TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN mahasiswa simulasi
TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Kelompok 4:
-
Anugrah Fauzi
Dania Eka Prabandari
Finanda Mutiartha
Galang Prakoso
Shafira Eka Putri Wijaya
Sharon Mailangkay
Analisis Kasus Pembunuhan Adesara
Korban
: Adesara Angelina Suroto (19)
Pelaku
: Ahmad Imam Al-Hafitd (19)
Assyifa Ramadhani (19)
Awal tragedi pembunuhan ini dipicu oleh faktor kecemburuan Assyifa terhadap Adesara. Berikut
kronologi pertemuan Ade Sara dengan kedua pelaku hingga akhirnya korban tewas :
- Senin, 3 Maret 2014
Sekitar pukul 17.30 WIB, sesuai perjanjian, korban bertemu dengan Assyifa di Stasiun
Gondangdia. Saat itu korban seharusnya ada jadwal mengikuti les bahasa Jerman yang rutin ia
lakukan. Di sinilah, korban sesuai dengan rencana pelaku bertemu dengan tersangka Hafiz.
Kedua pelaku pun mengantar ke tempat les korban di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Terdapat sandiwara yang dilakoni oleh kedua pelaku. Saat Ade Sara turun dari mobil Hafiz untuk
ikut les, rupanya Assyifa pun juga ikut turun. Kemudian, Hafiz mengajak Assyifa masuk ke
dalam mobil. tetapi Assyifa tak ingin masuk ke dalam mobil, jika Ade Sara juga tak masuk.
Padahal itu jebakan. Melihat keduanya bertengkar, Sara pun tergerak. Tak berapa lama, keduanya
pun melakukan penganiayaan terhadap Ade Sara. Pada awalnya Ade Sara dipaksa untuk
menanggalkan seluruh pakaiannya. Saat hendak dibuka oleh Assyifa, korban menolak dan
memilih untuk membuka sendiri pakaiannya. Mereka menyuruh Adesara buka baju agar tidak
kabur dari dalam mobil, karena mereka pikir ia tidak akan berani turun dari mobil apabila tidak
mengenakan baju.
Lantaran sempat mendapat penolakan dari Ade Sara, keduanya pun naik pitam. Hafiz sempat
menendang leher korban dengan kaki kiri, memukul dan menyetrum lagi. Assyifa juga
memberikan beberapa pukulan lagi.
Keduanya langsung melanjutkan perjalanan sambil membungkam korban dengan tisu dan kertas
koran.
- Pukul 21.25 WIB
Assyifa memegang dada korban dan mendapati Ade Sara sudah tewas. Mobil Hafiz sempat
mogok tiga kali.
- Selasa, 4 Maret 2014
Sekitar pukul 02.00 WIB, saat melintas di Kemayoran, mobil pelaku kembali mogok. Tersangka
minta bantuan ke temannya untuk membetulkan aki.
Sedangkan Assyifa memakaikan kembali pakaian Ade Sara. Di sinilah Hafiz memberitahukan
kepada temannya yang datang bahwa ia membawa mayat. Temannya menganggap Hafiz
bercanda dan selanjutnya meninggalkan Hafiz ketika akinya sudah berfungsi.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kedua pelaku pun membuang jenazah Ade Sara di pinggiran Tol
Bintara, Bekasi.
- Rabu, 5 Maret 2014
Sekitar pukul 04.00 WIB jenazah korban ditemukan petugas.
Berikut urutan perjalanan Hafiz Assyifa bersama korban: Gondangdia - Menteng (korban
bertemu dengan kedua pelaku) - Tamini - Cawang - Pramuka (diduga terjadi penganiayaan) Kemayoran (korban sudah meninggal dalam keadaan telanjang) - Utan Panjang - ITC Cempaka
Mas -Salemba - Bintara (korban dibuang) - Pulau Gebang.
Tidak tahu apa alasan Ahmad Hafitd pada 10 Maret 2014 melayat Ade Sara di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Hafitd seperti terlalu percaya diri tidak akan ditangkap.
Memasang status turut berduka di Twitter dan Path mungkin dianggap cukup menutupi aksi
bersama kekasihnya, Assyifa. Hafitd tidak tahu ketika ia melayat, Polresta Kota Bekasi sudah
mendapatkan informasi Hafitd pernah mau mencelakai Ade Sara. Setelah mendapat informasi
dari ibunda Sara, polisi meminta bantuan agar Hafitd jangan pergi dahulu. Hafitd ketika itu
datang dan pura-pura membaur. Polisi tambah curiga setelah Hafitd terlihat tidak bisa menjawab
penyebab tangannya terdapat luka bekas gigitan. »Jawabannya awalnya tidak meyakinkan,”
Belum berpengalamanya Hafitd terlihat juga dengan mudahnya polisi menangkap Assyifa. Tidak
sampai satu jam Assyifa ditangkap di kampusnya.
Rentetan aksi dua sejoli Hafitd-Assyifa semakin terbongkar setelah beberapa orang mengakui
melihat keduanya ketika Ade Sara dibunuh. Saat Ade Sara sudah dalam kondisi terbunuh, mobil
Kia Visto mogok di dekat apartemen ITC Kemayoran, Jakarta Pusat. Hafitd kemudian meminta
bantuan sopir taksi untuk mengecas aki. Namun tidak lama mobil kembali mogok, kali ini Hafitd
meminta bantuan temanya, Nuredy untuk membawa aki. Bahkan Nuredy sempat menanyakan
siapa sosok yang ada di dalam mobil. Hafitd menjawab di dalam mobil ada mayat. Nuredy bisa
saja waktu itu menganggap pelaku becanda namun ia sudah menjadi saksi rentetan aksi dua
sejoli itu. Satu saksi lagi adalah teman Ade Sara. Saksi ini tidak diketahui oleh para pelaku.
Sebelum bertemu dengan pasangan pembunuh, Ade Sara sempat berkomunikasi dengan Nadia
Amanda Pritami, teman les Bahasa Jerman di Geothe Institute. Nadia mengatakan dirinya
menghubungi Sara. "Aku lagi di stasiun Gondangdia tungguin teman aku, bukan teman deng,
ceweknya teman aku," ucap Nadia menirukan pesan Sara.
Setelah ditangkap dan diperiksa polisi Hafitd dan Assyifa melakukan tes psikologi sebanyak 2
kali. Mereka diperiksa hingga 2 kali karena ada beberapa faktor diantaranya:
Tertawa saat diperiksa di polisi
Keliling bawa mayat sampai 21 jam
Misteri tulisan mampus loe
Tidak merasa bersalah
Membunuh secara sadis terhadap temannya sendiri
Analisis Kepribadian Menurut Teori Jung
Hafitd bertempat tinggal di Perumahan Pulo Gebang Permai, Assyifa sendiri adalah anak ke 4
dari 6 bersaudara dan ayahnya bekerja honorer di kepolisian bagian pembuatan STNK dan
ibunya adalah seorang pengusaha MLM. Kedua pelaku berkuliah di Kalbis Institute, Pulomas
dan tengah menjalani semester 2. Dalam teori kepribadian Jung terdapat beberapa jenis arketipe
yang terdapat dalam diri setiap orang. Diantaranya adalah persona, self, anima, animus, wise old
man, great mother, shadow, dan hero.
Analisis Kasus:
Dari berbagai informasi yang ada, tersangka pembunuhan adesara suroto (19) yaitu hafitd dan
assyifa kurang bisa mengontrol sisi shadow dalam diri mereka sehingga muncul ke realita
mengalahkan sisi persona mereka dan membunuh korban. Shadow yang seharusnya tersembunyi
karena berisi sikap-sikap primitive dalam diri seseorang seperti agresi, hawa nafsu, dan semua
hal yang terdapat dalam diri makhluk hidup sebagai insting tidak dapat di repress oleh persona
mereka yang di dalamnya berisi aspek moral, nilai dan norma sebagai seorang manusia. Hal
tersebut dapat terlihat karena pembunuhan yang dilakukan memang tidak direncanakan oleh
tersangka. Awalnya tersangka hanya ingin membully secara fisik tanpa menyebabkan kematian
korban. Memang kegiatan membully direncanakan oleh kedua tersangka tetapi niat untuk
membunuh tidak direncanakan sebelumnya. Namun, ketika tersangka sudah terlanjur membunuh
korban terlihat kecemasan yang ada pada diri tersangka karena dtunjukkan dengan bingungnya
tersangka untuk membawa ke mana mayat korban sehingga tersangka berjalan berkeliling
beberapa hari menggunakan mobil untuk mencari tempat yang tepat untuk membuang mayat
korban. Untuk menutupi shadow tersangka, dari informasi yang ada, tersangka menuju ke rumah
sakit untuk melayat korban yang menggambarkan bahwa tersangka menonjolkan persona untuk
menutupi kejahatannya atau shadow nya. Selain itu menurut kelompok kami, persona lain yang
dimiliki oleh Hafidt menurut keterangan dari tetangga sekitar rumahnya adalah bahwa Hafidt
merupakan sosok remaja yang baik, bahkan Hafidt juga termasuk dalam remaja masjid di sekitar
rumahnya, maka dari itu tetangga sempat tidak percaya bahwa Hafidt melakukan hal ini
(membunuh) dan shadow yang dimiliki oleh Hafidtpun tertutupi, begitupun dengan Assyifa yang
sehari-hari dikenal ramah oleh tetangga sekitarnya.
Kelompok 4:
-
Anugrah Fauzi
Dania Eka Prabandari
Finanda Mutiartha
Galang Prakoso
Shafira Eka Putri Wijaya
Sharon Mailangkay
Analisis Kasus Pembunuhan Adesara
Korban
: Adesara Angelina Suroto (19)
Pelaku
: Ahmad Imam Al-Hafitd (19)
Assyifa Ramadhani (19)
Awal tragedi pembunuhan ini dipicu oleh faktor kecemburuan Assyifa terhadap Adesara. Berikut
kronologi pertemuan Ade Sara dengan kedua pelaku hingga akhirnya korban tewas :
- Senin, 3 Maret 2014
Sekitar pukul 17.30 WIB, sesuai perjanjian, korban bertemu dengan Assyifa di Stasiun
Gondangdia. Saat itu korban seharusnya ada jadwal mengikuti les bahasa Jerman yang rutin ia
lakukan. Di sinilah, korban sesuai dengan rencana pelaku bertemu dengan tersangka Hafiz.
Kedua pelaku pun mengantar ke tempat les korban di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Terdapat sandiwara yang dilakoni oleh kedua pelaku. Saat Ade Sara turun dari mobil Hafiz untuk
ikut les, rupanya Assyifa pun juga ikut turun. Kemudian, Hafiz mengajak Assyifa masuk ke
dalam mobil. tetapi Assyifa tak ingin masuk ke dalam mobil, jika Ade Sara juga tak masuk.
Padahal itu jebakan. Melihat keduanya bertengkar, Sara pun tergerak. Tak berapa lama, keduanya
pun melakukan penganiayaan terhadap Ade Sara. Pada awalnya Ade Sara dipaksa untuk
menanggalkan seluruh pakaiannya. Saat hendak dibuka oleh Assyifa, korban menolak dan
memilih untuk membuka sendiri pakaiannya. Mereka menyuruh Adesara buka baju agar tidak
kabur dari dalam mobil, karena mereka pikir ia tidak akan berani turun dari mobil apabila tidak
mengenakan baju.
Lantaran sempat mendapat penolakan dari Ade Sara, keduanya pun naik pitam. Hafiz sempat
menendang leher korban dengan kaki kiri, memukul dan menyetrum lagi. Assyifa juga
memberikan beberapa pukulan lagi.
Keduanya langsung melanjutkan perjalanan sambil membungkam korban dengan tisu dan kertas
koran.
- Pukul 21.25 WIB
Assyifa memegang dada korban dan mendapati Ade Sara sudah tewas. Mobil Hafiz sempat
mogok tiga kali.
- Selasa, 4 Maret 2014
Sekitar pukul 02.00 WIB, saat melintas di Kemayoran, mobil pelaku kembali mogok. Tersangka
minta bantuan ke temannya untuk membetulkan aki.
Sedangkan Assyifa memakaikan kembali pakaian Ade Sara. Di sinilah Hafiz memberitahukan
kepada temannya yang datang bahwa ia membawa mayat. Temannya menganggap Hafiz
bercanda dan selanjutnya meninggalkan Hafiz ketika akinya sudah berfungsi.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kedua pelaku pun membuang jenazah Ade Sara di pinggiran Tol
Bintara, Bekasi.
- Rabu, 5 Maret 2014
Sekitar pukul 04.00 WIB jenazah korban ditemukan petugas.
Berikut urutan perjalanan Hafiz Assyifa bersama korban: Gondangdia - Menteng (korban
bertemu dengan kedua pelaku) - Tamini - Cawang - Pramuka (diduga terjadi penganiayaan) Kemayoran (korban sudah meninggal dalam keadaan telanjang) - Utan Panjang - ITC Cempaka
Mas -Salemba - Bintara (korban dibuang) - Pulau Gebang.
Tidak tahu apa alasan Ahmad Hafitd pada 10 Maret 2014 melayat Ade Sara di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Hafitd seperti terlalu percaya diri tidak akan ditangkap.
Memasang status turut berduka di Twitter dan Path mungkin dianggap cukup menutupi aksi
bersama kekasihnya, Assyifa. Hafitd tidak tahu ketika ia melayat, Polresta Kota Bekasi sudah
mendapatkan informasi Hafitd pernah mau mencelakai Ade Sara. Setelah mendapat informasi
dari ibunda Sara, polisi meminta bantuan agar Hafitd jangan pergi dahulu. Hafitd ketika itu
datang dan pura-pura membaur. Polisi tambah curiga setelah Hafitd terlihat tidak bisa menjawab
penyebab tangannya terdapat luka bekas gigitan. »Jawabannya awalnya tidak meyakinkan,”
Belum berpengalamanya Hafitd terlihat juga dengan mudahnya polisi menangkap Assyifa. Tidak
sampai satu jam Assyifa ditangkap di kampusnya.
Rentetan aksi dua sejoli Hafitd-Assyifa semakin terbongkar setelah beberapa orang mengakui
melihat keduanya ketika Ade Sara dibunuh. Saat Ade Sara sudah dalam kondisi terbunuh, mobil
Kia Visto mogok di dekat apartemen ITC Kemayoran, Jakarta Pusat. Hafitd kemudian meminta
bantuan sopir taksi untuk mengecas aki. Namun tidak lama mobil kembali mogok, kali ini Hafitd
meminta bantuan temanya, Nuredy untuk membawa aki. Bahkan Nuredy sempat menanyakan
siapa sosok yang ada di dalam mobil. Hafitd menjawab di dalam mobil ada mayat. Nuredy bisa
saja waktu itu menganggap pelaku becanda namun ia sudah menjadi saksi rentetan aksi dua
sejoli itu. Satu saksi lagi adalah teman Ade Sara. Saksi ini tidak diketahui oleh para pelaku.
Sebelum bertemu dengan pasangan pembunuh, Ade Sara sempat berkomunikasi dengan Nadia
Amanda Pritami, teman les Bahasa Jerman di Geothe Institute. Nadia mengatakan dirinya
menghubungi Sara. "Aku lagi di stasiun Gondangdia tungguin teman aku, bukan teman deng,
ceweknya teman aku," ucap Nadia menirukan pesan Sara.
Setelah ditangkap dan diperiksa polisi Hafitd dan Assyifa melakukan tes psikologi sebanyak 2
kali. Mereka diperiksa hingga 2 kali karena ada beberapa faktor diantaranya:
Tertawa saat diperiksa di polisi
Keliling bawa mayat sampai 21 jam
Misteri tulisan mampus loe
Tidak merasa bersalah
Membunuh secara sadis terhadap temannya sendiri
Analisis Kepribadian Menurut Teori Jung
Hafitd bertempat tinggal di Perumahan Pulo Gebang Permai, Assyifa sendiri adalah anak ke 4
dari 6 bersaudara dan ayahnya bekerja honorer di kepolisian bagian pembuatan STNK dan
ibunya adalah seorang pengusaha MLM. Kedua pelaku berkuliah di Kalbis Institute, Pulomas
dan tengah menjalani semester 2. Dalam teori kepribadian Jung terdapat beberapa jenis arketipe
yang terdapat dalam diri setiap orang. Diantaranya adalah persona, self, anima, animus, wise old
man, great mother, shadow, dan hero.
Analisis Kasus:
Dari berbagai informasi yang ada, tersangka pembunuhan adesara suroto (19) yaitu hafitd dan
assyifa kurang bisa mengontrol sisi shadow dalam diri mereka sehingga muncul ke realita
mengalahkan sisi persona mereka dan membunuh korban. Shadow yang seharusnya tersembunyi
karena berisi sikap-sikap primitive dalam diri seseorang seperti agresi, hawa nafsu, dan semua
hal yang terdapat dalam diri makhluk hidup sebagai insting tidak dapat di repress oleh persona
mereka yang di dalamnya berisi aspek moral, nilai dan norma sebagai seorang manusia. Hal
tersebut dapat terlihat karena pembunuhan yang dilakukan memang tidak direncanakan oleh
tersangka. Awalnya tersangka hanya ingin membully secara fisik tanpa menyebabkan kematian
korban. Memang kegiatan membully direncanakan oleh kedua tersangka tetapi niat untuk
membunuh tidak direncanakan sebelumnya. Namun, ketika tersangka sudah terlanjur membunuh
korban terlihat kecemasan yang ada pada diri tersangka karena dtunjukkan dengan bingungnya
tersangka untuk membawa ke mana mayat korban sehingga tersangka berjalan berkeliling
beberapa hari menggunakan mobil untuk mencari tempat yang tepat untuk membuang mayat
korban. Untuk menutupi shadow tersangka, dari informasi yang ada, tersangka menuju ke rumah
sakit untuk melayat korban yang menggambarkan bahwa tersangka menonjolkan persona untuk
menutupi kejahatannya atau shadow nya. Selain itu menurut kelompok kami, persona lain yang
dimiliki oleh Hafidt menurut keterangan dari tetangga sekitar rumahnya adalah bahwa Hafidt
merupakan sosok remaja yang baik, bahkan Hafidt juga termasuk dalam remaja masjid di sekitar
rumahnya, maka dari itu tetangga sempat tidak percaya bahwa Hafidt melakukan hal ini
(membunuh) dan shadow yang dimiliki oleh Hafidtpun tertutupi, begitupun dengan Assyifa yang
sehari-hari dikenal ramah oleh tetangga sekitarnya.