep yang meliputi emosi dan suasana hati.
Emosi (emotion) adalah perasaan-perasaan intens yang ditunjukan
kepada seseorang atau sesuatu. Suasana hati (mood) adalah
perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan
emosi dan sering kali (meskipun tidak selalu) tanpa rangsangan
kontekstual;
2. Fungsi dari emosi dan suasana hati adalah untuk berfikir secara
rasional, untuk membantu manusia dalam memecahkan berbagai
masalah, untuk memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakantindakan penting agar dapat bertahan hidup, dan berguna untuk
mencapai suatu tujuan;
3. Sumber-sumber emosi dan suasana hati mencakup kepribadian,
cuaca, stress, aktivitas sosial, tidur, olahraga, usia, dan gender;
4. Aplikasi-aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana
hati meliputi proses seleksi dalam organisasi, pengambilan
keputusan,

kreativitas,

motivasi,

kepemimpinan,

konflik

antarpersonal, negosiasi, pelayanan pelanggan, sikap-sikap kerja,
dari perilaku-perilaku menyimpang di tempat kerja. Kita juga
melihat pada bagaimana para manajer dapat mempengaruhi
suasana hati.

G. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran
sebagai berikut:

18

19

1. Emosi dan suasana hati memang tidak bisa terlepas dari kehidupan
sehari-hari

akan

tetapi

sebaiknya

kita

mengutamakan

profesionalitas dalam kegiatan sehari-hari yang kita lakukan,
khususnya dalam hal pekerjaan;
2. Kecerdasan emosional hendaknya digunakan dalam melakukan
seleksi atau requitment karyawan;
3. Para manajer dituntut untuk menciptakan suasana hati dan emosi
yang baik bagi karyawannya agar para pekerja dapat bekerja secara
lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
P. Robbins. Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

20