MAKALAH HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

  MAKALAH

  Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah PAI Dalam Keluarga

  Dosen Pengampu

  Dra. Imas Masamah

  Disusun oleh : Deni Rhamdani Syarif Nimko : 08.1.1463.AL.II Cecep Supriadi Nimko : 08.1.1535.AL.II Lena Khoirunnisa Nimko : 08.1.1514.AL.II Herni Nimko : 08.1.2148.AL.II

  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI KHARISMA PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM CICURUG – SUKABUMI 2011-2012

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Illahy Robbi karena berkat Rahmat dan pertolongan-Nya penyusunan makalah yang sangat sederhana dan sesuai kemampuan ini dapat kami selesaikan, Shalawat dan Salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, sebab dengan pimpinannyalah kami senantiasa mendapatkan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.

  Makalah ini mengambil judul HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP

  

ANAK DALAM KELUARGA untuk memenuhi tugas mata kuliah PAI Dalam Keluarga,

  Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kami sampaikan kepada Dosen Pengampu (Dra. Imas Masamah) yang senantiasa memberikan tuntunan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

  Permohonan maaf kami sampaikan kepada semua pihak atas segala kekurangan yang masih terdapat di dalam makalah ini. Untuk itu kami nantikan kritik dan saran konstruktif guna perbaikan pada karya-karya kami berikutnya.

  Cicurug, April 2011 Penyusun

  

DAFTAR ISI

  2.2.1 Kedudukan Suami Istri dalm Keluarga.................................... 2

  2.4.3 Tugas Ayah dan Ibu terhadap Anak......................................... 5

  2.4.2 Tugas Seorang Ibu.................................................................... 4

  2.4.1 Tugas Seorang Ayah................................................................. 4

  2.4 Kewajiban Orang Tua.................................................................... 4

  2.3 Fungsi Keluarga............................................................................. 3

  2.2.2 Kedudukan Anak dalam keluarga............................................. 3

  2.2 Kedudukan Keluarga...................................................................... 2

  Halaman

  2.1 Pengertian....................................................................................... 2

  BAB II HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

  1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 1

  1.2 Perumusan Masalah....................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1

  Kata Pengantar ..................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN

  BAB III SIMPULAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 11 B. Kritik Saran ..................................................................................... 11 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah institusi yang terbawah dan mendasar bagi suatu bangunan besar yang

  bersusun rapat dan tidak terpisahkan antar yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi suatu masyarakat yang kompak luar maupun dalam. Keluarga adalah campuran yang erat antara suami dan isteri yang menghasilkan anak cucu, sehingga berkembang menjadi keluarga. Jadi pada garis besarnya yang dimaksud dengan pengertian keluarga diatas adalah kumpulan manusia yang terdiri dari pada ayah, ibu dan anak.

  Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Dengan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak).

  Berkaitan dengan masalah keluarga, maka ada hak dan kewajiban orang tua sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :

  Hai Orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari panas api neraka. (Q.S. 66 : 6 ).

  B. Perumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi yaitu bagaimana orang tua bisa menjadi transformator, administrator, dan manajer yang mengarahkan putra-putrinya dalam mencapai arti sebenarnya dalam sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Serta terpenuhinya antara hak dan kewajiban antara anak dan orang tua.

  C. Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan para Mahasiswa serta tutuntuan untuk lebih kreatif dan berpikir aktif serta menjadikan isi dari makalah ini sebuah pembelajaran bahwa pemenuhan hak dan kewajiabn dalam keluarga begitu penting dalam menunjang keharmonisan dan kebahagian.

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

  2.1 Pengertian

  K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Pada akhir Abad Pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu(right, bukan law). Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif. Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.

  2.2 Kedudukan Keluarga

  2.2.1 Kedudukan suami isteri dalam keluarga Dengan terjadinya perkawinan, maka terjadi pulalah hubungan hukum keluarga antara seorang wanita sebagai isteri dan seorang pria sebagai suami. Suami sebagai kepala dalam keluarga dan isteri sebagai kapala rumah tangga. Dalam Undang- undang perkawinan No. 1 tahun 1974 disebutkan : a). Pasal 31

  (1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

  Dalam hal ini sesuai dengan Firma Allah SWT:

  “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh baik ia laki-laki maupun wanita sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk kedalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (Q.S. 4 : 124).

  2.2.2 Kedudukan Anak Dalam Keluarga Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hak yang perlu serta seharusnya diperhatikan oleh orang tuanya. Anak-anak perlu mendapatkan bimbingan dan perawatan yang memadai karenanya anak adalah amanat sekaligus kebanggaan orang tua, mengenai amanat tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Quran :

  “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. (Q.S. 4 : 58)

  Pengertian amanat ditafsirkan oleh Imam Al-Maraghi : Adalah sesuatu yang harus dipelihara untuk disampaikan kepada pemiliknya.

  (Tafsir al-Maraghi, Juz V. hal : 69).

2.3 Fungsi Keluarga

  Di antara fungsi keluarga meliputi :

  1. Melahirkan anak, sebagai estapeta keturunan, identitas keluarga dan regenerasi masyarakat manusia pada umumnya.

  2. Backing ekonomi bagi seluruh anggotanya.

  3. Pengelolaan anak, baik fisik maupun mental, memberi makan yang toyyibah (halal dan bergizi), menanmkan akhlakul karimah.

  4. Meletakan dasar-dasar sosial kemasyarakatan, toleran, gotong-royong dan kebersamaan.

  5. Sebagai sarana pendidikan pertama dilingkungan pendidikan informal, baik umum maupun agama.

  6. Pusat rekreasi, kehangatan, kedamaian dan kontrol terhadap seluruh anggota keluarga.

  Islam memerintahkan kepada orang tua untuk berlaku sebagai pemimpin keluarga seperti tergambar dalam hadits : “Dan ayah sebagai pimpinan dikeluarganya ia akan ditanya dan kepemimpinannya,

  dan isteri (ibu) sebagai pimpinan di rumah suaminya ia akan ditanya dari kepemimpinannya” (H.R. Bukhori Muslim)

  Mengingat orang tua mempunyai peranan sangat penting dalam keluarga maka mulai bayi sampai dewasa orang tualah yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab secara langsung. Kewajiban itu pada garis besarnya ialah mendidik dan membentuk

2.4 Kewajiban orang tua

  2.4.1 Tugas Seorang Ayah

  1. Memimpin, membimbing dan mengayomi keluarga lahir dan batin. Sebagaimana Firman Allah SWT.

  Kaum laki-laki itu adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (Q.S. 4 : 34).

  2. Memberi nafkah kepada seisi keluarga.

  3. Memperlakukan isterinya dengan cara dan sikap yang baik.

  4. Memberi kebebasan berfikir dan kesempatan bertindak sesuai dengan garis-garis ajaran Islam.

  5. Menuntun isteri dan memberikan pelajaran-pelajaran tentang masalah-masalah keagamaan, terutama sekali dalam ibadah atau yang berhubungan dengan kewajiban pribadi (fardlu ’ain).

  2.4.2 Tugas Seorang Ibu 1. Memberikan hak untuk hidup pada Anak Sebagaimana Firman Allah SWT.

  “Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka”. ( QS. Al-An’am: 151)

  Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha

  2. Menyusui Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233) Allah berfirman, yang artinya:

  Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya

  dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al Ahqaf 15).

  3. Mengasuh dan merawat Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.

  4. Mengurusi Rrumah tangga Sedangkan pemeliharaan keluarga termasuk memelihara anak yang semuanya memerlukan kesabaran dibebankan kepada kaum wanita. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW.

  “Wanita mempunyai tanggung jawab mengurusi rumah tangga suaminya dan mendidik anak-anak suaminya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas kepengurusannya”.

  2.4.3 Tugas Ayah dan Ibu terhadap Anak 1. Memberikan hak untuk hidup pada Anak Sebagaimana Firman Allah SWT.

  “Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka”. ( QS. Al-An’am: 151)

  2. Memberi Nama yang Baik Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).

  3. Mengaqiqahkan Anak Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.

  Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

  4. Mendidik Anak Rasulullah s.a.w. bersabda :

  Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR Bukhary.;1100;243/15.

  Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi kedua orang tuanya. Dan mendidik anak perempuan mempunyai nilai tersendiri dari pada mendidik anak laki laki. Boleh jadi karena mereka adalah calon Ibu rumah tangga yang bakal menjadi ‘Madrasah’ pertama bagi anak anaknya’. Boleh jadi juga karena kaum wanita mempunyai beberapa keitimewaan atau ke khassan tersendiri., sehingga di dalam Al Qur aan pun terdapat surat An Nisa, tetapi tidak ada surat ‘Ar Rijal’. Wallaahu a’lam.

  5. Memberi rizqi yang ‘thayyib’.

  Rasulullah s.a.w. bersabda ;

  Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.

  6. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik : Berkata shahabat ‘Aly r.a.;

  “Ajarilah anak-anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu. ’(Depag;19).

  7. Memberi kasih sayang Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua. Rasulullah s.a.w. bersabda ;

  

‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan

  8. Menikahkannya Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah.

  Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang- orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)

BAB III SIMPULAN

  3.1 Kesimpulan

  Menyimak uraian di atas mengenai kedudukan dan kewajiban anak dalam keluarga nampak jelas bahwa anak mempunyai hak untuk mendapat pemeliharaan, perlindungan, pendidikan, pembinaan, pengayoman serta kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tuanya sehingga sang anak si buah hati belahan jiwa mekar dewasa, berdikari (mampu berdiri di atas kaki sendiri) sebagai konsekwensi logis dari apa yang telah diberikan orang tua kepadanya. Ibarat sebuah tanaman, di pupuk dan dipelihara, disiram dan dijaga dari hama serta penyakit. Maka pada gilirannya si anak kuncup tumbuh berkembang, berdaun, bertangkai berbunga dan akhirnya berbuah sebagai imbalan dari apa yang diperbuat si penanam kepadanya. Demikianlah hukum causa prima (hukum sebab akibat), sunnatullah (hukum alam) berlaku di dunia.

  Bak gayung bersambut, demikian peribahasa mengatakan. Artinya, bukan hanya orang

  tua saja yang berkewajiban mengurus anak sebagai haknya. Sebaliknya anak juga berkewajiban mengurus dan memelihara orang tua (apabila keduanya telah lanjut usia) dengan penuh kasih sayang sebagaimana orang tua dahulu berbuat demikian.

  Kehidupan keluarga yang tercermin dalam hubungan orang tua dan sikap mental serta kehidupan moral dan agama si ibu merupakan contoh teladan dan jadi bahan atau unsur yang diserap oleh anak dalam pribadinya nanti. (Ilmu Jiwa agama, 1970 : 135)

  3.2 Kritik Dan Saran Alhamdulillah kami telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

  Namun kami sadari masih banyak kekurangan pada penulisan dan penyusunan makalah ini, baik itu dari segi penulisan sistematika penyusunan yang merupakan hal yang wajar karena kami masih dalam tahap belajar. Kami tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca terutama Dosen pengampu Dra. Imas Masamah dari mata kuliah PAI dalam Keluarga, kami pun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu.

  Kritik dan Saran yang bersifat konstruktif dan membangun akan menambah ilmu dan wawasan kami untuk lebih sempurna.