APBN dan Asumsi Ekonomi Makro APBN

EKONOMI PUBLIK

Anggara Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
dan
Asumsi Ekonomi Makro APBN
DOSEN PEMBIMBING : R. HERA PURNAMI, SE. MSI
DISUSUN OLEH :
YUMI FEBRIA (02414092)
SINTA APRILIANI (02414100)
RIZQI NUR EKA PRATIWI (02414102)

Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi
Program Studi DIII Perpajakan

Daftar Isi
Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat Telp. (61-21) 5663232
Ext. 8128, 8140 Fax. (62-21) 5671356

Cover

Daftar Isi ........................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................................................................... ii
BAB. I Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB.II Pembahasan
A. Pengertian, Fungsi dan Dasar Hukum APBN ...................................................................... 3
B. Format APBN ...................................................................................................................... 5
C. Asumsi Ekonomi Makro .................................................................................................... 10
BAB. III Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Saran ................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 15

Kata Pengantar

Puji kami syukur panjatkan ke hadirat Allah AWT, yang atas limpahan rahmatNya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)’ dengan lancar.
Makalah ini disusun penulis sebagai tugas mata kuliah Hukum Keuangan Negara. Tak ada gading yang tak

retak. Demikian pula dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kealpaan. Karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan selalu saya sambut dengan baik. Makalah ini tidak akan berarti tanpa
keterlibatan pihak-pihak yang membantu penyelesaiannya. Atas segala bentuk dukungan yang diberikan,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
2.
3.
4.

Allah SWT.
Bapak Ibnu Ikhwanusshofa selaku dosen mata kuliah Ekonomi Publik.
Teman-teman DIII Perpajakan Universitas Trisakti.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 11 April 2015

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah sebagai entitas pengemban amanat rakyat, dalam melaksanakan kewajiban dalam
memenuhi kebutuhan rakyat menjalankan peran sebagai regulator. Pelaksanaan kewajiban
tersebut diwujudkan dalam berbagai program dan kegiatan. Dalam melaksanakan program dan
kegiatan tersebut, Pemerintah berhak mendapatkan sumber dana dari masyarakat yang dapat
berupa penarikan pajak, retribusi dan lain-lain tanpa bertujuan mengambil keuntungan.
Dalam melaksanaan berbagai program dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
pemerintah membentuk segenap perangkatnya yang terdiri atas Kementerian/Lembaga yang
melingkupi seluruh aspek kebutuhan yang ada di dalam masyarakat sehingga tidak ada lagi
kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi oleh pemerintah.
Program dan kegiatan pemerintah dihimpun dalam sebuah rencana kerja yang matang dengan
durasi panjang (25 tahun), menengah (5 tahun) dan tahunan, dengan persetujuan DPR sebagai
perwakilan rakyat yang berperan sebagai lembaga koordinasi sekaligus pengawas pelaksanaan
berbagai program dan kegiatan pemerintah agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui APBN. Sesuai UUD 45, APBN
harus diwujudkan dalam bentuk Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban
menyusun dan mengajukan Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR. RAPBN memuat asumsi

umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer,
defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah.
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran negara dalam 1 tahun yang ditampung
dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank
sentral (Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus
dimasukkan dalam rekening tersebut.
Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan pengelolaan APBN,
semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat
pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening
harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran yang

telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran “on
budget”.
Sejak tahun 1969 APBN Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada tanggal 31
Maret tahun berikutnya. Setelah bergulirnya reformasi APBN disusun berdasarkan atas tahun
kalender yaitu mulai tanggal 1 Januari dan diakhiri pada tanggal 31 Desember pada tahun yang
bersangkutan. Hal ini dilaksanakan salah satunya untuk menyesuaikan dengan pelaksanaan
anggaran di beberapa negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian APBN?

2. Dasar hukum APBN
3. Bagaimana format APBN?
4. Apa saja asumsi ekonomi makro APBN ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Publik, selain itu dengan penulisan paper ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan kita terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Fungsi dan Dasar Hukum APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur

perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara
selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar
1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Bunyi pasal 23:
ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk


melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian,
pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman
bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan
telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk
medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan
dengan lancar.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah

kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan

6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

B. Format APBN

 PENJELASAN
Pada T-account, pinjaman proyek bersifat in-out yaitu masuk dalam penerimaan negara
sebagai penerimaan pembangunan dan juga masuk dalam pengeluaran negara sebagai
pengeluaran pembangunan, sedangkan pada I-account pinjaman proyek dimasukkan
dalam pembiayaan anggaran. Selain itu pembayaran bunga dan cicilan utang pada Taccount dijadikan satu dalam pengeluaran

rutin, sedangkan pada

I-account

pembayaran bunga utang dan cicilan utang terpisah, yaitu pembayaran bunga utang
termasuk dalam belanja negara (Belanja Pemerintah Pusat) , sedangkan pembayaran

utang/ pembayaran cicilan pokok termasuk dalam pembiayaan anggaran. Akibatnya
untuk tahun yang sama jumlah penerimaan maupun pengeluaran pada APBN format Taccount berbeda dengan APBN format I-account, namun secara kumulatif jumlahnya

sama.

FORMAT I-Account
1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;



kebijakan pendapatan negara;



kebijakan pembangunan ekonomi;



perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;




kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh
besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target
penerimaan perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah
terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP),
upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.

2. Penerimaan Perpajakan


Pendapatan Pajak Dalam Negeri

1. pendapatan pajak penghasilan (PPh)

2. pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
3. pendapatan pajak bumi dan bangunan

4. pendapatan cukai
5. pendapatan pajak lainnya


Pendapatan Pajak Internasional

1. pendapatan bea masuk
2. pendapatan bea keluar

3.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Penerimaan sumber daya alam

1. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
2. penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)


Pendapatan bagian laba BUMN

1. pendapatan laba BUMN perbankan
2. pendapatan laba BUMN non perbankan


PNBP lainnya

1. pendapatan dari pengelolaan BMN
2. pendapatan jasa

3. pendapatan bunga
4. pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
5. pendapatan pendidikan
6. pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. pendapatan iuran dan denda


pendapatan BLU

1. pendapatan jasa layanan umum
2. pendapatan hibah badan layanan umum
3. pendapatan hasil kerja sama BLU
4. pendapatan BLU lainnya

4.

Hibah

Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak perlu dikembalikan
lagi, dapat berupa uang maupun barang.

5.

Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


asumsi dasar makro ekonomi;



kebutuhan penyelenggaraan negara;



kebijakan pembangunan;



resiko (bencana alam, dampak kirisi global)



kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar,
serta target volume BBM bersubsidi.

6.

Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah :
1. fungsi pelayanan umum
2. fungsi pertahanan
3. fungsi ketertiban dan keamanan
4. fungsi ekonomi
5. fungsi lingkungan hidup
6. fungsi perumahan dan fasilitas umum
7. fungsi kesehatan
8. fungsi pariwisata
9. fungsi agama
10. fungsi pendidikan
11. fungsi perlindungan sosial

Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah
1. belanja pegawai
2. belanja barang
3. belanja modal
4. pembayaran bunga utang
5. subsidi
6. belanja hibah
7. bantuan sosial
8. belanja lain-lain
7.

Transfer ke Daerah
Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :


Dana Perimbangan

1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus

8.



Dana Otonomi Khusus



Dana Penyesuaian
Pembiayaan

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


asumsi dasar makro ekonomi;



kebijakan pembiayaan;



kondisi dan kebijakan lainnya.

9.

Pembiayaan Dalam Negeri
Pembiayaan Dalam Negeri meliputi :


Pembiayaan perbankan dalam negeri



Pembiayaan nonperbankan dalam negeri

1. Hasil pengelolaan aset
2. Surat berharga negara neto
3. Pinjaman dalam negeri neto
4. Dana investasi pemerintah
5. Kewajiban penjaminan

10.

Pembiayaan Luar Negeri
Pembiayaan Luar Negeri meliputi :
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman
Proyek
2. Penerusan pinjaman

3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.

C. Asumsi Ekonomi Makro

1.

Pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan hasil
output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi ini memengaruhi proses
penyusunan APBN dengan dasar dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau
kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian yang
akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu,
karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktorfaktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Dengan melihat kondisi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, akan dapat dilihat gambaran terkait dengan komponenkomponen kegiatan yang dimasukkan ke dalam APBN.

2.

Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi yang
tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena
itu inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi bisa
menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran yang meningkat.
Dengan keadaan yang demikian, stabilitas APBN juga dipertimbangkan dengan tinggi
atau rendahnya inflasi yang terjadi. Maka dari itu, inflasi menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam menyusun APBN.

3.

Nilai tukar (kurs) rupiah
ilai tukar merupakan variabel dalam perekonomian terbuka seperti dewasa ini. Dalam
penentuan nilai APBN selalu berdasarkan pada asumsi nilai tukar. Karena dalam APBN
terdapat komponen belanja pembayaran bunga hutang luar negeri yang harus
dibayarkan dalam mata uang asing. Jika suatu ketika nilai tukar terhadap mata uang
Indonesia tinggi, maka akan semakin rendah pembayaran hutang negara tersebut. Dan
sebaliknya, jika suatu ketika nilai tukar terhadap mata uang Indonesia rendah, maka
Indonesia berupaya untuk menyediakan anggaran yang lebih. Selain itu juga ada
beberapa jenis penerimaan yang diterima dalam bentuk mata uang asing. Maka dari itu,
nilai tukar ini sangat penting diketahui dalam menyusun APBN.

4.

Suku bunga SBI/SPN 3 bulan
Tingkat suku bunga merupakan salah satu variabel yang memengaruhi masyarakat
dalam memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah dalam bentuk uang,
financial asset, atau benda-benda riil seperti tanah, rumah, mesin, barang dagangan dan
lain-lain. Mana yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi akan lebih diminati.
Tingkat suku bunga digunakan sebagai salah satu variabel dalam kebijakan menyusun

APBN di Indonesia. Hal ini didasari bahwa suku bunga dapat menggambarkan kondisi
perekonomian negara dengan kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh negara.

5.

Harga minyak (ICP)
Harga minyak internasional tentunya memberikan dampak terhadap penyusunan
anggaran APBN. Jika harga minyak internasional naik, maka dampak terhadap APBN
adalah negatif, yaitu beban subsidi BBM dan listrik jauh lebih tinggi dari kenaikan
penerimaan negara dari kenaikan harga minyak. Hal ini akan menyebabkan pemerintah
harus memotong anggaran-anggaran lainnya, agar APBN tetap dapat sehat dan tidak
kolaps, yang akan menyebabkan krisis ekonorni yang lebih besar, karena masyarakat
kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola anggaran
dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Jika ini terjadi, maka orang akan
memindahkan investasi dan uangnya keluar negeri. Arus modal keluar akan
mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Nilai tukar rupiah yang melemah akan
mengakibatkan harga-harga komoditas naik lebih tinggi lagi. Harga-harga yang naik
akan semakin memberatkan perekonomian

6.

Lifting minyak
Pengertian lifting minyak bumi antara lain adalah sejumlah minyak mentah dan atau gas
bumi yang dijual atau dibagi di titik penyerahan (custody transfer point atau point of
sales) atau kepemilikan sebuah perusahaan secara fisik dan legal atas hak minyak
mentah yang dalam kontrak bagi hasil biasanya mengandung dua komponen yang
terdiri atas: biaya dan keuntungan, produksi minyak hasil tambang siap jual, atau
tingkat produksi hasil tambang minyak. Asumsi lifting minyak tersebut dalam APBN
difungsikan sebagai dasar perhitungan penerimaan PNBP migas. Sementara itu,
pengertian eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas
pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan,
dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan
serta kegiatan lain yang mendukungnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
APBN merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai pedoman pengeluaran dan
penerimaan Negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan kenegaraan demi

tercapainya

peningkatan produksi, peningkatan

kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan
untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan
ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam hal ini, DPR dengan hak
legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam
mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi
dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.

B. Saran
Dengan melihat kondisi yang selalu berulang setiap tahun kiranya ada beberapa hal yang
perlu dievaluasi agar kondisi yang demikian tidak terjadi lagi atau minimal dapat dikurangi.
Dalam pelaksanaan program dan anggaran pembangunan, pemerintah telah berupaya dengan
berbagai cara, termasuk diantaranya dibentuknya institusi-institusi yang bertugas mengurusi

hal tersebut (mungkin di Bappenas, Kemenku, atau juga UKP4), meskipun hasilnya juga
masih seperti yang dirilis dalam Laporan Realisasi Semester I dan Proyeksi Semester II
Pelaksanaan APBN TA 2014. Institusi yang ada tersebut diyakini telah melakukan
pemantauan secara seksama dalam pelaksanaan penyerapan anggaran APBN. Mereka telah
bekerja keras menyukseskan pelaksanaan program pemerintah, agar pelaksanaannya sesuai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Namun demikian, bagaimanapun para pelaksana
program dan anggaran pembangunan adalah manusia. Sesungguhnya manusia itu berada
dalam keadaan merugi. Hal ini bisa diartikan bahwa manusia tidak akan mau mengerjakan
apa-apa atau hanya menghabiskan waktunya dengan sia-sia, kecuali mereka orang-orang
yang taat (beriman), orang-orang yang mau beramal (saleh), dan orang-orang yang mau
saling menasehati supaya saling mentaati kebenaran. Artinya bahwa apabila melaksanakan
pekerjaan, sangat perlu untuk saling mengingatkan. Kondisi ini termasuk dalam pelaksanaan
penyerapan anggaran. Para pejabat yang terkait perlu lagi memutar otak untuk lebih proaktif
dengan memberdayakan seluruh sumberdaya yang ada untuk selalu dan mengingatkan kepada
para pelaksana khususnya di tingkat K/L. Tidak ada salahnya setiap bulan memanggil dan
mengecek secara langsung bagaimana pelaksanaan dan rencana selanjutnya dalam
penyerapan anggaran di K/L dan bahkan bisa sampai ketingkat para Eselon I, Eselon II
termasuk seluruh level pelaksana di semua institusi.
Controlling
tidak hanya dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan program, tetapi yang paling penting
adalah dengan mengawal selama program tersebut dilaksanakan. Selain diawasi, pelaksanaan
program dan penyerapan anggaran sangat penting untuk dikendalikan. Hal ini tentu sangat
baik dilaksanakan. Disamping bermanfaat untuk mempercepat pelaksanaan program dan
penyerapan anggarannya, juga sangat efektif untuk mengurangi adanya penyimpangan
melalui deteksi secara dini selama program dalam pelaksanaan.

Daftar Pustaka
http://mitarizkoh.blogspot.com/2014/12/makalah-apbn-apbd-perekonomian-indonesia.html
http://chuckyciwie.blogspot.com/2012/05/asumsi-dasar-dalam-penyusunan-apbn.html
http://joniiskandar12345.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara