PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA dalam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan yang sangat luas oleh manusia sejak berabad-abad lamanya hanya
dipandang sebagai kawaasan perburuan untuk menangkap ikan dan sebagai media lalu lintas
belaka, namun pada akhir abad ke-20, kawasan laut telah menjadi kawasan penjelajahan
akhir di bumi sebagai upaya memanfaatkan untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang
maritime, manusia telah mampu mengelola kekayaan alam laut bagi kesejahteraan umat
manusia sendiri. Demikian pula persediaan bahan pangan di laut dapat mengimbangi
tuntutan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Salah satu negara
yang memiliki eksistensi bangsa dan negaranya sendiri adalah Indonesia. Dalam catatan
sejarah, terekam bukti bahwa nenek moyang kita menguasai lautan nusantara, bahkan
mampu mengarungi samudra luas sampai ke pesisir madagaskar, namun belum ada bukti
yang menunjukkan bahwa pengusasaan atas laut itu didasarkan pada suatu kensepsi
kewilayahan dan hokum. Penguasaan wilayah laut leh nenek moyang kita lebih merupakan
kekuasaan de fakto daripada penguasaan yang berdasar pada de jure.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan, dan
potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecendrungan ini dipengaruhi oleh
perkembangan pembangunan yang dinamis yang mengakibatkan semakin terbatasnya
potensi sumberdaya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi
maritime sendiri yang sangat pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan
dan penegelolaan sumberdaya laut.
Di dasarkan pada konsepsi di atas penulis akan mengupas potensi atau eksistensi
Benua Maritim yang ada di Indonesia yang di tuangkan dalam makalah ini.
1
B. Rumusan Permasalahan
1.
Bagaimana eksistensi Benua Maritim Indonesia?
2.
Bagaimana karakteristik Benua Maritim Indonesia?
3.
Bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia?
C. Tujuan Penyusunan
1.
Untuk mengetahui konsepsi dan eksistensi Benua Maritim Indonesia
2.
Untuk mengetahui dan memahami karakteistik Benua Maritim Indonesia
3.
Untuk mengetahui bagaimana eksistensi pembangunan Benua Maritim Indonesia
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Benua Maritim Indonesia
Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau –
pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya
tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi,
keragaman biota serta tatanan sosial budaya.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan dan
potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini di pengaruhi oleh
perkembangan pembangunan yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya
nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritim sendiri sangat
pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolahan sumberdaya
laut.
Perairan laut Indonesia yang berada di antara dan sekitar kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia. Laut nusantara merupakan suatu asset
nasional yang berperan sebagai sumber keakayaan alam, sumber energy, sumber bahan
makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan dan wilayah pertahanan
kemanan. Oleh karena itu wilayah laut nasional mempunyai fungsi sebagai wahana untuk
menjamin integritas wilayah sarana perhubungan dan pelayaran, salah satu sumber kekayaan
alam hayati dan nonhayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kawasan pertahanan
keamaman. Dengan demikian, laut nusantara pada hakekatnya merupakan ruang lingkup dan
wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nsional.
Wujud wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala
kahtulisitiwa yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari zona pantai,
landas benua, lereng benua, cekungan samudra di bawahnya dan udara di atsnya.
Berdasarkan bangun wilayah laut yang sangat luas, adanya kesatuan alamiah antara bumi,
laut dan udara diatasnya serta kedudukan global sebagai tepi benua, maka wilayah nsional
Indonesia mempunyai cirri-ciri benua, oleh karena itu sangat tepat disebut Benua Maritim
Indonesia (BMI).
3
BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu kesartuan
alamiah antara darat, laut dan udara di atsnya, tertata secara unik, menampilkan cirri-ciri
benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya,
tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi wilayah
yuridiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara langsung maupun tdak
langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam menentukan orientasi
dan pemanfaatan unsure-unsur maritime di semua aspek kehidupan.
Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar biasa.
Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70%
angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik,
dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian luas dengan
17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam
seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah
wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan
juga media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.
Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada ) merupakan
wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan nusantara menyimpan
berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam menentukan tingkat akurasi
perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut
Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen
masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada
pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua
Australia.
Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya kemaritiman yang
besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim Indonesia.
4
B. Karakteristik Benua Maritim Indonesia
BMI adalah suatu massa bumi yang keseluruhannya terdiri dari 17.508 pulau
beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis pangkalnya. Zona
pesisir, landasan benua, lereng benua, cekungan samudera di bawahnya dan udara di
atasnya.
BMI terbentang dari 92O BT sampai dengan 141O BT dan dari 7O20’LU sampai
dengan 14O LS merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:
1. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.
2. Luas perairan 3,1 juta km , dan luas perairan ZEE 2,7 juta km .
3. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km (7.945
2
2
mil).
BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan
perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya
alam hayati dan nonhayati dengan massa (benua) lainnya.
Bagian dalam kawasan barat BMI tersusun oleh pulau-pulau utama Sumatera, Jawa
dan Kalimantan yang merupakan sistem Paparan Sunda dengan kedalaman dasar laut sampai
sekitar 200 m. kearah Timur tertletak di Selat Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang
merupakan zona transisi antara sistem Paparan Sunda dengan system Laut Banda. Di ujung
bagian Timur BMI ditempati oleh sistem laut Banda yang merupakan laut dalam dengan
kedalaman dasar laut antara 1000-6000 m yang dikelilingi oleh pulau Sulawesi bagian barat
gugusasn kepulauan Sula dan Seram di Utara, rangkaian gunung api di selatan dan timur. Di
bagian Selatan ditandai dengan kepulauaan gunung api aktif NTB-NTT yang relative kecil.
Bagian luar BMI sebagian besar membentuk tepi benua konvergen aktif terdiri dari
Samudera Hindia (selatan-barat) dan Samudera Pasifik (timur-laut). Laut Sulawesi (utara)
Laut Cina Selatan (barat-laut). Bagian tenggara umumnya terususun oleh sistem Paparan
Sahul dan massa daratan Papua yang menghubungkan tepi Benua Australia.
Berdasrkan tatanan geologi dan teknologinya sistem BMI dapat dibedakan menjadi
dua kawasan yaitu:
1. Kawasan barat BMI
Memanjang dari pantai barat Sumatera sampai pantai timur Kalimantan
Timur, berciri sistem Samudera Hindia (bagian luar BMI), memanjang dari
bagian barat Sumatera sampai ke selatan Sumba, serta sistem laut Jawa yang
merupakan sistem perairan Sunda (lempeng Banua Eurasia) pada sebagian besar
perairan Indonesia pada bagian dalam BMI.
2. Kawasan timur BMI
Memanjang dari bagian timur kawasan Timur BMI sampai pada batas
paling timur dari wilayah yuridiksi Indonesia. Pada bagian luarnya ditempati oleh
5
tepi Benua Australia (Laut Timor dan Laut Arafura) di bagian Selatan. Laut
Karolina dan Samudera Pasifik dibagian Timur dan laut Sulawesi di bagian
Utara, sedangkan bagian dalam ditempati oleh laut Flores di bagian Barat, Laut
Banda di bagian Timur dan Laut Maluku di bagian paling Utara.
Ditinjau dari sudut pandang geologi kelautan, pakar kebumian sepakat bahwa BMI
adalah merupakan salah satu laboratorium alam yang terlengkap di dunia. BMI terbentuk
sebagai hasil interaksi alamiah antara tiga lempeng litosfera utama yaitu lempeng Eurasia di
sebelah utara, lempeng Hindia-benua Australia di sebelah Selatan Tenggara, dan lempeng
Pasifik di sebelah Timur. Ketiga lempeng litosfera ini bergerka secara relative satu terhdap
lainnya, sehingga memberikan dampak terhadap bentuk kerak bumi yang kompleks, baik
struktur maupun bentuk batuan. Gerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan daerah
tertentu di wilayah BMI memiliki daerah cekungan sedimen laut dalam misalnya laut Banda,
laut Sulasesi, laut Gorontalo, laut Maluku. Selain itu berkembang pula 60 buah cekungan
sedimen yang memungkinkan terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Dari
kacamata
ilmuan,
Ternyata
pakar
kebumian
Internasional
banyak
menggunakan proses geologi yang terjadi di BMI saat ini sebagai suatu acuan untuk
menjelaskan proses pembentukan jalur pegunungan (misalnya pegunungan Alpen) yang
berlangsung ratusan juta yahun yang lalu. Acuan ini adalah kunci untuk memahami prosesproses yang berlangsung pada masa silam.
Para ahli menduga bahwa di bawah dasar laut Indonesia terdapat sumber daya
minyak dan gas bumi yang besar. Diperkirakan juga bahwa dasar laut mengandung banyak
bahan galian atau tambang. Pada saat ini hanya mineral-mineral letakan terutama timah yang
terdapat pada Paparan Sunda di sector barat laut yang memberikan nilai ekonomis bagi
perekonomian Indonesia. Sedangkan agregat yang digunakan dalam skala yang kecil, namun
dikhawatirkan akan memberikan dampak pada lingkungan dikemudain hari.
Berdasarkan fenomena di atsa amaka muncul berbagai kondisi yang merupakan
keunggulam komparatif BMI yang dapat didayagunakan bagi kepentingan umat manusia
pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya. Kondisi-kondisi yang dimaksud
adalah:
1.
BMI merupakan media yang ideal untuk menjangkau setiap titik pada
hamparan Benua Maritim terutama di kawasan laut.
6
2.
BMI dengan keanekaragaman sumber daya alam, baik hayati maupun
nonhayati yang ada di dalamnya, memberikan peluang yang lebih besar dalam
mentapkan pilihan bagi umat manusia, terutama bangsa Indonesia dalam
memenuhi kebutuhannya.
C. Dimensi Benua Maritim Indonesia
1. Dimensi Kewilayahan
Dilihat dari kehidupan umat manusia BMI dan bumi adalah satu kesatuan
yang utuh. Karakteristik BMI, ditinjau dari seg konfigurasi geogarfisnya
merupakan wilayah perariran yang ditaburi ulau besar dan kecil. Wilayah daratan
dan perairan Indonesia yamg membentang di cakrawala khatulistia memiliki
bentangan terpanjang diantara negara-negara di dunia, menempati posisi silang
antar benua
Asia dan Australia, serta berada di antara dua Samudera yaitu
Samudera Hindia dan Pasifik. Sebaian besar wilayah Indonesia merupakan tepi
beau aktif sebagai perwujudan adanya interaksi antara tiga lempeng litosfera seperti
yang dijelaskan diatas.
Topografi wilayah daratan Indonesia merupakan peginingan denga gunung
berapi, memiliki garis pantai terpanjang (hamper dua kali panjang lingkaran bumi),
serta memiliki iklim tropis monsoon dengan musim hujan dan musim kemarau.
Daratan wilayah Indoneia memiliki aneka ragam flora dan fauna yang terhimpun di
dalam hutan tropis yang sangat luas.
Wilayah daratan dan perairan Indonesia mengandung kekayaan yang
beraneka ragam, baik yang berada di dalam maupun di permukaan bumi. Wilayah
Indonesia dihuni oleh pendududk yang jumlahnya akan mencapai 250 juta jiwa
pada tahun 2020 serta terdiri dari beberapa suku yang memilki budaya tradisi dan
pola kehidupan yang beranekaragam.
Bila dilihat dari luas wilayah, topografi geologi, sumber daya alam, dan
keanekaragaman suku bangsa, serta budaya dan adat isiadatnya, pendayagunaan
BMI sebagai media tranportasi atau perhubungan memiliki wilayah yang strategis
dalam menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya guna meningkatkan
kesejahteraan, integritas bangsa dan pertahanan keamanan negara.
Dilihat dari kondisi dan konstalasi geografi dan geologi wilayah daratn dan
perairannya,
BMI
merupakan
lokasi
yang
tepat
untuk
pembangunan
pendayagunaan. Karena dilihat dari letaknya yang sangat strategis serta konfigurasi
perairannya yang ditaburi dengan ribuan pulau besar dan kecil dan serta hutan
7
tropis yang luas,, maka wilayah BMI merupakan satu lokasi yang mempengaruhi
iklim global, termassuk pemanasan global (global warming).
2. Dimensi Kehidupan Nasional
BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara dalam dimensi kehidupan
nasional mencakup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aktualisasinya dalam
kehidupan bermasyarakat adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi antara
orang-orang dalm satu kelompok, dimana setiap orang atau pihak yang
berkepentingan kepada pihak lainnya saling mempunyai kewajiban berbangsa adalah
kehidupan yang berkaitan dengan penyaluran aspirasi dan upaya mewujudkan citacita bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa. Pemerintah negara sesuai
dengan tugasnya mempunyai kwenaangan untuk mengatur seluruh warga negara dan
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, kehidupan bernegara merupakan
kehidupan yang iddasari oleh keharusan atau kesadaran untuk menaati secara
konsekuen aturan-aturan yang dikeluarkan oleh negara.
BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara tentunya mengandung tiga
unsure pokok seperti yang dimiliki oleh unsure wawasan nusantara, yaitu wadah, isi
dan tata laku.
Wadah konsepsi BMI berbentuk wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara yang di dalamnya mencakup
wilayah laut nusantara, wilayah laut territorial, serta wilayah laut landas benua dan
ZEE sebagai sebagai hak kedaulatan dan yuridiksi nasional.
Unsure isi BMI mencakup cita-cita bangsa Indonesia yang bertujuan
mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh bangsa Indonesia, serta turut
mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusai. Konsepsi
BMI juga bertujuan mewujudkan kesatuan di dalam aspek kehidupan nasional, baik
alamiah maupun social. Tujuan tersebut relevan dengan isi pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia dalam pendayagunaan BMI bercita-cita mewujudkan
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, modern,
mandiri, dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kebumian, teknologi
kelautan dan teknlogi kedirgantaraan. Denga demikan hal terpenting dari isi BMI
adalah pendayagunaan BMI didasarkan pada persaatuan dan kesatuan, kesejahteraan
dan keamanan, serta konsultasi dan kerjasama.
Tata laku merupakan proses atau hasil interaksi antara wadah dan isi yang
meliputi tata laku lahiriah dan tata laku batiniah. Tata laku batiniah mencerminkan
bangsa dalam pendayagunaan BMI yang dijiwai oleh sikap mental kepribadian
8
bangsa yang luhur dan terpuji. Tatalaku lahiriah tercermin dalam tata pencernaan,
tata pelaksanaan dan tata pengawasan peyelenggaraan dan pengaturan BMI yang
berdasarkan kesejahteraan dan keamanan, konsultasi dan kerjasama.
Tata laku selain mempengaruhi pembentukan aspirasi masyarakat dalam
pendayagunaan BMI, juga merupakan perwujudan segenap potensi, sumberdaya dan
sarana, baik kemapuan fisik maupun nonfisik yang dimilki bangsa. Untuk itu
geopolitik BMI harus senantiasa memperhatikan cirri-ciri dan kondisi serta
konstalasi geografi dan geologisnya, serta perkembangan lingkungan strategis, baik
lingkup nasional maupun internasional.
Pendayagunaan BMI merupakan wahana untuk menampung, menyalurkan,
memproses dan mengaktualisaasikan tuntutan aspirasi seluruh bangsa Indonesia.
Kebijaksanaan yang merupakan cerminan aspirasi bangsa, selain diarahkan pada
pencapaian tujuan dan perwujudan cita-cita bersama, juga di arahkan untuk makin
memperkuat pendayagunaan BMI dalam rangka memperkokoh persatuan dan
kesatuan serta meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia.
D. Batas-batas Yuridiksi Wilayah Laut dan Udara Indonesia
1. Wilayah Laut
Sesuai dengan konveksi hokum laut 1982, Indonesia memiliki rejim laut yang
dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat kewenangan dalam kaitannya dengan
pegelolaan sumberdaya kelautan, baik bagi Indonesia sendiri Mupun dengan negara
tenagga. Secaraa prinsip rejim laut tersebut meliputi empat bagian yaitu:
a. Wilayah laut dengan hak penuh bagi Indonesia atau dikenal sebagai wilayah
kedaulatan Indonesia yang meliputi Laut Pedalaman, Laut Nusantara, dan Laut
Territorial.
b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta
memilki kewenangan untuk mengatur hal-hal tertentu yang meliputi wilayah
perairan Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen.
c. Wilayah laut dimana Indonesia memilki kepentingan namun tidak memiliki
kedaulatan wilayah maupun kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut,
meliputi wilayah perairan laut lepas dan dasar laut internasional di uar landas
kontinen Indonesia.
d. Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh berarti di wilayah Indonesia memiliki
kedaulatan mutlak atas ruang udara dan dasar laut serta tanah dibawahnya, yang
meliputi:
Perairan pedalaman
9
Merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara, pada wilayah ini
Indonesia memilki kedaulatan mutlak dan kapal-kapal asing tidak
mempunyai hak lintas. Ketentuan mengenai penetapan perairan pedaalaman
telah diatur dalam konvensi hokum laut 1982, namun hingga saat ini
Indonesia belum menetapkan perairan pedalaman tersebut.
Perairan nusantara
Bagian luar perairan pedalaman adalah perairan
kepulauan
(nusantara). Wilayah perairan ini dapat dipahami sebagai laut yang terletaj
di antara pulau, dibatasi atau dikelilingi oleh garis pangkal, tanpa
memperhatikan kedalaman dan lebar laut tersebut. Pada wilayah perairan
nusantara ini, kapal asing memiliki hak lintas berdasarkan prinsip lintas
damai dan bagi kepentingan pelayaran internasional kapal asing juga
mempunyai hak lintas melalui sea lanes atau lebih dikenal sebagai Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia telah menetapkan 3 ALKI
berdasaarka PP No. 37 Tahun 2002. Adanya hak lintas kapal asing
berdasarkan prinsip lintas damai dan lintas ALKI ini, membedakn antara
hak dan kewenagan antara perairan pedalaman dengan perairan nusantara.
Perairan territorial
Adalah wilayah perairan di luar perairan nusantara yang lebarnya
tidak lebih dari 12 mil laut diukur dari garis pangkal. Di wilayah laut ini,
Indonesia memilki hak kedaulatan penuh. Seperti halnya yang berlaku pada
perairan nusantara, kapal-kapal asing memilki hak lintas damai dan hak
lintas melalui ALKI yang merupakan kelanjutan ALKI yang telah ditetapkan
pada perairan nusantara.
Jenis wilayah yang lain bagi sebuah negara kepulauan meliputi wilayah laut dengan
hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta memiliki kewenangan unutn
mengatur hal-hal tertentu yang mencakup:
a. Zona Tambahan
Di luar laut territorial Indonesia mempunyai kewenangan-kewenangan
tertentu. Zona tambahan dapat ditetapkan sampai dengan 12 mil laut di luar laut
territorial atau sampai dengan 24 mil laut di ukur dari garis pangkal. Pada zona
ini, Indonesia memilki hak untuk dapat melaksanakan kewenangan tertentu dalam
mengontrol pelanggaran terhadap aturan-aturan di bidang bea cukai, keuangan,
karantina kesehatan, pengawan imigrasi dan menjamin pelaksanaan hokum
diwilayahnya.
10
b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Konvensi Hukum Laut 1982 pasal 55 dan 56 ayat 1a menyebutkan bahwa
ZEE adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut territorial, lebar
zona ini tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal. Di perairan ZEE,
Indonesia memilki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pegelolaan sumberdaya alam, baik hayati maupun nonhayati yang terdapat di
kolom air. Hak berdaulat lainnya adalah berkenan dengan kegiatan untuk
keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada zona tersebut, seperti produk
energy dari air, arus dan angin. Disamping itu Indonesia juag memilki
kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan
penelitian ilmiah kelautan, serta memberikan izin pembanguna pulau buatan,
c.
instalasi dan bangunan laut lainnya.
Landas Kontinen
Konvensi hokum laut 1982 telah menetapkan baha landa kontinen dangan
penegrtian yurudis adalah kewenangan suatu negara pantai atau kekayaan alam
yang terkandung di dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah
permukaan yang terletak di luar laut territorial, sepanjang kelanjutan alamiah
daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut
(pasal 76 ayat 1). Selanjutnya negara pantai memiliki kesmpatan untuk
menetapkan batasan luar landas kontinen lebih dari 200 mil di ukur dari garis
pangkal dengan ketentuan sebagai berikut
1) Lebar maksimum tidak boleh lebih dari 350 laut diukur dari garis pangkal
2) Tidak melebihi 100 mil laut diukur dari garis kedalaman 2.500 m.
3) Tidak melebihi lebar 60 mil laut dari kaki lereng kontinen.
4) Garis terluar dengan titik ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1%
dari jarak terdekat antara titik-titik terluar dari kaki lereng kontinen.
Ketetntuan di atas mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas landas
kontinen, Indonesia memiliki kepentingan menyangkut.
Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang berhadapan atau
berdamping yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar hokum
internasional
Batas landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal
Kemungkinan data di ajukannya batas landas kontinen di luar 200
hingga maksimal 350 mil laut dari garis pangkal 100 mil laut dari
garis kedalaman 2.500 m.
d. Laut Lepas
11
Di wilayah perairan laut lepas di luar batas ZEE Indonesia memilikin dua
kepentingan. Pertama, di kolom air dalam kaitannya dengan penhelolaan
sumberdaya hayati dan untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Pasal 63
dan 64 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan adanya keterkaitan yang erat
antara penegeloalaan dan eksploitasi kekayaan hayati di ZEE dan di laut lepas
luarnya.
Pengaturan ini khususnya menyangkut jenis perikanan mengembara dan
berimigrasi secar jauh sperti Tuna. Dalam kaintannya ini, Indonesia memiliki
kepentingan /secar pro aktif dalam mengelola perikanan di laut lepas terutama di
kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kedua, di daerah dasar laut dan
tanh di bawahnya di luar batsa landas kontinen, terdapat daerah dasar laut
internasional yang penegeloalaannya dilakukan oleh Badan Otorita Dasar Laut
Internasional yang berkantor di Kingston, Jamaica. Indonesia memiliki
kepentingan untuk aktif memantau perkembangan iptek penambahan dan
prosesing mineral di dasar laut di luar landa kontinen.
2. Wilayah Udara
Seperti halnya wilayah laut, wilayah udara Indonesia memilik ruang
dirgantaranya yang luas, apalagi berada di bawah khatulistiwa yang memilik jalur
Geostationary Orbit (GSO) dan batas ruang udara dan ruang antariksa ditetapkan
100/110 km.
Tentang batas wilayah udara suatu negara yang menyangkut pula kedaulatan
udaranya hingga saat ini masih belum ada kesepakatan. Walaupun demikian sebagai
pegangan adalah dua tentang kedaulatan udara sebagai berikut
a. Teori udara bebas
Teori udara bebas terbagi atas dua aliran yaitu:
1) Kebebasan ruang udara tanpa batas, ruang udara dapat digunakan siapapun
dan tak satupun negara berdaulat terhadapnya
2) Kebebasan udara terbatas, yang dalam hal ini terbagi dua juga yakni
Negara kolong atau negara bawah yang berhak mengambil tindakan
tertentu dalam memelihara keamanan
Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap wilayah udara zona
territorial tertentu.
b. Teori negara berdaulat di udara
Mengenai penentuan ketinggian wilayah udara suatu negara dijelaskan
oleh beberap teori sebagai berikut.
a.
Teori keamanan yang menyatakan bahwa suatu negara mempunyai
kedaulatan atas wilayah udaranya sampai yang diperlukan untuk menjaga keamanan.
12
b.
Teori Cooper yang menyatakan bahwa ketinggian wilayah udara suatu negara
ditentukan oleh kemapuan teknologi negara itu menguasai wilayah udara yang ada di
atas wilayahnya.
c.
Teori Schachter yang menyatakan bahwa batas ketinggian wilayah udara
sautu negara adalah 30 km atau sampai dengan balon dan pesawat dapat mengapung
dan diterbangkan
Cara mengukur batas wilayah udara secara vertical adalah dengan menarik garis
lurus dari puasat bumi menyinggung garis batas wilayah negara terus ke angkasa. Dengan
cara ini menjadikan wilayah udara semakin ke atas semakin luas berbentuk kerucut terbalik.
Wilayah udara Indonesia merupakan sumberdaya alam terbatas yang domanfaatkan
untuk kepentingan manusia pada umumnya dan kepentingan bangsa Indonesia sendiri pada
khususnya. Terutama bahwa Indonesia adalah negara khatulistiwa, dengan demikian wilayah
ruang aangkasa Indonesia memiliki GSO untuk meletakkan satelit komunikasi agar satelit
tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadpa bumi. Berdasarkan deklarasi
Bogota pada tahun1976 telah diidentifikasi panjang garis khatulistiwa Indonesia adalah
6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5% keliling GSO.
Tapi untuk memperoleh aktualisasi BMI seperti yang dijelaskan di atas secara umum
masih ada tiga kendala utamanya, yaitu
a. Indonesia
belum
menjalankan
manajemen
nasional
yang
memungkinkan
perkembangan seluruh bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada tahun 1945
para Pendiri Negara telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia sebagai negara
kesatuan memberikan otonomi luas kepada daerah agar dapat berkembang sesuai
dengan sifatnya, namun dalam kenyataan selama 50 tahun merdeka Indonesia
menjalankan pemerintahan sentralisme yang ketat. Akibatnya adalah bahwa pulau
Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia, mengalami
kemajuan jauh lebih banyak dan pesat ketimbang bagian lain Indonesia, khususnya
Kawasan Timur Indonesia. Kalau sikap demikian tidak segera berubah maka tidak
mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat
menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat yang tinggal di luar Jawa kurang
berkembang maju dan merasa tidak puas dengan statusnya. Apalagi melihat kondisi
13
dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara
untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.
b. Meskipun segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian
tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas
bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada
lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70
persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100
kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak
mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit
dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan
lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa
ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil
laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat
pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar
ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis,
Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat memberikan perhatian sama
besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut
yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan
kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi,
sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi. Apalagi kalau
ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang Indonesia. Selama
pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum berubah, bagian amat
besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa. Malahan yang lebih banyak memanfaatkan
adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan Indonesia untuk mengambil
kekayaannya.
c. Kurangnya pemanfaatan ruang angkasa di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan
nasional, khususnya pemantapan kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia
belum cukup menyadari perubahan besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama
menyangkut teknologi angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika
sekarang memungkinkan manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui
telpon, televisi, komputer yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak kepulauan
Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit
14
yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang
angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting untuk
pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi.
Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.
E. Pembangunan Benua Maritim Indonesia
Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan
nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim dan dirgantara. Pengertian
ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh
Presiden Republik Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah
bagian Integral dari pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan
lautan Indonesia untuk mencapai cita – cita nasional.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan
dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan
sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah
menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional
yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.
Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:
1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang
harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita – cita nasional.
2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.
Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritime kita
menghadapai empat kendala utama, berikut :
1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.
2. Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap.
3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.
4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.
F.
Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia
Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk
membulatkan akselarasi pembangunan nasional yang diselenggarakan. Kenyataanya
selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penangan secara proporsional
15
sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang
menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan.
Pembanguunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu, yaitu sistem
pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai
masalah akan muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya
degradasi mutu dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena
musnahnya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrsi pantai, intrusi air laut,
pencemaran lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah
tersebut berakar dari :
1. Masing–masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya sangat
terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor.
2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang
memepunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh.
3. Belum lengkapnya peraturan perundang–undangan yang mengatur kewenangan
pengelolaan sumberdaya maritime.
4. Belum lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut nasional
yang dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.
Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritime berbagai masalah tersebut
harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan ;
1. Penataan perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang
bersifat lintas sektoral
2. Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan
pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang
sinkron
3. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan professional
4. Penataan perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum yang
konsisten
5. Penetapan tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan pendaya
gunaanya
6. Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat diakses secara
luas
7. Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap dalam upaya
pembangunan maritime dengan kemudahnnya
16
8. Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan pengembangan
maritime untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan,
utamanya bagi nelayan tradisional.
Berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah
nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan
laut berikut :
1. Lautan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pemanfaatn laut
terutama sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar
35% dari potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerja
dalam eksploitasi dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat tekhnologi
saraana penangkapan dan pengolahan masih perlu ditingkatkan
2. Lautan dan dasar laut sebagai sumber bahan dasar sumber energy. Berbagai mineral
dan baahan baku industry letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m.
Masalah yang dihadapai dalam memanfaatkan laut sebagai sumber bahan baku dan
sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu
mengeksplorasi dan mengeksploitai sumber – sumber tersebut di laut dalam,
disamping permaslahan permodalannya.
3. Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfataan laut sebagai medan kegiatan
industri belum efektif dan efisien. Masalahnya anatara lain adalah belum meratanya
kegiatan industri
4. Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat
bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku badjo, suku anak-laut, belumlah
diatur dan dikelola dengan baik, Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/olah
raga sperti selancar, diving, ddsb.
5. Laut sebagai badan Hankanmas. Bidang Hankanmas sangat dominan pada laut
sebagai media penting dalam kegiatan Hankanmas. Permasalahan yang dihadapi
adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana
untuk pertahanan dan keamana di laut.
6. Laut sebagai Zona Ekonomi Eksklusif di Indonesia. Dengan diberlakukannya
Konvesi PBB tentang Hukum laut Tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia salah
satu negara yang diuntungkan, Masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang
terdapat di ZEEI yang hak pengelolaanya diberikan kepad Indonesia belum bisa
diketahui dengan pasti, apalgi dimanfaatkan sebagai sumber pembangunan
17
Saat ini dapat didefiniskan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan
maritime yang terdiri dari ; perikanan, perhubungan laut, industri maritime, pertambangan
dan energy, pariwisata bahari, tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari
dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari, survei-pemetaan dan iptek
kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan
pada asas maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka
terdapat lima elemen utama yang keadaan dan masalah masing – masing adalah sebagai
berikut ;
1. Perikanan. Diperkirakan potensi perikanan laut Indonesia mencapai 6,7 juta ton/th
namun baru bisa dimanfaatkan 2,3 juta ton/tahun (~45%) dan di berberapa tempat
terjadi overfishing. Sementara ini belum ada manajemen sumber daya yang jelas dan
pembangunan perikanan belum didasarkan pada system agribisnis.
2. Perhubungan laut. Saat ini tenaga kerja yang terserap dalam perhubungan laut sekitar
2,5 juta (~2% dari jumlah penduduk Indonesia) yang tersebar dalam aspek angkutan
laut, kepelabuhan dan keselamatan pelayaran, keadaan
terakhir menunjukkan
adanya peningkatan hasil pembangunan yang dapat diangkut melalui laut, Smeentara
itu asa cabotage tidak bisa berjalan dengan baik karena berbagai alasan. Karena
berbagai sebab daya saing pelayaran nasional sangat rendah dan peranannya semakin
tahun terus menerus. Kemampuan manajemen pelabuhan juga sangat terbatas
sehingga menimbulkan biaya tambahan.
3. Industri maritim. Industri maritim bersifat padat modal, bertekhnologi tinggi dan
padat karya, namun di pihak lain jangka waktu kembali modalnya lama. Kondisi
global tidak memungkinkan industri maritime berkembang, dan dalam batas – batas
tertentu kita belum menguasai teknologi untuk meningkatkan daya saing. Pembeli
dalam negeri masih langka mengingat tingkat suku bunga yang itnggi dan belum
adanya rangsangan berupa insentif khusus. Dukungan industri penunjang sangat
penting namun masih lemah
4. Pertambangan dan energi, sumber potensial belum banyak diketahui, sedang untuk
mengetahuinya diperlukan modal besar, tekhnologi tinggi dan resiko yang besar dan
hingga kini kita masih sangat bergantung dari luar negeri. Cadangan yang ada pada
tahun 2005 tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri, kecuali ditemukan
cadangan cadangan baru. Berbabagi sumber energi dari laut seperti OTEC, ombak,
pasut, dan angin berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa mineral seperti bijih
18
besi, emas, perak, timah, nikel, tembaga clan zink telah diketahui keberadaanya di
pasar perairan RI. Tenaga ahli, iptek dan permodalan masih kurang. Kekayaan
tambang adan energi juga memiliki oleh negara lain yang mungkin akan menjadi
pesaing kita.
5. Pariwisata bahari. Secara umum kepariwisataan RI maju pesat, namun khusus
pariwisata bahari masih sangat tertinggal. Sesuangguhnya potensi pariwisata bahari
yang belum tergali sangat tinggi. Kendala umum dalam pengembangan pariwisata
bahari adalah ketidak jelasan peraturan dan perundangan yang menimbulkan
hambatan biokratis dan sementara ini SDM dan modal masih dangat terbatas.
G. Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang
Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral
dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim.
Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu mentransformasikan
potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui serangkaian pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan secara bertahap, dengan
waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya dilakukan sebagai berikut :
1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa
mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang
sesuai,
2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata
bahari sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang diperlukan.
3. Pelita IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring
dengan peningkatan iptek dan SDM
4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan
pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan
Khusus dalam pelita VII, kelima elemen pembangunan Maritim Indonesia diarahkan
pada :
1. Perikanan. Pembangunan perikanan diupayakan dalam pemanfaatn Sumberdaya
Ikan, baik perikanan tangkap maupun budidaya yang lebih optimal dengan sasaran
untuk meningkatkan gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup nelayan kecil
19
dan petani ikan tradisional. Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan yang
menjadi tempat hidup ikan terus dilakukan agar dicapai kelestarian dan peningkatan
produksi ikan dan budidaya laut. Kualitas SDM dan iptek terus ditingkatkan agar
memiliki daya saing yang tinggi dalam era globalisasi.
2. Saran dan prasarana perikanan yang antara lain terdiri dari pelabuhan pendaratan
ikan, tempat pelelangan ikan terus ditingkatkan. Pembangunan perikanan harus dapat
mengupayakan terjalinannya kemitraan besar-kecil-koperasi. Kelembagaan dan
perundangan perlu ditata dan diatur ulang. Perlu dikembangkan Pusat data dan
infromasi Kelautan Nasional yang dapat memberikan data dan informasi secara terus
menerus kepada para penggunan baik nelayan kecil maupun perusahan besar.
3. Perhubungan laut. Dibidang angkutan laut diperlukan minimal 900 buah kapal 3500
DWT untuk pelayaran domestic, sedang untuk pelayaran luar negeri diperlukan 36
unit kapal masing-masing 48.000 DWT. Dibidang kepelabuhan diupayakan
pembangunan dan peningkatan pelabuhan peti kemas, dermaga pelayaran rakyat dan
pelayaran perintis seiring dengan perkembangan muatan. Dibidang keselamatan
pelayaran dilakukan pembangunan fasilitas bantu pelayaran, vessel traffic, kapal
navigasi, stasiun radio pantai, kesyahbandaran, pengerukan alur, SAR dan
sebagainya. Sistem baku navigasi dan komunikasi maritime ditingkatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
4. Industri maritim. Kemampuan beli perusahaan pelayaran nasional terhadap produksi
industri maritime dalam negeri terus ditingkatkan anatara lain dengan pemberian
insentif atau tax holiday. Sementara itu, lembaga koordinasi yang mampu
menyelesaikan problematic antar instansi terkait terus dikembangkan.
5. Pertambangan dan Energi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral, minyak dan
gas kepas pantai terus ditingkatkan hingga diperolehnya cadangan – cadangan baru
migas dan bahan tambang serta energy alternative dari laut. Kandungan local dalam
kegiatan pertambangan baik yang berupa modal, SDM, iptek, sarana litbang dan
piranti lunak terus ditingkatakan. Koordinasi antar instansi terkait terus
dikembangkan.
6. Pariwisata bahari. Pariwisata bahari harus ditempatkan sebagai salah satu unggulan
pariwisata nasional. Saran dan prasarana yang terkait terus dibangun. Prioritas tinggi
dan pemberian insentif diberikan kepada pariwisata bahari di kawasan timur BMI.
20
Pemberian muatan bahari dalam program pendidikan dan pelatihan pariwisata terus
diupayakan, dan perarian swasta dalam pariwisata bahari terus diitngkatkan.
7. Sejalan dengan sasaran pembangunan maritime maka dapat diproyeksikan kebutuhan
akan SDM dan iptek yang sesuai.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau –
pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di
atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan
kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya.
b. BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan
perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi
sumberdaya alam hayati dan nonhayati dengan massa (bneua) lainnya.
c. Dimensi Benua Maritim Indonesia terbagi atas:
a) Dimensi Kewilayahan
b) Dimensi Kehidupan Nasional
d. Batas-batas yuridiksi terbagi atas:
a) Wilayah Laut
b) Wilayah Darat
e. Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara,
serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga
hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah
menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.
f. Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk
membulatkan
akselarasi
pembangunan
nasional
yang
diselenggarakan.
Kenyataanya selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penangan
secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara
tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan
pembangunan.
g. Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral
dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim.
Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas
22
manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu
mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui
serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945.
B. Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekanrekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam
mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan,
berbagai keadaan dan masalah kemaritim, serta pembangunan maritim Indonesia
jangka panjang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/.
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita
Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan. Http://wahyuan.wordpress.com
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita
Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran. Bandung : Tarsito
Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah
Wawasan Sosial Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
24
MAKALAH WAWASAN SOSIAL
BUDAYA MARITIM
PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
M11114303
Asri Yushari Yahya
M11114304
Nurlaela Burhanuddin
M11114305
Fatwa Fathurachmat
M11114306
Ratu. M. Sandabunga
M11114307
Rina Yanti Payangan
M11114308
Sukriati Andesti Lamanda
M11114309
Icuk Sugiarto Sesa A
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
25
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Benua Maritim Indonesia”
Terselesainya makalah
ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 8 Oktober 2014
Kelompok 1
26
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan yang sangat luas oleh manusia sejak berabad-abad lamanya hanya
dipandang sebagai kawaasan perburuan untuk menangkap ikan dan sebagai media lalu lintas
belaka, namun pada akhir abad ke-20, kawasan laut telah menjadi kawasan penjelajahan
akhir di bumi sebagai upaya memanfaatkan untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang
maritime, manusia telah mampu mengelola kekayaan alam laut bagi kesejahteraan umat
manusia sendiri. Demikian pula persediaan bahan pangan di laut dapat mengimbangi
tuntutan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Salah satu negara
yang memiliki eksistensi bangsa dan negaranya sendiri adalah Indonesia. Dalam catatan
sejarah, terekam bukti bahwa nenek moyang kita menguasai lautan nusantara, bahkan
mampu mengarungi samudra luas sampai ke pesisir madagaskar, namun belum ada bukti
yang menunjukkan bahwa pengusasaan atas laut itu didasarkan pada suatu kensepsi
kewilayahan dan hokum. Penguasaan wilayah laut leh nenek moyang kita lebih merupakan
kekuasaan de fakto daripada penguasaan yang berdasar pada de jure.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan, dan
potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecendrungan ini dipengaruhi oleh
perkembangan pembangunan yang dinamis yang mengakibatkan semakin terbatasnya
potensi sumberdaya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi
maritime sendiri yang sangat pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan
dan penegelolaan sumberdaya laut.
Di dasarkan pada konsepsi di atas penulis akan mengupas potensi atau eksistensi
Benua Maritim yang ada di Indonesia yang di tuangkan dalam makalah ini.
1
B. Rumusan Permasalahan
1.
Bagaimana eksistensi Benua Maritim Indonesia?
2.
Bagaimana karakteristik Benua Maritim Indonesia?
3.
Bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia?
C. Tujuan Penyusunan
1.
Untuk mengetahui konsepsi dan eksistensi Benua Maritim Indonesia
2.
Untuk mengetahui dan memahami karakteistik Benua Maritim Indonesia
3.
Untuk mengetahui bagaimana eksistensi pembangunan Benua Maritim Indonesia
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Benua Maritim Indonesia
Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau –
pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya
tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi,
keragaman biota serta tatanan sosial budaya.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan dan
potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini di pengaruhi oleh
perkembangan pembangunan yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya
nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritim sendiri sangat
pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolahan sumberdaya
laut.
Perairan laut Indonesia yang berada di antara dan sekitar kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia. Laut nusantara merupakan suatu asset
nasional yang berperan sebagai sumber keakayaan alam, sumber energy, sumber bahan
makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan dan wilayah pertahanan
kemanan. Oleh karena itu wilayah laut nasional mempunyai fungsi sebagai wahana untuk
menjamin integritas wilayah sarana perhubungan dan pelayaran, salah satu sumber kekayaan
alam hayati dan nonhayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kawasan pertahanan
keamaman. Dengan demikian, laut nusantara pada hakekatnya merupakan ruang lingkup dan
wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nsional.
Wujud wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala
kahtulisitiwa yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari zona pantai,
landas benua, lereng benua, cekungan samudra di bawahnya dan udara di atsnya.
Berdasarkan bangun wilayah laut yang sangat luas, adanya kesatuan alamiah antara bumi,
laut dan udara diatasnya serta kedudukan global sebagai tepi benua, maka wilayah nsional
Indonesia mempunyai cirri-ciri benua, oleh karena itu sangat tepat disebut Benua Maritim
Indonesia (BMI).
3
BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu kesartuan
alamiah antara darat, laut dan udara di atsnya, tertata secara unik, menampilkan cirri-ciri
benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya,
tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi wilayah
yuridiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara langsung maupun tdak
langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam menentukan orientasi
dan pemanfaatan unsure-unsur maritime di semua aspek kehidupan.
Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar biasa.
Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70%
angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik,
dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian luas dengan
17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam
seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah
wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan
juga media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.
Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada ) merupakan
wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan nusantara menyimpan
berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam menentukan tingkat akurasi
perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut
Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen
masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada
pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua
Australia.
Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya kemaritiman yang
besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim Indonesia.
4
B. Karakteristik Benua Maritim Indonesia
BMI adalah suatu massa bumi yang keseluruhannya terdiri dari 17.508 pulau
beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis pangkalnya. Zona
pesisir, landasan benua, lereng benua, cekungan samudera di bawahnya dan udara di
atasnya.
BMI terbentang dari 92O BT sampai dengan 141O BT dan dari 7O20’LU sampai
dengan 14O LS merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:
1. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.
2. Luas perairan 3,1 juta km , dan luas perairan ZEE 2,7 juta km .
3. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km (7.945
2
2
mil).
BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan
perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya
alam hayati dan nonhayati dengan massa (benua) lainnya.
Bagian dalam kawasan barat BMI tersusun oleh pulau-pulau utama Sumatera, Jawa
dan Kalimantan yang merupakan sistem Paparan Sunda dengan kedalaman dasar laut sampai
sekitar 200 m. kearah Timur tertletak di Selat Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang
merupakan zona transisi antara sistem Paparan Sunda dengan system Laut Banda. Di ujung
bagian Timur BMI ditempati oleh sistem laut Banda yang merupakan laut dalam dengan
kedalaman dasar laut antara 1000-6000 m yang dikelilingi oleh pulau Sulawesi bagian barat
gugusasn kepulauan Sula dan Seram di Utara, rangkaian gunung api di selatan dan timur. Di
bagian Selatan ditandai dengan kepulauaan gunung api aktif NTB-NTT yang relative kecil.
Bagian luar BMI sebagian besar membentuk tepi benua konvergen aktif terdiri dari
Samudera Hindia (selatan-barat) dan Samudera Pasifik (timur-laut). Laut Sulawesi (utara)
Laut Cina Selatan (barat-laut). Bagian tenggara umumnya terususun oleh sistem Paparan
Sahul dan massa daratan Papua yang menghubungkan tepi Benua Australia.
Berdasrkan tatanan geologi dan teknologinya sistem BMI dapat dibedakan menjadi
dua kawasan yaitu:
1. Kawasan barat BMI
Memanjang dari pantai barat Sumatera sampai pantai timur Kalimantan
Timur, berciri sistem Samudera Hindia (bagian luar BMI), memanjang dari
bagian barat Sumatera sampai ke selatan Sumba, serta sistem laut Jawa yang
merupakan sistem perairan Sunda (lempeng Banua Eurasia) pada sebagian besar
perairan Indonesia pada bagian dalam BMI.
2. Kawasan timur BMI
Memanjang dari bagian timur kawasan Timur BMI sampai pada batas
paling timur dari wilayah yuridiksi Indonesia. Pada bagian luarnya ditempati oleh
5
tepi Benua Australia (Laut Timor dan Laut Arafura) di bagian Selatan. Laut
Karolina dan Samudera Pasifik dibagian Timur dan laut Sulawesi di bagian
Utara, sedangkan bagian dalam ditempati oleh laut Flores di bagian Barat, Laut
Banda di bagian Timur dan Laut Maluku di bagian paling Utara.
Ditinjau dari sudut pandang geologi kelautan, pakar kebumian sepakat bahwa BMI
adalah merupakan salah satu laboratorium alam yang terlengkap di dunia. BMI terbentuk
sebagai hasil interaksi alamiah antara tiga lempeng litosfera utama yaitu lempeng Eurasia di
sebelah utara, lempeng Hindia-benua Australia di sebelah Selatan Tenggara, dan lempeng
Pasifik di sebelah Timur. Ketiga lempeng litosfera ini bergerka secara relative satu terhdap
lainnya, sehingga memberikan dampak terhadap bentuk kerak bumi yang kompleks, baik
struktur maupun bentuk batuan. Gerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan daerah
tertentu di wilayah BMI memiliki daerah cekungan sedimen laut dalam misalnya laut Banda,
laut Sulasesi, laut Gorontalo, laut Maluku. Selain itu berkembang pula 60 buah cekungan
sedimen yang memungkinkan terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Dari
kacamata
ilmuan,
Ternyata
pakar
kebumian
Internasional
banyak
menggunakan proses geologi yang terjadi di BMI saat ini sebagai suatu acuan untuk
menjelaskan proses pembentukan jalur pegunungan (misalnya pegunungan Alpen) yang
berlangsung ratusan juta yahun yang lalu. Acuan ini adalah kunci untuk memahami prosesproses yang berlangsung pada masa silam.
Para ahli menduga bahwa di bawah dasar laut Indonesia terdapat sumber daya
minyak dan gas bumi yang besar. Diperkirakan juga bahwa dasar laut mengandung banyak
bahan galian atau tambang. Pada saat ini hanya mineral-mineral letakan terutama timah yang
terdapat pada Paparan Sunda di sector barat laut yang memberikan nilai ekonomis bagi
perekonomian Indonesia. Sedangkan agregat yang digunakan dalam skala yang kecil, namun
dikhawatirkan akan memberikan dampak pada lingkungan dikemudain hari.
Berdasarkan fenomena di atsa amaka muncul berbagai kondisi yang merupakan
keunggulam komparatif BMI yang dapat didayagunakan bagi kepentingan umat manusia
pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya. Kondisi-kondisi yang dimaksud
adalah:
1.
BMI merupakan media yang ideal untuk menjangkau setiap titik pada
hamparan Benua Maritim terutama di kawasan laut.
6
2.
BMI dengan keanekaragaman sumber daya alam, baik hayati maupun
nonhayati yang ada di dalamnya, memberikan peluang yang lebih besar dalam
mentapkan pilihan bagi umat manusia, terutama bangsa Indonesia dalam
memenuhi kebutuhannya.
C. Dimensi Benua Maritim Indonesia
1. Dimensi Kewilayahan
Dilihat dari kehidupan umat manusia BMI dan bumi adalah satu kesatuan
yang utuh. Karakteristik BMI, ditinjau dari seg konfigurasi geogarfisnya
merupakan wilayah perariran yang ditaburi ulau besar dan kecil. Wilayah daratan
dan perairan Indonesia yamg membentang di cakrawala khatulistia memiliki
bentangan terpanjang diantara negara-negara di dunia, menempati posisi silang
antar benua
Asia dan Australia, serta berada di antara dua Samudera yaitu
Samudera Hindia dan Pasifik. Sebaian besar wilayah Indonesia merupakan tepi
beau aktif sebagai perwujudan adanya interaksi antara tiga lempeng litosfera seperti
yang dijelaskan diatas.
Topografi wilayah daratan Indonesia merupakan peginingan denga gunung
berapi, memiliki garis pantai terpanjang (hamper dua kali panjang lingkaran bumi),
serta memiliki iklim tropis monsoon dengan musim hujan dan musim kemarau.
Daratan wilayah Indoneia memiliki aneka ragam flora dan fauna yang terhimpun di
dalam hutan tropis yang sangat luas.
Wilayah daratan dan perairan Indonesia mengandung kekayaan yang
beraneka ragam, baik yang berada di dalam maupun di permukaan bumi. Wilayah
Indonesia dihuni oleh pendududk yang jumlahnya akan mencapai 250 juta jiwa
pada tahun 2020 serta terdiri dari beberapa suku yang memilki budaya tradisi dan
pola kehidupan yang beranekaragam.
Bila dilihat dari luas wilayah, topografi geologi, sumber daya alam, dan
keanekaragaman suku bangsa, serta budaya dan adat isiadatnya, pendayagunaan
BMI sebagai media tranportasi atau perhubungan memiliki wilayah yang strategis
dalam menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya guna meningkatkan
kesejahteraan, integritas bangsa dan pertahanan keamanan negara.
Dilihat dari kondisi dan konstalasi geografi dan geologi wilayah daratn dan
perairannya,
BMI
merupakan
lokasi
yang
tepat
untuk
pembangunan
pendayagunaan. Karena dilihat dari letaknya yang sangat strategis serta konfigurasi
perairannya yang ditaburi dengan ribuan pulau besar dan kecil dan serta hutan
7
tropis yang luas,, maka wilayah BMI merupakan satu lokasi yang mempengaruhi
iklim global, termassuk pemanasan global (global warming).
2. Dimensi Kehidupan Nasional
BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara dalam dimensi kehidupan
nasional mencakup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aktualisasinya dalam
kehidupan bermasyarakat adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi antara
orang-orang dalm satu kelompok, dimana setiap orang atau pihak yang
berkepentingan kepada pihak lainnya saling mempunyai kewajiban berbangsa adalah
kehidupan yang berkaitan dengan penyaluran aspirasi dan upaya mewujudkan citacita bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa. Pemerintah negara sesuai
dengan tugasnya mempunyai kwenaangan untuk mengatur seluruh warga negara dan
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, kehidupan bernegara merupakan
kehidupan yang iddasari oleh keharusan atau kesadaran untuk menaati secara
konsekuen aturan-aturan yang dikeluarkan oleh negara.
BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara tentunya mengandung tiga
unsure pokok seperti yang dimiliki oleh unsure wawasan nusantara, yaitu wadah, isi
dan tata laku.
Wadah konsepsi BMI berbentuk wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara yang di dalamnya mencakup
wilayah laut nusantara, wilayah laut territorial, serta wilayah laut landas benua dan
ZEE sebagai sebagai hak kedaulatan dan yuridiksi nasional.
Unsure isi BMI mencakup cita-cita bangsa Indonesia yang bertujuan
mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh bangsa Indonesia, serta turut
mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusai. Konsepsi
BMI juga bertujuan mewujudkan kesatuan di dalam aspek kehidupan nasional, baik
alamiah maupun social. Tujuan tersebut relevan dengan isi pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia dalam pendayagunaan BMI bercita-cita mewujudkan
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, modern,
mandiri, dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kebumian, teknologi
kelautan dan teknlogi kedirgantaraan. Denga demikan hal terpenting dari isi BMI
adalah pendayagunaan BMI didasarkan pada persaatuan dan kesatuan, kesejahteraan
dan keamanan, serta konsultasi dan kerjasama.
Tata laku merupakan proses atau hasil interaksi antara wadah dan isi yang
meliputi tata laku lahiriah dan tata laku batiniah. Tata laku batiniah mencerminkan
bangsa dalam pendayagunaan BMI yang dijiwai oleh sikap mental kepribadian
8
bangsa yang luhur dan terpuji. Tatalaku lahiriah tercermin dalam tata pencernaan,
tata pelaksanaan dan tata pengawasan peyelenggaraan dan pengaturan BMI yang
berdasarkan kesejahteraan dan keamanan, konsultasi dan kerjasama.
Tata laku selain mempengaruhi pembentukan aspirasi masyarakat dalam
pendayagunaan BMI, juga merupakan perwujudan segenap potensi, sumberdaya dan
sarana, baik kemapuan fisik maupun nonfisik yang dimilki bangsa. Untuk itu
geopolitik BMI harus senantiasa memperhatikan cirri-ciri dan kondisi serta
konstalasi geografi dan geologisnya, serta perkembangan lingkungan strategis, baik
lingkup nasional maupun internasional.
Pendayagunaan BMI merupakan wahana untuk menampung, menyalurkan,
memproses dan mengaktualisaasikan tuntutan aspirasi seluruh bangsa Indonesia.
Kebijaksanaan yang merupakan cerminan aspirasi bangsa, selain diarahkan pada
pencapaian tujuan dan perwujudan cita-cita bersama, juga di arahkan untuk makin
memperkuat pendayagunaan BMI dalam rangka memperkokoh persatuan dan
kesatuan serta meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia.
D. Batas-batas Yuridiksi Wilayah Laut dan Udara Indonesia
1. Wilayah Laut
Sesuai dengan konveksi hokum laut 1982, Indonesia memiliki rejim laut yang
dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat kewenangan dalam kaitannya dengan
pegelolaan sumberdaya kelautan, baik bagi Indonesia sendiri Mupun dengan negara
tenagga. Secaraa prinsip rejim laut tersebut meliputi empat bagian yaitu:
a. Wilayah laut dengan hak penuh bagi Indonesia atau dikenal sebagai wilayah
kedaulatan Indonesia yang meliputi Laut Pedalaman, Laut Nusantara, dan Laut
Territorial.
b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta
memilki kewenangan untuk mengatur hal-hal tertentu yang meliputi wilayah
perairan Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen.
c. Wilayah laut dimana Indonesia memilki kepentingan namun tidak memiliki
kedaulatan wilayah maupun kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut,
meliputi wilayah perairan laut lepas dan dasar laut internasional di uar landas
kontinen Indonesia.
d. Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh berarti di wilayah Indonesia memiliki
kedaulatan mutlak atas ruang udara dan dasar laut serta tanah dibawahnya, yang
meliputi:
Perairan pedalaman
9
Merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara, pada wilayah ini
Indonesia memilki kedaulatan mutlak dan kapal-kapal asing tidak
mempunyai hak lintas. Ketentuan mengenai penetapan perairan pedaalaman
telah diatur dalam konvensi hokum laut 1982, namun hingga saat ini
Indonesia belum menetapkan perairan pedalaman tersebut.
Perairan nusantara
Bagian luar perairan pedalaman adalah perairan
kepulauan
(nusantara). Wilayah perairan ini dapat dipahami sebagai laut yang terletaj
di antara pulau, dibatasi atau dikelilingi oleh garis pangkal, tanpa
memperhatikan kedalaman dan lebar laut tersebut. Pada wilayah perairan
nusantara ini, kapal asing memiliki hak lintas berdasarkan prinsip lintas
damai dan bagi kepentingan pelayaran internasional kapal asing juga
mempunyai hak lintas melalui sea lanes atau lebih dikenal sebagai Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia telah menetapkan 3 ALKI
berdasaarka PP No. 37 Tahun 2002. Adanya hak lintas kapal asing
berdasarkan prinsip lintas damai dan lintas ALKI ini, membedakn antara
hak dan kewenagan antara perairan pedalaman dengan perairan nusantara.
Perairan territorial
Adalah wilayah perairan di luar perairan nusantara yang lebarnya
tidak lebih dari 12 mil laut diukur dari garis pangkal. Di wilayah laut ini,
Indonesia memilki hak kedaulatan penuh. Seperti halnya yang berlaku pada
perairan nusantara, kapal-kapal asing memilki hak lintas damai dan hak
lintas melalui ALKI yang merupakan kelanjutan ALKI yang telah ditetapkan
pada perairan nusantara.
Jenis wilayah yang lain bagi sebuah negara kepulauan meliputi wilayah laut dengan
hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta memiliki kewenangan unutn
mengatur hal-hal tertentu yang mencakup:
a. Zona Tambahan
Di luar laut territorial Indonesia mempunyai kewenangan-kewenangan
tertentu. Zona tambahan dapat ditetapkan sampai dengan 12 mil laut di luar laut
territorial atau sampai dengan 24 mil laut di ukur dari garis pangkal. Pada zona
ini, Indonesia memilki hak untuk dapat melaksanakan kewenangan tertentu dalam
mengontrol pelanggaran terhadap aturan-aturan di bidang bea cukai, keuangan,
karantina kesehatan, pengawan imigrasi dan menjamin pelaksanaan hokum
diwilayahnya.
10
b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Konvensi Hukum Laut 1982 pasal 55 dan 56 ayat 1a menyebutkan bahwa
ZEE adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut territorial, lebar
zona ini tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal. Di perairan ZEE,
Indonesia memilki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pegelolaan sumberdaya alam, baik hayati maupun nonhayati yang terdapat di
kolom air. Hak berdaulat lainnya adalah berkenan dengan kegiatan untuk
keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada zona tersebut, seperti produk
energy dari air, arus dan angin. Disamping itu Indonesia juag memilki
kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan
penelitian ilmiah kelautan, serta memberikan izin pembanguna pulau buatan,
c.
instalasi dan bangunan laut lainnya.
Landas Kontinen
Konvensi hokum laut 1982 telah menetapkan baha landa kontinen dangan
penegrtian yurudis adalah kewenangan suatu negara pantai atau kekayaan alam
yang terkandung di dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah
permukaan yang terletak di luar laut territorial, sepanjang kelanjutan alamiah
daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut
(pasal 76 ayat 1). Selanjutnya negara pantai memiliki kesmpatan untuk
menetapkan batasan luar landas kontinen lebih dari 200 mil di ukur dari garis
pangkal dengan ketentuan sebagai berikut
1) Lebar maksimum tidak boleh lebih dari 350 laut diukur dari garis pangkal
2) Tidak melebihi 100 mil laut diukur dari garis kedalaman 2.500 m.
3) Tidak melebihi lebar 60 mil laut dari kaki lereng kontinen.
4) Garis terluar dengan titik ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1%
dari jarak terdekat antara titik-titik terluar dari kaki lereng kontinen.
Ketetntuan di atas mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas landas
kontinen, Indonesia memiliki kepentingan menyangkut.
Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang berhadapan atau
berdamping yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar hokum
internasional
Batas landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal
Kemungkinan data di ajukannya batas landas kontinen di luar 200
hingga maksimal 350 mil laut dari garis pangkal 100 mil laut dari
garis kedalaman 2.500 m.
d. Laut Lepas
11
Di wilayah perairan laut lepas di luar batas ZEE Indonesia memilikin dua
kepentingan. Pertama, di kolom air dalam kaitannya dengan penhelolaan
sumberdaya hayati dan untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Pasal 63
dan 64 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan adanya keterkaitan yang erat
antara penegeloalaan dan eksploitasi kekayaan hayati di ZEE dan di laut lepas
luarnya.
Pengaturan ini khususnya menyangkut jenis perikanan mengembara dan
berimigrasi secar jauh sperti Tuna. Dalam kaintannya ini, Indonesia memiliki
kepentingan /secar pro aktif dalam mengelola perikanan di laut lepas terutama di
kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kedua, di daerah dasar laut dan
tanh di bawahnya di luar batsa landas kontinen, terdapat daerah dasar laut
internasional yang penegeloalaannya dilakukan oleh Badan Otorita Dasar Laut
Internasional yang berkantor di Kingston, Jamaica. Indonesia memiliki
kepentingan untuk aktif memantau perkembangan iptek penambahan dan
prosesing mineral di dasar laut di luar landa kontinen.
2. Wilayah Udara
Seperti halnya wilayah laut, wilayah udara Indonesia memilik ruang
dirgantaranya yang luas, apalagi berada di bawah khatulistiwa yang memilik jalur
Geostationary Orbit (GSO) dan batas ruang udara dan ruang antariksa ditetapkan
100/110 km.
Tentang batas wilayah udara suatu negara yang menyangkut pula kedaulatan
udaranya hingga saat ini masih belum ada kesepakatan. Walaupun demikian sebagai
pegangan adalah dua tentang kedaulatan udara sebagai berikut
a. Teori udara bebas
Teori udara bebas terbagi atas dua aliran yaitu:
1) Kebebasan ruang udara tanpa batas, ruang udara dapat digunakan siapapun
dan tak satupun negara berdaulat terhadapnya
2) Kebebasan udara terbatas, yang dalam hal ini terbagi dua juga yakni
Negara kolong atau negara bawah yang berhak mengambil tindakan
tertentu dalam memelihara keamanan
Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap wilayah udara zona
territorial tertentu.
b. Teori negara berdaulat di udara
Mengenai penentuan ketinggian wilayah udara suatu negara dijelaskan
oleh beberap teori sebagai berikut.
a.
Teori keamanan yang menyatakan bahwa suatu negara mempunyai
kedaulatan atas wilayah udaranya sampai yang diperlukan untuk menjaga keamanan.
12
b.
Teori Cooper yang menyatakan bahwa ketinggian wilayah udara suatu negara
ditentukan oleh kemapuan teknologi negara itu menguasai wilayah udara yang ada di
atas wilayahnya.
c.
Teori Schachter yang menyatakan bahwa batas ketinggian wilayah udara
sautu negara adalah 30 km atau sampai dengan balon dan pesawat dapat mengapung
dan diterbangkan
Cara mengukur batas wilayah udara secara vertical adalah dengan menarik garis
lurus dari puasat bumi menyinggung garis batas wilayah negara terus ke angkasa. Dengan
cara ini menjadikan wilayah udara semakin ke atas semakin luas berbentuk kerucut terbalik.
Wilayah udara Indonesia merupakan sumberdaya alam terbatas yang domanfaatkan
untuk kepentingan manusia pada umumnya dan kepentingan bangsa Indonesia sendiri pada
khususnya. Terutama bahwa Indonesia adalah negara khatulistiwa, dengan demikian wilayah
ruang aangkasa Indonesia memiliki GSO untuk meletakkan satelit komunikasi agar satelit
tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadpa bumi. Berdasarkan deklarasi
Bogota pada tahun1976 telah diidentifikasi panjang garis khatulistiwa Indonesia adalah
6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5% keliling GSO.
Tapi untuk memperoleh aktualisasi BMI seperti yang dijelaskan di atas secara umum
masih ada tiga kendala utamanya, yaitu
a. Indonesia
belum
menjalankan
manajemen
nasional
yang
memungkinkan
perkembangan seluruh bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada tahun 1945
para Pendiri Negara telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia sebagai negara
kesatuan memberikan otonomi luas kepada daerah agar dapat berkembang sesuai
dengan sifatnya, namun dalam kenyataan selama 50 tahun merdeka Indonesia
menjalankan pemerintahan sentralisme yang ketat. Akibatnya adalah bahwa pulau
Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia, mengalami
kemajuan jauh lebih banyak dan pesat ketimbang bagian lain Indonesia, khususnya
Kawasan Timur Indonesia. Kalau sikap demikian tidak segera berubah maka tidak
mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat
menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat yang tinggal di luar Jawa kurang
berkembang maju dan merasa tidak puas dengan statusnya. Apalagi melihat kondisi
13
dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara
untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.
b. Meskipun segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian
tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas
bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada
lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70
persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100
kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak
mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit
dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan
lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa
ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil
laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat
pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar
ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis,
Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat memberikan perhatian sama
besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut
yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan
kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi,
sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi. Apalagi kalau
ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang Indonesia. Selama
pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum berubah, bagian amat
besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa. Malahan yang lebih banyak memanfaatkan
adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan Indonesia untuk mengambil
kekayaannya.
c. Kurangnya pemanfaatan ruang angkasa di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan
nasional, khususnya pemantapan kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia
belum cukup menyadari perubahan besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama
menyangkut teknologi angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika
sekarang memungkinkan manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui
telpon, televisi, komputer yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak kepulauan
Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit
14
yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang
angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting untuk
pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi.
Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.
E. Pembangunan Benua Maritim Indonesia
Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan
nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim dan dirgantara. Pengertian
ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh
Presiden Republik Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah
bagian Integral dari pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan
lautan Indonesia untuk mencapai cita – cita nasional.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan
dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan
sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah
menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional
yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.
Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:
1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang
harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita – cita nasional.
2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.
Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritime kita
menghadapai empat kendala utama, berikut :
1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.
2. Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap.
3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.
4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.
F.
Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia
Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk
membulatkan akselarasi pembangunan nasional yang diselenggarakan. Kenyataanya
selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penangan secara proporsional
15
sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang
menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan.
Pembanguunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu, yaitu sistem
pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai
masalah akan muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya
degradasi mutu dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena
musnahnya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrsi pantai, intrusi air laut,
pencemaran lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah
tersebut berakar dari :
1. Masing–masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya sangat
terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor.
2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang
memepunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh.
3. Belum lengkapnya peraturan perundang–undangan yang mengatur kewenangan
pengelolaan sumberdaya maritime.
4. Belum lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut nasional
yang dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.
Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritime berbagai masalah tersebut
harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan ;
1. Penataan perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang
bersifat lintas sektoral
2. Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan
pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang
sinkron
3. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan professional
4. Penataan perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum yang
konsisten
5. Penetapan tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan pendaya
gunaanya
6. Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat diakses secara
luas
7. Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap dalam upaya
pembangunan maritime dengan kemudahnnya
16
8. Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan pengembangan
maritime untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan,
utamanya bagi nelayan tradisional.
Berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah
nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan
laut berikut :
1. Lautan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pemanfaatn laut
terutama sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar
35% dari potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerja
dalam eksploitasi dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat tekhnologi
saraana penangkapan dan pengolahan masih perlu ditingkatkan
2. Lautan dan dasar laut sebagai sumber bahan dasar sumber energy. Berbagai mineral
dan baahan baku industry letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m.
Masalah yang dihadapai dalam memanfaatkan laut sebagai sumber bahan baku dan
sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu
mengeksplorasi dan mengeksploitai sumber – sumber tersebut di laut dalam,
disamping permaslahan permodalannya.
3. Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfataan laut sebagai medan kegiatan
industri belum efektif dan efisien. Masalahnya anatara lain adalah belum meratanya
kegiatan industri
4. Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat
bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku badjo, suku anak-laut, belumlah
diatur dan dikelola dengan baik, Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/olah
raga sperti selancar, diving, ddsb.
5. Laut sebagai badan Hankanmas. Bidang Hankanmas sangat dominan pada laut
sebagai media penting dalam kegiatan Hankanmas. Permasalahan yang dihadapi
adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana
untuk pertahanan dan keamana di laut.
6. Laut sebagai Zona Ekonomi Eksklusif di Indonesia. Dengan diberlakukannya
Konvesi PBB tentang Hukum laut Tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia salah
satu negara yang diuntungkan, Masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang
terdapat di ZEEI yang hak pengelolaanya diberikan kepad Indonesia belum bisa
diketahui dengan pasti, apalgi dimanfaatkan sebagai sumber pembangunan
17
Saat ini dapat didefiniskan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan
maritime yang terdiri dari ; perikanan, perhubungan laut, industri maritime, pertambangan
dan energy, pariwisata bahari, tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari
dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari, survei-pemetaan dan iptek
kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan
pada asas maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka
terdapat lima elemen utama yang keadaan dan masalah masing – masing adalah sebagai
berikut ;
1. Perikanan. Diperkirakan potensi perikanan laut Indonesia mencapai 6,7 juta ton/th
namun baru bisa dimanfaatkan 2,3 juta ton/tahun (~45%) dan di berberapa tempat
terjadi overfishing. Sementara ini belum ada manajemen sumber daya yang jelas dan
pembangunan perikanan belum didasarkan pada system agribisnis.
2. Perhubungan laut. Saat ini tenaga kerja yang terserap dalam perhubungan laut sekitar
2,5 juta (~2% dari jumlah penduduk Indonesia) yang tersebar dalam aspek angkutan
laut, kepelabuhan dan keselamatan pelayaran, keadaan
terakhir menunjukkan
adanya peningkatan hasil pembangunan yang dapat diangkut melalui laut, Smeentara
itu asa cabotage tidak bisa berjalan dengan baik karena berbagai alasan. Karena
berbagai sebab daya saing pelayaran nasional sangat rendah dan peranannya semakin
tahun terus menerus. Kemampuan manajemen pelabuhan juga sangat terbatas
sehingga menimbulkan biaya tambahan.
3. Industri maritim. Industri maritim bersifat padat modal, bertekhnologi tinggi dan
padat karya, namun di pihak lain jangka waktu kembali modalnya lama. Kondisi
global tidak memungkinkan industri maritime berkembang, dan dalam batas – batas
tertentu kita belum menguasai teknologi untuk meningkatkan daya saing. Pembeli
dalam negeri masih langka mengingat tingkat suku bunga yang itnggi dan belum
adanya rangsangan berupa insentif khusus. Dukungan industri penunjang sangat
penting namun masih lemah
4. Pertambangan dan energi, sumber potensial belum banyak diketahui, sedang untuk
mengetahuinya diperlukan modal besar, tekhnologi tinggi dan resiko yang besar dan
hingga kini kita masih sangat bergantung dari luar negeri. Cadangan yang ada pada
tahun 2005 tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri, kecuali ditemukan
cadangan cadangan baru. Berbabagi sumber energi dari laut seperti OTEC, ombak,
pasut, dan angin berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa mineral seperti bijih
18
besi, emas, perak, timah, nikel, tembaga clan zink telah diketahui keberadaanya di
pasar perairan RI. Tenaga ahli, iptek dan permodalan masih kurang. Kekayaan
tambang adan energi juga memiliki oleh negara lain yang mungkin akan menjadi
pesaing kita.
5. Pariwisata bahari. Secara umum kepariwisataan RI maju pesat, namun khusus
pariwisata bahari masih sangat tertinggal. Sesuangguhnya potensi pariwisata bahari
yang belum tergali sangat tinggi. Kendala umum dalam pengembangan pariwisata
bahari adalah ketidak jelasan peraturan dan perundangan yang menimbulkan
hambatan biokratis dan sementara ini SDM dan modal masih dangat terbatas.
G. Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang
Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral
dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim.
Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu mentransformasikan
potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui serangkaian pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan secara bertahap, dengan
waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya dilakukan sebagai berikut :
1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa
mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang
sesuai,
2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata
bahari sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang diperlukan.
3. Pelita IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring
dengan peningkatan iptek dan SDM
4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan
pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan
Khusus dalam pelita VII, kelima elemen pembangunan Maritim Indonesia diarahkan
pada :
1. Perikanan. Pembangunan perikanan diupayakan dalam pemanfaatn Sumberdaya
Ikan, baik perikanan tangkap maupun budidaya yang lebih optimal dengan sasaran
untuk meningkatkan gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup nelayan kecil
19
dan petani ikan tradisional. Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan yang
menjadi tempat hidup ikan terus dilakukan agar dicapai kelestarian dan peningkatan
produksi ikan dan budidaya laut. Kualitas SDM dan iptek terus ditingkatkan agar
memiliki daya saing yang tinggi dalam era globalisasi.
2. Saran dan prasarana perikanan yang antara lain terdiri dari pelabuhan pendaratan
ikan, tempat pelelangan ikan terus ditingkatkan. Pembangunan perikanan harus dapat
mengupayakan terjalinannya kemitraan besar-kecil-koperasi. Kelembagaan dan
perundangan perlu ditata dan diatur ulang. Perlu dikembangkan Pusat data dan
infromasi Kelautan Nasional yang dapat memberikan data dan informasi secara terus
menerus kepada para penggunan baik nelayan kecil maupun perusahan besar.
3. Perhubungan laut. Dibidang angkutan laut diperlukan minimal 900 buah kapal 3500
DWT untuk pelayaran domestic, sedang untuk pelayaran luar negeri diperlukan 36
unit kapal masing-masing 48.000 DWT. Dibidang kepelabuhan diupayakan
pembangunan dan peningkatan pelabuhan peti kemas, dermaga pelayaran rakyat dan
pelayaran perintis seiring dengan perkembangan muatan. Dibidang keselamatan
pelayaran dilakukan pembangunan fasilitas bantu pelayaran, vessel traffic, kapal
navigasi, stasiun radio pantai, kesyahbandaran, pengerukan alur, SAR dan
sebagainya. Sistem baku navigasi dan komunikasi maritime ditingkatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
4. Industri maritim. Kemampuan beli perusahaan pelayaran nasional terhadap produksi
industri maritime dalam negeri terus ditingkatkan anatara lain dengan pemberian
insentif atau tax holiday. Sementara itu, lembaga koordinasi yang mampu
menyelesaikan problematic antar instansi terkait terus dikembangkan.
5. Pertambangan dan Energi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral, minyak dan
gas kepas pantai terus ditingkatkan hingga diperolehnya cadangan – cadangan baru
migas dan bahan tambang serta energy alternative dari laut. Kandungan local dalam
kegiatan pertambangan baik yang berupa modal, SDM, iptek, sarana litbang dan
piranti lunak terus ditingkatakan. Koordinasi antar instansi terkait terus
dikembangkan.
6. Pariwisata bahari. Pariwisata bahari harus ditempatkan sebagai salah satu unggulan
pariwisata nasional. Saran dan prasarana yang terkait terus dibangun. Prioritas tinggi
dan pemberian insentif diberikan kepada pariwisata bahari di kawasan timur BMI.
20
Pemberian muatan bahari dalam program pendidikan dan pelatihan pariwisata terus
diupayakan, dan perarian swasta dalam pariwisata bahari terus diitngkatkan.
7. Sejalan dengan sasaran pembangunan maritime maka dapat diproyeksikan kebutuhan
akan SDM dan iptek yang sesuai.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau –
pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di
atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan
kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya.
b. BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan
perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi
sumberdaya alam hayati dan nonhayati dengan massa (bneua) lainnya.
c. Dimensi Benua Maritim Indonesia terbagi atas:
a) Dimensi Kewilayahan
b) Dimensi Kehidupan Nasional
d. Batas-batas yuridiksi terbagi atas:
a) Wilayah Laut
b) Wilayah Darat
e. Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara,
serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga
hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah
menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.
f. Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk
membulatkan
akselarasi
pembangunan
nasional
yang
diselenggarakan.
Kenyataanya selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penangan
secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara
tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan
pembangunan.
g. Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral
dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim.
Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas
22
manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu
mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui
serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945.
B. Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekanrekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam
mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan,
berbagai keadaan dan masalah kemaritim, serta pembangunan maritim Indonesia
jangka panjang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/.
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita
Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan. Http://wahyuan.wordpress.com
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita
Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran. Bandung : Tarsito
Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah
Wawasan Sosial Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
24
MAKALAH WAWASAN SOSIAL
BUDAYA MARITIM
PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
M11114303
Asri Yushari Yahya
M11114304
Nurlaela Burhanuddin
M11114305
Fatwa Fathurachmat
M11114306
Ratu. M. Sandabunga
M11114307
Rina Yanti Payangan
M11114308
Sukriati Andesti Lamanda
M11114309
Icuk Sugiarto Sesa A
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
25
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Benua Maritim Indonesia”
Terselesainya makalah
ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 8 Oktober 2014
Kelompok 1
26