Sejarah perkembangan dan ketentuan menge (1)
PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
(PKBL)
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh BUMN sebagai salah satu bentuk kepedulian BUMN kepada masyarakat dan lingkungan.
Seusai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang terakhir kali diperbaharui melalui
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013, Program Kemitraan adalah Program
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana BUMN. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah Program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN
A.
Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian
nasional memiliki tujuan pendirian yang berdampak signifikan bagi masyarakat, antara lain
menyelenggarakan kemanfaatan umum, menjadi perintis kegiatan usaha yang belum
dilaksanakan sektor swasta dan koperasi serta turut aktif memberikan bantuak kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah dan masyarakat. Disamping itu, sebagai suatu badan
usaha yang memperoleh kemanfaatan ekonomi baik dari sumber daya alam, maupun sumber
daya lainnya, maka sudah selayaknya untuk memberikan imbal balik kepada lingkungan dan
masyarakat.
B.
Dasar Hukum pelaksanaan PKBL
Kegiatan PKBL di awali dari penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 yang
mengatur bahwa salah satu tujuan pendirian BUMN yaitu “Turut aktif memberikan bimbingan
kegiatan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor
koperasi;.Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya”. Namun untuk
pelaksanaannya tidak diatur lebih lanjut dan diserahkan sepenuhnya kepada Direksi BUMN
untuk
melaksanakannya.
Selanjutnya
melalui
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor:
1232/KMK.013/1989 tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha
Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN, diatur mengenai sumber pendanaan kegiatan
yaitu dari prersentasi 1-5% dari laba setelah pajak. Pada saat itu, nama program lebih dikenal
dengan nama Program Pegelkop. Dalam perkembangannya sebutan terhadap kegiatan
tersebut beberapa kali mengalami perubahan, antara lain:
1
1) Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program
PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan
Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara.
2) Tahun 1999, diubah lagi menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, melalui
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN Nomor:
Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan BUMN, melalui keputusan ini ditetapkan pula ketentuan mengenai pemberian
bantuan melalui Program Bina Lingkungan.
3) Tahun 2003, nama program menjadi Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan namun tetap disingkat PKBL, melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengakomodir kegiatan-kegiatan yang bersifat
nasional dan serentak oleh seluruh BUMN, melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan, diatur kegiatan Program Bina Lingkungan BUMN Peduli yang dananya dialokasikan
sebesar 30% dari dana tersedia Program Bina Lingkungan.
Adapun ketentuan-ketentuan mengenai sumber pendanaan kegiatan PKBL adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN salah satu maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat, ketentuan inilah yang menjadi dasar
adanya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
2. Untuk pelaksanaan PKBL sebagaiamana angka 1, sesuai dengan Pasal 88 ayat (1) UU
BUMN disebutkan bahwa “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk
keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”,
yang selanjutnya dalam ayat (2) diatur bahwa “ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan
dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan
Menteri”.
3. Menindaklanjuti amanah dari 88 ayat (2) UU BUMN, Menteri BUMN telah menerbitkan
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER08/MBU/2013.
2
4. Bahwa dalam Peraturan Menteri BUMN sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, diatur
bahwa alokasi dana PKBL diambil dari penyisihan sebagian laba bersih BUMN, hal ini masih
sesuai dan tidak melanggar dengan ketentuan dalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN.
5. Bahwa sesuai dengan Pasal 70 UU PT mengenai penggunaan laba, Perseroan wajib
menyisihkan jumlah tertentu dan laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan.
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 71 ayat (2) seluruh laba bersih setelah dikurangi
penyisihan untuk cadangan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen kecuali
ditentukan lain dalam RUPS. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 43 UU BUMN ditegaskan
bahwa laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemilik modal, atau
pembagian lain seperti tantiem untuk Direksi dan Dewan Pengawas, bonus untuk
karyawan, cadangan dana sosial dan lain-lain, atau penempatan laba bersih tersebut dalam
cadangan Perum yang antara lain diperuntukkan bagi perluasan usaha Perum. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka secara umum pembagian laba dilakukan untuk laba yang
ditahan, cadangan umum, cadangan khusus (yang semuannya ditahan di perusahaan untuk
memperkuat permodalan perusahaan dan dicatat sebagai ekuitas), dividen, tantiem, jasa
produksi dan tunjangan-tunjangan. Namun khusus untuk BUMN, selain pembagian alokasi
laba tersebut di atas, juga untuk alokasi PKBL. Dari pembagian tersebut, yang menjadi hak
Negara sebagai Pemegang Saham adalah Dividen, sehingga kekayaan Negara hanyalah
dividen.
6. Bahwa Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 merupakan keputusan
RUPS sebagai organ perusahaan, dan sesuai dengan amanah dari Pasal 88 UU BUMN serta
tidak melanggar dari Pasal 70 UU PT, karena yang berwenang untuk menentukan alokasi
penggunaan laba adalah RUPS, dan Menteri BUMN dalam menetapkan alokasi laba
bertindak selaku RUPS BUMN.
7. Bahwa alokasi penetapan besaran dividen dari BUMN untuk Negara setiap awal tahun
sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR RI, dimana alokasi dana PKBL yang ditetapkan
RUPS tidak dapat mempegaruhi atau mengurangi alokasi dividen yang sudah ditetapkan
tersebut. Alokasi dana PKBL ini akan mengurangi laba yang ditetapkan untuk cadangan
yang dikelola oleh perusahaan dan masih menjadi dana perusahaan. Dengan demikian hak
Negara atas kekayaan Negara tidak berkurang karena dividen tidak dikurangi dengan
alokasi dana PKBL.
8. Dapat kami sampaikan pula bahwa dalam Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pada pasal 21, ayat (2) mengatur bahwa: “Badan Usaha
Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang
dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan,
hibah, dan pembiayaan lainnya.”
3
Dalam perkembangannya untuk memperbaiki pencatatan pendanaan kegiatan PKBL, pada
tahun 2013 diberlakukan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka segala peraturan
dan ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Menteri dimaksud dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Adapun pertimbangan perubahan sumber pendanaan kegiatan PKBL dengan tujuan agar tidak
ada lagi penambahan dana PKBL yang bersumber pada bagian laba yang selama ini
tidak dicatat dalam laporan keuangan pemerintah, sekaligus untuk mengevaluasi tingkat
kolektibilitas dana PK BUMN. Dengan tidak adanya penambahan dana baru dari penyisihan
laba, maka dana PK yang bersumber dari penyisihan laba sampai dengan Tahun 2012 dapat
diketahui kolektibilitas yang sesungguhnya. Dengan demikian, perubahan tersebut sebagai
langkah awal memperbaiki pengelolaan dana PKBL serta untuk mendukung pencatatan yang
lebih akuntabel atas keuangan PKBL.
Disamping itu melalui surat Menteri BUMN Nomor: S-554/MBU/2013 tanggal 9 September
2013, diatur mengenai penggunaan dana untuk Program Kemitraan, proses pengesahan biaya
untuk kegiatan PKBL serta pengaturan mengenai kegiatan Program BUMN Peduli yang belum
selesai. Khusus untuk Program Bina Lingkungan BUMN Peduli yang telah diprogramkan pada
tahun 2012 dapat terus dilaksanakan sepanjang anggaran BL BUMN Peduli yang sudah
direncanakan tersebut masih tersedia, dengan tetap mengacu kepada ketentuan mengenai
Program BL BUMN Peduli sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-07/MBU/2007 tanggal
27 April 2007. Bagi anggaran program BL BUMN Peduli yang masih tersisa setelah seluruh
program
dilaksanakan,
dananya
dikembalikan
kepada
masing-masing
BUMN
secara
proporsional dan seluruh pelaksanaan program BL BUMN Peduli diaudit oleh KAP yang
melakukan audit atas BUMN Pelaksana program BL BUMN Peduli dimaksud.
Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, pelaksanaan
kegiatan PKBL oleh setiap BUMN berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran PKBL tahunan yang
diusulkan oleh Direksi BUMN kepada Pemilik Modal/Pemegang Saham untuk disahkan dalam
Surat Menteri BUMN untuk BUMN berbentuk Perum dan RUPS untuk BUMN berbentuk Persero.
Pembukuan kegiatan PKBL menggunakan Satuan Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik yang ditetapkan oleh Menteri BUMN melalui Surat Menteri BUMN. Pada
setiap akhir periode tahunan, dilaksanakan audit oleh Kantor Akuntan Publik yang mengaudit
laporan keuangan perusahaan agar proses verfikasi dilaksanakan oleh pihak yang independen
dan kompeten. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan hasil audit oleh KAP, Pemilik
Modal/Pemegang Saham mengesahkan laporan tahunan PKBL BUMN melalui surat Menteri
BUMN untuk BUMN berbentuk Perum dan RUPS untuk BUMN berbentuk Persero.
4
C. Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
1. Program Kemitraan
Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN. Program Kemitraan
dilaksanakan oleh BUMN kepada mitra binaan usaha mikro/kecil yang memenuhi kriteria
sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
b. Milik Warga Negara Indonesia;
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar;
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan;
f.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun;
g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
Kegiatan Program Kemitraan diberikan kepada Mitra binaan dalam bentuk:
a. Pemberian Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
b. Pemberian pembinaan melalui: Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi untuk meningkatkan produktivitas mitra binaan. Dana pembinaan bersifat
hibah kepada mitra binaan.
Disamping dari alokasi bagian laba BUMN/biaya, sumber pendanaan Program Kemitraan
yaitu pengembalian pinjaman dari mitra binaan dan jasa administrasi (bunga) yang
ditetapkan sebesar 6% flat per tahun.
Adapun posisi Program Kemitraan per 31 Desember 2013 yang disampaikan adalah posisi
outstanding pinjaman Program Kemitraan karena dana Program Kemitraan adalah dana
bergulir sehingg masih di catat dalam laporan keuangan PKBL BUMN, dan Saldo Akhir
Program Kemitraan. Rincian adalah sebagai berikut:
a. Posisi Outstanding Pinjaman Program Kemitraan pada Mitra Binaan per 31 Desember
2013:
5
No.
1
2
3
4
5
Uraian
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Bermasalah
Jumlah
Rupiah
2.870.747.463.000
483.267.107.000
222.363.165.000
1.689.705.965.000
952.471.989.000
6.218.555.689.000
Jumlah Mitra
Binaan
292.708
36.865
14.037
151.503
97.063
592.176
(Data Saldo outstanding piutang tersebut bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun
2013 pada 110 BUMN)
Penjelasan mengenai penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut :
-
Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat
waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama;
-
Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok
dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari
dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
-
Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau
jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari
dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
-
Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
-
Piutang Bermasalah adalah pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya
namun tidak terpulihkan, yang dikelompokkan dalam aktiva lain-lain.
b. Posisi Saldo dana Program Kemitraan yang ada pada BUMN per 31 Desember 2013
adalah sebesar Rp1.985.476.110.000,00. (Data Saldo Program Kemitraan tersebut
bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110 BUMN)
6
2. Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan adalah Program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN. Pendanaan kegiatan Program Bina
Lingkungan setiap tahunnya berasal dari saldo awal tahun, penerimaan alokasi laba/biaya,
serta pendapatan bunga jasa giro/deposito serta pendapatan lainnya. Atas dana tersedia
tersebut, kegiatan Program Bina Lingkungan dipisahkan menjadi dua kegiatan sesuai
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:
a. Program Bina Lingkungan BUMN Pembina
Kegiatan Bina Lingkungan BUMN Pembina sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi
baik dari alokasi perkegiatan sampai dengan penyalurannya. Sumber dana berasal dari
70% dari total dana tersedia pada tahun berjalan yang disalurkan untuk bantuan
kepada masyarakat dengan ruang lingkup yaitu:
1) Bantuan korban bencana alam;
2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
3) Bantuan peningkatan kesehatan;
4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
5) Bantuan sarana ibadah;
6) Bantuan pelestarian alam;
7) Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.
Bantuan Program Bina Lingkungan kepada masyarakat bersifat hibah/dana keluar
sehingga tidak ada dana yang bergulir kembali kepada BUMN/revolving. Dalam
pelaksanaannya kegiatan dimaksud diberikan kepada masyarakat berdasarkan penilaian
BUMN Pembina sesuai bentuk bantuan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Posisi dana Program Bina Lingkungan BUMN Pembina per 31 Desember 2013 adalah
sebesar Rp807.735.348.000,00. (Data Saldo dana Program Bina Lingkungan tersebut
bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110 BUMN)
b. Program Bina Lingkungan BUMN Peduli
Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007, Program BL BUMN Peduli
adalah
Program
BL
yang
dilakukan
secara
bersama-sama
antar
BUMN
dan
pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri.
Sumber pendanaan berasal dari 30% dari total dana tersedia Program Bina Lingkungan
pada tahun berjalan. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program Bina
Lingkungan BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas
7
awal tahun dana Program Bina Lingkungan tahun berikutnya. Sesuai Peraturan Menteri
BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL yang diubah terakhir kali melalui
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tentang Perubahan Keempat
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007, kegiatan Program Bina Lingkungan
BUMN Peduli telah dihapuskan sehingga BUMN tidak perlu untuk melakukan
penganggaran dari 30% dana tersedia. Namun demikian, untuk kegiatan BUMN Peduli
yang masih berjalan diselesaikan sesuai dengan perencanannya.
Adanya kekhawatiran risiko penyalahgunanaan yang tinggi atas dana PKBL, Kementerian BUMN
pada tahun 2013 telah mengupayakan mitigasi risiko melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Pembukuan kegiatan PKBL telah dibukukan menggunakan standar akuntansi keuangan
entitas tanpa akuntabilitas publik yang ditetapkan oleh Menteri BUMN dan laporan
keuangan tersebut diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam perkembangannya untuk menjaga independensi KAP, maka KAP yang ditunjuk
mengaudit laporan keuangan PKBL adalah KAP yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Dengan demikian, dalam proses pengesahan laporan keuangan PKBL telah
melalui verifikasi oleh pihak independen dan kompeten.
2. Membentuk Tim Penyusun Prinsip Akuntansi PKBL (dibentuk melalui Keputusan Sekretaris
Kementerian BUMN nomor SK-01/S.MBU/2013 tanggal
22 Januari 2013) dengan
melibatkan praktisi keuangan dengan kesimpulan Tim sebagai berikut:
-
Program Kemitraan sebaiknya dihapuskan karena dapat menimbulkan komplikasi dalam
pelaksanaannya, untuk itu sisa saldo PK outstanding diberikan kepada pihak ketiga yang
memiliki keahlian (anak perusahaan/BUMN). Konsep pembinaan dilakukan melalui
penguatan BL untuk capacity building dan charity tambahan modal (hibah bukan
pinjaman).
-
Sisa dana BL BUMN Peduli yang masih ada pada operator dikembalikan kepada BUMN
donator.
-
Program Bina Lingkungan yang sifatnya seperti CSR agar dibiayakan, sedangkan sisa
dana yang bersumber dari bagian laba dihabiskan.
3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Kementerian Keuangan dalam hal
ini Direktur Akutansi dan pertemuan dengan BPKP terkait dengan status dana PKBL. Dari
hasil koordinasi tersebut, belum diperoleh keputusan yang jelas mengenai status dana PKBL
tersebut.
4. Melakukan beberapa kali perubahan atas ketentuan tentang PKBL, terakhir kali dengan
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 dengan
substansi
perubahan
mengenai
Pengaturan
sumber
dana
kegiatan
PKBL
dan
8
Pembukuan/pencatatan dana kegiatan PKBL. Adapun pertimbangan perubahan tersebut
dengan tujuan agar tidak ada lagi penambahan dana PKBL yang bersumber pada
bagian laba yang selama ini tidak dicatat dalam laporan keuangan pemerintah, sekaligus
untuk mengevaluasi tingkat kolektibilitas dana PK BUMN. Dengan tidak adanya
penambahan dana baru dari penyisihan laba, maka dana PK yang bersumber dari
penyisihan laba sampai dengan Tahun 2012 dapat diketahui kolektibilitas yang
sesungguhnya. Dengan demikian, perubahan tersebut sebagai langkah awal memperbaiki
pengelolaan dana PKBL serta untuk mendukung pencatatan yang lebih akuntabel atas
keuangan PKBL.
Atas pembukuan kegiatan PKBL sebelumnya yang bersumber dari bagian laba BUMN akan
disusun kajian dengan melibatkan pihak-pihak terkait (BUMN, Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara, Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal dll) untuk menentukan
mekanisme yang baik atas pencatatan kegiatan PKBL baik sisa dana berupa kas maupun
pinjaman yang ada pada mitra binaan.
5. Mengupayakan perubahan atas ketentuan mengenai PKBL secara komprehensif yang dapat
mengakomodir pelaporan pengelolaan PKBL yang akuntabel.
Adapun salah satu alternatif yang diusulkan yaitu melimpahkan kegiatan Program
Kemitraan dari seluruh BUMN kepada satu BUMN yang kegiatan usaha utamanya di bidang
pembiayaan dan pembinaan usaha mikro, kecil dan koperasi, sehingga diharapkan
pengelolaan PK lebih profesional dan akutabel karena dikelola oleh satu BUMN yang
mempuyai kapasitas dan kapabilitas serta fokus dalam penyaluran dana PK. Sedangkan
kegiatan Program Bina Lingkungan diselenggarakan oleh masing-masing BUMN dengan
pembukuan sebagai beban biaya perusahaan sebagaimana TJSL (tanggung jawab sosial
dan lingkungan).
Namun demikian, sampai dengan saat ini belum dapat terlaksana karena terdapat beberapa
hal yang masih memerlukan pendalaman, antara lain terkait dengan dampak perpajakan,
dampak kepada mitra binaan, dampak terhadap operasional BUMN dll. Untuk itu,
Kementerian BUMN telah melakukan beberapa kali pembahasan dengan BUMN Pembina
PKBL, Direktorat Jenderal Pajak serta pembahasan internal di Kementerian BUMN.
Rencana tindak lanjut:
1. Kementerian BUMN akan menetapkan ketentuan mengenai PKBL yang mengatur secara
komprehensif pengelolaan dana PKBL dengan mempertimbangkan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait agar pengelolaan dana PKBL lebih transparan dan akuntable.
Sebagai langkah awal diperlukan adanya kejelasan mengenai status dana PKBL BUMN
terlebih dahulu.
9
2. Dalam menyusun ketentuan tersebut Kementerian BUMN akan melibatkan pihak terkait
antara lain BPKP, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Pajak,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Badan Kebijakan Fiskal, Otoritas Jasa Keuangan dan
pihak lainnya untuk mencari jalan keluar terkait pelaksanaan pengalihan PK pada satu
BUMN terutama terkait konsekuensi perpajakan. Saat ini proses tersebut sedang
dikomunikasikan dengan pihak-pihak tersebut.
10
(PKBL)
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh BUMN sebagai salah satu bentuk kepedulian BUMN kepada masyarakat dan lingkungan.
Seusai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang terakhir kali diperbaharui melalui
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013, Program Kemitraan adalah Program
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana BUMN. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah Program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN
A.
Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian
nasional memiliki tujuan pendirian yang berdampak signifikan bagi masyarakat, antara lain
menyelenggarakan kemanfaatan umum, menjadi perintis kegiatan usaha yang belum
dilaksanakan sektor swasta dan koperasi serta turut aktif memberikan bantuak kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah dan masyarakat. Disamping itu, sebagai suatu badan
usaha yang memperoleh kemanfaatan ekonomi baik dari sumber daya alam, maupun sumber
daya lainnya, maka sudah selayaknya untuk memberikan imbal balik kepada lingkungan dan
masyarakat.
B.
Dasar Hukum pelaksanaan PKBL
Kegiatan PKBL di awali dari penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 yang
mengatur bahwa salah satu tujuan pendirian BUMN yaitu “Turut aktif memberikan bimbingan
kegiatan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor
koperasi;.Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya”. Namun untuk
pelaksanaannya tidak diatur lebih lanjut dan diserahkan sepenuhnya kepada Direksi BUMN
untuk
melaksanakannya.
Selanjutnya
melalui
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor:
1232/KMK.013/1989 tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha
Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN, diatur mengenai sumber pendanaan kegiatan
yaitu dari prersentasi 1-5% dari laba setelah pajak. Pada saat itu, nama program lebih dikenal
dengan nama Program Pegelkop. Dalam perkembangannya sebutan terhadap kegiatan
tersebut beberapa kali mengalami perubahan, antara lain:
1
1) Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program
PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan
Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara.
2) Tahun 1999, diubah lagi menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, melalui
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN Nomor:
Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan BUMN, melalui keputusan ini ditetapkan pula ketentuan mengenai pemberian
bantuan melalui Program Bina Lingkungan.
3) Tahun 2003, nama program menjadi Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan namun tetap disingkat PKBL, melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengakomodir kegiatan-kegiatan yang bersifat
nasional dan serentak oleh seluruh BUMN, melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan, diatur kegiatan Program Bina Lingkungan BUMN Peduli yang dananya dialokasikan
sebesar 30% dari dana tersedia Program Bina Lingkungan.
Adapun ketentuan-ketentuan mengenai sumber pendanaan kegiatan PKBL adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN salah satu maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat, ketentuan inilah yang menjadi dasar
adanya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
2. Untuk pelaksanaan PKBL sebagaiamana angka 1, sesuai dengan Pasal 88 ayat (1) UU
BUMN disebutkan bahwa “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk
keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”,
yang selanjutnya dalam ayat (2) diatur bahwa “ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan
dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan
Menteri”.
3. Menindaklanjuti amanah dari 88 ayat (2) UU BUMN, Menteri BUMN telah menerbitkan
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER08/MBU/2013.
2
4. Bahwa dalam Peraturan Menteri BUMN sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, diatur
bahwa alokasi dana PKBL diambil dari penyisihan sebagian laba bersih BUMN, hal ini masih
sesuai dan tidak melanggar dengan ketentuan dalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN.
5. Bahwa sesuai dengan Pasal 70 UU PT mengenai penggunaan laba, Perseroan wajib
menyisihkan jumlah tertentu dan laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan.
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 71 ayat (2) seluruh laba bersih setelah dikurangi
penyisihan untuk cadangan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen kecuali
ditentukan lain dalam RUPS. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 43 UU BUMN ditegaskan
bahwa laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemilik modal, atau
pembagian lain seperti tantiem untuk Direksi dan Dewan Pengawas, bonus untuk
karyawan, cadangan dana sosial dan lain-lain, atau penempatan laba bersih tersebut dalam
cadangan Perum yang antara lain diperuntukkan bagi perluasan usaha Perum. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka secara umum pembagian laba dilakukan untuk laba yang
ditahan, cadangan umum, cadangan khusus (yang semuannya ditahan di perusahaan untuk
memperkuat permodalan perusahaan dan dicatat sebagai ekuitas), dividen, tantiem, jasa
produksi dan tunjangan-tunjangan. Namun khusus untuk BUMN, selain pembagian alokasi
laba tersebut di atas, juga untuk alokasi PKBL. Dari pembagian tersebut, yang menjadi hak
Negara sebagai Pemegang Saham adalah Dividen, sehingga kekayaan Negara hanyalah
dividen.
6. Bahwa Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 merupakan keputusan
RUPS sebagai organ perusahaan, dan sesuai dengan amanah dari Pasal 88 UU BUMN serta
tidak melanggar dari Pasal 70 UU PT, karena yang berwenang untuk menentukan alokasi
penggunaan laba adalah RUPS, dan Menteri BUMN dalam menetapkan alokasi laba
bertindak selaku RUPS BUMN.
7. Bahwa alokasi penetapan besaran dividen dari BUMN untuk Negara setiap awal tahun
sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR RI, dimana alokasi dana PKBL yang ditetapkan
RUPS tidak dapat mempegaruhi atau mengurangi alokasi dividen yang sudah ditetapkan
tersebut. Alokasi dana PKBL ini akan mengurangi laba yang ditetapkan untuk cadangan
yang dikelola oleh perusahaan dan masih menjadi dana perusahaan. Dengan demikian hak
Negara atas kekayaan Negara tidak berkurang karena dividen tidak dikurangi dengan
alokasi dana PKBL.
8. Dapat kami sampaikan pula bahwa dalam Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pada pasal 21, ayat (2) mengatur bahwa: “Badan Usaha
Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang
dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan,
hibah, dan pembiayaan lainnya.”
3
Dalam perkembangannya untuk memperbaiki pencatatan pendanaan kegiatan PKBL, pada
tahun 2013 diberlakukan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka segala peraturan
dan ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Menteri dimaksud dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Adapun pertimbangan perubahan sumber pendanaan kegiatan PKBL dengan tujuan agar tidak
ada lagi penambahan dana PKBL yang bersumber pada bagian laba yang selama ini
tidak dicatat dalam laporan keuangan pemerintah, sekaligus untuk mengevaluasi tingkat
kolektibilitas dana PK BUMN. Dengan tidak adanya penambahan dana baru dari penyisihan
laba, maka dana PK yang bersumber dari penyisihan laba sampai dengan Tahun 2012 dapat
diketahui kolektibilitas yang sesungguhnya. Dengan demikian, perubahan tersebut sebagai
langkah awal memperbaiki pengelolaan dana PKBL serta untuk mendukung pencatatan yang
lebih akuntabel atas keuangan PKBL.
Disamping itu melalui surat Menteri BUMN Nomor: S-554/MBU/2013 tanggal 9 September
2013, diatur mengenai penggunaan dana untuk Program Kemitraan, proses pengesahan biaya
untuk kegiatan PKBL serta pengaturan mengenai kegiatan Program BUMN Peduli yang belum
selesai. Khusus untuk Program Bina Lingkungan BUMN Peduli yang telah diprogramkan pada
tahun 2012 dapat terus dilaksanakan sepanjang anggaran BL BUMN Peduli yang sudah
direncanakan tersebut masih tersedia, dengan tetap mengacu kepada ketentuan mengenai
Program BL BUMN Peduli sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-07/MBU/2007 tanggal
27 April 2007. Bagi anggaran program BL BUMN Peduli yang masih tersisa setelah seluruh
program
dilaksanakan,
dananya
dikembalikan
kepada
masing-masing
BUMN
secara
proporsional dan seluruh pelaksanaan program BL BUMN Peduli diaudit oleh KAP yang
melakukan audit atas BUMN Pelaksana program BL BUMN Peduli dimaksud.
Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, pelaksanaan
kegiatan PKBL oleh setiap BUMN berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran PKBL tahunan yang
diusulkan oleh Direksi BUMN kepada Pemilik Modal/Pemegang Saham untuk disahkan dalam
Surat Menteri BUMN untuk BUMN berbentuk Perum dan RUPS untuk BUMN berbentuk Persero.
Pembukuan kegiatan PKBL menggunakan Satuan Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik yang ditetapkan oleh Menteri BUMN melalui Surat Menteri BUMN. Pada
setiap akhir periode tahunan, dilaksanakan audit oleh Kantor Akuntan Publik yang mengaudit
laporan keuangan perusahaan agar proses verfikasi dilaksanakan oleh pihak yang independen
dan kompeten. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan hasil audit oleh KAP, Pemilik
Modal/Pemegang Saham mengesahkan laporan tahunan PKBL BUMN melalui surat Menteri
BUMN untuk BUMN berbentuk Perum dan RUPS untuk BUMN berbentuk Persero.
4
C. Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
1. Program Kemitraan
Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN. Program Kemitraan
dilaksanakan oleh BUMN kepada mitra binaan usaha mikro/kecil yang memenuhi kriteria
sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
b. Milik Warga Negara Indonesia;
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar;
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan;
f.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun;
g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
Kegiatan Program Kemitraan diberikan kepada Mitra binaan dalam bentuk:
a. Pemberian Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
b. Pemberian pembinaan melalui: Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi untuk meningkatkan produktivitas mitra binaan. Dana pembinaan bersifat
hibah kepada mitra binaan.
Disamping dari alokasi bagian laba BUMN/biaya, sumber pendanaan Program Kemitraan
yaitu pengembalian pinjaman dari mitra binaan dan jasa administrasi (bunga) yang
ditetapkan sebesar 6% flat per tahun.
Adapun posisi Program Kemitraan per 31 Desember 2013 yang disampaikan adalah posisi
outstanding pinjaman Program Kemitraan karena dana Program Kemitraan adalah dana
bergulir sehingg masih di catat dalam laporan keuangan PKBL BUMN, dan Saldo Akhir
Program Kemitraan. Rincian adalah sebagai berikut:
a. Posisi Outstanding Pinjaman Program Kemitraan pada Mitra Binaan per 31 Desember
2013:
5
No.
1
2
3
4
5
Uraian
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Bermasalah
Jumlah
Rupiah
2.870.747.463.000
483.267.107.000
222.363.165.000
1.689.705.965.000
952.471.989.000
6.218.555.689.000
Jumlah Mitra
Binaan
292.708
36.865
14.037
151.503
97.063
592.176
(Data Saldo outstanding piutang tersebut bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun
2013 pada 110 BUMN)
Penjelasan mengenai penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut :
-
Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat
waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama;
-
Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok
dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari
dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
-
Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau
jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari
dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
-
Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
-
Piutang Bermasalah adalah pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya
namun tidak terpulihkan, yang dikelompokkan dalam aktiva lain-lain.
b. Posisi Saldo dana Program Kemitraan yang ada pada BUMN per 31 Desember 2013
adalah sebesar Rp1.985.476.110.000,00. (Data Saldo Program Kemitraan tersebut
bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110 BUMN)
6
2. Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan adalah Program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN. Pendanaan kegiatan Program Bina
Lingkungan setiap tahunnya berasal dari saldo awal tahun, penerimaan alokasi laba/biaya,
serta pendapatan bunga jasa giro/deposito serta pendapatan lainnya. Atas dana tersedia
tersebut, kegiatan Program Bina Lingkungan dipisahkan menjadi dua kegiatan sesuai
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:
a. Program Bina Lingkungan BUMN Pembina
Kegiatan Bina Lingkungan BUMN Pembina sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi
baik dari alokasi perkegiatan sampai dengan penyalurannya. Sumber dana berasal dari
70% dari total dana tersedia pada tahun berjalan yang disalurkan untuk bantuan
kepada masyarakat dengan ruang lingkup yaitu:
1) Bantuan korban bencana alam;
2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
3) Bantuan peningkatan kesehatan;
4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
5) Bantuan sarana ibadah;
6) Bantuan pelestarian alam;
7) Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.
Bantuan Program Bina Lingkungan kepada masyarakat bersifat hibah/dana keluar
sehingga tidak ada dana yang bergulir kembali kepada BUMN/revolving. Dalam
pelaksanaannya kegiatan dimaksud diberikan kepada masyarakat berdasarkan penilaian
BUMN Pembina sesuai bentuk bantuan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Posisi dana Program Bina Lingkungan BUMN Pembina per 31 Desember 2013 adalah
sebesar Rp807.735.348.000,00. (Data Saldo dana Program Bina Lingkungan tersebut
bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110 BUMN)
b. Program Bina Lingkungan BUMN Peduli
Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007, Program BL BUMN Peduli
adalah
Program
BL
yang
dilakukan
secara
bersama-sama
antar
BUMN
dan
pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri.
Sumber pendanaan berasal dari 30% dari total dana tersedia Program Bina Lingkungan
pada tahun berjalan. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program Bina
Lingkungan BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas
7
awal tahun dana Program Bina Lingkungan tahun berikutnya. Sesuai Peraturan Menteri
BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL yang diubah terakhir kali melalui
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tentang Perubahan Keempat
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007, kegiatan Program Bina Lingkungan
BUMN Peduli telah dihapuskan sehingga BUMN tidak perlu untuk melakukan
penganggaran dari 30% dana tersedia. Namun demikian, untuk kegiatan BUMN Peduli
yang masih berjalan diselesaikan sesuai dengan perencanannya.
Adanya kekhawatiran risiko penyalahgunanaan yang tinggi atas dana PKBL, Kementerian BUMN
pada tahun 2013 telah mengupayakan mitigasi risiko melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Pembukuan kegiatan PKBL telah dibukukan menggunakan standar akuntansi keuangan
entitas tanpa akuntabilitas publik yang ditetapkan oleh Menteri BUMN dan laporan
keuangan tersebut diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam perkembangannya untuk menjaga independensi KAP, maka KAP yang ditunjuk
mengaudit laporan keuangan PKBL adalah KAP yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Dengan demikian, dalam proses pengesahan laporan keuangan PKBL telah
melalui verifikasi oleh pihak independen dan kompeten.
2. Membentuk Tim Penyusun Prinsip Akuntansi PKBL (dibentuk melalui Keputusan Sekretaris
Kementerian BUMN nomor SK-01/S.MBU/2013 tanggal
22 Januari 2013) dengan
melibatkan praktisi keuangan dengan kesimpulan Tim sebagai berikut:
-
Program Kemitraan sebaiknya dihapuskan karena dapat menimbulkan komplikasi dalam
pelaksanaannya, untuk itu sisa saldo PK outstanding diberikan kepada pihak ketiga yang
memiliki keahlian (anak perusahaan/BUMN). Konsep pembinaan dilakukan melalui
penguatan BL untuk capacity building dan charity tambahan modal (hibah bukan
pinjaman).
-
Sisa dana BL BUMN Peduli yang masih ada pada operator dikembalikan kepada BUMN
donator.
-
Program Bina Lingkungan yang sifatnya seperti CSR agar dibiayakan, sedangkan sisa
dana yang bersumber dari bagian laba dihabiskan.
3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Kementerian Keuangan dalam hal
ini Direktur Akutansi dan pertemuan dengan BPKP terkait dengan status dana PKBL. Dari
hasil koordinasi tersebut, belum diperoleh keputusan yang jelas mengenai status dana PKBL
tersebut.
4. Melakukan beberapa kali perubahan atas ketentuan tentang PKBL, terakhir kali dengan
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 dengan
substansi
perubahan
mengenai
Pengaturan
sumber
dana
kegiatan
PKBL
dan
8
Pembukuan/pencatatan dana kegiatan PKBL. Adapun pertimbangan perubahan tersebut
dengan tujuan agar tidak ada lagi penambahan dana PKBL yang bersumber pada
bagian laba yang selama ini tidak dicatat dalam laporan keuangan pemerintah, sekaligus
untuk mengevaluasi tingkat kolektibilitas dana PK BUMN. Dengan tidak adanya
penambahan dana baru dari penyisihan laba, maka dana PK yang bersumber dari
penyisihan laba sampai dengan Tahun 2012 dapat diketahui kolektibilitas yang
sesungguhnya. Dengan demikian, perubahan tersebut sebagai langkah awal memperbaiki
pengelolaan dana PKBL serta untuk mendukung pencatatan yang lebih akuntabel atas
keuangan PKBL.
Atas pembukuan kegiatan PKBL sebelumnya yang bersumber dari bagian laba BUMN akan
disusun kajian dengan melibatkan pihak-pihak terkait (BUMN, Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara, Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal dll) untuk menentukan
mekanisme yang baik atas pencatatan kegiatan PKBL baik sisa dana berupa kas maupun
pinjaman yang ada pada mitra binaan.
5. Mengupayakan perubahan atas ketentuan mengenai PKBL secara komprehensif yang dapat
mengakomodir pelaporan pengelolaan PKBL yang akuntabel.
Adapun salah satu alternatif yang diusulkan yaitu melimpahkan kegiatan Program
Kemitraan dari seluruh BUMN kepada satu BUMN yang kegiatan usaha utamanya di bidang
pembiayaan dan pembinaan usaha mikro, kecil dan koperasi, sehingga diharapkan
pengelolaan PK lebih profesional dan akutabel karena dikelola oleh satu BUMN yang
mempuyai kapasitas dan kapabilitas serta fokus dalam penyaluran dana PK. Sedangkan
kegiatan Program Bina Lingkungan diselenggarakan oleh masing-masing BUMN dengan
pembukuan sebagai beban biaya perusahaan sebagaimana TJSL (tanggung jawab sosial
dan lingkungan).
Namun demikian, sampai dengan saat ini belum dapat terlaksana karena terdapat beberapa
hal yang masih memerlukan pendalaman, antara lain terkait dengan dampak perpajakan,
dampak kepada mitra binaan, dampak terhadap operasional BUMN dll. Untuk itu,
Kementerian BUMN telah melakukan beberapa kali pembahasan dengan BUMN Pembina
PKBL, Direktorat Jenderal Pajak serta pembahasan internal di Kementerian BUMN.
Rencana tindak lanjut:
1. Kementerian BUMN akan menetapkan ketentuan mengenai PKBL yang mengatur secara
komprehensif pengelolaan dana PKBL dengan mempertimbangkan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait agar pengelolaan dana PKBL lebih transparan dan akuntable.
Sebagai langkah awal diperlukan adanya kejelasan mengenai status dana PKBL BUMN
terlebih dahulu.
9
2. Dalam menyusun ketentuan tersebut Kementerian BUMN akan melibatkan pihak terkait
antara lain BPKP, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Pajak,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Badan Kebijakan Fiskal, Otoritas Jasa Keuangan dan
pihak lainnya untuk mencari jalan keluar terkait pelaksanaan pengalihan PK pada satu
BUMN terutama terkait konsekuensi perpajakan. Saat ini proses tersebut sedang
dikomunikasikan dengan pihak-pihak tersebut.
10