BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Markisa - Studi Morfologi dan Anatomi Beberapa Markisa Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah Kebun Percobaan Berastagi Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Markisa

  Markisa (Passion fruit) tergolong dalam filum Spermatopyhta, kelas

  

Angiospermae , sub kelas Monocotyledone dan famili Passifloraceae. Ada sekitar

  400 jenis markisa yang telah diketahui, dan 50-60 jenis diantaranya dapat dimakan. Beberapa jenis markisa yang terkenal adalah Passiflora quadrangularis,

  

Passiflora ligularis, Passifora edulis, Passiflora laurifolia, Passiflora incarnata

dan Passiflora molissima (Nakasone & Paul, 1999).

  Di Indonesia jenis markisa yang telah dibudidayakan petani adalah markisa ungu, markisa konyal, markisa kuning dan markisa merah. Buah markisa yang ditanam di Indonesia berada di ketinggian antara 700-1500 m dpl. dengan curah hujan minimal 1200 mm/tahun, kelembapan antara 80-90%, dan dengan suhu lingkungan antara 20-30

  C. Tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai Ph antara 6,5-7,5 dan berdrainase baik (Tarigan & Karsinah, 2012).

2.1.1 Markisa Ungu (Passiflora edulis f. edulis SIMS)

  Markisa ungu merupakan tanaman herba atau berkayu, kerap kali liana dengan alat pembelit. Ruas batang lebih pendek dari pada markisa kuning dengan panjang ruas 5-7 cm dan permukaan licin dan sulur yang berwarna hijau muda. Bentuk daun menjari dengan ukuran daun lebih kecil dan daunnya lebih tipis daripada markisa kuning, panjang daun 9-12, lebar 7-9 cm. Ukuran bunga lebih kecil dengan tambahan mahkota yang bergelombang dan memencar, dengan warna campuran putih dan ungu. Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah masak berwarna ungu tua dengan kulit yang agak tipis dan keras. Bentuk buah bulat sampai lonjong dengan sari buah berwarna kuning oranye. Buah markisa dijadikan bahan baku sirup, dikarenakan aroma khas markisa yang dimiiki. Markisa ungu cocok dibudidayakan di daerah subtropis dan di dataran tinggi tropis pada ketinggian 700-2.000 m dpl., curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun, dan suhu 18-25 C (Karsinah et al., 2010). Daerah produksi markisa ungu dapat dijumpai di Kabupaten Karo (Berastagi), Simalungun, Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara (Provinsi Sumatera Utara); Kabupaten Gowo, Sinjai, Tator dan Polmas (Provinsi Sulawesi Selatan).

  2.1.2 Markisa Merah (Passiflora edulis f. edulis SIMS)

  Markisa asam merah termasuk kedalam varietas Passiflora, memiiki bentuk daun menjari dengan ukuran daun lebih besar dan lebih tebal dari pada markisa ungu. Panjang tangkai 3-5 cm. Panjang daun 10-13 cm dengan lebar daun 11-14 cm. Daun muda dan tangkainya berwarna hijau kecoklatan. Panjang ruas batang 7-10 cm dan warna sulur muda berwarna kecoklatan. Ukuran bunga besar, diameter 7-8 cm dengan mahkota tambahan berbentuk benang dan memancar dengan panjang ± 3,5 cm dengan pangkal yang berwarna ungu. Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua (masak) berwarna merah bintik putih. Kulit buah agak tebal dan keras. Tanaman mampu bebuah lebat. Bentuk buah bulat sampai lonjong. Diameter buah 6,2-7,5 cm. Bobot buah 75-120 g. Sari buah berwarna kuning oranye rasa asam manis sama seperti jambu biji (Karsinah et al., 2010).

  2.1.3 Markisa Kuning (Passiflora edulis SIMS f. flavicarpa Degener)

  Markisa kuning merupakan salah satu kelompok markisa asam tergolong dalam famili Passifloraceae atau disebut buah Rola (Yellow Passion Fruit). Tanaman ini merupakan tanaman herba atau berkayu, dan memiliki sulur. Ruas batang lebih panjang dari pada markisa ungu 7-10 cm dengan sulur muda berwarna kecoklatan. Bentuk daun menjari dengan ukuran daun lebih besar dan lebih tebal daripada markisa ungu, panjang daun 10-13 cm, dan lebar 9-12 cm, daun muda berwarna hijau, sedangkan tangkai berwarna hijau kecoklatan. Ukuran bunga besar dengan mahkota tambahan berbentuk benang dan memencar berwarna ungu dengan ujung putih. Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah masak berwarna kuning muda dengan kulit yang tebal dan agak keras. Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval dengan sari buah berwarna kuning, rasanya asam manis dengan aroma seperti jambu biji. Markisa kuning dapat dibudidayakan di daerah dataran rendah hingga pada ketinggian 600 m dpl., curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun, dan suhu 22-32 C (Karsinah et al., 2010).

  Morey (2007) juga menyebutkan bahwa buah markisa kuning memiliki permukaan yang halus berwarna kuning berbintik putih dengan daging segar berwarna putih, oranye atau hijau dengan tekstur yang lembut. Markisa kuning dapat dijumpai didaerah pelabuhan Ratu, Sukabumi, dan Bogor (Jawa Barat); Simalungun, Langkat, Asahan dan Medan (Sumatera Utara) serta di beberapa daerah lainnya.

2.1.4 Markisa Konyal (Passiflora lingularis)

   Markisa konyal (Passiflora lingularis) umumnya dikenal dengan markisa

  manis spesies tanaman famili Passifloraceae. Markisa konyal berasal dari pegunungan Andes, Venezuela dan Kolombia. Tanaman ini merupakan tanaman herba atau berkayu, dan memiliki sulur. Bentuk batang silinder, daun berbentuk hati dengan ukuran panjang daun 10-15 cm panjang, lebar 7-17 cm. Pangkal daun membulat, permukaan daun licin. Warna mahkota bunga putih, warna mahkota tambahan putih berstrip ungu. Aroma mahkota bunga harum. Buah muda berwarna ungu, sedangkan buah tua berwarna kuning tua. Biji keras, berjumlah banyak, berwarna coklat kuning. Selaput biji mengandung cairan yang manis. Ukuran bunga lebih besar. Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval dengan sari buah berwarna putih, rasanya asam manis dengan aroma seperti jambu biji. Markisa konyal dapat dibudidayakan di daerah dengan ketinggian tempat antara 1000 sampai 2000 m dpl., curah hujan antara 600-1000 mm/tahun, dan suhu 16-

  20 C (Wagner et al., 1999).

2.2 Manfaat Markisa

  Markisa ungu merupakan salah satu jenis markisa yang paling banyak dibudidayakan untuk diambil sari buahnya karena memiliki rasa yang asam sehingga jarang dikonsumsi segar, umumnya diproses untuk minuman (sirup, jus) atau untuk digunakan dalam makanan penutup dan kosmetik. Jus dan pulp segar dari buah dengan atau tanpa biji digunakan diseluruh dunia sebagai minuman tropis yang eksotis, koktail, cordial, minuman (misalnya dicampur dengan dan cognac), cokelat, atau untuk topping pada es krim, yoghurt, dan

  cointreau makanan penutup lainnya. Minyak dari biji digunakan dalam industri kosmetik.

  Penggunaan markisa berbeda untuk setiap negara, di Puerto Rico secara luas markisa diyakini dapat menurunkan tekanan darah, di Indonesia secara umum markisa diproduksi untuk jus dan dimasak dengan gula untuk membuat sirup kental yang dicampur dengan air untuk diminum dan di Hawaii markisa biasanya dimakan mentah (Morey, 2007).

  Markisa kuning memiliki aroma yang sangat kuat, serta rasa buah lebih manis daripada markisa ungu yang asam. Penelitian invitro di University of

  

Florida juga mendapati bahwa ekstrak buah markisa kuning banyak mengandung

  senyawa kimia yang mampu membunuh sel kanker. Kandungan senyawa kimia tersebut antara lain polifenol dan karotenoid. Sedangkan kandungan gizinya antara lain: lemak, protein, serat, mineral, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, riboflavin, niasin, asam askorbat, dan asam sitrat (Surianta, 2011).

  Markisa konyal telah banyak dikonsumsi karena rasanya yang manis, segar, dan karena kandungan vitaminnya yang tinggi. Kandungan serat yang tinggi pada albedo markisa konyal juga dapat digunakan sebagai bahan baku kertas/tisu (Santoso & Rosalina, 2009).

  Buah markisa juga merupakan sumber pro-vitamin A, niacin, riboflavin dan vitamin C disamping citarasa dan aromanya yang unik. Markisa juga sering dijadikan komponen untuk minuman sirup, kue, roti dan susu. Kulit buah markisa juga dijadikan sebagai pakan ternak (Ahmad, 1999).

  Verheij & Coronel (1997) menyatakan hampir setengah dari hasil komersial buah markisa dimanfaatkan untuk produksi sari buah. Namun, produksi markisa di mancanegara relatif sedikit, yaitu dengan luas lahan komersial dari 12 negara produsen utamanya sekitar 4500 ha.

2.3 Morfologi Tumbuhan

  Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian, bentuk maupun fungsinya. Secara umum, tumbuhan terdiri dari tiga organ dasar: akar, batang, dan daun. Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder karena terbentuk dari modifikasi organ dasar. Beberapa organ sekunder dapat disebut sebagai organ aksesori, karena fungsinya tidak vital. Beberapa organ sekunder penting: bunga, buah, biji dan umbi. Bunga, buah dan biji sebagai organ seksual karena mutlak diperlukan dalam reproduksi seksual (Tjitrosoepomo, 2005).

  2.4 Anatomi Tumbuhan

  Anatomi tumbuhan atau fitotomi merupakan analogi dari anatomi manusia dan hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian yang berbeda secara fungsional. Hidayat (1995) menyatakan anatomi tumbuhan adalah kajian tentang letak dan fungsi organ dalam pada tumbuhan. Sedangkan Sutrian (2004) menyatakan bahwa anatomi tumbuhan mengkaji tentang susunan dan bentuk-bentuk bagian dalam organ tumbuhan.

  Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan sangat mutlak kepentingannya dalam berbagai macam ilmu seperti, perkembangbiakan tumbuhan (okulasi, pertunasan, pemotongan dan kultur jaringan), persilangan, diagnosis penyakit tanaman. Pada seluruh tingkatan tumbuhan, tumbuhan dibagi menjadi empat organ: akar, batang, daun dan organ generatif seperti bunga dan buah (Nabilah et al ., 2011).

  2.5 Metode Freehand Section

  Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan memainkan peran penting dalam pehaman tentang biologi tanaman. Kajian terhadap morfologi, fisiologi dan filogeni harus didasarkan pada pengetahuan yang mendalam tentang struktur sel dan jaringan. Metode freehand section memerlukan biaya yang minimal dengan hasil yang lumayan baik, hal ini juga disebabkan oleh organ tanaman seperti batang dan daun mudah diperoleh preparatnya dengan menggunakan freehand

  section (Yeung, 1998).

  Studi botani di Jerman yang dilakukan oleh Schleiden menggunakan teknik sederhana, dengan menggunakan sampel segar dan dengan teknik freehand . Penguasaan menggunakan teknik ini memerlukan beberapa keahlian dan

  section bahkan masih dilakukan sampai hari ini (Smith, 1915). Yeung (1998) juga menambahkan bahwa metode freehand section merupakan metode yang paling sederhana untuk mempersiapkan spesimen dalam pengamatan secara mikroskopis. Metode ini memungkinkan seseorang untuk melihat spesimen dalam beberapa menit. Metode ini juga cocok untuk berbagai jenis bahan tanaman, seperti tanaman dengan batang herba. Umumnya bila menggunakan metode ini fiksasi bahan tidaklah diperlukan. Berlyn & Miksche (1976) mengatakan kesabaran, pengalaman, dan mungkin keterampilan yang dimiliki adalah persyaratan utama untuk teknik ini.