CRITICAL REVIEW JOURNAL ARAHAN PENEMPATA
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
i
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena tak lepas
dari rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical
Review Journal Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan
Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tersusun dengan peran serta dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Arwi Yudi Koswara, ST; Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. sebagai
dosen mata kuliah, arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam
penyusunan laporan ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa studi di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
4. Penulis yang karyanya sangat bermanfaat sebagai referensi penyusunan
makalah, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dalam
muqadimmah singkat ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Jika
ditemukan kekurangan di dalam substansi makalah ini, penulis memohon maaf yang
sebesar - besarnya. Untuk itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 14 Maret 2016
Penulis
ii
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Review ........................................................................................................................................... 1
Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP .................................................................. 2
Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang ......................................................... 3
Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang .............................................. 4
BAB II KONSEP DASAR TEORI .................................................................................................................. 5
2.1 Landasan Teori .................................................................................................................................. 5
2.1.1 Teori Von Thunen................................................................................................................... 5
2.1.2 Teori Weber ........................................................................................................................... 5
2.1.3 Teori Losch (1940) .................................................................................................................. 6
2.1.4 Model Gravitasi ...................................................................................................................... 7
2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976) ............................................................................................... 7
2.1.6 Komaruddin (1999) ................................................................................................................ 8
2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005) .............................................................................. 8
2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987) ................................................................................... 8
Tabel 2.1.1.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian ........................................................................ 9
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN .................................................................................................... 10
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi .............................................................................................................. 10
Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang ..................................... 10
Tabel 3.1.2 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP ................................................................................... 11
Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP ............................................. 12
Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang ..................................... 12
3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi ...................................................................................................... 12
3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih..................................................................................... 13
3.4 Kelebihan dan Kekurangan ......................................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 17
4.2 Lesson Learned ........................................................................................................................... 19
iii
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21
iv
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Review
Program wajib belajar sembilan tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semua masyarakat dari segala penjuru
mulai dari masyarakat miskin hingga masyarakat berada diwajibkan mengikuti dan
melaksanakan program yang dilaksanakan pemerintah tersebut. Yang dimaksudkan wajib
disini adalah anak-anak yang berusia 7tahun-12tahun dan 13tahun-15tahun berkewajiban
memasuki pendidikan dasar. Namun dalam pelaksanaanya, jika tidak ditunjang dengan
fasilitas yang lengkap dan dapat melayani semua masyarakat, maka dapat memberikan efek
yang buruk bagi penerus bangsa ini.
Konsekuensi logis yang harus dilakukan adalah pemerintah menyediakan berbagai
fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang menjadi sasaran layanan
pendidikan dasar dapat menikmati. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten
Rembang
dengan
mernbangun SMP baru yang dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6
buah ruang kelas) di wilayah perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah
Kabupaten Rembang telah membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah
perdesaan. Namun perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru
tersebut masih rendah, rata-rata baru sekitar 54,5%. Bahkan keberadaan beberapa SMP
baru juga menyebabkan menurunnya jumlah siswa pada SMP yang berdekatan. Sehingga
terdapat ruang kelas tidak terisi oleh siswa baik di SMP baru maupun di SMP yang
berdekatan, Sedangkan di beberapa tempat lain terdapat kondisi yang berbeda. Masih
banyak anak lulusan SD yang tidak tertampung di SMP karena daya tampung SMP di
tempat tersebut sangat terbatas. Anak-anak yang tidak tertampung terpaksa tidak
bersekolah karena tidak ada SMP lain di sekitar lokasi tempat tinggal yang dapat
menampung mereka.
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti tidak terlepas dari metode penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuisioner dan metode
dokumentasi. Yaitu metode kuisioner dilakukan dengan pengambilan data primer,
sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan pengambilan data sekunder Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan positivistik.
Kegiatan Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga teknik analisis,
yaitu :
1
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
1. Analytic Hierarchy Process (AHP)
AHP dalam jurnal penelitian ini digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas
dalam menempatkan lokasi SMP. Penentuan bobot untuk masing-masing faktor dan sub
faktor
(kritena)
dilakukan melalui pengolahan hasil-hasil kuesioner pembobotan yang
diperoleh dari pendapat responden. Tahapan pengolahan data dimulai dengan tabulasi hasil
kuesioner, perhitungan rata-rata geometrik, normalisasi dan perhitungan nilai bobot, dan
diakhiri dengan uji konsistensi.
Berikut adalah tabel hasil analisis AHP dengan cara mengalikan bobot masingmasing kriteria dengan cara mengalikan bobot faktor yang ada di atasnya atau yang
berhubungan :
Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP
Dari peringkat faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penduduk dan faktor
distribusi sekolah lebih penting dibanding faktor lahan, jarak dan transportasi. Jadi menurut
responden, faktor prioritas untuk menernpatkan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah
faktor penduduk (51,67%) dan faktor distribusi sekolah (25,58%).
Pada level kedua, kriteria jumlah lulusan SD memiliki bobot paling besar (45,40%),
diikuti kriteria jumlah SMP (21,99%) pada peringkat ke dua. Dan peringkat kriteria tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan penempatan lokasi SMP prioritas utama yang
harus diperhatikan adalah jumlah lulusan SD dan jumlah SMP yang sudah ada di suatu
wilayah.
2
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
2. Performance Analysis ( kinerja analisis)
Kinerja analisis digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah priontas yang perlu
penambahan unit SMP. Dalam melakukan analisis, kriteria yang digunakan untuk mengukur
kinerja pelayanan SMP adalah jumlah siswa lulusan SD yang dapat terlayani oleh SMP yang
ada dan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP di tiap-tiap wilayah kecamatan.
Indikator kinerja pelayanan SMP dikatakan tinggi apabila APK tingkat SMP lebih dari 85%,
sedang apabila APK tingkat SMP antara 80%, rendah apabila APK tingkat SMP kurang dari
80%.
Berdasarkan analisis kinerja pelayanan SMP dengan menggunakan kriteria dan
indikator tersebut di atas, dihasilkan tingkat kinerja pelayanan di masing-masing wilayah
kecamatan seperti terdapat pada tabel berikut :
Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang
Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, terdapat 8 kecamatan yang
memiliki kinerja pelayanan SMP masih rendah, yaitu Kecamatan Bulu, Gunem, Sale,
Sarang, Sedan, Kalion, Kragan dan Sluke . Delapan kecamatan tersebut menjadi wilayah
prioritas untuk penambahan unit SMP.
3. Land Suitability Analysis
Analisis tersebut digunakan untuk menentukan penempatan lokasi SMP. Penentuan
lokasi SMP difokuskan pada delapan wllayah kecamatan yang menjadi prioritas
penambahan unit SMP. Analisis penentuan lokasi SMP di masing-masing wilayah
kecamatan dilakukan menggunakan metode dengan beberapa tahapan, yaitu penentuan
nilai kelayakan, penentuan bobot masing-masing
kriteria, penentuan klasifikasi derajat
kelayakan, penilaian terhadap kondisi eksisting, perhitungan nilai untuk menentukan derajat
kelayakan, dan pemetaan hasil dalam bentuk spasial.
3
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Berdasarkan kriteria kelayakan dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting
masing-masing lokasi di delapan wilayah kecamatan. Selanjutnya dilakukan perhitungan
nilai dan masing-masing lokasi untuk menentukan derajat kelayakan Dari rangkaian
kegiatan analisis menggunakan metode Land Suitability Analysis, diperoleh beberapa lokasi
yang layak untuk menempatkan SMP sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa arahan lokasi SMP di Kabupaten Rembang
yaitu di Pasedan (Kecamatan Bulu), di Gunem (Kecamatan Gunem), di Tahunan
(Kecamatan Sale), di Babaktulung (Kecamatan Sarang), di Sedan, Mojosari, Dadapan
(Kecamatan Sedari), di Sambiyan (Kecamatan Kallori), di Kraga (Kecamatan Woro), di
Manggar (Kecamatan Sluke) .
4
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Von Thunen
Menurut Von Thunen bahwa lokasi sebagai variable terikat yang mempengaruhi
variable bebasnya seperti urban growth, perekonomian, politik, bahkan budaya masyarakat
(gaya hidup). Teori ini dilandasi oleh pengamatannya terhadap daerah tempatnya tinggal
yang merupakan lahan pertanian. Inti dari teori Von Thunen adalah teori lokasi pertanian
yang menitikberatkan pada 2 hal utama tentang pola keruangan pertanian yaitu:
Jarak lokasi pertanian ke pasar
Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut).
Dari teori tersebut disimpulkan bahwa harga sewa lahan pertanian nilainya
tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat kota akan lebih mahal di
bandingkan lahan yang jauh dari pusat kota karena jarak yang makin jauh dari pusat
kota/kegiatan, akan meningkatkan biaya transportasi.
Model Teori Lokasi Pertanian Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya
produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Berikut adalah skema teori tersebut.
Gambar 2.1.1.1 Konsep Teori Von Thunen.
2.1.2 Teori Weber
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi
biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di
mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi
5
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi
optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan
baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber
dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.1.2.1 Konsep Teori Weber
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer,
2000)
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
2.1.3 Teori Losch (1940)
Losch mengusulkan sebuah model konsumen berdasarkan stuktur administratif dan
industri yang berseberangan dengan pusat layanan Christaller. Didasarkan pada asumsi
yang tidak realistik, teori pusat layanan merupakan sebuah titik awal yang membantu untuk
membangun sebuah pemikiran mengenai perbedaan perkembangan komunitas dan
meskipun demikian juga berguna dalam pertimbangan untuk lokasi perdagangan dan
layanan serta ketentuan untuk lokasi barang dan jasa khusus. Konsep dari sebuah
penataan suatu hirarki juga mempertimbangkan dampak jaringan sosial terhadap aktivitas
6
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
ekonomi dan pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas
layanan yang tersedia. Teori pusat layanan memberikan sebuah pondasi untuk sebuah
bangunan besar penelitian empiris atas kerangka pembangunan kota dan hal ini berguna
untuk pembangunan ekonomi kota dan wilayah yang memiliki isu mengenai lokasi dan
kelangsungan hidup aktivitas ekonomi.
Gambar 2.1.3.1. Jaringan Kota yang Dibentuk oleh Ragam Fungsi (Aktivitas) yang
Berbeda
2.1.4 Model Gravitasi
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya
daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan
untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi
tersebut. Model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
Dari keempat teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut bertujuan untuk
mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
Jarak Optimum
Harga Lahan
Jumlah Penduduk
Jaringan Jalan
Angkutan Umum
Aglomerasi (persebaran sekolah)
2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976)
Faktor-Faktor yang berpengaruh menurut Chiara dan Koppelman (1976) sebagai
berikut :
7
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Jumlah penduduk
Jarak SMP dengan SD-SD disekitarnya
Jarak SMP dengan SMP lain
Jarak SMP dengan permukiman
2.1.6 Komaruddin (1999)
Faktor-Faktor yang berpengaruh menurut Komaruddin (1999) sebagai berikut :
Letak
Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang)
Pertimbangan keuangan
Faktor-faktor fisik
Harus dihindari tanah yang subur/beririgasi teknis
2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005)
Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005)
sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Jumlah lulusan SD
Jumlah SMP
Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana
Peruntukan lahan sesuai RTRW
Memiliki status hak atas tanah
2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987)
sebagai berikut :
Jumlah penduduk
Jumlah SD
Jarak SMP dengan Permukiman
Dari beberapa konsep dasar teori dihasilkan beberapa faktor. Kemudian faktor yang
terbentuk dari hasil tersebut dijadikan sebagai variabel penelitian dalam jurnal ini. Berikut
adalah tabel hasilnya :
8
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Tabel 2.1.1.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian
9
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Pemerintah Daerah Kabupaten
Rembang mengoptimalkan program wajib belajar sembilan tahun yang merupakan salah
satu kebijakan dari pemerintah. Dalam melaksanakan program tersebut, pemerintah harus
menyediakan berbagai fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang
menjadi sasaran layanan pendidikan dasar dapat menikmatinya. Pemerintah Daerah
Kabupaten Rembang telah menyediakan fasilitas pendidikan dengan membangun Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Namun, dalam pelaksanaanya terdapat beberapa permasalahan
mengenai distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik, sehingga
menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di
Kabupaten Rembang. Dari pembahasan sebelumnya, telah dilakukan 3 tahapan analisis
untuk mengarahkan penempatan lokasi SMP di wilayah Kabupaten Rembang. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang terpilih
8 kecamatan yang dijadikan sebagai wilayah prioritas untuk penambahan unit SMP
diantaranya Kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Kallori, Kragan, Sluke.
Adapun Alasan-alasan yang menjadikan 8 kecamatan tersebut sebagai lokasi prioritas
penambahan unit SMP, antara lain :
1. Dari hasil analisis kinerja (Performance Analysis) menghasilkan 2 kriteria penentu
yaitu kriteria jumlah lulusan SD dan kriteria jumlah SMP. 8 kecamatan yang ada di
Kabupaten Rembang mempunyai jumlah siswa lulusan SD yang belum tertampung
di SMP lebih dari 60 anak dan termasuk kedalam indikator rendah. Sedangkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) juga rendah yaitu kurang dari 80 %. Sehingga kinerja
pelayanan SMP di wilayah tersebut dikatakan masih rendah.
No.
Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang
Kemungkinan Jumlah Lulusan SD
Kecamatan
APK (%)
Tingkat Kinerja
belum Tertampung di SMP
1.
Bulu
88
72,60
rendah
2.
Gunem
67
63,96
rendah
3.
Sale
73
75,45
rendah
4.
Sarang
337
64,16
rendah
5.
Sedan
592
72,76
rendah
6.
Kaliori
142
79,31
rendah
7.
Kragan
196
77,35
rendah
10
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
8.
Sluke
70
66,89
rendah
2. Sedangkan, untuk kriteria jumlah SMP dengan menggunakan analisis Land
Suitability Analysis memperhitungkan derajat kelayakan penempatan lokasi SMP. 8
kecamatan yang terpilih itu dilihat dari hasil analisisnya dikatakan mempunyai lokasi
yang layak. Karena telah memenuhi semua kriteria yang digunakan dalam analisis
tersebut. Sehingga 8 kecamatan itu dijadikan untuk penambahan unit SMP di
Kabupaten Rembang.
Tabel 3.1.2 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP
11
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP
Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang
3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi
Dari hasil konsep dasar teori didapatkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel
penelitian jurnal sebagai berikut :
1. Faktor Jarak
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari berapa jauh jarak lokasi fasilitas terhadap permukiman penduduk, jarak terhadap
SD sekitarnya dan jarak terhadap SMP terdekat.
2. Faktor Penduduk
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari berapa jumlah penduduk yang menjadi sasaran pelayanan dan jumlah lulusan
SD yang akan melanjutkan ketingkat SMP.
3. Faktor Transportasi
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari akses jalan menuju lokasi dan angkutan umum yang digunakan untuk menuju
kelokasi atau sebaliknya.
4. Faktor Lahan
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari harga lahan, kepemilikan status lahan, kondisi fisik lahan dan peruntukan lahan.
5. Faktor Distribusi Sekolah
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari jumlah SD yang ada dan jumlah SMP yang sudah ada.
12
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Kemudian, setelah dilakukan analisis menggunakan analisis AHP dari 5 faktor yang
digunakan 2 diantaranya sebagai variabel penelitian yang menunjukkan bahwa faktor
prioritas yang digunakan untuk menentukan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah
faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah.
3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih
Dalam penentuan arahan penempatan lokasi fasilitas SMP di Kabupaten Rembang,
jurnal tersebut menggunakan beberapa macam teori landasan yang sudah sesuai dengan
faktor-faktor yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran menurut setiap
teori lokasi yang digunakan :
1. Teori Von Thunen
Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi
adalah harga lahan yang dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat kegiatannya. Semakin
jauh jarak terhadap pusat kegiatan maka harga lahan semakin murah, begitu juga
sebaliknya. Faktor lahan yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi
penempatan lokasi SMP sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Von Thunen.
Namun, setelah dilakukan analisis AHP nilai bobot yang dihasilkan tidak terlalu besar
yaitu 12,61%. Sehingga faktor lahan hanya digunakan sebagai pendukung bukan
sebagai faktor penentuan lokasi.
2. Teori Weber
Teori ini mengemukakan bahwa faktor penentu lokasi yang mempengaruhi adalah upah
tenaga kerja, biaya transportasi, kekuatan aglomerasi. Sedangkan, faktor yang
digunakan dalam jurnal ini memperhitungkan dari segi transportasi dan aglomerasi
(persebaran sekolah). Keterkaitan 2 faktor tersebut yang ada didalam jurnal sudah
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh weber. Karena dalam penentuan lokasi
SMP di Kabupaten Rembang menggunakan faktor tersebut. Namun, setelah dilakukan
analisis dengan metode AHP menghasilkan bobot yang rendah yaitu 5,02%. Sehingga
faktor transportasi tidak menjadi faktor penentu utama lokasi SMP di Kabupaten
Rembang, melainkan menjadi faktor pendukung lokasi.
3. Teori Losch
Teori ini mempertimbangkan dampak jaringan sosial terhadap aktivitas ekonomi dan
pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan yang
tersedia. Dalam jurnal ini terdapat juga faktor jarak dan faktor penduduk. kedua faktor
tersebut
sudah
sesuai
menggunakan
teori
dari
Losh.
Karena
teori
Losh
memperhitungkan jarak permukiman terhadap pusat pelayanannya dan seberapa besar
keterlayanan penduduk dengan adanya pusat pelayanan tersebut . Namun, setelah
dilakukan analisis AHP, faktor jarak dihasilkan nilai dengan bobot yang rendah yaitu
13
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
5,12%. Sehingga faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu melainkan
sebagai faktor pendukung penentu lokasi. Sedangkan, faktor penduduk mengahasilkan
nilai dengan bobit tertinggi diantara 4 faktor lainnya yaitu sebesar 51,67%. Sehingga
yang dijadikan faktor penentu lokasi SMP di Kabupaten Rembang salah satunya adalah
faktor penduduk.
4. Model Gravitasi
merupakan model yang digunakan untuk menentukan lokasi yang paling optimal sebagi
pusat kegiatan dalam perencanaan pembangunan. Dalam jurnal ini, faktor yang
termasuk kedalam model ini adalah faktor jarak optimal. Namun, jarak optimal
diguanakn sebagai faktor pendukung karena mempunyai bobot nilai yang rendah.
5. Teori Chiara dan Koppelman (1976)
Dari teori tersebut yang termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan
lokasi SMP meliputi:
- Jumlah penduduk
- Jarak SMP dengan SD-SD di sekitarnya
- Jarak SMP dengan SMP yang lain
- Jarak SMP dengan permukiman
Dalam penerapan teori terhadap jurnal, teori ini sudah terimplikasi didalamnya. Karena
peneliti menggunakan acuan faktor diatas untuk mengklasifikasikan apa saja faktor
yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk termasuk kedalam faktor penduduk yang
mempunyai nilai bobot tertinggi setelah dilakukan analisa AHP, sehingga dijadikan
sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor lainnya masuk kedalam
faktor jarak.
6. Komarrudin (1999)
Dari teori tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi
SMP yaitu :
- Letak
- Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang)
- Pertimbangan keuangan
- Faktor-faktor fisik
- Harus dihindari tanah yang subur/ beririgasi teknis
Dalam penerapan terhadap jurnal, untuk menentukan faktor lahan dapat juga
menggunakan teori tersebut. Karena, jika faktor-faktor diatas dapat diklasifikasikan lebih
rinci masuk kedalam kategori faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis AHP
faktor lahan tidak dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot yang rendah
yaitu 12,61%. Faktor tersebut hanya dijadikan sebagai faktor pendukung dari faktor
penduduk dan faktor distribusi
14
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
7. Departemen Pendidikan Nasioanal (2005)
Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi
SMP sebagai berikut :
-
Jumlah Penduduk
-
Jumlah lulusan SD
-
Jumlah SMP
-
Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana
-
Peruntukan lahan sesuai RTRW
-
Memiliki status hak atas tanah
Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor penduduk
dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan Nasional.
Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor lahan. Namun,
setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu penempatan lokasi
SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa AHP paling besar yaitu
51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung.
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi
SMP sebagai berikut :
-
Jumlah penduduk
-
Jumlah SD
-
Jarak SMP dengan Permukiman
Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan faktor
distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen
Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah
mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui
dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara 3
faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu
utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut. Karena nilai
tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati peringkat pertama
sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki peringkat kedua dengan nilai
bobot sebesar 25,58%.
Dari semua implikasi teori diatas, disimpulkan bahwa terdapat 5 faktor yang dijadikan
sebagai variabel penelitian. Faktor tersebut didasarkarkan dari 8 teori yang sudah dijelaskan
diatas, kemudian dijadikan sebagai variabel penelitian untuk mengetahui faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap penempatan lokasi. Dari ke 5faktor tersebut tenyata hanya 2
15
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
yang dapat dijadikan faktor prioritas yaitu faktor penduduk dengan analisis AHP didapatkan
bobot nilai sebesar 51,67% dan peringkat kedua adalah faktor distribusi sekolah yaitu
sebesar 25,58%. Sedangkam faktor lain hanya sebagai faktor pendukung karena bobot nilai
dari ketiga faktor dibawah faktor penentu. Seperti faktor lahan dengan bobot 12,61% ,
kemudian faktor jarak 5,12% dan faktor transportasi 5,02%.
Dengan terpilihnya 2 faktor sebagai penentu lokasi maka Kabupaten Rembang yang
terpilih sebagai tempat lokasi penambahan jumlah unit SMP disebabkan karena kondisi
maupun karakteristik masing-masing kecamatan telah teridentifikasi paling banyak
dipengaruhi oleh faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah tersebut
3.4 Kelebihan dan Kekurangan
Dalam penelitian jurnal tidak lepas dari adanya kekurangan dan kelebihan isi jurnal
yang dilakukan oleh peneliti. Adapun kelebihan jurnal sebagai berikut :
-
Konsep dasar teori dalam jurnal tersebut sangat mendukung. Dengan menggunakan
beberapa teori yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dapat disimpulkan dan
dihasilkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel penelitian dalam jurnal.
-
Analisis yang digunakan dalam jurnal sudah sesuai dan cukup lengkap karena
berkesinambungan satu sama lain. Sehingga didapatkan faktor dan kriteria untuk
menentukan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang.
-
Perhitungan yang digunakan juga cukup jelas karena menampilkan tabel-tabel yang
berisi perbandingan faktor satu dengan faktor yang lain. Sehingga perhitungan
tersebut dapat digunakan sebagai acuan perhitungan dalam menentukan hasil
kesimpulan.
Sedangkan untuk masalah kekurangan dalam jurnal tersebut meliputi :
-
Teori yang digunakan dalam jurnal tidak menjelaskan terlebih dahulu pengertian
masing-masing teorinya. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan untuk memahami
pertimbangann apa saja sehingga didapatkan hasil seperti itu dan selanjutnya
dijadikan sebuah variabel penelitian.
-
Pada tabel matrik tidak dipaparkan penjelasan dari isi tabel tersebut. Sehingga
menyulitkan pembaca untuk memahami bagaimana cara membaca tabel tersebut
yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan hasil akhirnya.
-
Dalam jurnal tidak dijelaskan bagaimana hubungan antara faktor yang berpengaruh
dalam penempatan lokasi SMP dengan teori yang diterapkannya. Sehingga dalam
pengimplikasiannya, pembaca sulit untuk mengidentifikasi keterkaitan hubungan
teori dengan faktor tersebut.
16
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun merupakan salah satu kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Istilah wajib dapat dimaknai
bahwa semua warga yang berusia 7- 12 tahun dan 13 - 15 tahun berkewajiban memasuki
pendidikan dasar. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten Rembang dengan mernbangun SMP baru yang
dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6 buah ruang kelas) di wilayah
perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Rembang telah
membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah perdesaan. Namun
perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru tersebut masih
rendah. Distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik menyebabkan
terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di Kabupaten Rembang.
Oleh sebab itu, perlu dirumuskan arahan penempatan lokasi SMP sebagai salah satu solusi
efektif dalam pendistribusian lokasi SMP.
Teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut menggunakan beberapa teori,
seperti :
1. Teori Lokasi Von Thunen
2. Teori Lokasi Weber
3. Teori Lokasi Losch
4. Model Gravitasi
5. Chiara dan Koppelman (1976)
6. Komaruddin (1999)
7. Departemen Pendidikan Nasional (2005)
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Dari
hasil kajian teori-teori
diatas dihasilkan faktor-faktor
yang kemudian
diklasifikasikan menjadi faktor jarak, faktor penduduk, faktor transportasi, faktor lahan, dan
faktor distribusi sekolah yang akhirnya menjadi variabel penelitian.
Analisis yang digunakan dalam jurnal tersebut meliputi 3 tahapan yaitu analisis
hierarki proses digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam menepatkan lokasi
SMP, analisis kinerja digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah prioritas yang perlu
penambahan unit SMP dan Land Suitability Analysis digunakan untuk menentukan
penempatan lokasi SMP. Faktor prioritas untuk menentukan penempatan lokasi SMP di
Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah. karena kedua
17
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
faktor tersebut memiliki bobot nilai yang paling tinggi diantara lima faktor yang dianalisis.
Kemudian wilayah-wilayah prioritas yang diperlukan penambahan unit SMP terdiri dari 8
kecamatan yang terpilih dari sebelumnya 14 kecamatan di Kabupaten Rembang diantaranya
yaitu Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sarang,
Kecamatan Sedan, Kecamatan Kallori, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sluke. Setelah
itu tahap terakhir yang dianalisis yaitu menentukan alternatif penempatan lokasi SMP di
Kabupaten Rembang. Arahan penempatan lokasi SMP di masing-masing Kabupaten
Rembang yaitu di Babaktulung (kecamatan Sarang); Woro (Kecamatan Kragan); Dadapan,
Sedan dan Mojosari (Kecamatan Sedan); Sambiyan (Kecamatan Kaliori);Tahunan
(Kecamatan Sale); Gunem (Kecamatan Gunem); Pasedan (Kecamatan Bulu); Mangga,
(Kecamatan SluIce).
Dalam keterkaitan antara teori dengan jurnal ini digunakan 8 teori sebagai penentu
faktor yang dijadikan sebuah variabel penlitian. Faktor dan teori yang terdapat dijurnal dan
dapat dihubungkan antara lain :
1. Teori Von Thunen
Teori tersebut dalam menentukan harga lahan dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat
pelayanan. Dalam jurnal harga lahan bukan sebagai faktor penentu karena memiliki
bobot nilai yang rendah yaitu 12,61%
2. Teori Weber
Teori tersebut dipengaruhi oleh faktor jarak. Dan didalam jurnal faktor hanya sebagai
faktor penentu karena mempunyai bobot nilai yang rendah yaitu 5,12%.
3. Teori Losh
Teori tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk maupun jarak permukiman
terhadap pusat pelayanannya. Dalam jurnal faktor penduduk dijadikan sebagai faktor
penentu karena memiliki bobot nilai yang paling besar diantara 5 faktor yang lain
yaitu sebesar 51,67%.
4. Model Gravitasi
Model yang dipengaruhi oleh jarak optimum terhadap pusat pencapaiannya. Dalam
jurnal faktor jarak tidak dijadikan sebagai penentu melainkan sebagai faktor
pendukung.
5. Chiara dan Koppelman (1976)
Dalam penerapan teori terhadap jurnal, teori ini sudah terimplikasi didalamnya.
Karena peneliti menggunakan acuan faktor diatas untuk mengklasifikasikan apa saja
faktor yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk termasuk kedalam faktor
penduduk yang mempunyai nilai bobot tertinggi setelah dilakukan analisa AHP,
18
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
sehingga dijadikan sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor
lainnya masuk kedalam faktor jarak.
6. Komaruddin (1999)
Dalam penerapan terhadap jurnal, untuk menentukan faktor lahan dapat juga
menggunakan teori tersebut. Karena, jika faktor-faktor diatas dapat diklasifikasikan
lebih rinci masuk kedalam kategori faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis
AHP faktor lahan tidak dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot yang
rendah yaitu 12,61%. Faktor tersebut hanya dijadikan sebagai faktor pendukung dari
faktor penduduk dan faktor distribusi.
7. Departemen Pendidikan Nasional (2005)
Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor
penduduk dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan
Nasional. Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor
lahan. Namun, setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu
penempatan lokasi SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa
AHP paling besar yaitu 51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung.
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan
faktor distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen
Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah
mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui
dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara
3 faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor
penentu utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut.
Karena nilai tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati
peringkat pertama sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki
peringkat kedua dengan nilai bobot sebesar 25,58%.
4.2 Lesson Learned
Dari faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian jurnal telah sesuai dengan
penerapan ke 8 teori tersebut. Seperti faktor jarak dapat diterapkan dengan teori Losh dan
Model Gravitasi. Karena kedua teori tersebut dalam menempatkan suatu lokasi dipengaruhi
oleh jarak dari permukiman terhadap lokasi pencapaiannya. Kemudian faktor penduduk
dapat diterapkan dengan teori Losch. Karena teori Losch mempertimbangkan dampak
jaringan sosial terhadap aktivitas ekonomi dan pergerakan orang yang termodifikasi
berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan yang tersedia. Selain menggunakan tori lokasi
juga dapat menggunakan teori dari Chiara dan Koppelman (1976), Departemen Pendidikan
19
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Nasional (2005), dan Departemen Pekerjaan Umum (1987). Selanjutnya, faktor transportasi
dapat diterapkan menggunakan teori Weber yaitu dalam penempatan lokasi dipengaruhi
oleh faktor transportasi yaitu biaya pengangkutan. Kemudian faktor lahan dapat diterapkan
menggunakan teori Von Thunen yaitu dalam penempatan lokasi, harga lahan dipengaruhi
oleh jarak terhadap pusat. Selain itu dapat menggunakan teori dari Komaruddin (1999), dan
Departemen Pendidikan Nasional (2005). Sedangkan yang terakhir yaitu faktor distribusi
sekolah. dalm penerapannya menggunakan teori yang berasal dari Departemen Pendidikan
Nasional (2005) dan Departemen Pekerjaan Umum (1987). Kedua teori dipengaruhi oleh
jumlah SD dan jumlah SMP yang termasuk dalam faktor distribusi sekolah.
20
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR PUSTAKA
-
Mardi, dkk, Januari 2009, “Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang”. Jurnal Penataan Ruang.
Volume
3,
No.
2,
http://personal.its.ac.id/files/pub/3565-eko_budi-urplan-
JURNAL%20PENATAAN%20RUANG%202009%20Vol%203%20No%202.pdf.
Februari 2016
-
http://www.pwktech.info/system-modeling/analytic-hierarchy-process-ahp/.
Diakses pada : Hari Minggu, 14 Maret 2016
-
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada : Hari Senin, 15 Maret 2016
-
http://darapuspaagustin.blogspot.co.id/2015/10/teori-lokasi-von-thunen.html.
Diakses pada : Hari Senin, 15 Maret 2016
21
16
i
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena tak lepas
dari rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical
Review Journal Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan
Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tersusun dengan peran serta dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Arwi Yudi Koswara, ST; Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. sebagai
dosen mata kuliah, arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam
penyusunan laporan ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa studi di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
4. Penulis yang karyanya sangat bermanfaat sebagai referensi penyusunan
makalah, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dalam
muqadimmah singkat ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Jika
ditemukan kekurangan di dalam substansi makalah ini, penulis memohon maaf yang
sebesar - besarnya. Untuk itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 14 Maret 2016
Penulis
ii
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Review ........................................................................................................................................... 1
Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP .................................................................. 2
Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang ......................................................... 3
Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang .............................................. 4
BAB II KONSEP DASAR TEORI .................................................................................................................. 5
2.1 Landasan Teori .................................................................................................................................. 5
2.1.1 Teori Von Thunen................................................................................................................... 5
2.1.2 Teori Weber ........................................................................................................................... 5
2.1.3 Teori Losch (1940) .................................................................................................................. 6
2.1.4 Model Gravitasi ...................................................................................................................... 7
2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976) ............................................................................................... 7
2.1.6 Komaruddin (1999) ................................................................................................................ 8
2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005) .............................................................................. 8
2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987) ................................................................................... 8
Tabel 2.1.1.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian ........................................................................ 9
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN .................................................................................................... 10
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi .............................................................................................................. 10
Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang ..................................... 10
Tabel 3.1.2 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP ................................................................................... 11
Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP ............................................. 12
Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang ..................................... 12
3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi ...................................................................................................... 12
3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih..................................................................................... 13
3.4 Kelebihan dan Kekurangan ......................................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 17
4.2 Lesson Learned ........................................................................................................................... 19
iii
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21
iv
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Review
Program wajib belajar sembilan tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semua masyarakat dari segala penjuru
mulai dari masyarakat miskin hingga masyarakat berada diwajibkan mengikuti dan
melaksanakan program yang dilaksanakan pemerintah tersebut. Yang dimaksudkan wajib
disini adalah anak-anak yang berusia 7tahun-12tahun dan 13tahun-15tahun berkewajiban
memasuki pendidikan dasar. Namun dalam pelaksanaanya, jika tidak ditunjang dengan
fasilitas yang lengkap dan dapat melayani semua masyarakat, maka dapat memberikan efek
yang buruk bagi penerus bangsa ini.
Konsekuensi logis yang harus dilakukan adalah pemerintah menyediakan berbagai
fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang menjadi sasaran layanan
pendidikan dasar dapat menikmati. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten
Rembang
dengan
mernbangun SMP baru yang dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6
buah ruang kelas) di wilayah perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah
Kabupaten Rembang telah membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah
perdesaan. Namun perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru
tersebut masih rendah, rata-rata baru sekitar 54,5%. Bahkan keberadaan beberapa SMP
baru juga menyebabkan menurunnya jumlah siswa pada SMP yang berdekatan. Sehingga
terdapat ruang kelas tidak terisi oleh siswa baik di SMP baru maupun di SMP yang
berdekatan, Sedangkan di beberapa tempat lain terdapat kondisi yang berbeda. Masih
banyak anak lulusan SD yang tidak tertampung di SMP karena daya tampung SMP di
tempat tersebut sangat terbatas. Anak-anak yang tidak tertampung terpaksa tidak
bersekolah karena tidak ada SMP lain di sekitar lokasi tempat tinggal yang dapat
menampung mereka.
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti tidak terlepas dari metode penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuisioner dan metode
dokumentasi. Yaitu metode kuisioner dilakukan dengan pengambilan data primer,
sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan pengambilan data sekunder Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan positivistik.
Kegiatan Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga teknik analisis,
yaitu :
1
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
1. Analytic Hierarchy Process (AHP)
AHP dalam jurnal penelitian ini digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas
dalam menempatkan lokasi SMP. Penentuan bobot untuk masing-masing faktor dan sub
faktor
(kritena)
dilakukan melalui pengolahan hasil-hasil kuesioner pembobotan yang
diperoleh dari pendapat responden. Tahapan pengolahan data dimulai dengan tabulasi hasil
kuesioner, perhitungan rata-rata geometrik, normalisasi dan perhitungan nilai bobot, dan
diakhiri dengan uji konsistensi.
Berikut adalah tabel hasil analisis AHP dengan cara mengalikan bobot masingmasing kriteria dengan cara mengalikan bobot faktor yang ada di atasnya atau yang
berhubungan :
Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP
Dari peringkat faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penduduk dan faktor
distribusi sekolah lebih penting dibanding faktor lahan, jarak dan transportasi. Jadi menurut
responden, faktor prioritas untuk menernpatkan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah
faktor penduduk (51,67%) dan faktor distribusi sekolah (25,58%).
Pada level kedua, kriteria jumlah lulusan SD memiliki bobot paling besar (45,40%),
diikuti kriteria jumlah SMP (21,99%) pada peringkat ke dua. Dan peringkat kriteria tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan penempatan lokasi SMP prioritas utama yang
harus diperhatikan adalah jumlah lulusan SD dan jumlah SMP yang sudah ada di suatu
wilayah.
2
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
2. Performance Analysis ( kinerja analisis)
Kinerja analisis digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah priontas yang perlu
penambahan unit SMP. Dalam melakukan analisis, kriteria yang digunakan untuk mengukur
kinerja pelayanan SMP adalah jumlah siswa lulusan SD yang dapat terlayani oleh SMP yang
ada dan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP di tiap-tiap wilayah kecamatan.
Indikator kinerja pelayanan SMP dikatakan tinggi apabila APK tingkat SMP lebih dari 85%,
sedang apabila APK tingkat SMP antara 80%, rendah apabila APK tingkat SMP kurang dari
80%.
Berdasarkan analisis kinerja pelayanan SMP dengan menggunakan kriteria dan
indikator tersebut di atas, dihasilkan tingkat kinerja pelayanan di masing-masing wilayah
kecamatan seperti terdapat pada tabel berikut :
Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang
Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, terdapat 8 kecamatan yang
memiliki kinerja pelayanan SMP masih rendah, yaitu Kecamatan Bulu, Gunem, Sale,
Sarang, Sedan, Kalion, Kragan dan Sluke . Delapan kecamatan tersebut menjadi wilayah
prioritas untuk penambahan unit SMP.
3. Land Suitability Analysis
Analisis tersebut digunakan untuk menentukan penempatan lokasi SMP. Penentuan
lokasi SMP difokuskan pada delapan wllayah kecamatan yang menjadi prioritas
penambahan unit SMP. Analisis penentuan lokasi SMP di masing-masing wilayah
kecamatan dilakukan menggunakan metode dengan beberapa tahapan, yaitu penentuan
nilai kelayakan, penentuan bobot masing-masing
kriteria, penentuan klasifikasi derajat
kelayakan, penilaian terhadap kondisi eksisting, perhitungan nilai untuk menentukan derajat
kelayakan, dan pemetaan hasil dalam bentuk spasial.
3
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Berdasarkan kriteria kelayakan dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting
masing-masing lokasi di delapan wilayah kecamatan. Selanjutnya dilakukan perhitungan
nilai dan masing-masing lokasi untuk menentukan derajat kelayakan Dari rangkaian
kegiatan analisis menggunakan metode Land Suitability Analysis, diperoleh beberapa lokasi
yang layak untuk menempatkan SMP sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa arahan lokasi SMP di Kabupaten Rembang
yaitu di Pasedan (Kecamatan Bulu), di Gunem (Kecamatan Gunem), di Tahunan
(Kecamatan Sale), di Babaktulung (Kecamatan Sarang), di Sedan, Mojosari, Dadapan
(Kecamatan Sedari), di Sambiyan (Kecamatan Kallori), di Kraga (Kecamatan Woro), di
Manggar (Kecamatan Sluke) .
4
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Von Thunen
Menurut Von Thunen bahwa lokasi sebagai variable terikat yang mempengaruhi
variable bebasnya seperti urban growth, perekonomian, politik, bahkan budaya masyarakat
(gaya hidup). Teori ini dilandasi oleh pengamatannya terhadap daerah tempatnya tinggal
yang merupakan lahan pertanian. Inti dari teori Von Thunen adalah teori lokasi pertanian
yang menitikberatkan pada 2 hal utama tentang pola keruangan pertanian yaitu:
Jarak lokasi pertanian ke pasar
Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut).
Dari teori tersebut disimpulkan bahwa harga sewa lahan pertanian nilainya
tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat kota akan lebih mahal di
bandingkan lahan yang jauh dari pusat kota karena jarak yang makin jauh dari pusat
kota/kegiatan, akan meningkatkan biaya transportasi.
Model Teori Lokasi Pertanian Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya
produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Berikut adalah skema teori tersebut.
Gambar 2.1.1.1 Konsep Teori Von Thunen.
2.1.2 Teori Weber
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi
biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di
mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi
5
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi
optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan
baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber
dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.1.2.1 Konsep Teori Weber
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer,
2000)
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
2.1.3 Teori Losch (1940)
Losch mengusulkan sebuah model konsumen berdasarkan stuktur administratif dan
industri yang berseberangan dengan pusat layanan Christaller. Didasarkan pada asumsi
yang tidak realistik, teori pusat layanan merupakan sebuah titik awal yang membantu untuk
membangun sebuah pemikiran mengenai perbedaan perkembangan komunitas dan
meskipun demikian juga berguna dalam pertimbangan untuk lokasi perdagangan dan
layanan serta ketentuan untuk lokasi barang dan jasa khusus. Konsep dari sebuah
penataan suatu hirarki juga mempertimbangkan dampak jaringan sosial terhadap aktivitas
6
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
ekonomi dan pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas
layanan yang tersedia. Teori pusat layanan memberikan sebuah pondasi untuk sebuah
bangunan besar penelitian empiris atas kerangka pembangunan kota dan hal ini berguna
untuk pembangunan ekonomi kota dan wilayah yang memiliki isu mengenai lokasi dan
kelangsungan hidup aktivitas ekonomi.
Gambar 2.1.3.1. Jaringan Kota yang Dibentuk oleh Ragam Fungsi (Aktivitas) yang
Berbeda
2.1.4 Model Gravitasi
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya
daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan
untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi
tersebut. Model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
Dari keempat teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut bertujuan untuk
mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
Jarak Optimum
Harga Lahan
Jumlah Penduduk
Jaringan Jalan
Angkutan Umum
Aglomerasi (persebaran sekolah)
2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976)
Faktor-Faktor yang berpengaruh menurut Chiara dan Koppelman (1976) sebagai
berikut :
7
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Jumlah penduduk
Jarak SMP dengan SD-SD disekitarnya
Jarak SMP dengan SMP lain
Jarak SMP dengan permukiman
2.1.6 Komaruddin (1999)
Faktor-Faktor yang berpengaruh menurut Komaruddin (1999) sebagai berikut :
Letak
Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang)
Pertimbangan keuangan
Faktor-faktor fisik
Harus dihindari tanah yang subur/beririgasi teknis
2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005)
Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005)
sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Jumlah lulusan SD
Jumlah SMP
Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana
Peruntukan lahan sesuai RTRW
Memiliki status hak atas tanah
2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987)
sebagai berikut :
Jumlah penduduk
Jumlah SD
Jarak SMP dengan Permukiman
Dari beberapa konsep dasar teori dihasilkan beberapa faktor. Kemudian faktor yang
terbentuk dari hasil tersebut dijadikan sebagai variabel penelitian dalam jurnal ini. Berikut
adalah tabel hasilnya :
8
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Tabel 2.1.1.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian
9
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Pemerintah Daerah Kabupaten
Rembang mengoptimalkan program wajib belajar sembilan tahun yang merupakan salah
satu kebijakan dari pemerintah. Dalam melaksanakan program tersebut, pemerintah harus
menyediakan berbagai fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang
menjadi sasaran layanan pendidikan dasar dapat menikmatinya. Pemerintah Daerah
Kabupaten Rembang telah menyediakan fasilitas pendidikan dengan membangun Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Namun, dalam pelaksanaanya terdapat beberapa permasalahan
mengenai distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik, sehingga
menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di
Kabupaten Rembang. Dari pembahasan sebelumnya, telah dilakukan 3 tahapan analisis
untuk mengarahkan penempatan lokasi SMP di wilayah Kabupaten Rembang. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang terpilih
8 kecamatan yang dijadikan sebagai wilayah prioritas untuk penambahan unit SMP
diantaranya Kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Kallori, Kragan, Sluke.
Adapun Alasan-alasan yang menjadikan 8 kecamatan tersebut sebagai lokasi prioritas
penambahan unit SMP, antara lain :
1. Dari hasil analisis kinerja (Performance Analysis) menghasilkan 2 kriteria penentu
yaitu kriteria jumlah lulusan SD dan kriteria jumlah SMP. 8 kecamatan yang ada di
Kabupaten Rembang mempunyai jumlah siswa lulusan SD yang belum tertampung
di SMP lebih dari 60 anak dan termasuk kedalam indikator rendah. Sedangkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) juga rendah yaitu kurang dari 80 %. Sehingga kinerja
pelayanan SMP di wilayah tersebut dikatakan masih rendah.
No.
Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang
Kemungkinan Jumlah Lulusan SD
Kecamatan
APK (%)
Tingkat Kinerja
belum Tertampung di SMP
1.
Bulu
88
72,60
rendah
2.
Gunem
67
63,96
rendah
3.
Sale
73
75,45
rendah
4.
Sarang
337
64,16
rendah
5.
Sedan
592
72,76
rendah
6.
Kaliori
142
79,31
rendah
7.
Kragan
196
77,35
rendah
10
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
8.
Sluke
70
66,89
rendah
2. Sedangkan, untuk kriteria jumlah SMP dengan menggunakan analisis Land
Suitability Analysis memperhitungkan derajat kelayakan penempatan lokasi SMP. 8
kecamatan yang terpilih itu dilihat dari hasil analisisnya dikatakan mempunyai lokasi
yang layak. Karena telah memenuhi semua kriteria yang digunakan dalam analisis
tersebut. Sehingga 8 kecamatan itu dijadikan untuk penambahan unit SMP di
Kabupaten Rembang.
Tabel 3.1.2 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP
11
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP
Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang
3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi
Dari hasil konsep dasar teori didapatkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel
penelitian jurnal sebagai berikut :
1. Faktor Jarak
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari berapa jauh jarak lokasi fasilitas terhadap permukiman penduduk, jarak terhadap
SD sekitarnya dan jarak terhadap SMP terdekat.
2. Faktor Penduduk
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari berapa jumlah penduduk yang menjadi sasaran pelayanan dan jumlah lulusan
SD yang akan melanjutkan ketingkat SMP.
3. Faktor Transportasi
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari akses jalan menuju lokasi dan angkutan umum yang digunakan untuk menuju
kelokasi atau sebaliknya.
4. Faktor Lahan
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari harga lahan, kepemilikan status lahan, kondisi fisik lahan dan peruntukan lahan.
5. Faktor Distribusi Sekolah
Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat
dari jumlah SD yang ada dan jumlah SMP yang sudah ada.
12
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Kemudian, setelah dilakukan analisis menggunakan analisis AHP dari 5 faktor yang
digunakan 2 diantaranya sebagai variabel penelitian yang menunjukkan bahwa faktor
prioritas yang digunakan untuk menentukan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah
faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah.
3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih
Dalam penentuan arahan penempatan lokasi fasilitas SMP di Kabupaten Rembang,
jurnal tersebut menggunakan beberapa macam teori landasan yang sudah sesuai dengan
faktor-faktor yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran menurut setiap
teori lokasi yang digunakan :
1. Teori Von Thunen
Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi
adalah harga lahan yang dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat kegiatannya. Semakin
jauh jarak terhadap pusat kegiatan maka harga lahan semakin murah, begitu juga
sebaliknya. Faktor lahan yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi
penempatan lokasi SMP sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Von Thunen.
Namun, setelah dilakukan analisis AHP nilai bobot yang dihasilkan tidak terlalu besar
yaitu 12,61%. Sehingga faktor lahan hanya digunakan sebagai pendukung bukan
sebagai faktor penentuan lokasi.
2. Teori Weber
Teori ini mengemukakan bahwa faktor penentu lokasi yang mempengaruhi adalah upah
tenaga kerja, biaya transportasi, kekuatan aglomerasi. Sedangkan, faktor yang
digunakan dalam jurnal ini memperhitungkan dari segi transportasi dan aglomerasi
(persebaran sekolah). Keterkaitan 2 faktor tersebut yang ada didalam jurnal sudah
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh weber. Karena dalam penentuan lokasi
SMP di Kabupaten Rembang menggunakan faktor tersebut. Namun, setelah dilakukan
analisis dengan metode AHP menghasilkan bobot yang rendah yaitu 5,02%. Sehingga
faktor transportasi tidak menjadi faktor penentu utama lokasi SMP di Kabupaten
Rembang, melainkan menjadi faktor pendukung lokasi.
3. Teori Losch
Teori ini mempertimbangkan dampak jaringan sosial terhadap aktivitas ekonomi dan
pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan yang
tersedia. Dalam jurnal ini terdapat juga faktor jarak dan faktor penduduk. kedua faktor
tersebut
sudah
sesuai
menggunakan
teori
dari
Losh.
Karena
teori
Losh
memperhitungkan jarak permukiman terhadap pusat pelayanannya dan seberapa besar
keterlayanan penduduk dengan adanya pusat pelayanan tersebut . Namun, setelah
dilakukan analisis AHP, faktor jarak dihasilkan nilai dengan bobot yang rendah yaitu
13
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
5,12%. Sehingga faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu melainkan
sebagai faktor pendukung penentu lokasi. Sedangkan, faktor penduduk mengahasilkan
nilai dengan bobit tertinggi diantara 4 faktor lainnya yaitu sebesar 51,67%. Sehingga
yang dijadikan faktor penentu lokasi SMP di Kabupaten Rembang salah satunya adalah
faktor penduduk.
4. Model Gravitasi
merupakan model yang digunakan untuk menentukan lokasi yang paling optimal sebagi
pusat kegiatan dalam perencanaan pembangunan. Dalam jurnal ini, faktor yang
termasuk kedalam model ini adalah faktor jarak optimal. Namun, jarak optimal
diguanakn sebagai faktor pendukung karena mempunyai bobot nilai yang rendah.
5. Teori Chiara dan Koppelman (1976)
Dari teori tersebut yang termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan
lokasi SMP meliputi:
- Jumlah penduduk
- Jarak SMP dengan SD-SD di sekitarnya
- Jarak SMP dengan SMP yang lain
- Jarak SMP dengan permukiman
Dalam penerapan teori terhadap jurnal, teori ini sudah terimplikasi didalamnya. Karena
peneliti menggunakan acuan faktor diatas untuk mengklasifikasikan apa saja faktor
yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk termasuk kedalam faktor penduduk yang
mempunyai nilai bobot tertinggi setelah dilakukan analisa AHP, sehingga dijadikan
sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor lainnya masuk kedalam
faktor jarak.
6. Komarrudin (1999)
Dari teori tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi
SMP yaitu :
- Letak
- Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang)
- Pertimbangan keuangan
- Faktor-faktor fisik
- Harus dihindari tanah yang subur/ beririgasi teknis
Dalam penerapan terhadap jurnal, untuk menentukan faktor lahan dapat juga
menggunakan teori tersebut. Karena, jika faktor-faktor diatas dapat diklasifikasikan lebih
rinci masuk kedalam kategori faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis AHP
faktor lahan tidak dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot yang rendah
yaitu 12,61%. Faktor tersebut hanya dijadikan sebagai faktor pendukung dari faktor
penduduk dan faktor distribusi
14
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
7. Departemen Pendidikan Nasioanal (2005)
Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi
SMP sebagai berikut :
-
Jumlah Penduduk
-
Jumlah lulusan SD
-
Jumlah SMP
-
Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana
-
Peruntukan lahan sesuai RTRW
-
Memiliki status hak atas tanah
Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor penduduk
dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan Nasional.
Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor lahan. Namun,
setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu penempatan lokasi
SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa AHP paling besar yaitu
51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung.
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi
SMP sebagai berikut :
-
Jumlah penduduk
-
Jumlah SD
-
Jarak SMP dengan Permukiman
Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan faktor
distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen
Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah
mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui
dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara 3
faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu
utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut. Karena nilai
tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati peringkat pertama
sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki peringkat kedua dengan nilai
bobot sebesar 25,58%.
Dari semua implikasi teori diatas, disimpulkan bahwa terdapat 5 faktor yang dijadikan
sebagai variabel penelitian. Faktor tersebut didasarkarkan dari 8 teori yang sudah dijelaskan
diatas, kemudian dijadikan sebagai variabel penelitian untuk mengetahui faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap penempatan lokasi. Dari ke 5faktor tersebut tenyata hanya 2
15
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
yang dapat dijadikan faktor prioritas yaitu faktor penduduk dengan analisis AHP didapatkan
bobot nilai sebesar 51,67% dan peringkat kedua adalah faktor distribusi sekolah yaitu
sebesar 25,58%. Sedangkam faktor lain hanya sebagai faktor pendukung karena bobot nilai
dari ketiga faktor dibawah faktor penentu. Seperti faktor lahan dengan bobot 12,61% ,
kemudian faktor jarak 5,12% dan faktor transportasi 5,02%.
Dengan terpilihnya 2 faktor sebagai penentu lokasi maka Kabupaten Rembang yang
terpilih sebagai tempat lokasi penambahan jumlah unit SMP disebabkan karena kondisi
maupun karakteristik masing-masing kecamatan telah teridentifikasi paling banyak
dipengaruhi oleh faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah tersebut
3.4 Kelebihan dan Kekurangan
Dalam penelitian jurnal tidak lepas dari adanya kekurangan dan kelebihan isi jurnal
yang dilakukan oleh peneliti. Adapun kelebihan jurnal sebagai berikut :
-
Konsep dasar teori dalam jurnal tersebut sangat mendukung. Dengan menggunakan
beberapa teori yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dapat disimpulkan dan
dihasilkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel penelitian dalam jurnal.
-
Analisis yang digunakan dalam jurnal sudah sesuai dan cukup lengkap karena
berkesinambungan satu sama lain. Sehingga didapatkan faktor dan kriteria untuk
menentukan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang.
-
Perhitungan yang digunakan juga cukup jelas karena menampilkan tabel-tabel yang
berisi perbandingan faktor satu dengan faktor yang lain. Sehingga perhitungan
tersebut dapat digunakan sebagai acuan perhitungan dalam menentukan hasil
kesimpulan.
Sedangkan untuk masalah kekurangan dalam jurnal tersebut meliputi :
-
Teori yang digunakan dalam jurnal tidak menjelaskan terlebih dahulu pengertian
masing-masing teorinya. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan untuk memahami
pertimbangann apa saja sehingga didapatkan hasil seperti itu dan selanjutnya
dijadikan sebuah variabel penelitian.
-
Pada tabel matrik tidak dipaparkan penjelasan dari isi tabel tersebut. Sehingga
menyulitkan pembaca untuk memahami bagaimana cara membaca tabel tersebut
yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan hasil akhirnya.
-
Dalam jurnal tidak dijelaskan bagaimana hubungan antara faktor yang berpengaruh
dalam penempatan lokasi SMP dengan teori yang diterapkannya. Sehingga dalam
pengimplikasiannya, pembaca sulit untuk mengidentifikasi keterkaitan hubungan
teori dengan faktor tersebut.
16
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun merupakan salah satu kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Istilah wajib dapat dimaknai
bahwa semua warga yang berusia 7- 12 tahun dan 13 - 15 tahun berkewajiban memasuki
pendidikan dasar. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten Rembang dengan mernbangun SMP baru yang
dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6 buah ruang kelas) di wilayah
perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Rembang telah
membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah perdesaan. Namun
perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru tersebut masih
rendah. Distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik menyebabkan
terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di Kabupaten Rembang.
Oleh sebab itu, perlu dirumuskan arahan penempatan lokasi SMP sebagai salah satu solusi
efektif dalam pendistribusian lokasi SMP.
Teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut menggunakan beberapa teori,
seperti :
1. Teori Lokasi Von Thunen
2. Teori Lokasi Weber
3. Teori Lokasi Losch
4. Model Gravitasi
5. Chiara dan Koppelman (1976)
6. Komaruddin (1999)
7. Departemen Pendidikan Nasional (2005)
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Dari
hasil kajian teori-teori
diatas dihasilkan faktor-faktor
yang kemudian
diklasifikasikan menjadi faktor jarak, faktor penduduk, faktor transportasi, faktor lahan, dan
faktor distribusi sekolah yang akhirnya menjadi variabel penelitian.
Analisis yang digunakan dalam jurnal tersebut meliputi 3 tahapan yaitu analisis
hierarki proses digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam menepatkan lokasi
SMP, analisis kinerja digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah prioritas yang perlu
penambahan unit SMP dan Land Suitability Analysis digunakan untuk menentukan
penempatan lokasi SMP. Faktor prioritas untuk menentukan penempatan lokasi SMP di
Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah. karena kedua
17
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
faktor tersebut memiliki bobot nilai yang paling tinggi diantara lima faktor yang dianalisis.
Kemudian wilayah-wilayah prioritas yang diperlukan penambahan unit SMP terdiri dari 8
kecamatan yang terpilih dari sebelumnya 14 kecamatan di Kabupaten Rembang diantaranya
yaitu Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sarang,
Kecamatan Sedan, Kecamatan Kallori, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sluke. Setelah
itu tahap terakhir yang dianalisis yaitu menentukan alternatif penempatan lokasi SMP di
Kabupaten Rembang. Arahan penempatan lokasi SMP di masing-masing Kabupaten
Rembang yaitu di Babaktulung (kecamatan Sarang); Woro (Kecamatan Kragan); Dadapan,
Sedan dan Mojosari (Kecamatan Sedan); Sambiyan (Kecamatan Kaliori);Tahunan
(Kecamatan Sale); Gunem (Kecamatan Gunem); Pasedan (Kecamatan Bulu); Mangga,
(Kecamatan SluIce).
Dalam keterkaitan antara teori dengan jurnal ini digunakan 8 teori sebagai penentu
faktor yang dijadikan sebuah variabel penlitian. Faktor dan teori yang terdapat dijurnal dan
dapat dihubungkan antara lain :
1. Teori Von Thunen
Teori tersebut dalam menentukan harga lahan dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat
pelayanan. Dalam jurnal harga lahan bukan sebagai faktor penentu karena memiliki
bobot nilai yang rendah yaitu 12,61%
2. Teori Weber
Teori tersebut dipengaruhi oleh faktor jarak. Dan didalam jurnal faktor hanya sebagai
faktor penentu karena mempunyai bobot nilai yang rendah yaitu 5,12%.
3. Teori Losh
Teori tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk maupun jarak permukiman
terhadap pusat pelayanannya. Dalam jurnal faktor penduduk dijadikan sebagai faktor
penentu karena memiliki bobot nilai yang paling besar diantara 5 faktor yang lain
yaitu sebesar 51,67%.
4. Model Gravitasi
Model yang dipengaruhi oleh jarak optimum terhadap pusat pencapaiannya. Dalam
jurnal faktor jarak tidak dijadikan sebagai penentu melainkan sebagai faktor
pendukung.
5. Chiara dan Koppelman (1976)
Dalam penerapan teori terhadap jurnal, teori ini sudah terimplikasi didalamnya.
Karena peneliti menggunakan acuan faktor diatas untuk mengklasifikasikan apa saja
faktor yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk termasuk kedalam faktor
penduduk yang mempunyai nilai bobot tertinggi setelah dilakukan analisa AHP,
18
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
sehingga dijadikan sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor
lainnya masuk kedalam faktor jarak.
6. Komaruddin (1999)
Dalam penerapan terhadap jurnal, untuk menentukan faktor lahan dapat juga
menggunakan teori tersebut. Karena, jika faktor-faktor diatas dapat diklasifikasikan
lebih rinci masuk kedalam kategori faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis
AHP faktor lahan tidak dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot yang
rendah yaitu 12,61%. Faktor tersebut hanya dijadikan sebagai faktor pendukung dari
faktor penduduk dan faktor distribusi.
7. Departemen Pendidikan Nasional (2005)
Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor
penduduk dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan
Nasional. Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor
lahan. Namun, setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu
penempatan lokasi SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa
AHP paling besar yaitu 51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung.
8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan
faktor distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen
Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah
mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui
dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara
3 faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor
penentu utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut.
Karena nilai tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati
peringkat pertama sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki
peringkat kedua dengan nilai bobot sebesar 25,58%.
4.2 Lesson Learned
Dari faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian jurnal telah sesuai dengan
penerapan ke 8 teori tersebut. Seperti faktor jarak dapat diterapkan dengan teori Losh dan
Model Gravitasi. Karena kedua teori tersebut dalam menempatkan suatu lokasi dipengaruhi
oleh jarak dari permukiman terhadap lokasi pencapaiannya. Kemudian faktor penduduk
dapat diterapkan dengan teori Losch. Karena teori Losch mempertimbangkan dampak
jaringan sosial terhadap aktivitas ekonomi dan pergerakan orang yang termodifikasi
berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan yang tersedia. Selain menggunakan tori lokasi
juga dapat menggunakan teori dari Chiara dan Koppelman (1976), Departemen Pendidikan
19
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
Nasional (2005), dan Departemen Pekerjaan Umum (1987). Selanjutnya, faktor transportasi
dapat diterapkan menggunakan teori Weber yaitu dalam penempatan lokasi dipengaruhi
oleh faktor transportasi yaitu biaya pengangkutan. Kemudian faktor lahan dapat diterapkan
menggunakan teori Von Thunen yaitu dalam penempatan lokasi, harga lahan dipengaruhi
oleh jarak terhadap pusat. Selain itu dapat menggunakan teori dari Komaruddin (1999), dan
Departemen Pendidikan Nasional (2005). Sedangkan yang terakhir yaitu faktor distribusi
sekolah. dalm penerapannya menggunakan teori yang berasal dari Departemen Pendidikan
Nasional (2005) dan Departemen Pekerjaan Umum (1987). Kedua teori dipengaruhi oleh
jumlah SD dan jumlah SMP yang termasuk dalam faktor distribusi sekolah.
20
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN
DAFTAR PUSTAKA
-
Mardi, dkk, Januari 2009, “Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang”. Jurnal Penataan Ruang.
Volume
3,
No.
2,
http://personal.its.ac.id/files/pub/3565-eko_budi-urplan-
JURNAL%20PENATAAN%20RUANG%202009%20Vol%203%20No%202.pdf.
Februari 2016
-
http://www.pwktech.info/system-modeling/analytic-hierarchy-process-ahp/.
Diakses pada : Hari Minggu, 14 Maret 2016
-
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada : Hari Senin, 15 Maret 2016
-
http://darapuspaagustin.blogspot.co.id/2015/10/teori-lokasi-von-thunen.html.
Diakses pada : Hari Senin, 15 Maret 2016
21
16