Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Terhadap Negara-Negara Berkonflik (Kasus Invasi Irak Ke Kuwait 1990 Dan Perang Korea 1958 Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional)

BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah terbentuknya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Munculnya keinginan bersama untuk membentuk suatu organisasi

  internasional sebagai jawaban atas kekhawatiran akan terjadi perang setelah berakhirnya perang dunia ke-2 PBB merupakan salah satu kepanjangan tangan dari dari Liga Bangsa-Bangsa yang bubar setelah Perang Dunia I. Keseriusan negara-negara untuk membahas masalah tersebut ditunjukan dengan sering diadakanya perundingan-perundingan antar negara untuk membahas perlunya suatu organisasi internasional yang dapat menjamin stabilitas keamanan dunia.

  Dalam setiap pertemuan yang diadakan, juga dibahas mengenai keinginan untuk hidup bersama secara damai dalam masyarakat internaslonal.

  Hingga pada akhirnya diadakan pertemuan antar negara-negara sekutu pada tanggal 12 Jum 1941 St James's palace, Ingggris. Petemuaan itu dihadiri oleh wakil-wakil negara seperti Australia, New Zeland, Kanada, Uill Afrika Selatan, Inggris, serta wakil-wakil dan pemerintahan Belgia, Cekoslovakia, Yunani, Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia dan Yugoslavia serta turut pula jenderal De Gaulle dari Perancis. Dalam pertemuan ini, yang selanjutnya dikenal sebagai pertemuan London, berhasil disepakati dan ditandatanggani deklarasi London. Deklarasi ini antara lain menyatakan bahwa satu-satunya dasar yang sejati bagi pemeliharaan perdamalan adalah kehendak kerjasama antara bangsa

  31 Perserikatan Bangsa-Bangsa terbentuk pada tanggal 24 oktober 1945. ditandai dengan adanya deklarasi London pada tanggal 12 Juni 1941 yang dilanjutkan oleh Piagam Atlantik antara Amerika Serikat dan Inggris. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa disusun menjelang berakhirnya Perang Dunia II oleh wakil-wakil dari 50 Pemerintah yang mengadakan pertemuan dan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Organisasi Internasional di San Fransisco dari 25 April sampai 26 Juni 1945.

  Perserikatan Bangsa-Bangsa sekarang ini merupakan satu organisasi dari 184 negara, hampir semua negara yang berada di atas planet Bumi ini, yang secara hukum terikat pada kerjasama dalam mendukung prinsip-prinsip dan tujuan yang tercantum di dalam Piagamnya. Keterikatan ini termasuk keterikatan untuk elenyapkan peperangan, menggalakan hak-hak asasi manusia, mempertahankan penghormatan terhadap keadilan dan hukum internasional, meningkatkan kemajuan sosial dan hubungan bersahabat di antara bangsa-bangsa, dan memanfaatkan organisasi dunia tersebut sebagai pusat untuk menyelaraskan

  

  langkah-langkah mereka untuk mencapai tujuan tersebut Sedangkan Tujuan dari PBB sendiri secara rinci tercantum dalam Pasal 1 piagam PBB adalah sebagai berikut :

  1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

  2. Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan penghargaan atas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri.

  41 Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pengetahuan Dasar Mengenai Perserikatan Bangsa- Bangsa, Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1990, hlm 18

  3. Menciptakan kerjasama internasional dalam menyelesaikan persoalanpersoalan internasional di lapangan ekonomi, social dan kebudayaan.

4. Menjadikan PBB sebagai pusat bagi penyelarasan segala tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan.

  Dewan keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar negara. Sedangkan badan PBB lainnya hanya dapat memberikan rekomondasi kepada para anggota dewan keamanan. Dewan keamanan mempunyai untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan para anggota dibawah program PBB.

  Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17 Januari 1946 di Chara House, London dan keputusan yang mereka tetapkan disebut Resolusi Dewan Keamanan PBB. Hak Veto adalah untuk membatalkan keputusan atau Resolusi yang di ajukan oleh PBB atau Dewan keamanan PBB. Hak Veto sampai dengan sekarang, hanya dimiliki negara-negara anggota tetap Dewan

42 Keamanan PBB.

  Dewan Keamanan diberi Hak dan wewenang untuk menentukan suatu Hal atau masalah yang di anggap mengganggu perdamaian, mengancam perdamaian atau tindakan agresif. Selanjutnya, sebagai tambahan ada suatu komite staf militer dari negara anggota tetap dan di maksudkan agar dapat mempersiapkan tindakan segera apabila terdapat ancaman perdamaian. Dewan Keamanan di berikan

  42 diakses tanggal 21 April 2014 wewenang untuk melakukan tindakan segera guna mejaga ketertiban dan keamanan dunia Dewan Keamanan mempunyai lima anggota tetap. Mereka aslinya adalah kekuatan yang menjadi pemenang perang dunia ke 2. Republik Cina di keluarkan pada tahun 1971 dan di gantikan oleh Republik rakyat Cina atau RRC. Setelah yunisoviet pecah Rusia masuk menggantikannya. Sehingga lengkap menjadi anggota tetap :Republik Rakyat Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat. Ke 5 anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh mempunyai senjata nuklir di bawah perjanjian non proliferasi nuklir.

  Adapun Hak dan Tugas Dewan Keamanan antara lain:

   1.

  Menyelidiki perselisihan atau ketegangan yang terjadi antara 2 atau lebih negara.

  2. Dewan Keamanan adalah satu-satunya unit PBB yang mempunyai kekuasaan membuat keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan ini sesuai dengan Piagam PBB dan harus dipatuhi oleh para anggota.

3. Mengupayakan penyelesaian perselisihan-perselisihan dengan cara-cara damai.

  a.

  Perundingan : dalam hal ini biasanya dilakukan diplomasi.

  b.

  Panitia penyelidikan : untuk menetapkan kemungkinan menghilangkan pertikaian.

  43 diakses tanggal 24 April 2014 c.

  Panitia perdamaian : dibentuk panitita internasional yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang bersengketa untuk menghasilkan persetujuan yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa d. Perantara atau jasa-jasa baik : suatu negara, komisi atau tokoh ditunjuk dan disetujui oleh kedua belah pihak untuk mempercepat tercapainya perdamaian.

  4. Penyelesaian perselisihan dengan cara paksaanhukum atas persetujuan yang tercapai.

  5. Mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak bila sengketa sudah menjurus kepada peperangan, guna mencegah kemingkinan meluasnya pertikaian ke daerah lain.

  6. Melakukan langkah-langkah pemaksaan, tindakan militer, melaksanakan sanksi ekonomi (misalnya embargo).

  7. Mengirimkan pasukan-pasukan pemeliharaan perdamaian daerah-daerah sengketa (misalnya pernah mengirim kontingen UNIIMOG (United

  

Nations Iraq-Iran Military Observer Group) , yang bertugas mengawasi

  pelaksanaan gencatan senjata antara Irak dan Iran yang bertikai selama 8 tahun).

  Dalam tugasnya, Dewan Keamanan PBB dibantu oleh : 1.

  Panitia Staf Militer 2. Panitia Pelucutan Senjata 3. Pasukan PBB Dalam Dewan Keamanan dikenal hak veto, yaitu : hak untuk menolak atau membatalkan keputusan yang dibuat oleh Dewan Keamanan. Hak veto hanya dimiliki anggota tetap Dewan Keamanan. Setiap anggota Dewan Keamanan hanya mempunyai satu suara. Masalah-masalah penting yang menjadi keputusan Dewan Keamanan harus disetujui oleh sedikitnya 9 negara anggota, termasuk suara setuju kelima anggota tetap.

B. Struktur Organisasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

  Berdasarkan Piagam PBB terdapat lima badan utama Perserikatan Bangsa- Bangsa yaitu : 1.

  Majelis Umum Merupakan badan permusyawaratan utama, yang terdiri dari wakil-wakil

  Negara-Negara Anggota, yang masing-masing memiliki satu suara. Keputusan mengenai masalah-masalah penting, seperti perdamaian dan keamanan, anggota baru, dan masalah anggaran, membutuhkan mayoritas dua pertiga. Keputusan- keputusan yang menyangkut masalah lain-lain dicapai melalui mayoritas sederhana. Dasar hukum keberadaan lembaga ini tertuang dalam Bab IV Pasal 9 samapi Pasal 22 Piagam PBB.

  2. Dewan Keamanan Berdasarkan Piagam, tanggung jawab utama Dewan Keamanan adalah perdamaian dan keamanan internasional. Dewan memiliki 15 anggota: lima anggota tetap Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis dan Cina dan 10 anggota tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum untuk masa dua tahun. Ke-5 negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB mempunyai hak Veto yaitu hak yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk membatalkan keputusan yang telah diambil. Pada tahun 1965, keanggotaan Dewan Keamanan telah bertambah dari 11 menjadi 15 (Pasal 23) dan jumlah suara yang mendukung yang diperlukan untuk masalah-masalah prosedural bertambah dari tujuh menjadi sembilan, sedangkan mengenai masalah-masalah lain juga bertambah menjadi

   sembilan, termasuk suara mendukung dari kelima anggota tetap (Pasal 27).

  Dasar hukum keberadaan lembaga ini tertuang dalam Bab V Pasal 23 sampai Pasal 32 Piagam PBB .

  3. Mahkamah Internasional Mahkamah Internasional merupakan badan hukum utama Perserikatan

  Bangsa-Bangsa. Statuta Mahkamah Internasional merupakan bagian integral dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mahkamah terbuka untuk yang menjadi pihak dari Statutanya. Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara otomatis menjadi pihak dari Statuta. Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim yang dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan, yang memberikan suara secara

  

  independen. Dasar hukum keberadaan lembaga ini tertuang dalam Bab XIV

  Pasal 92 sampai Pasal 96 Piagam PBB. Yuridiksi Mahkamah Internasional dijelaskan dalam Pasal 38 Statuta yang menerapkan : a.

  Ketentuan-ketentuan dari konvensi-konvensi internasional yang sudah ada yang diakui Negara-Negara yang bertikai; b.

  Kebiasaan internasional yang telah diterima dalam praktek umum sebagai 44 hukum; 45 Ibid., hlm 9 Ibid., hlm 22 c.

  Prinsip-prinsip umum dari hukum yang diakui oleh bangsabangsa; dan d. Ketentuan-ketentuan hukum dan pandangan-pandangan para ahli hukum internasional yang berkualifikasi tinggi dari berbagai negara, sebagai bahan tambahan dalam menegakan hokum

  4. Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa Sekretariat, dikepalai Sekertaris Jenderal dan terdiri dari staf internasional yang bertugas di Markas Besar. bertugas melayani badan-badan lain Perserikatan

  Bangsa-Bangsa dan mengelola program dan kebijaksanaan yang telah mereka tentukan. Sekertariat dikepalai oleh Sekretaris Jenderal yang diangkat oleh Majelis Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan dengan masa jabatan lima tahun. Dasar hukum keberadaan lembaga ini tertuang dalam Bab XV Pasal 97 sampai Pasal 101 Piagam PBB

  Selain itu Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mempunyai badan-badanlain yang mendukung berjalannya tujuan PBB seperti yang tercantum dalam Piagam PBB, yaitu:

   1.

  Badan Subsider, adalah organ PBB yang bilamana perlu dapat dibentuk sesuai dengan ketentuan Piagam. Menurut Piagam PBB, Dewan Keamanan dapat membentuk organ subsider bila dipandang perlu, diantaranya: United Nations Interim Force in Libanon (UNIFIL) Pasukan sementara PBB di Libanon, United Nations Iran Iraq Military Observer

  Group (UNIIMOG), United Nations Transitional Authority in Cambodia

46 F.Sugeng Istanto, Hukum Internasional, (Yogjakarta: Universitas Atmajaya, 1998, hlm.

  138.

  (UNTAC), United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA).

  2. Badan Khusus, adalah organisasi internasional publik di bidang ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, dan yang berkaitan dengan bidang tersebut yang ditempatkan dalam suatu hubungan dengan PBB. Badan khusus tersebut antara lain : International Labour Organizations

  (ILO), Food and Agricultural Organizations (FAO), World Health Organization (WHO), International Monetary Fund (IMF), International Bank For Reconstruction and Development (IBRD), International Telecommunication Union (ITU) United Nations Educational Scientific and Cultura Organization (UNESCO), United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), Universal Postal Union (UPU), United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

  5. Dewan Ekonomi dan Sosial Dewan Ekonomi dan Sosial dibentuk oleh Piagam sebagai organ utama untuk mengkoordinasikan kerja di bidang ekonomi dan social dari Perserikatan

  Bangsa-Bangsa dan badan-badan serta lembaga-lembaga khususnya – yang dikenal sebagai organisasi “Keluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa”. Dewan memiliki 54 anggota yang bertugas untuk masa tiga tahun. Sebanyak 18 anggota dipilih setiap tahun untuk masa tugas tiga tahun guna menggantikan 18 anggota yang masa tugasnya selama tiga tahun telah habis. Pada tahun 1965, keanggotaan Dewan Ekonomi dan Sosial bertambah dari 18 menjadi 27 dan, pada tahun 1973,

  

  meningkat lagi menjadi 54 (Pasal 61). Dasar hukum keberadaan lembaga ini tertuang dalam Bab X Pasal 61 sampai Pasal 72 Piagam PBB.

  Dewan Ekonomi dan Sosial bekerja di bawah wewenang Majelis Umum, berkepentingan memajukan ekonomi dan sosial bagi kemakmuran masyarakat internasional. Dalam bidang hak asasi manusia, Dewan ini bertugas membuat rekomendasi dalam rangka menggalakkan penghormatan dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan asasi, di samping juga bertanggung jawab menerima laporan dan mengkoordinasikan kegiatan serta menandatangani persetujuan-persetujuan dengan badan-badan khusus hak asasi manusia seperti UNESCO, WHO dan LSM-LSM. Berdasarkan Pasal 68 Deklarasi, Badan ini berkewajiban membentuk komisi-komisi untuk membantu menjalankan tugas-tugasnya. Otoritas kewenangannya berhubungan dengan hak asasi manusia ditangani oleh Komisi Hak Asasi Manusia (CHR), Subkomisi Pencegahan Diskriminasi dan Perlindungan Minoritas serta Komisi mengenai Status Kaum Wanita

  Tugas dan wewenang yang dibebankan pada anggota Dewan Ekonomi dan

48 Sosial PBB adalah sebagai berikut :

  1) Membahas dan mencoba mencari penyelesaian dari masalah-masalah ekonomi, sosial budaya dan kesehatan yang terjadi pada anggota khususnya dan dunia umumnya

  2) Memberikan nasehat dalam rangka menjunjung tinggi hak-hak yang harus dimiliki oleh setiap warga dunia

  47 48 Perserikatan Bangsa-Bangsa, Op. Cit., hlm. 10.

  Ibid.,.hlm 11

  3) Menyelenggarakan konfrensi tingkat internasional serta menyusun naskah- naskah yang dibutuhkan dalam konfrensi tersebut untuk diserahkan pada majelis umum

  4) Menyelenggarakan konsultasi dengan organisasi non pemerintah yang telah diatur oleh ECOSOC

  5) mengkoordinasi fungsi-fungsi badan anak pbb yang sering kali tumpang tindih

  6) Membuat perjanjian atau kebijakan yang dibutuhkan guna Menjalankan tugas dan wewenangnya

C. Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

  Tujuan utama pembentukan PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, PBB mengambil langkah-langkah bersama secara efektif dalam mencegah dan menghindari ancaman agresi atau pelanggaran lain terhadap perdamaian dan mengusahakan penyelesaian melalui cara-cara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional Pasal 1 ayat (1) piagam PBB. Dalam kaitan dengan usaha- usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dasar dalam piagamnya, yaitu

   1.

  Prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai (Pasal 2 ayat 3 jo. Bab VI dan VII Piagam).

  :

49 Suryokusumo, Sumaryo. Organisasi Internasional. (Jakarta: Universitas Indonesia

  Press, 1997) hlm, 8

  2. Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan (Pasal 2 ayat 4 Piagam).

  3. Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya ancaman (Pasal 39).

  4. Prinsip mengenai pengaturan persenjataan (Pasal 26 Piagam).

  5. Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11 ayat 1 Piagam).

  Dalam hal ini, jika terjadi sengketa yang mengancam perdamaian dunia, maka, badan-badan PBB yang terlibat dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional turut serta dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Dewan Keamanan mempunyai tanggung jawab utama (Primary responsibility) dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional Pasal 24 ayat (1) Piagam PBB. Wewenang Dewan Keamanan berdasarkan piagam dianggap cukup

  

ekstensif memberi peluang bagi organisasi tersebut. Lebih jauh lagi, hal ini

  berguna untuk merumuskan dan membedakan kewenangannya dengan wewenang Majelis Umum yang lebih umum dan kurang bersifat paksaan

  Wewenang Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu usaha penyelesaian sengketa secara damai (Bab VI Piagam) dan penyelesaian sengketa secara paksa berupa tindakan terhadap adanya ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi. (Bab VII Piagam). Pada hakikatnya wewenang Dewan Keamanan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab utama Dewan Keamanan.

  Bab VI Piagam, mengatur penyelesaian sengketa secara damai, memberi wewenang Dewan Keamanan untuk membuat rekomendasi prosedur dan syarat-

  

  syarat penyelesaian sengketa angkah-langkah yang dapat diambil Dewan Keamanan adalah sebagai berikut: 1.

  Melakukan penyelidikan terhadap sengketa atau situasi untuk menentukan apakah perdamaian dan keamanan internasional berbahaya.

  2. Dapat meminta semua pihak untuk menggunakan cara-cara damai jika situasi membahayakan perdamaian internasional.

  3. Merekomendasikan prosedur-prosedur atau metode-metode yang layak untuk penyelesaian, contohnya menyerahkan sengketa hukum ke ICJ.

  4. Merekomendasikan syarat-syarat penyelesaian sengketa Hal yang perlu diperhatikan adalah wewenang untuk meminta pihak-pihak yang terlibat agar menyelesaian sengketa dengan cara damai atau merekomendasi prosedur-prosedur atau metode-metode penyelesaian, serta merekomendasikan syarat-syarat penyelesaian sengketa pada hal-hal yang bersifat menganjurkan

  

(recommendatory) dan terbatas pada sengketa yang kemungkinan membahayakan

   perdamaian dan keamanan .

  Walau demikian, Dewan Keamanan tidak memiliki wewenang berkenaan dengan segala macam sengketa. Tetapi, Dewan Keamanan juga dapat menyelidiki suatu sengketa untuk mengetahui sampai sejauh mana hal tersebut membahayakan perdamaian dan keamanan. Negara-negara PBB telah melimpahkan tanggung 50 Baros, James. The United Nations, Past, Present and Future. New York: The Free

  Press, 1972). hlm 22 51 Mauna, Boer. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: Alumni, 2000) hlm 186

  jawab utama kepada Dewan Keamanan dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

  Tanggung jawab Dewan Keamanan tercermin dalam beberapa hal antara

  

  lain: a.

  Meski Dewan Keamanan hanya terdiri dari anggota PBB yang jumlahnya terbatas, tindakan-tindakan yang dilakukan adalah atas nama seluruh anggota PBB.

  b.

  Dewan Keamanan mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang mengikat tidak saja pada anggotanya tetapi juga mengikat semua negara anggota PBB dan negara bukan anggota (Pasal 2 ayat 6).

  c.

  Hak untuk memutuskan itu dibatasi oleh aturan untuk kebulatan suara

  (rule of unanimity) atau yang lazim disebut “veto”, sehingga kelima

  anggota DK mempunyai hak untuk memblokir usul-usul yang bersifat non prosedural yang diajukan di Dewan Keamanan termasuk amandemen terhadap piagam.

  d.

  Dewan Keamanan harus dapat berfungsi setiap waktu.

  e.

  Piagam juga memberikan hak kepada Dewan Keamanan untuk menentukan sendiri aturan tata caranya.

  Badan-badan PBB lain yang berhubungan dengan masalah perdamaian dan keamanan internasional adalah Majelis Umum dan Sekertaris Jenderal.

  Peranan Majelis Umum menurut Pasal 10 Piagam PBB: “Majelis umum dapat membahas semua persoalan atau hal-hal yang termasuk dalam kerangka piagam 52 Ibid., hal 11 atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi salah satu organ yang tercantum dalam piagam ...dan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada anggota-anggota PBB atau ke Dewan Keamanan

  Peranan Majelis dalam pemeliharaan perdamaian terdapat dalam Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa. “Majelis dapat membahas dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai semua persoalan yang berhubungan dengan pemeliharaan keamanan internasional yang diajukan oleh salah satu anggota PBB atau Dewan Keamanan atau oleh satu negara bukan anggota PBB”.

  Berdasarkan Pasal di atas, Majelis Umum berwenang atas berbagai persoalan baik terhadap negara anggotanya maupun bukan. Majelis Umum juga mempunyai kekuasaan untuk intervensi langsung dalam dua hal yakni; Pertama, menurut Pasal 11 ayat (3), Majelis dapat menarik perhatian Dewan Keamanan terhadap semua keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Selanjutnya, menurut Pasal 14; “Majelis dapat mengusulkan tindakan-tindakan untuk penyelesaian secara damai semua keadaan, tanpa memandang asal-usul yang mengganggu kesejahteraan umum atau membahayakan hubungan baik antar bangsa”. Kekuasaan Majelis ini pun memiliki batas. Pembatasan Majelis Umum terdapat dalam Pasal 2 ayat (7), yang melarang semua organ PBB untuk membahas dan membuat rekomendasi- rekomendasi mengenai masalah-masalah yang berada dalam wewenang nasional negara-negara anggota, kecuali dalam melaksanakan tindakan kekerasan yang diambil oleh Dewan Keamanan. Pembatasan khusus diatur dalam Pasal 12 Piagam dan 11 ayat (2). Dalam Pasal 12, Majelis Umum tidak boleh membuat rekomendasi-rekomendasi terhadap persoalan-persoalan atau keadaan-keadaan yang sedang dibahas Dewan Keamanan. Atas dasar tanggung jawab Dewan Keamanan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian.

  Seandainya, Dewan Keamanan gagal mengambil langkah-langkah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional karena veto dari negara anggota tetapnya, maka, Dewan Keamanan dapat melimpahkan kepada Majelis Umum atas tanggung jawab residual (residual responsibility). Akan tetapi, hal ini dianggap kurang efektif karena keputusan yang diambil hanya bersifat rekomendatif.

  Harapan agar Dewan Keamanan mengambil keputusan dengan cepat dalam menghadapi masalah genting sering tidak dapat dipenuhi. Dewan sering kali tidak dapat mengambil keputusan karena diveto oleh salah satu anggota tetapnya. Dengan memperhatikan kenyataan itu, maka, Majelis Umum berkali- kali mengajukan appeal kepada Dewan Keamanan agar melaksanakan kewajibannya dengan lebih baik.

  Salah satu appeal yang terpenting adalah resolusi Majelis Umum pada 13 November 1950, kemudian dikenal dengan sebutan Uniting for peace Resolution.

  Resolusi ini menyatakan, berhubung Dewan Keamanan tidak dapat mencapai suatu kesepakatan di antara negara-negara anggota tetapnya dan gagal dalam menunaikan tugas sebagai penanggungjawab utama dalam perdamaian dunia, maka, Majelis Umum akan segera membicarakan masalah tersebut agar dapat memberikan rekomendasi kepada semua anggota untuk mengambil tindakan kolektif. Termasuk penggunaan kekerasan senjata jika dianggap perlu. Meski sebagian besar keputusan Majelis Umum hanya bersifat rekomendatif, tetapi karena mayoritas anggota PBB hadir dalam sidang majelis, maka, kecenderungan negara anggota PBB seolah-olah menghormati keputusan itu mengikat secara hukum.

  Sekretaris Jenderal juga mempunyai hak untuk meminta perhatian Dewan Keamanan yang menurutnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 99 Piagam PBB). Ketentuan ini adalah hal baru bagi para pendiri PBB dan tidak ingin mengulangi kesalahan PBB yang tidak memberikan wewenang kepada Sekretaris Jenderalnya untuk mengambil prakarsa atas keadaan yang dapat mengancam perdamaian.

  Sekretaris Jenderal dalam sistem PBB dapat melancarkan tanda bahaya dan memainkan peranan penting dalam masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat dunia pada umumnya. Dalam beberapa hal, Dewan Keamanan juga meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk memberikan jasa-jasa baiknya dalam mencari penyelesaian sengketa secara damai.

  Dalam kaitannya dengan Pasal 99 Piagam, pada 1960 Sekretaris Jenderal pernah meminta perhatian Dewan Keamanan mengenai krisis Kongo, dan pada 1961 untuk melaporkan situasi di Tunisia atas tuduhannya terhadap Prancis. Pada 1979, Sekretaris Jenderal meminta Dewan Keamanan untuk bersidang membicarakan penahanan staf diplomatik Amerika Serikat di Teheran. Hal ini menunjukkan Sekjen turut mengambil inisiatif terhadap masalah-masalah yang mengganggu perdamaian dan keamanan internasional.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Atas Upaya Reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menciptakan Tatanan Negara-Negara Di Dunia Yang Berdaulat, Damai Dan Adil

4 91 120

Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

6 110 82

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Terhadap Negara-Negara Berkonflik (Kasus Invasi Irak Ke Kuwait 1990 Dan Perang Korea 1958 Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional)

2 66 93

Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Intervensi Pihak Asing Atas Konflik Internal Libya Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB

6 69 72

Tindakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa Terhadap Kasus Nuklir Iran Dan Implikasinya Terhadap Perdamaian Dunia

17 61 147

Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

2 46 113

Studi Restrukturisasi Dewan Keamanan PBB Ditinjau Dari Piagam PBB Dan Hukum Internasional

13 96 119

BAB II PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL A. Sejarah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Atas Upaya Reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menciptakan Tatanan Negara-Negara Di Dunia Yang Berdaulat, Damai Dan Adil

0 0 12