PENGUATAN EKONOMI RAKYAT UNTUK MENDUKUNG

PENGUATAN EKONOMI RAKYAT
UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN NASIONAL

I.

PENDAHULUAN.

Pengalaman keberhasilan Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Brazil, meniru konsep
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara Eropa Barat dan Amerika, ternyata
bagi negara-negara berkembang lainnya memberikan hasil yang berbeda. Pengalaman Indonesia
yang mengandalkan dana pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunan, mengandalkan
investasi dari luar negeri, memperkuat industri substitusi ekspor, selama dua sampai tiga
dasawarsa memang berhasil mendorong pertumbuhan output nasional yang cukup tinggi dan
memberikan lapangan kerja cukup luas bagi rakyat.
Indonesia pernah dijuluki sebagai salah satu dari delapan negara di Asia sebagai Asian Miracle,
karena tingkat pertumbuhan ekonominya yang cukup mantap selama tiga dasawarsa, tetapi
ternyata sangat rentan dengan terjadinya supply shock. Krisis mata uang Bath di Thailand,
ternyata dengan cepat membawa Indonesia dalam krisis ekonomi yang serius dan dalam waktu
yang amat singkat, ekonomi Indonesia runtuh.
Fakta ini menunjukkan kepada kepada kita, bahwa konsep dan strategi pembangunan ekonomi
yang berhasil diterapkan di suatu negara, belum tentu akan berhasil bila diterapkan di negara

lain. Teori pertumbuhan Harrod-Domar – Rostow – David Romer – Solow, dibangun dari
struktur masyarakat pelaku ekonomi yang berbeda dengan struktur ekonomi masyarakat
Indonesia.
Setiap teori selalu dibangun dengan asumsi-asumsi tertentu, yang tidak semua negara memiliki
syarat-syarat yang diasumsikan. Itulah sebabnya, untuk membangun ekonomi Indonesia yang
kuat, stabil dan berkeadilan, tidak dapat menggunakan teori generik yang ada. Kita harus
merumuskan konsep pembangunan ekonomi sendiri yang cocok dengan tuntutan politik rakyat,
tuntutan konstitusi kita, dan cocok dengan kondisi obyektif dan situasi subyektif kita.
Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah
sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang

ekonomi. Tiga prinsip dasar ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut: (1) perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikan betapa sangat besarnya peran negara dalam
sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana dilengkapi oleh Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, peran
negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut: (1)
mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air,

dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
(4) memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak; (5) memelihara fakir miskin dan anak terlantar.
Mencermati perbedaan mencolok antara ekonomi kerakyatan dengan neoliberalisme tersebut,
tidak terlalu berlebihan bila disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah
antitesis dari neoliberalisme. Sebab itu, neoliberalisme, ekonomi negara kesejahteraan
(Keynesianisme) dan ekonomi pasar sosial sebagai salah satu varian awal dari neoliberalisme
yang digagas oleh Alfred Muller-Armack (Giersch (1961) tidak dapat disamakan dengan
ekonomi kerakyatan, karena keduanya adalah system ekonomi yang dibangun berdasarkan
prinsip persaingan bebas.1

II.

PENGERTIAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan, di mana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di
bawah pimpinan atau pengendalian anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian.2
Ekonomi


kerakyatan

adalah

tata

laksana

ekonomi

yang

bersifat

kerakyatan

yaitu

penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan

kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat
kecil.

Untuk memahami lebih lanjut sistem ekonomi kerakyatan dalam praktek, tidak perlu menempuh
cara yang sulit, cukup datangilah dan bicaralah dengan para pelaku ekonomi rakyat, tidak perlu
sampai jauh ke plosok daerah yang sulit dijangkau, lihatlah di sekeliling kita. Apabila Anda
bersedia untuk bersimpati dan berempati sedikit saja dengan perjuangan hidup mereka, maka
sebenarnya tidak sulit untuk menemukan fakta-fakta penerapan asas-asas ekonomi kerakyatan ini
dihampir segala cabang kegiatan ekonomi seperti di bidang pertanian, perikanan, industri dan
kerajinan, dan bidang jasa. Sebaliknya selama kita selalu menganggap teramat sulit mempelajari
kehidupan ekonomi rakyat, bahkan kita cenderung menganggap ekonomi rakyat itu tidak ada,
atau dianggap system ekonomi yang illegal, maka argumentasi kita akan selalu berputar-putar
dengan acuan teori ekonomi barat yang tidak cocok untuk Indonesia.3
Praktik-praktik ekonomi Kerakyatan yang moralistik, demokratik, dan mandiri, sangat mudah
ditemukan di lapangan tanpa upaya-upaya ekstra keras. Mereka, pelaku-pelaku ekonomi rakyat
melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Itulah Ekonomi Kerakyatan dalam aksi. Aplikasi
Ekonomi Kerakyatan sesungguhnya melekat pada prilaku ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia di semua sektor ekonomi. Sebesar 99,9% Pelaku ekonomi di Indonesia adalah mereka
sebagian besar rakyat yang masuk dalam skala usaha ikro, kecil dan menengah (pangsa pasar
20%), dan sisanya 0,1% pelaku ekonomi adalah usaha besar dan konglomerat (pangsa pasar

80%).

III.

TUJUAN DAN SASARAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

Tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan adalah untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu
dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan meliputi lima hal berikut:


Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.



Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan,
terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.




Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota
masyarakat.



Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.



Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi
anggota serikat-serikat ekonomi.

IV.

PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL

Ketahanan Nasional pastinya mempunyai rumusan dengan pengertian yang baku dalam
upayanya menghadapi dinamika perkembangan dunia dari masa ke masa. Kepastian itu menjadi
keharusan karena dipakai sebagai titik dasar atau titik tolak untuk gerak implemetasi/penerapan

di dalam hidup dan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pengertian baku Ketahanan Nasional bangsa Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia
yang meliputi segenap

aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas , integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.
Ketahanan nasional hanya dapat terwujud kalau meliputi seluruh segi kehidupan bangsa yang
biasanya kita namakan aspek sosial kehidupan, meliputi Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial,
Budaya dan Hankam. Juga meliputi aspek alam, yaitu Geografi, Penduduk dan Kekayaan Alam.
Di lingkungan Lembaga Ketahanan Nasioanal seluruh segi kehidupan bangsa dinamakan Astra
Gatra, terdiri dari Panca Gatra (Sosial) dan Tri Gatra (Alam). Seluruhnya itu harus selalu
diusahakan untuk memberikan peranannya dalam perwujudan Kesejahteraan dan Keamanan.
Oleh karena itu, Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus
senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik. Hal demikian itu, dimulai
dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dengan
modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional. Proses

berkelanjutan itu harus selalu didasari oleh pemikiran geopolitik dan geostrategi sebagai sebuah

konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi yang ada disekitar
Indonesia.
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan
selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh, menyeluruh dan terpadu berlandaskan
Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi Ketahanan Nasional
Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode) keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkembangkan
nilai-nilai nasionalnya, demi sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan
jasmaniah. Sementara itu, keamanan adalah kemampuan bangsa dan negara untuk melindungi
nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.
Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengambangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional. Hakikat konsepsi
Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan sEcara seimbang, serasi dan selaras dalam aspek hidup dan kehidupan nasional.

Salah satu pengaruh yang dapat mengancam ketahanan nasional yaitu kekayaan alam seperti
sumber daya energi. Bila kita mencermati kelangkaan energi yang terjadi saat ini dapat menjadi
sebuah ancaman yang serius bagi Negara kesatuan republik Indonesia di masa yang akan datang.
Dikatakan demikian karena hal tersebut akan dapat mengganggu jalannya pembangunan
Nasional yang berkelanjutan dan pada akhirnya nanti mengancam ketahanan nasional.
Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, tujuan
pembangunan Nasional adalah: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan.

Keamanan nasional yang mendukung suasana kondusif dalam mewujudkan tujuan pembangunan
nasional sangat diperlukan, dimana sistem keamanan nasional meliputi keamanan individu,
kebebasan,jiwa dan harta individu dan keluarganya; keamanan publik yang berkaitan dengan
pemeliharaan keamanan penyelenggaraan pemerintah Negara, pelayanan dan pengayoman
terhadap rakyat dan masyarakat; keamanan internal yang menyangkut pemeliharaan keamanan
dalam negeri meliputi seluruh perikehidupan rakyat, masyarakat, bangsa dan Negara; pertahanan
nasional yang meliputi pemeliharaan keamanan kemerdekaan bangsa, kedaulatan Negara,
keutuhan wilayah Negara dan keamanan vital national interest pada umumnya.

V.


KESIMPULAN

Berkaitan dengan uraian diatas, agar sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya berhenti pada
tingkat wacana, sejumlah agenda konkret ekonomi kerakyatan harus segera diangkat
kepermukaan. Secara garis besar ada lima agenda pokok ekonomi kerakyatan yang harus segera
diperjuangkan. Kelima agenda tersebut merupakan inti dari politik ekonomi kerakyatan dan
menjadi titik masuk (entry point) bagi terselenggarakannya sistem ekonomi kerakyatan dalam
jangka panjang.


Menciptakan sistem politik yang pro rakyat;



Peningkatan disiplin anggaran dengan memerangi praktek Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya;




Menciptakan persaingan yang berkeadilan (fair competition);



Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah dan
pro rakyat;



Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap;



Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi “sesungguhnya” dalam
berbagai bidang usaha dan kegiatan.

VI.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://cdsindonesia.wordpress.com/2013/01/15/upaya-mewujudkan-ekonomikerakyatan-berbasis-potensi-lokal-kabupaten-tasikmalaya/
2. Baswir, Revrisond, 2008. Ekonomi Kerakyatan: Amanat Konstitusi Untuk Mewujudkan
Demokrasi Ekonomi di Indonesia, dalam (Sarjadi dan Sugema eds.) Ekonomi Konstitusi.
Jakarta: Sugeng Sarjadi Syndicate.
3. Mubyarto (1979), Gagasan dan Metode Berpikir Tokoh-tokoh Besar Ekonomi dan
Penerapannya Bagi Kemajuan Kemanusiaan (Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 19 Maret 1979)