TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

  TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

  Klasifikasi tebu menurut van Stennis etal (2005) sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae,

  Poaceae Saccharum

  Sub Kelas: Commelinidae , Ordo: Poales , Famili: , Genus: , Spesies: Saccharum officinarum L.

  Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akar pada tanaman ini berupa akar serabut yang memiliki panjang mencapai 2 m jikaditanam pada lingkungan yang optimum (Sutardjo, 2005).

  Batang tebu merupakan bagian yang penting karena bagian inilah yangakan dipanen hasilnya. Pada bagian ini banyak terdapat nira yang mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Bagian ujung atau pucuknya memiliki kandungan gula yang lebih tinggi daripada bagian pangkal batang. Gula pada tebu berupa sukrosa yang akan mencapai kadar maksimum jika tebu berumur 12–14bulan atau telah mencapai masak fisiologis. Bagian internode (ruas batang) dibatasi oleh node (buku) yang merupakan tempat duduk daun tebu. Pada ketiak daunnya terdapat mata atau kuncup, letak mata pada ketiak daun berseling.

  Begitu juga dengan letak daun pada batang juga berseling (Nuryanti, 2007).

  Tanaman tebu memiliki daun yang terdiri dari pelepah daun dan helai daun. Pelepah daun berfungsi sebagai pembungkus ruas daun, batang muda yang masih lunak dan mata. Helai daunnya berbentuk pita dengan panjang 1–2 m danlebarnya 2–7 cm sesuai dengan varietas masing-masing dan keadaan lingkungan. Daun tanaman tebu mengandung silikat. Permukaan daun kasap dengan tulang daun memanjang pada bagian tengah.Tepi daunnya tidak rata atau bergerigi (Sudiatso, 1982).

  Seperti halnya famili Graminae pada umunya, bunga pada tanaman tebutersusun berupa malai. Tipe penyerbukan pada tanaman ini adalah menyerbuk silang yang secara alami dibantu oleh angin. Pebungaan terjadi setelah tebu mencapai umur dewasa yaitu antara 12–14 bulan (Soepadirman, 1992).

  Syarat Tumbuh Iklim

  Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tropis namun masih dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang dengan daerah penyebarannya antara 35 LS dan 39 LU. Tanaman ini membutuhkan air dalam jumlah besar. Curah hujan yang optimum untuk tanaman tebu adalah 2000 – 2500 mm pertahun dengan hujan tersebar merata. Produksi yang maksimum akan dicapai pada kondisi dimana terdapat perbedaan yang ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara 22– 27

  C. Kelembaban nisbi yang dikehendaki adalah 65 – 85% (Sudiatso, 1982) Penyinaran matahari langsung sangat baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, tetapi juga mempercepat prosespemasakan. Pada lama penyinaran 7– 9 jam per hari akan dicapai kandungan sukrosa maksimum. Menurut Sudiatso (1981), pertumbuhan pada tebu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kultivar, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban, kesuburan dan keberadaan gulma (Soedhono, 1999).

  Tanah

  Semua tipe tanah cocok untuk pertanaman tebu, namun tanah yang baikuntuk pertumbuhan tebu yaitu tanah dengan jaminan kecukupan air yang optimum dengan pH tanah antara 5.5 - 7.0. Pada pH tanah diatas 7.0, tanaman sering mengalami kekurangan unsure fosfor. Pada pH tanah dibawah 5.5 dapat menyebabkan terhambatnya proses penyerapan unsur hara dan air dari tanah oleh akar tanaman.kemasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman, seperti pada beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur aluminium (Al) bebas. Pemberian kapur pada tanah mineral masam dapat meningkatkan produksi tebu (Sutardjo, 2002).

  Tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur, mudah menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Di Indonesia tebu dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1300 m (Nuryanti, 2007).

  Drainase

  Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara- cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

  Pada umumnya sistem drainase perkebunan tebu di Indonesia menggunakan saluran terbuka (drainase permukaan). Untuk perkebunan yang cukup luas digunakan sistem alur sehingga lebih mudah dalam penggunaan alat mekanis. Saluran drainase tersebut dibuat dalam dua jenis yaitu sejajar arah barisan tanaman dan melintang barisan tanaman (Kalsim, 2007).

  Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditunjukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan, 2008).

  Klasifikasi drainase tanah berdasarkan Ritung dkk (2007) dibedakan menjadi 7 kriteria sebagai berikut;

  1. Cepat (excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan dayamenahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpabercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

  2. Agak cepat (somewhat excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

  Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.

  4. Agak baik (moderately well drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.

  5. Agak terhambat (somewhat poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley(reduksi) pada lapisan 0 sampai 25 cm.

  6. Terhambat (poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang ke cukup lama sampai permukaan. Tanah kemikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

  7. Sangat terhambat (very poorlydrained): tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

  Akar tanaman memerlukan oksigen untuk respirasi dan aktifitas metabolisme lainnya. Tanaman menyerap air dan hara tanah dan menghasilkan CO

  2 yang harus

  dipertukarkan O dari atmosfir. Proses aerasi terjadi dengan difusi dan aliran masa

  2

  yang memerlukan pori tanah. Apabila akar berkembang dengan baik maka air dan hara harus tersedia secara bersamaan (Kalsim, 2007).

  Pengolahan Tanah

  Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifatyang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan, menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air (Hardiyatmo, 1992).

  Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage) dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage) (Sosroatmodjo, 1980).

  Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah belum dapat dilakukan dengan efektif (Sutapradja, 2007).

  Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa- sisatanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah.Sesuai dengan macam dan cara pengolahan tanah yang telahditerangkan di atas, secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi dua macam:

  1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment),yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama.Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengansegala jenisnya.

  2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment),yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa garu (harrow) dengan segalajenisnya.

  Menurut Pramuhadi (2005) denganpengolahan tanah akan dapat memperbaikidaerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah, mempercepat infiltrasiserta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Walaupun pengolahan tanah dapat memberikan pengaruh baik terhadaptanah dan tanaman, akan tetapi ditinjau daris segi konservasi tanah dan air tindakan ini perlu dikaji lebih mendalam.

  Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara lain: (1) sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar; (2) menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman; (3) Menyediakan air bagi tanaman; (4) merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna, khususnya mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Isron, 2009).

  Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis.

  Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah perlu mendapat perhatian (Pramuhadi, 2005).