Ekonomi Koperasi dan Sistem Kemitraan

Ekonomi Koperasi dan Sistem Kemitraan
Identifikasi Koperasi Di Indonesia
(Permasalahan,Kelemahan serta Tantangan dan Perkembangannya)

Oleh:

Nama : Aang Firdaus
No Bp : 1010512017

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai koperasi di Indonesia tentu kita tidak bisa lepas dari politik ekonomi yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, membicarakan pembangunan ekonomi bangsa, akan terasa sulit ketika kita
melepaskan sisi historis politik perekonomian negeri yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 ini.

Dengan mengkaji aspek politik ekonomi pada saat itu, maka diharapkan kita bisa menemukan benang merah
permasalahan ekonomi bangsa kita di era sekarang. Ketika melihat konteks sejarah ekonomipolitik kita, tentu
tidak terlepas pula dengan kajian kita tentang masa perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme pada
waktu itu. Menurut pemikiran Bung Hatta bahwa kedaulatan negara didasarkan kepada kedaulatan rakyat, itulah
sebabnya kedua hal pokok ini tak bisa dipisahkan. Pada tahun 1934, Bung Hatta sebagai salah seorang pendiri
Republik Indonesia menulis "Ekonomi Rakyat dalam Bahaya". Tulisan Bung Hatta ini telah menjadi dasar
konsep ekonomi kerakyatan sebagai tandingan untuk mengenyahkan sistem ekonomi kolonial Belanda yang
didukung dan dibantu oleh kaum aristokrat dalam sistem feodalisme di dalam negeri dan pihak-pihak swasta
asing tertentu sebagai komprador pihak kolonial Belanda. Perjalanan melawan kapitalisme sudah berawal sejak
era sebelum kemerdekaan. Ketika itu perlawanan masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional.
Ini berawal ketika VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), kompeni dagang Indonesia timur, 1602-1199]
telah tampil sebagai kekuatan monopoli dagang atas beberapa hasil bumi nusantara. Dan setelah VOC bangkrut,
pada 1799, kekuasaannya pada 1800 diserahkan pada pemerintah Belanda. Sampai pada 1910 pemerintah
belanda telah meluaskan kekuasaannya atas hampir seluruh nusantara. Usaha untuk mengenyahkan sistem
kolonial ini adalah landasan utama perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Orang yang memahami
sejarah ekonomi Indonesia harus mengetahui bahwa penjajahan Belanda di lndonesia di bidang ekonomi
berintikan modal kolonial (koloniaal-kapital) yang bermula dari kolonialisme VOC dan cultuurstelsel,
pelaksanaan Undang-Undang Agraria 1870 sampai beroperasinya investasi swasta asing lainnya dari benua
Barat (Hatta, 1931).
Perjuangan melawan penjajahan merupakan bagian dari perlawanan rakyat Indonesia terhadap penindasan

ekonomi dan penghisapan terhadap faktor-faktor produksl kaum pribumi. Meminjam istilah yang dipakai
Proklamator R.I, Ir. Soekarno "Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk selama-Iamanya penghisapan bangsa
oleh bangsa lain, baik yang tak langsung maupun yang langsung". Oleh karena itu, bagian dari perjuangan
kemerdekaan yang sepertinya masih relevan sampai sekarang adalah mengakhiri penghisapan ekonomi kita.
Lebih lanjut lagi Ir. Soekarno berbicara tentang cita-cita nasional kita setelah merdeka adalah sebagai berikut :
"Cita -cita kita dengan keadilan sosial ialah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alatalat industri, dengan alat-alat tehnologi modem. Asal tidak dikuasai sistem kapitalisme". Oleh karena itu,
kapitalisme menjadi musuh besar yang telah menjajah kita dengan menggunakan metode dan format baru yang
dulu tanpa melalui campur tangan negara, akan tetapi di era saat ini negara dirasa perlu untuk memperlancar
prosesi penghisapan ini yang lebih dikenal dengan sebutan neo liberalism.

Pada masa setelah kemerdekaan Ir. Soekarno dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan
ekonomi kita dari penghisapan asing. Pada awal kemerdekaan walaupun kemerdekaan baru diakui secara resmi
oleh masyarakat internasional, akan tetapi proposal utang luar negeri sudah diajukan sejak tahun 1947. Bahkan
di tingkat wacana, diskusi tentang arti penting utang luar negeri berlangsung sejak November 1945. Yang
mencengangkan, pengakuan kemerdekaan Indonesia harus dibayar dengan pengakuan utang Indonesia kepada
negeri Hindia Belanda. Sehingga pada tahun 1950, pemerintah memiliki dua utang luar negeri pertama warisan
Hindia Belanda sebanyak US $ 4,3 miliar dan utang baru US $ 3,8 miliar. Setelah itu, utang luar negeri baru
terus mengalir. Kemudian, kondisi politik yang mempengaruhi ekonomi Indonesia pada waktu itu adalah
peristiwa konfrontasi indonesia dengan Malaysia pada tahun 1964, yang kemudian Ir. Soekarno menasionalisasi
perusahaan-perusahaan Inggris, ini adalah proses nasionalisasi kedua setelah perusahaan-perusahaan Belanda

dinasionalisasi tahun 1956.

Laksanakan Ekonomi Konstitusi Kalau kita cermati, permasalahan kedaulatan ekonomi kita sebenarnya telah
terproses dari jaman kolonial. Cita-cita Mohammad Hatta dalam konsepsinya tentang koperasi sampai saat ini
belum tercapai. la mengatakan : "cita-cita koperasi adalah menentang individualisme dan kapitalisme secara
fundamental", Untuk menuju kedaulatan ekonorni bangsa, tiada lain bangsa lndonesia harus melaksanakan
ekonomi yang diatur oleh konstitusi kita. Konstitusi Bangsa Indonesia (UUD 1945) dengan tegas menyatakan,
bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan". Bung Hatta sebagai
sang perumus pasal tersebut mengatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas: Demokrasi
Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai
Koperasi.
Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi disebut juga sebagai the third way, atau "jalan ketiga", istilah
yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai "jalan tengah" antara
kapitalisme dan sosialisme. Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar
dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang
lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem
pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka,
dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota Koperasi,
setelah merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem Koperasi akan
mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui

persaingan bebas (kompetisi), menjadi sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa
menghancurkan pasar yang kompetitif itu sendiri.
Dewasa ini, di dunia ada dua macam model Koperasi. Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah
dalam kerangka sistem sosialis. Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang mengikuti pasar oleh
masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar,
maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam Koperasi menjadi badan
usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi
juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah
perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian.

Menurut data Internastional Co-operative Alliance (lCA), pada tahun 2009 koperasi se-dunia beranggotakan 1
miliar orang lebih, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan 3 miliar penduduk dunia atau
setengah populasi planet bumi terjamin kesejahteraannya oleh koperasi. Karenanya, PBB telah menetapkan
Tahun 2012 sebagai Tahun Koperasi Dunia (The International Year of Co-operative) dengan tema: "Bangun
Dunia Yang Lebih Baik dengan Koperasi". Untuk membangun negeri, diperlukan adanya prasyarat
kesejahteraan ekonomi. Sedangkan untuk mensejahterakan ekonomi rakyat Indonesia, Bapak Koperasi kita
Bung Hatta, menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang
terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan
wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang
kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhanmodal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian

industri kecil dan koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil. Karena tujuan
koperasi bukanlah mencari laba yang sebesarbesarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala keci!. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala
kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari
anggotanya, baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder.

Pasang-surut Koperasi di Indonesia Dalam perkembangannya, koperasi di Indonesia mengalami pasang dan
surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun perlu direnungkan: Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang
bertumbuh menjadi usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain, yakni swasta (konglomerat)
dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung

stagnan alias berjalan di tempat? Mengapa Koperasi sulit berkembang di tengah "habitat" alam Indonesia?
Padahal, upaya pemerintah untuk "memberdayakan" Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai,
mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop,
Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program
KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga
"paket program" dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan
ekonomi kerakyatan ini. DEKOPIN bersama Kementerian Koperasi dan UKM bertekad untuk mengubah stigma
koperasi yang masih melekat sebagai ekonomi marjinal, pelaku bisnis yang per!u dikasihani, pelaku bisnis
"pupuk bawang", pelaku bisnis tak profesional, s'ahlngga dapat menjadi pelaku ekonomi nasional yang

dominan. Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang berhubungan dengan semangat.
Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan kumpulan serba lemah, itu terjadi karena
adanya pola pikir yang menciptakan demikian. Singkatnya, pemikiran kita dipolakan, bahwa koperasi adalah
untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan besar, untuk kalangan Usaha Swasta. Di sinilah
terjadinya penciptaan paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat
berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung beras di pundaknya.
Koperasi adalah "badan usaha", juga "perkumpulan orang" termasuk yang "berwatak sosial". Definisi yang
melekat jadi memberatkan, yakni "organisasi sosial yang berbisnis" atau "Iembaga ekonomi yang mengemban
fungsi sosial."
Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha besar dan beragam serta
tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai
bidang usaha-bisnis komersial, omzet mereka mencapai milyaran rupiah setiap bulan. Namun demikian seperti
dikatakan Bung Hatta: walaupun usahanya besar, koperasi yang belum bisa mensejahterakan anggotanya berarti
bukan koperasi yang sesungguhnya, sebab. koperasi adalah untuk kepentingan anggota.

BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan Koperasi Di Indonesia
-


-

-

Adanya Peraturan Daerah Bertentangan dengan Asas-Asas Koperasi : Sekretaris Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) Guritno Kusomo (2011) mengatakan bahwa
matinya beberapa koperasi di daerah juga disebabkan adanya peraturan daerah yang bertentangan
dengan asas-asas koperasi. Terbukti ditemukannya sekitar 3000 perda yang bertentangan dengan usaha
pengembangan koperasi dan usaha kecil
Adanya Kelemahan dari beberapa prinsip koperasi yang ada (Hendar Kusnadi):
a. Prinsip keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, akan melemahkan struktur permodalan dalam
jangka panjang sebab jika perusahaan koperasi tidak mampu melayani kepentingan anggota, ia bisa
keluar dari keanggotaan koperasi, Konsekuensinya, modal yang tertanam di koperasi harus
dikembalikan.
b. Prinsip control secara demokratis, menyebabkan anggota yang memiliki modal dalam jumlah banyak
akan keluar dari koperasi dan memilih masuk organisasi nonkoperasi yang ketentuan-ketentuannya
menyatakan pemilik modal terbesar adalah yang mempunyai control terbesar dalam perusahaan.
c. Prinsip pembagian sisa hasil usaha berdasarkan jasa anggota, akan mengurangi pemilik modal
(terrutama pemilik modal besar) memasuki koperasi (menjadi angota koperasi).

d. Prinsip bunga yang terbatas atas modal, akan mengurangi kegiatan anggota untuk menabung pada
koperasi.
Kredit macet dan lemahnya pemasaran menjadi penyebab mayoritas matinya sebuah koperasi.
Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kota Cimahi Ade
Irawan saat dihubungi Bisnis, hari ini. "Parahnya lagi anggota koperasi seringkali berharap bisa
langsung mendapatkan fasilitas ketimbang ingin mengembangkan koperasi menjadi lebih besar," kata
Ade Irawan. Solusi untuk masalah tersebut, pengurus koperasi diharapkan bisa menentukan produk
unggulan dan langsung mengaplikasikan program dan menyosialisasikannya. Lebih lanjut
disampaikannya, enggannya masyarakat masuk dalam koperasi karena mereka trauma dengan perilaku
rentenir. Oleh karenanya, pihaknya ingin menertibkan hal tersebut. "Koperasi itu dibuat untuk
mensejahterakan anggotanya, sedangkan praktik rentenir yang diuntungkan hanya segelintir orangnya
saja. Selain itu, koperasi juga mempunyai badan hukum," paparnya. Sejak menjabat sebagai Ketua
Dekopinda Kota Cimahi, dirinya menargetkan untuk bisa menghidupkan kembali sejumlah koperasi
yang telah mati suri. Pasalnya, saat ini dari 337 koperasi yang ada, hanya 35% saja yang masih
berjalan. CIMAHI (bisnis-jabar).

-

-


Pengurus Koperasi Di Indonesia yang masih banyak kurang kredibilitasnya, yang mana menggelapkan
uang iuran anggotanya atau melakukan praktek-praktek bisnis yang menguntungkan pengurus itu
sendiri dan bukan menguntungkan anggota koperasi.
Kurangnya Pengetahuan Masyarakat tentang Koperasi. Yang mengakibatkan adanya penipuan yang
mengatasnamakan koperasi. Salah satu contoh kasusnya diambil dari salah satu Artikel Merdeka.com:
Maraknya kasus penipuan berkedok koperasi, seperti kasus Koperasi Langit Biru dan Koperasi Al
Amanah di Cianjur beberapa bulan terakhir, membuat Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan
gerah. Dia mengimbau masyarakat waspada dan cermat. Terlebih jika lembaga atau koperasi
menjanjikan hal yang muluk-muluk. Baginya, indikator bisnis paling ideal tetap bunga bank resmi yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang saat ini sebesar 5,75 persen. Jika ada tawaran bunga atau
keuntungan di atas aturan yang ada, ada indikasi pidana. "Tolong disampaikan kepada masyarakat
kalau ada lembaga koperasi apapun yang menjanjikan returnnya (pengembalian modal) di atas BI rate,
itu pasti penipuan," ujarnya usai menghadiri Pameran Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM)
di Hall B, Jakarta Convention Center, Kamis (27/9).Kasus Koperasi Langit Biru atau Koperasi Al
Amanah yang kini berurusan dengan polisi lantaran dianggap menipu, skema bisnis yang ditawarkan

-

memang menggiurkan bagi orang awam. Pada paket investasi Al-Amanah, Kabupaten Cianjur
misalnya, investor bisa menyetorkan modal sekitar Rp 1-5 juta dan dalam bulan depannya, tepat di

tanggal jatuh tempo mendapat keuntungan 100 persen.Bahkan di paket lainnya, nilai investasi yang
ditawarkan berkisar Rp 5-10 juta dengan nilai keuntungan mencapai 150 persen. Syarifudin
menegaskan, tindak penipuan yang dilakukan koperasi tersebut, pada akhirnya berimbas mencemarkan
usaha koperasi lain."Itu koperasi tidak punya izin dari kita, dari Menteri Keuangan juga tidak dapat jadi
begitulah akhirnya," ujar Syarifudin.Di sisi lain, Menkop menyebutkan, pertumbuhan usaha berbentuk
koperasi semakin meningkat. Kini pertumbuhannya mencapai 7-8 persen per tahun. "Saat ini ada
192.450 koperasi di Indonesia, kebanyakan berbentuk usaha simpan pinjam," paparnya. misalnya,
investor bisa menyetorkan modal sekitar Rp 1-5 juta dan dalam bulan depannya, tepat di tanggal jatuh
tempo mendapat keuntungan 100 persen.Bahkan di paket lainnya, nilai investasi yang ditawarkan
berkisar Rp 5-10 juta dengan nilai keuntungan mencapai 150 persen. Syarifudin menegaskan, tindak
penipuan yang dilakukan koperasi tersebut, pada akhirnya berimbas mencemarkan usaha koperasi
lain."Itu koperasi tidak punya izin dari kita, dari Menteri Keuangan juga tidak dapat jadi begitulah
akhirnya," ujar Syarifudin.Di sisi lain, Menkop menyebutkan, pertumbuhan usaha berbentuk koperasi
semakin meningkat. Kini pertumbuhannya mencapai 7-8 persen per tahun. "Saat ini ada 192.450
koperasi di Indonesia, kebanyakan berbentuk usaha simpan pinjam," paparnya.
Berikut ini masalah yang dihadapi koperasi secara umum dan cara mengatasi permasalahan tersebut ,
yaitu :
1. Koperasi jarang peminatnya
Koperasi jarang peminatnya dikarenakan ada pandangan yang berkembang dalam masyarakat bahwa
koperasi adalah usaha bersama yang diidentikkan dengan masyarakat golongan menengah ke bawah.

Dari sinilah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang koperasi. Dengan adanya sosialisasi
diharapkan pengetahuan masyarakat tentang koperasi akan bertambah. Masyarakat dapat mengetahui
bahwa sebenarnya koperasi merupakan ekonomi rakyat yang dapat menyejahterakan anggotanya.
Sehingga mereka berminat untuk bergabung.
2. Kualitas Sumber Daya yang terbatas
Koperasi sulit berkembang disebabkan oleh banyak faktor, yaitu bisa disebabkan Sumber Daya
Manusia yang kurang. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi. Seperti yang
sering dijumpai, pengurus koperasi biasanya merupakan tokoh masyarakat sehingga dapat dikatakan
rangkap jabatan, kondisi seperti inilah yang menyebabkan ketidakfokusan terhadap pengelolaan
koperasi itu sendiri. Selain rangkap jabatan biasanya pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga
kapasitasnya terbatas. Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui
pendidikan agar mereka dadat berpartisipasi dalam koperasi.Partisipasi merupakan faktor yang penting
dalam mendukung perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab
sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
3. Banyaknya pesaing dengan usaha yang sejenis
Pesaing merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi, tetapi kita harus mengetahui bagaimana
menyikapinya. Bila kita tidak peka terhadap lingkungan (pesaing) maka mau tidak mau kita akan
tersingkir. Bila kita tahu bagaimana menyikapinya maka koperasi akan survive dan dapat berkembang.
Dalam menanggapi pesaing kita harus mempunyai trik – trik khusus, trik – trik/ langkah khusus
tersebut dapat kita lakukan dengan cara melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang
maksimum. Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan
cara sistem kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan
tergantung perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat
untuk menjadi anggota.
4. Keterbatasan Modal
Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam masalah
permodalan. Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya sehingga dapat bertahan
dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan pihak yang tak kalah pentingnya,
dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat menyimpan uang mereka dikoperasi yang nantinya
dapat digunakan untuk modal koperasi.

5. Partisipasi anggota
Sebagai anggota dari koperasi seharusnya mereka mendukung program-program yang ada di koperasi
dan setiap kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan setiap anggota harus
mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
6. Perhatian pemerintah
Pemerintah harus bisa mengawasi jalannya kegiatan koperasi sehingga bila koperasi mengalami
kesulitan, koperasi bisa mendapat bantuan dari pemerintah, misalnya saja membantu penyaluran dana
untuk koperasi.Akan tetapi pemerintah juga jangan terlalu mencampuri kehidupan koperasi terutama
hal-hal yang bersifat menghambat pertumbuhan koperasi. Pemerintah hendaknya membuat kenijakankebijakan yang dapat membantu perkembangan koperasi.
7. Manajemen koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi tentunya memerlukan manajemen, baik dari bentuk perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat berfungsi dalam pengambilan
keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota.
Apabila semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau mengambil
bagian di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat memberikan motifasi yang baik,
koperasi pasti dapat berjalan dengan lancar.

Kelemahan Koperasi Di Indonesia:
Secara umum koperasi harus menghadapi kelemahannya sebagai berikut :
 Pembinaan hubungan antara alat perlengkapan koperasi, khususnya antara pengurus dan manajer, yang
masih perlu ditingkatkan. Hal ini antara lain mengingat perlunya koordinasi yang mantab dan
pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas. Harus dihindarkan apabila ada pengurus yang
mengambil wewenang manajer melaksanakan tugas operasional.
 Kebijaksanaan dan program kerja koperasi masih cenderung timbul sebagai prakarsa pemerintah.
Program-program yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan anggota masih ada yang belum
sepenuhnya dipadukan dengan program-program yang timbul dari prakarsa pemerintah. Keputusan
koperasi yang mandiri masih belum dapat berkembang.
 Organisasi tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan Induk koperasi, tampak belum sepenuhnya
dapat memberikan pelayanan kepada koperasi primer, khususnya meningkatkan kemampuan dalam
bidang organisasi, administrasi, dan manjemen.
 Kerja sama koperasi dan lembaga non-koperasi telah ada yang berlangsung atas landasan saling
menguntungkan antara kedua belah pihak. Tetapi, apabila kurang hati-hati dalam membinannya ada
kerjasama yang cenderung mengarah pada hilangnya kemandirian koperasi.
 Kemampuan pemupukan modal usaha yang bersumber dari anggota dan hasil usaha koperasi,
walaupun cukup memadai perkembangannya namun ternyata masih sangat terbatas.
 Dalam usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi masih menghadapi kesulitan untuk memenuhi
persyaratanyang ditentukan. Demikianlah, maka pemupukan modal koperasi walaupun cepat
perkembangannya hasilnya masih terbatas juga.
 Keterpaduan gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan terhadap gerakan koperasi dari berbagai
instansi masih perlu ditingkatkan.
 Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan koperasi pada tingkat perkembangan seperti
sekarang ini adalah masih kurangnya petugas pembina koperasi, baik dalam jumlah maupun mutunya.
 Masalah permodalan, penguasaan teknologi, akses informasi, permasalahan pemasaran, dan
perlindungan hukum.
 Kurangnya dana sehingga fasilitas-fasilitas yang sudah ada tidak dirawat, hal ini menyebabkan
koperasi tertinggal karena kemajan teknologi yang sangat cepat.

Tantangan Koperasi Indonesia
Pada tahun 2015 akan menghadapai ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Menghadapi pasar global terutama perdagangan ASEAN – China dan ASEAN Community, koperasi di
Indonesia dituntut untuk semakin dewasa dan mandiri. Secara kualitas, koperasi Indonesia semakin meningkat
dibanding beberapa tahun lalu. Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menangah (UKM), Agus
Muharam mengatakan, koperasi siap menghadapi pasar global karena koperasi mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan usaha lainnya. Sejumlah kelebihan tersebut pertama, setiap orang dewasa dapat menjadi
anggota sebuah koperasi. Kedua, keanggotaan koperasi bersifat terbuka dan sukarela. Terbuka artinya anggota
koperasi terbuka bagi siapa saja sesuai dengan jenis koperasinya. Ketiga, keanggotaan koperasi tidak
membedakan suku, ras, derajat maupun agama. Keempat adalah sukarela, artinya keanggotaan koperasi tidak
atas paksaan. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama. "Jadi koperasi itu oleh anggota dan
untuk anggota,”.
Dengan sejumlah kelebihan tersebutu, Agus mengungkapkan, koperasi bisa kebal dari dampak buruk ekonpmi
global. “Dalam koperasi tidak seperti itu, setiap anggota koperasi saling melindungi,” kata Agus kepada Suara
Pembaruan dan Beritasatu.com Jumat (12/7). Sesuai dengan pengertiannya, koperasi merupakan kegiatan
ekonomi yang berazaskan kekeluargaan. Adapun tujuan utama koperasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Dengan koperasi, masyaraakat atau anggota koperasi bisa membeli kebutuhan pokok
dengan harga lebih murah. Anggota juga bisa mendapat pinjaman modal usaha melalui koperasi. Inilah peran
koperasi untuk melindungi anggotanya dari cengkeraman para rentenir yang bergentayangan di desa-desa.
Sebagaimana diketahui, kesepakatan kerjasama perdagangan ASEAN – China ditandatangani di Phnom Penh,
Kamboja, pada 4 November 2002 yang diikuti oleh 11 Kepala Negara termasuk Indonesia. Pembentukan
kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan ekonomi, perdagangan, kerjasama investasi antara
ASEAN-China. Selain itu, mulai 1 Januari 2015, mulai diberlakukan ASEAN Economic Community (AEC),
pasar tunggal ASEAN. Ketika AEC berlaku, pabrik dibangun dan hasil produksinya bisa dijual dimana saja
selama dalam lingkungan ASEAN.
Tujuan pasar tunggal ASEAN ini adalah menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN,
meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN. Dua hal tersebut
merupakan tantangan ekonomi Indonesia kedepan. Sebagian pihak menilai, perdagangan bebas ASEAN – China
ini berdampak buruk pada ASEAN terutama Indonesia. Produk hasil industri Indonesia tergeser alias tidak laku
dijual, karena harganya lebih mahal dari produk China.
Bahkan menurut prediksi pihak Asosiasi Perstektilan Indonesia (API), banyak pelaku usaha Indonesia terutama
yang bergerak dalam sektor manufaktur akan beralih menjadi pedagang yakni menjadi pedagang barang impor.
Karena banyaknya pelaku usaha beralih menjadi pedagang maka banyak pekerja terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK). Dampakmya, angka pengangguran Indonesia meningkat. Bagi pekerja yang mempunyai jiwa
usaha, mereka (yang semula sebagai pekerja formal) beralih menjadi pekerja informal, seperti penjual bakso,
atau air mineral.
Ada banyak strategi menghadapi tantangan ekonomi seperti disebutkan di atas. Salah satunya adalah
mengembangan koperasi. Setelah 67 tahun Indonesia merdeka, bagaimana perkembangan dan peran koperasi
Indonesia ? Ada dua pendapat. Pertama, kondisi dan perkembangan serta peran koperasi Indonesia masih
memprihatinkan. Kedua, keberadaan koperasi sungguh membantu perekonomian Indonesia dan
perkembangannya juga selalu naik. Pakar Koperasi dan Ekonomi, Bernhard Limbong, menyatakan, kondisi
koperasi di Indonesia sampai tahun 2011 cukup memperihatinkan. Sebanyak 27 persen dari 177.000 koperasi

yang ada di Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi tidak aktif. Menurut Limbong, secara de facto, sosok peran
koperasi masih jauh panggang dari api. Kedudukan koperasi terstruktur dalam posisi yang marginal dan
terkungkung dalam masalah internal yang melemahkan. Komitmen amanat Pasal 33 UUD 1945, belum berhasil
menciptakan fondasi dan bangunan keekonomian koperasi yang kokoh dan berketahanan.
Sebagai badan usaha, koperasi dicitrakan gagal memenuhi harapan masyarakat luas, yaitu entitas bisnis yang
menguntungkan. Sebagai gerakkan ekonomi rakyat, koperasi dianggap gagal menjadi actor sentral demokrasi
ekonomi. Menurut Limbong, secara eksternal, pesatnya pengaruh globalisasi pasar bebas ekonomi dunia telah
menggiring perekonomian Indonesia ke arus kapitalisme yang menggurita, dan pada gilirannya kian
menyulitkan posisi dan peran koperasi di zona ekonomi negeri ini. Sementara peran strategis negara untuk
mewujudkan ideologi ekonomi berbasis koperasi tidak secara nyata dan signifikan memberikan hak sosial
ekonomi rakyat berupa kemakmuran. "Hal itu terutama akibat koordinasi dan komitmen yang lemah pada
tataran implementasi peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah dan keputusan menteri, dan
kebijakan-kebijakan teknis operasional," kata Limbong.
Sementara secara internal, lambannya perkembangan serta pergerakan koperasi di Indonesia disebabkan
sejumlah faktor internal koperasi itu sendiri, seperti modal usaha dan lapangan usaha terbatas. Dampkanya,
sebagian koperasi hanya mengelola satu jenis usaha, dan sifatnya temporer, serta monoton. Selain itu,
kurangnya tenaga professional, bahkan sebagian masyarakat enggan masuk sebagai pengelola koperasi karena
dinilai tidak menjanjikan masa depan. Permasalahan lainnya adalah kepastian usaha, segmentasi pasar, dan daya
dukung organisasi yang sangat lemah. Percepatan usaha yang dimiliki berjalan lamban, dan kurang mampu
bersaing di pasar, baik pasar lokal, regional, dan nasional apalagi pasar internasional. Sebaliknya pendapat
kedua seperti Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan, menegaskan, 67 tahun setelah koperasi ditetapkan
sebagai soko guru perekonomian nasional, koperasi terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi
perekonomian nasional kita. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2013 menampilkan ada 194.925
unit koperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya 1.472 unit koperasi nelayan yang tersebar di 23 provinsi.
Dengan jumlah anggota mencapai 33,6 juta orang. Setiap tahunnya, pertumbuhan koperasi ini mencapai tujuh
sampai delapan persen. Mayoritas koperasi yang beroperasi adalah simpan pinjam. Dari data tersebut, Syarief
berkeyakinan kuat bahwa koperasi akan makin tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun mendatang dan pada
gilirannya akan ikut berperan penting dalam mencapai pertumbuhan dan pemeratan ekonomi 7,7 persen,
pengurangan angka kemiskinan menjadi 8-10 persen, dan pengurangan angka pengangguran mencapai 5 – 6
persen pada tahun 2014. Syarief tidak berlebihan, pengalaman sejak krisis ekonomi sejak tahun 1998
menunjukan koperasi bersama UMKM memiliki kemampuan berakselarasi dan berdaya tahan tinggi. Sebanyak
58 persen Produk Domestik Bruto (PDB) disumbangkan dari sektor koperasi dan UMKM. Dari sektor koperasi
pula Indonesia bisa menjaring pengusaha. Ini penting karena rasio pengusaha di negara ini masih minim. Selain
itu, koperasi dan UMKM menjadi penyerap tenaga kerja yang sangat potensial larena proses produksi yang
dilakukan Kementerian biasanya bersifat padat karya dan sangat adaptif terhadap lingkungan yang berubah.
Sementara pakar manajemen dan koperasi,Thoby Mutis, sebagaimana dikutip Limbong dalam bukunya,
Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat, 2010, mengatakan, dua hal yang perlu mendapat
perhatian para pelaku usaha koperasi adalah terus menelorkan terobosan-terobosa kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan bisnis. Ini penting agar koperasi bisa berdiri sejajar dengan badan usaha swasta maupun Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Thoby Mutis menghimbau para profesional koperasi untuk mencari relevansi
manajemen koperasi dengan perkembangan manajemen modern kontemporer yang diterapkan di lembaga
ekonomi lain (swasta dan lembaga ekonomi milik negara) agar bisnis koperasi mampu memicu efisiensi teknis
ekonomis dan sekaligus sosial.
Kedua, bertekat kuat menerapkan manajemen profesional dalam menjalankan bisnis koperasi yang ditandai
dengan beberapa strategi, yakni berani merekrut tenaga-tenaga profesional hebat dengan gaji besar,
mengembangkan keahlian para pengurus dan manajemen pengelola koperasi, menyiapkan dana khusus untuk
melakukan riset, kegiatan public relation, dan memperluas kemitraan dan seterusnya. Sampai saat ini dan

kedepan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM, terus melakukan kegiatan untuk
menumbuhkembangkan koperasi. Salah satunya melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Lembaga
ini sangat siap membantu dunia perkoperasian dan para pelaku UKM. Sejak berdiri tahun 2006, LPDB sudah
memberikan modal kepada 1.600 koperasi. Sebanyak 1.600 koperasi ini kalau hitung-hitung matematis, kalau
satu koperasi mempunyai 1.000 UKM, kalau 1 UKM mempunyai tenaga kerja tiga orang, sudah 15.000 tenaga
kerja. Jadi LPDB itu menciptakan lapangan kerja.
Menurut Agus Muharam, sejak tahun 2010, Kementerian Koperasi dan UKM menggagas program Gerakan
Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop). Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam gerakan ini, yakni mengajak
sebanyak-banyak masyarakat Indonesia untuk berkoperasi, membenahi koperasi-koperasi yang ada untuk
berkoperasi sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, lalu membangun koperasi berskala besar yang memiliki
daya saing di tingkat nasional dan internasional. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai Februari 2012,
pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Sementara berdasarkan data
terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang berada di bawah koordinasi
Wakil Presiden di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2013 yang mencapai angka 96 juta jiwa.
Semoga dengan gencarnya pemerintah melakukan Gemaskop, maka semakin banyak orang bergabung atau
membentuk koperasi terutama para penganggur dan orang-orang miskin ini. Kalau demikian, maka koperasi
benar-benar membuat Indonesia Jaya.
Perkembangan Koperasi Di Indonesia
PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA
Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang surut di sejarahnya. Dalam perjalanannya,
perkembangan koperasi Indonesia ini memiliki ruang lingkup usaha yang berbeda-beda dari waktu ke waktu
tergantung pada kondisi lingkungan bangsa Indonesia. Perkembangan koperasi Indonesia terjadi sesuai
perubahan zaman dan kebutuhan.
Dahulu, koperasi hanya menekankan pada kegiatan simpan pinjam. Kemudian, berkembang menjadi koperasi
serba usaha yang juga menyediakan barang2 konsumsi. Hingga perkembangan koperasi Indonesia mulai
merambah pada penyediaan barang2 untuk keperluan produksi. Masgngudi (1989,hlm 1-2) mengatakan bahwa
koperasi mengalami perkembangan hingga menjadi memunculkan koperasi serba usaha. (Anne ahira.com)
Kondisi Koperasi di Indonesia Setelah Merdeka :
Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang hancur akibat politik pada masa kolonial belanda dan
dilanjutkan oleh sistem kumini pada zaman penjajahan Jepang, lambat laun setelah Indonesia merdeka kembali
menghangat. Apalagi dengan adanya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pada pasal 33
yang menetapkan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, maka kedudukan hukum koperasi di
Indonesia benar-benar menjadi lebih mantap. Dan sejak saat itu Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik
Indonesia lebih intensif mempertebal kesadaran untuk berkoperasi bagi bangsa Indonesia, serta memberikan
banyak bimbingan dan motivasi kepada gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha dan cara kerja, atas
jasa-jasa beliau lah maka Moh.Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan koperasi di Indonesia :
-

-

Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia) dalam
Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, sekaligus ditetapkannya sebagai Hari Koperasi
Indonesia.
Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan sebagai badan penggerak yang menyalurkan
bahan pokok bagi rakyat. Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di Indonesia ditingkatkan baik

-

secara resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal melalui siaran media masa,dll yang
dapat memberikan informasi serta menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.
Lalu pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI).
Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi) MUNASKOP II yang
mengesahkan Undang-Undang koperasi no.14 tahun 1965 di Jakarta.

Koperasi di Indonesia pada Zaman Orde Baru Hingga Sekarang :
Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan
perkembangan perkoperasian di Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto. Ketetapan MPRS
no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah.
Berikut beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang :
 Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang koperasi no.12 tahun
1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
 Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia
(GERKOPIN).
 Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai penggantinya dibentuk
Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
 Dan pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian,
undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di masa yang akan datang.
 Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung jalan di tempat.
Potret Koperasi di Indonesia :
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit
lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah
koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak
96.180 unit (88,14 persen). Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu catatan
yang perlu di ingat reformasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang KUD telah melahirkan
gairah masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan ekonomi yang melalui koperasi.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat
program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan
pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber
pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing
usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi,
namun sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian terutama pangan (Anne
Both, 1990), disamping sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan
mengurus dan mengelola KUD (Revolusi penggilingan kecil dan wirausahawan pribumi di desa).
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan kita kepada koperasi.
Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang
menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi koperasi yang
terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi
koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua
setelah BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun
program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk
tumbuhnya kemandirian koperasi.

Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada dasarnya
tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984
dan lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis pengembangan dan pada
saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi
taat pada penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan
ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha koperasi kearah
penyatuan vertical maupun horizontal. Oleh karena itu jenjang pengorganisasian yang lebih tinggi harus
mendorong kembalinya pola spesialisasi koperasi. Di dunia masih tetap mendasarkan tiga varian jenis koperasi
yaitu konsumen, produsen dan kredit serta akhir-akhir ini berkembang jasa lainnya.
Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang terstruktur
dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder
dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah
pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang
berkembang dengan globalisasi. Untuk mengubah arah ini hanya mampu dilakukan bila penataan mulai
diletakkan pada daerah otonom.
Kondisi Koperasi di Indonesia Tahun 2011 :
Seperti yang dikatakan Menteri Negara Koperasi dan UKM, Syarif Hasan, pada hari Selasa (12/7) yang saya
dapatkan infonya dari nasional.contan.co.id bahwa jumlah koperasi di Indonesia meningkat 5,31% dibanding
tahun lalu. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan sampai Juni 2011 total koperasi di Indonesia
mencapai 186.907 unit. “Kita melihat perkembangan kinerja koperasi selama setahun ini cukup
mengembirakan,” terang Menteri Negara Koperasi dan UKM tersebut.
Dari 186.907 unit koperasi itu, memiliki 30.472 anggota dengan volume usaha sebesar Rp 97.276 triliun serta
modal sendiri mencapai Rp 30,10 triliun. Dibandingkan dengan Desember 2008 angka pertumbuhan koperasi
mencapai 20,6%. Kementerian Negara Koperasi dan UKM berharap, pertumbuhan koperasi yang tinggi akan
berkontribusi terhadap perekonomian negara. Terutama dalam dalam penyerapan tenaga kerja dan pembayaran
retribusi termasuk pajak unit-unit usaha koperasi.
Pertumbuhan jumlah koperasi ini seiring dengan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 19 bank yang per 30
Juni 2011 ini juga mengalami peningkatan. Sejak diluncurkan 2007 lalu sampai 30 Juni 2011 realisasi
penyaluran KUR sudah mencapai Rp 49,9 triliun untuk 4,804.100 debitur. Adapun target penyaluran KUR
tahun 2011 sebesar Rp 20 triliun kepada 991,542 debitur. (Evaruth.wordpress.com)

BAB III
PENUTUP
Dari Identifikasi Koperasi Indonesia, dapat di ketahui bahwa masih terdapatnya berbagai
permasalahan serta kelemahan terhadap koperasi DI Indonesia yang mana dapat menghambat
perkembangan koperasi kedepannya bahkan dapat menjadikan koperasi yang ada Di Indonesia
berjalan ditempat bahkan “mati suri”. Dan juga pada tahun 2015 koperasi Indonesia akan
menghadapi tantangan yang cukup kuat dimana nantinya koperasi DI Indonesia tidak hanya akan
bersaing dengan badan usaha swasta ataupun BUMN yang terdapat DI Indonesia, tetapi akan
menghadapi badan usaha swasta ataupun BUMN dari Negara-negara yang ada dikawasan ASEAN,
beralti akan bertambahnya saingan koperasi di dalam pasar, jika koperasi “tidak memperbaiki dan
mempersiapkan diri” maka ini juga akan menjadi tambahan permasalahan yang akan dihadapi
koperasi dan akan dapat menghambat perkembangan koperasi serta dapat mematikan koperasi
tersebut. Akan tetapi jika koperasi dapat “memperbaiki dan mempersiapkan diri” maka ini dapat di
jadikan peluang (bertambahnya pasar koperasi) dan ini dapat di jadikan sebagai pendukung koperasi
untuk dapat bertumbuhkembang kedepannya.

Daftar Pustaka
Kusnadi,Hendar. “EKONOMI KOPERASI (untuk perguruan tinggi) ”. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2015.
Bisnis.com jawa barat. “Kredit Macet Penyebab Utama Matinya Koperasi”. Diakses tanggal 18 Juli
2014.
http://bandung.bisnis.com/read/20120519/5/185969/kredit-macet-penyebab-utama-matinya-koperasi
Wordpress.com. “Perkembangan Koperasi Di Indonesia”. Diakses tanggal 18 Juli 2014.
http://prastianinc.wordpress.com/2011/12/06/perkembangan-koperasi-di-indonesia/
Merdeka.com. “Koperasi Tawarkan Keuntungan Diatas BI RATE Pasti Penipuan” . Diakses tanggal
18 Juli 2014.
http://www.merdeka.com/uang/koperasi-tawarkan-keuntungan-di-atas-bi-rate-pasti-penipuan.html
Suryani,Nina. “Tugas Ekonomi Koperasi Makalah Perkembangan Koperasi” . Diakses tanggal 18 Juli
2014.
http://ninasuryaninina.blogspot.com/2012/11/tugas-ekonomi-koperasi-makalah.html
BeritaSatu.com. “Koperasi Indonesia Semakin Dewasa Hadapi Pasar Global” . Diakses tanggal 18
Juli 2014.
http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/125307-koperasi-indonesia-semakin-dewasa-hadapipasar-global.html
Dekopin.coop. “Membangun Koperasi Membangun Negeri” . Diakses tanggal 18 Juli 2014.
http://dekopin.coop/artikel/detail/84