Tinjauan Yuridis Atas Upaya Reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menciptakan Tatanan Negara-Negara Di Dunia Yang Berdaulat, Damai Dan Adil

(1)

TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN

KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM

MENCIPTAKAN TATANAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA

YANG BERDAULAT, DAMAI, DAN ADIL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dan Melengkapi

Tugas-Tugas Dalam Rangka

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AHMAD JUNAIDI P

NIM: 070200201

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENCIPTAKAN TATANAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA YANG BERDAULAT,

DAMAI, DAN ADIL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AHMAD JUNAIDI P NIM: 070200201

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Internasional

Arif, S.H.,M.H. NIP. 196403301993031002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sutiarnoto, S.H.,M.Hum. Arif, S.H.,M.H.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, tiada Tuhan Selain Dia yang telah memberikan nikmat jasmani dan nikmat rohani kepada kita semua dan khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik dan sesuai harapan.

Shalawat beriringkan salam marilah kita hadiahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-benderang yang disinari oleh cahaya iman dan Islam.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengakui dengan sadar bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun demi kesempurnaan skripsi ini.

Skrips ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENCIPTAKAN TATANAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA YANG BERDAULAT, DAMAI DAN ADIL” yang diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini serta membantu penulis dalam menghadapi masa-masa kuliah di Fakultas Hukum USU baik dengan dukungan moril maupun materil sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, M.Hum, DFM, selaku Pembantu Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Arif, S.H.,M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional

Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II yang sangat banyak membantu penulis dan meluangkan waktunya untuk membaca, memeriksa serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Sutiarnoto. S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang sangat

banyak membantu penulis dan meluangkan waktunya untuk membaca, memeriksa serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr.Jelly Leviza, S.H.,M.Hum., selaku Sekretaris Departemen

Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Drs. Nazaruddin, S.H.,M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik

penulis.

9. Bapak Azwar Mahyuzar, Pak Abdul Rahman, serta seluruh staf pengajar

dan staf pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Teristimewa buat Ayahku Drs.H.Mhd.Asri Pulungan, M.A. dan Ibuku

H.Yusnidar Hrp., Dan terima kasih buat kedua orang tuaku yang selama ini telah mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih dan sabar. Terima Kasihku kepada Ayah dan Ibuku yang selalu mendoakanku.

11.Kakakku Hidayatul Fitry Pulungan dan adik-adikku yang tersayang

Asnida Sari Pulungan, Lely Wahyuni Pulungan, dan Ahmad Saleh Pulungan.

12.Kepada Bang Dedi, selaku asisten di Departemen Hukum Internasional

yang turut membantu dan menemani penulis dalam mengurus skripsi.

13.Dan kepada semua pihak yang membantu penulis selama menjalani masa

kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.


(5)

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak maka penulis tidak akan mungkin mampu menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan selama ini, baik itu kata-kata maupun perbuatan.

Semoga yang penulis sajikan dalam skripsi ini dapat membawa manfaat bagik kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juli 2013

Hormat Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... iv

ABSTRAKSI………... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah……… 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……… 4

D. Keaslian Penulisan……….. 6

E. Tinjauan Kepustakaan……… 6

F. Metode Penelitian……… 8

G. Sistematika Penulisan………. 10

BAB II. TINJAUAN MENGENAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Sejarah dan Pengertian Organisasi Internasional……… 13

B. Tinjauan Umum Mengenai Organisasi Internasional……….. 19

C. Tinjauan Umum Mengenai PBB………. 31

BAB III. FUNGSI DAN PERAN DK PBB DALAM PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DI DUNIA A. Gambaran Umum Mengenai Dewan Keamanan PBB………. 43

B. Tugas dan Fungsi Dewan Keamanan PBB……….. 49

C. Peranan Dewan Keamanan PBB dalam Pemeliharaan Keamanan dan Perdamaian Negara-Negara di Dunia………. 50


(7)

D. Prinsip Persamaan Kedaulatan dalam Pengambilan

Keputusan di Dewan Keamanan PBB……… 66

BAB IV. TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN KEAMANAN PBB

A. Upaya Reformasi Dewan Keamanan PBB………. 80

B. Kendala Reformasi Dewan Keamanan PBB……….. 97

C. Ketentuan Hukum Mengenai Upaya Reformasi

Dewan Keamanan PBB……….. 102

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………. 106

B. Saran………... 107


(8)

ABSTRAKSI

Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negara-negara anggota PBB. Dewan keamanan PBB merupakan badan atau organ utama PBB yang dinilai paling kuat dan berpengaruh di antara badan atau organ-organ PBB yang lain. Hal ini karena adanya hak istimewa yang dimiliki oleh 5 anggota tetap DK PBB, yang disebut dengan hak veto serta keputusannya yang bersifat mengikat. Berbeda halnya dengan Majelis Umum yang keputusannya hanya bersifat rekomendasi.

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembang pesatnya zaman serta semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan dunia, banyak pihak berpendapat bahwa Dewan Keamanan PBB tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi pada masa sekarang ini. Sejak Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2005, fokus reformasi PBB tertuju pada upaya untuk menjadikan Dewan Keamanan (DK) lebih demokratis, representatif dan tidak diskriminatif. Banyak pihak memandang bahwa DK PBB perlu direformasi karena tidak lagi mencerminkan realitas geopolitik masa ini dan tidak mencerminkan keterwakilan kawasan secara merata dan dalam perkembangannya hak veto dinilai merupakan alat penghambat dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

Skripsi ini membahas masalah mengenai upaya reformasi Dewan Keamanan PBB serta apa saja alasan-alasan yang menyebabkan perlunya reformasi terhadap badan tersebut, apa saja yang menjadi kendala dalam proses reformasi Dewan Keamanan PBB, dan bagaimana ketentuan hukum atas upaya reformasi Dewan Keamanan PBB tersebut.

Untuk mendukung pembahasan dan analisa terhadap permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari penelitian kepustakaan (library research), dan dianalisa secara kualitatif.

Sampai saat ini sudah banyak usulan atau proposal reformasi yang diajukan kehadapan Majelis Umum PBB untuk ditimbang dan disetujui. Tapi sayang reformasi terhadap Dewan Keamanan masih belum berhasil dikarenakan kendala-kendala yang sangat menghambat proses reformasi salah satu organ PBB tersebut.


(9)

ABSTRAKSI

Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negara-negara anggota PBB. Dewan keamanan PBB merupakan badan atau organ utama PBB yang dinilai paling kuat dan berpengaruh di antara badan atau organ-organ PBB yang lain. Hal ini karena adanya hak istimewa yang dimiliki oleh 5 anggota tetap DK PBB, yang disebut dengan hak veto serta keputusannya yang bersifat mengikat. Berbeda halnya dengan Majelis Umum yang keputusannya hanya bersifat rekomendasi.

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembang pesatnya zaman serta semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan dunia, banyak pihak berpendapat bahwa Dewan Keamanan PBB tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi pada masa sekarang ini. Sejak Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2005, fokus reformasi PBB tertuju pada upaya untuk menjadikan Dewan Keamanan (DK) lebih demokratis, representatif dan tidak diskriminatif. Banyak pihak memandang bahwa DK PBB perlu direformasi karena tidak lagi mencerminkan realitas geopolitik masa ini dan tidak mencerminkan keterwakilan kawasan secara merata dan dalam perkembangannya hak veto dinilai merupakan alat penghambat dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

Skripsi ini membahas masalah mengenai upaya reformasi Dewan Keamanan PBB serta apa saja alasan-alasan yang menyebabkan perlunya reformasi terhadap badan tersebut, apa saja yang menjadi kendala dalam proses reformasi Dewan Keamanan PBB, dan bagaimana ketentuan hukum atas upaya reformasi Dewan Keamanan PBB tersebut.

Untuk mendukung pembahasan dan analisa terhadap permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari penelitian kepustakaan (library research), dan dianalisa secara kualitatif.

Sampai saat ini sudah banyak usulan atau proposal reformasi yang diajukan kehadapan Majelis Umum PBB untuk ditimbang dan disetujui. Tapi sayang reformasi terhadap Dewan Keamanan masih belum berhasil dikarenakan kendala-kendala yang sangat menghambat proses reformasi salah satu organ PBB tersebut.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negara-negara anggota PBB. Dewan keamanan PBB merupakan badan atau organ utama PBB yang dinilai paling kuat dan berpengaruh di antara badan atau organ-organ PBB yang lain. Bahkan Majelis Umum PBB yang merupakan perwakilan dari seluruh negara-negara yang ada di dunia masih berada dibawahnya. Padahal negara-negara anggota Dewan Keamanan jumlahnya sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan negara-negara anggota PBB yang berjumlah sangat banyak. Hal ini karena adanya hak istimewa yang dimiliki oleh 5 anggota tetap DK PBB, yang disebut dengan hak veto, yaitu hak untuk membatalkan keputusan atau resolusi yang diajukan PBB atau DK PBB. Hak veto dimiliki oleh negara-negara anggota tetap DK PBB, yakni AS, Inggris, Rusia (dulu Uni Sovyet), Prancis, dan RRC yang merupakan warisan Perang Dunia II.

Dewan Keamanan PBB, organ utama yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, telah dihadapkan dengan kritik sejak didirikan pada tahun 1946. Struktur Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) dewasa ini menuai kritik mayoritas negara dunia dan khususnya keanggotaan tetap dewan ini tidak disetujui banyak negara dunia.

Kritikus dan politisi sama-sama mengkritik Dewan ini karena ukurannya yang kecil dan sifatnya yang eksklusif serta strukturnya yang tidak demokratis. Kebanyakan tuntutan reformasi di tubuh Dewan Keamanan yang diinginkan banyak negara adalah perubahan agenda kerja, penghapusan hak veto dan penambahan jumlah anggota tetap.


(11)

Dewan Keamanan PBB yang dibentuk 66 tahun lalu untuk menjaga keamanan dunia hingga kini belum mengalami perubahan berarti meski dunia dalam kurun waktu tersebut telah mengalami berbagai transformasi dan perubahan. Struktur Dewan Keamanan pun belum mengalami perubahan. Yang ada hanya sejumlah perubahan kecil seperti penambahan anggota tak tetap dari enam negara menjadi 10 negara dan pemberian hak veto kepada Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet.

Sejak pembentukan Dewan Keamanan, anggota tetap lebih banyak menggunakan kekuasaan hak veto mereka untuk kepentingan nasional mereka. Penggunaan kekuatan “hak veto” tersebut sangat menjauhkannya dari alasan awal pembentukannya yang terdapat dalam Piagam PBB dan juga mencegah PBB mengambil tindakan langsung terhadap salah satu anggota pendiri utamanya. Penggunaan hak veto dalam dua dekade terakhir menunjukkan bahwa meskipun dikeluarkan lebih jarang, hak veto masih digunakan untuk kepentingan nasional/pribadi atau kepentingan sekutu. Selama 20 tahun terakhir dari total 24 hak veto yang dikeluarkan, 15 telah digunakan oleh Amerika Serikat untuk melindungi Israel.

Di sisi lain, sejumlah benua tidak memiliki anggota tetap di Dewan Keamanan. Misalnya Afrika yang terdiri dari 53 negara tidak memiliki wakil tetap di dewan ini. Asia-Pasifik yang terdiri dari 56 negara hanya memiliki satu wakil yaitu Cina. Eropa dengan 48 negara memiliki tiga wakil tetap di dewan keamanan.

Amerika Serikat sendiri mewakili benua Amerika di Dewan Keamanan dan memiliki hak veto. Posisi ini membuat Washington banyak menyalahgunakan kesempatan tersebut. Negara-negara dunia ketiga dan anggota OPEC yang menyuplai kebutuhan energi dunia cukup besar tidak memiliki kesempatan untuk menjadi anggota tetap. Begitu juga negara-negara Islam dengan populasi lebih dari satu miliar orang tidak memiliki wakil tetap di Dewan Keamanan PBB. Negara-negara Islam dalam hal ini berulang kali mengingatkan bahwa mereka harus diberi jatah satu kursi tetap.


(12)

Kini, seiring dengan dinamika percaturan politik dan ekonomi dunia, kian dirasakan betapa kondisi ini tidak lagi dapat memenuhi aspirasi masyarakat internasional secara keseluruhan. Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia II, seperti Jepang dan Jerman, telah bangkit dari kekalahannya dan tumbuh menjadi negara kekuatan ekonomi dunia yang tidak dapat diabaikan suaranya.

Sebaliknya, negara-negara pemenang Perang Dunia II seperti Inggris, Perancis dan Rusia tidak lagi memiliki bobot kekuatan seperti seusai Perang Dunia II dulu. Selain itu, telah muncul pula negara-negara seperti India, Brazil, dan Nigeria sebagai kekuatan baru di kalangan negara berkembang. Kondisi-kondisi ini beserta seruan tentang perlunya keseimbangan perwakilan secara geografis, telah semakin mendorong isu reformasi, khususnya menyangkut anggota tetap DK PBB.

Hak istimewa yang tidak demokratis yang dimiliki dari lima anggota tetap DK PBB ditambah dengan cacat-cacat lain dari Dewan menimbulkan beberapa tuntutan untuk melakukan reformasi. Setelah akhir perang Dingin, ketika Dewan menjadi lebih terlibat dalam masalah-masalah internasional, seruan untuk melakukan upaya reformasi terhadap Dewan Keamanan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara di dunia mulai menganggap serius masalah ini dan memperdebatkan salah satu organ penting PBB tersebut sehingga membuat mereka menjadi lebih bersemangat untuk melakukan reformasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan studi lebih lanjut terhadap DK PBB terutama dalam menyikapi masalah yang menyangkut reformasi Dewan Keamanan tersebut. Oleh karena itu

judul skripsi ini adalah TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI

DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENCIPTAKAN TATANAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA YANG BERDAULAT, DAMAI DAN ADIL.


(13)

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penulis akan mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB?

2. Apa yang menjadi kendala dalam proses reformasi Dewan

Keamanan PBB?

3. Dan bagaimana ketentuan hukum atas upaya reformasi Dewan

Keamanan PBB tersebut ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Kegiatan penulisan ini dilakukan oleh penulis agar dapat menyajikan data akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mempunyai tujuan obyektif dan tujuan subyektif sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a) Untuk mengetahui bagaimana upaya reformasiDewan

Keamanan PBB untuk menciptakan tatanan negara-negara di dunia yang berdaulat, damai dan adil serta apa saja alasan-alasan yang menyebabkan perlunya reformasi terhadap badan tersebut.

b) Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang

menghambat upaya reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

c) Untuk mengetahui bagaimana ketentuan maupun dasar

hukum atas upaya reformasi Dewan Keamanan


(14)

2. Tujuan Subyektif

a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam

bidang hukum internasional khususnya mengenai tinjauan yuridis atas upaya reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menciptakan tatanan negara-negara di dunia yang berdaulat, damai dan adil.

b) Untuk Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh

gelar S1 dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis berharap bahwa kegiatan penulisan ini akan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a) Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah

khasanah pustaka kajian Hukum Internasional pada umumnya dan Hukum Organisasi Internasional pada khususnya.

b) Menambah pengetahuan dan informasi bagi semua pihak

mengenai perlunya reformasi terhadap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Manfaat Praktis

a) Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan

penalaran, membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b) Sebagai bahan masukan bagi pihak yang terkait langsung


(15)

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul dari skripsi ini adalah “TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENCIPTAKAN TATANAN NEGARA-NEGARA DI DI DUNIA YANG BERDAULAT, DAMAI DAN ADIL”.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan informasi yang ada khususnya dilingkungan Universitas Sumatera Utara, tulisan (skripsi) mengenai topik ini belum pernah dilakukan sehingga keaslian tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Selain berisikan organisasi negara di berbagai bida mempunyai fungsi masing-masing.

Salah satu dewan yang berada di bawah naungan PBB adalah Dewan Keamanan yang secara umum bertugas untuk menciptakan dan menjaga keamanan serta kedamai

Anggotanya terdiri dari 5 negara tetap dan 10 negara tidak tetap dengan masa jabatan selama 2 tahun.

diperbolehkan memiliki senjata nuklir guna menciptakan kedamaian dunia.

Anggota tetapnya terdiri dari :

(1) Cina

(2) Perancis


(16)

(4) Inggris

(5) Amerika Serikat

Di mana masing-masing anggota tetap Dewan Keamanan memiliki hak veto untuk membatalkan atau menolak keputusan yang diambil Dewan Keamanan.

Tugas dan Kekuasaan dari Dewan Keamanan PBB meliputi :

(1) menyelesaikan sengketa atau permasalahan yang terjadi di kancah

internasional melalui jalan damai

(2) mengambil dan merencanakan tindakan pencegahan untuk menjaga

keamanan dan kedamaian

(3) mengawasi wilayah-wilayah yang sedang atau termasuk dalam wilayah

sengketa

(4) berhak untuk memilih hakim – hakim yang akan ditugaskan di Mahkamah

Internasional yang bermarkas di Den Haag, Belanda

Dalam memilih hakim ini, Dewan Keamanan akan dibantu oleh Majelis Umum.

Dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan keamanan dan kedamaian dunia, Dewan Keamanan PBB dibantu oleh pasukan :

(1) UNIFIL, pasukan sementara PBB yang bermarkas di Libanon

(2) UNIIMOG, pasukan peninjau PBB yang ditempatkan di Iran-Irak

(3) UNTAC, pasukan sementara PBB yang ditempatkan di Kamboja

Hasil kerja Dewan Keamanan PBB akan diperiksa oleh Majelis Umum melalui laporan tahunan yang harus diserahkan ke Majelis Umum.

Pada saat ini opini yang berkembang di media-media internasional menyebutkan keberadaan lima negara anggota tetap dan hak veto ditinjau kembali


(17)

karena perkembangan dunia yang semakin kompleks serta sering dianggap membuat berlarut-larutnya masalah internasional yang membawa akibat pada masalah kemanusiaan akibat digunakannya hak ini oleh negara-negara besar yang dianggap membawa kepentingannya sendiri dan juga kelompok

Karena keberadaannya merupakan wari dari negara-negara kuat pemenang perang, banyak suara-suara dari tokoh tokoh internasional agar PBB dirombak atau direformasi agar dapat mengakomodasi perkembangan dunia internasional khususnya negara-negara antara tokoh tokoh yang menyarankan perlunya reformasi pada PBB khususnya Dewan Keamanan di antaranya adalah Preside kemudian Dr

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk melengkapi penelitian ini agar lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dipergunakan metode penelitian hukum normatif. Dikatakan penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dan ditujukan pada peraturan perundang-undangan

dan bahan-bahan hukum yang lain.1

Penelitian hukum yuridis normatif ini terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum,

sejarah hukum dan perbandingan hukum.2

2. Sifat Penelitian

Jika dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini adalah bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta

secara sistematis, faktual dan akurat.3

1

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta:Sinar Grafika. 1996,hal.13 2

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.Rajawali Pers.2001,hal.36 3

Ibid hal.41

Penelitian deskriptif merupakan salah satu penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan


(18)

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deskriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu kepada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari serta mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku yang menulis tentang intervensi baik karangan dalam negeri maupun karangan luar negeri dan peraturan-peraturan yang mengaturnya secara internasional seperti Piagam PBB.

Teknik penelitian pengumpulan data tertulis serta sumber-sumber bacaan misalnya melalui penelusuran ke perpustakaan, antara lain berupa peraturan-peraturan hukum yang berlaku dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu penelitian ini juga merujuk dari bahan-bahan atau artikel yang diperoleh melalui situs-situs internet.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data

sekunder, yakni data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan4

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat

mengikat yang mana merupakan landasan utama yang digunakan yang terdiri atas:

4


(19)

dalam penelitian ini berupa deklarasi, Piagam PBB, dan perjanjian-perjanjian internasional.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang, yang

memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku dan pendapat para ahli hukum.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan

dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

5. Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti

disarankan oleh data.5

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah teknik analisis data kualitatif, yakni suatu uraian tentang cara-cara analisis berupa kegiatan mengumpulkan data kemudian diedit dahulu untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya

kualitatif. 6

5

Burhan Ashofa.Metode Penelitian Hukum.Jakarta:Rineka Cipta.hlm:22 6

Ibid, hlm: 61-62

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis dalam penulisannya membagi menjadi lima bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya.


(20)

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini diawali dengan latar belakang masalah yang berikutnya perumusan masalah yang akan dibahas. Pada selanjutnya dijelaskan apa yang menjadi tujuan dan manfaat penulisan. Kemudian diuraikan tentang keaslian penulisan dan tinjauan kepustakaan. Selanjutnya diuraikan bagaimana metode penelitian dan akhirnya bab ini ditutup dengan bagaimana sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN MENGENAI ORGANISASI INTERNASIONAL

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kerangka teori yang berisi tentang sejarah dan pengertian organisasi internasional, tinjauan umum mengenai organisasi internasional, dan yang terakhir penulis akan menguraikan tentang tinjauan umum mengenai Perserikatan Bangsa-Bangsa.

BAB III : FUNGSI DAN PERAN DK PBB DALAM PEMELIHARAAN

PERDAMAIAN DI DUNIA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai gambaran umum Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), tugas dan fungsi Dewan Keamanan PBB, peranan Dewan Keamanan PBB dalam pemeliharaan keamanan dan perdamaian negara-negara di dunia, dan yang terakhir penulis akan menguraikan tentang prinsip persamaan kedaulatan dalam pengambilan keputusan di Dewan Keamanan PBB.


(21)

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS ATAS UPAYA REFORMASI DEWAN KEAMANAN PBB

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan atas permasalahan pada penulisan skripsi, yang mana menguraikan tentang upaya reformasi Dewan Keamanan PBB. Selanjutnya akan diuraikan tentang kendala-kendala reformasi Dewan Keamanan PBB. Dan yang terakhir akan diuraikan mengenai ketentuan hukum dari upaya reformasi Dewan Keamanan PBB.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari isi keseluruhan permasalahan pembahasan dalam skripsi ini serta saran dan kritik terhadap permasalahan dan pembahasan Skripsi ini.


(22)

BAB II

TINJAUAN MENGENAI ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Sejarah dan Pengertian Organisasi Internasional 1. Sejarah

Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat hidup sendiri dalam hubungannya dengan negara lain. Fungsi sosial dari suatu negara terhadap negara lain sangatlah besar dan oleh karena itu maka eksistensi dari suatu organisasi sangatlah diperlukan. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah negara-negara dalam menyalurkan aspirasi, kepentingan, dan pengaruh mereka. Terdapat banyak organisasi yang tumbuh dan berkembang di dunia, mulai dari organisasi antar keluarga, antar daerah, antar propinsi sampai ke lingkup yang lebih luas yaitu antar negara yang berada dalam satu kawasan.

Sebagai anggota masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup tanpa adanya hubungan dengan negara lain. Hubungan antar negara sangat kompleks sehingga di perlukan pengaturan. Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama, negara-negara membutuhkan wadah yaitu Organisasi Internasional. Timbulnya hubungan internasional secara umum pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara. Dengan membentuk organisasi, negara-negara akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama dan menyangkut bidang kehidupan yang luas.

Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang bersifat universal dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia telah lama menjadi pemikiran banyak negarawan. Mereka menginginkan diorganisirnya masyarakat internasional secara politik sebagai reaksi terhadap anarki yang disebabkan sengketa-sengketa bersenjata antar negara. Organisasi internasional tersebut akan menghimpun negara-negara di dunia dalam suatu sistem kerjasama


(23)

yang dilengkapi dengan organ-organ yang dapat mencegah atau menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi antara mereka. Agar batas-batas nasional dapat dilewati, diperlukan suatu organisasi politik sentral yang dilengkapi dengan sarana-sarana paksaan atau persuasi terhadap negara-negara, serta wewenang untuk mengkoordinir lembaga-lembaga teknik dan regional.

Namun himbauan bagi pembentukan hubungan internasional yang distrukturkan dalam suatu organisasi selama beberapa abad hanya terbatas pada doktrin dan propoganda belaka. Para pemimpin negara tetap menganggap bahwa pembentukan organisasi-organisasi seperti itu tidak sesuai dengan kedaulatan nasional dan bertentangan dengan kepentingan negara. Dalam pelaksanaannya, gagasan untuk mendirikan organisasi internasional hanya terbatas pada perbaikan prosedur-prosedur tradisional antar negara.

Akhirnya upaya pembentukan organisasi-organisasi internasional yang sebenarnya baru mulai pada abad ke-17 dan 18 melalui berbagai proyek. Pada

abad ke-17 misalnya muncul gagasan Emeric de Cruce pada tahun 1623.

Kemudian pada abad ke-18 muncul proyek-proyek William Penn, Bentham, Jean-Jacques Rousseau, Abbe de Saint-Pierre dalam Plan for Perpetual Peace mengusulkan pembentukan suatu majelis umum untuk menyelesaikan semua sengketa dengan mayoritas ¾ suara beserta sanksi kolektif termasuk penggunaan senjata. Abbe de Saint-Pierre juga berpendapat bahwa majelis umum bukan saja berfungsi untuk menyelesaikan sengketa-sengketa, tapi juga untuk membuka kerjasama antar negara di berbagai bidang dengan mendirikan perwakilan-perwakilan untuk pelaksanaan kerjasama tersebut.

Dengan kemajuan teknik dan kesalingtergantungan ekonomi yang mulai dirasakan di abad ke-19, dianggap perlu untuk mengembangkan kerjasama internasional. Mulai bagian kedua abad ke-19 sampai tahun 1914, Eropa mengalami periode panjang cukup damai yang disertai kemajuan teknik sarana komunikasi, dan keadaan ini telah mendorong pembentukan organisasi-organisasi


(24)

kerjasama internasional.7

Disamping pembentukan organisasi-organisasi internasional ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi non-pemerintah

(NGOs). Menurut Union of Internasional Associations, disamping perkembangan

cepat organisasi internasional yang berjumlah 7 pada tahun 1870-an dan menjadi 37 di tahun 1909, perkembangan NGOs lebih cepat lagi yaitu mencapai jumlah 176 pada waktu yang sama.

Yang pertama adalah organisasi-organisasi yang lahir pada abad ke-19, antara lain Komite Internasional untuk Sungai Elbe tahun 1821, untuk Sungai Rhine tahun 1831 dan pembentukan European Danube Commission tahun 1856 untuk mengawasi pelayaran bebas di atas sungai tersebut yang lepas dari pengawasan nasional masing-masing negara.

Selanjutnya gagasan untuk menghimpun sejumlah ahli dan administrator yang melaksanakan tugas-tugas khusus atas nama negara-negara telah pula dapat

diwujudkan dalam pendirian International Telegraph Bureau pada tahun 1868

yang kemudian bernama International Telecomunication Union (ITU) dan

pembentukan General Postal Union tahun 1874 yang kemudian menjadi

Universal Postal Union (UPU). Tidak lama kemudian didirikan pula International Bureau of Weights and Meausures tahun 1875 dan Inter-Union for the Publication of Customs Tariff tahun 1890.

8

7

Daniel Dormoy, Droit des Organisations Internationales, Daloz 1995, Paris, hal. 3.

8

Yearbook of International Organization, 1974, Vol. 15, Tables 1 and 2.

Organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal pada permulaan abad ke-20 dan yang mengembangkan Konvensi-konvensi

Jenewa 1864, 1906, 1929 adalah International Committee of the Red Cross.

Selanjutnya malapetaka yang menimpa dunia selama Perang Dunia I telah mendorong para pemimpin dunia dengan segera membentuk suatu organisasi internasional dengan kekuasaan lebih tinggi dari yang dimiliki negara-negara

yaitu Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations). Dengan lahirnya LBB ini


(25)

Pada periode menjelang Perang Dunia II, selain LBB antara lain juga lahir Organisasi Buruh Sedunia (ILO) tahun 1919, Organisasi Penerbangan Internasional tahun 1919 dan juga Mahkamah Tetap Internasional (PCIJ) tahun 1920.

Berakhirnya Perang Dunia II di tahun 1945 juga mengakhiri kehidupan LBB yang telah gagal mencegah perang. Di samping itu, Perang Dunia II telah membangkitkan lagi kesadaran atas keharusan mutlak kerjasama internasional yang dapat mencegah terjadinya kembali perang dunia dengan menciptakan kondisi yang baik bagi kerjasama antar negara. Dengan berakhirnya Perang Dunia II maka mulai pula generasi ke-3 organisasi internasional, yaitu dengan lahirnya

PBB.9

Perumusan definisi yang sempit ini mungkin didasarkan atas keberhati-hatian, karena dibuatnya definisi yang baku akan melahirkan konsekuensi hukumnya baik di tingkat teori maupun praktis.

2. Pengertian

Definisi universal dari organisasi internasional sangat sulit untuk didefinisikan.Menurut pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969, organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Definisi yang diberikan Konvensi ini adalah sempit, karena membatasi diri hanya pada hubungan antara pemerintah.

Penonjolan aspek antar pemerintah ini kiranya dimaksudkan untuk membedakan antara organisasi-organisasi antar pemerintah (inter-governmental organizations-IGO’s) dan organisasi-organisasi non-pemerintah (non-governmental organizations-NGO’s).

10

Para sarjana hukum internasional pada umumnya mendefinisikan organisasi internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta elemen-elemen

9

DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, 2005, hal. 458-461.

10


(26)

dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi internasional. Hal inilah yang menyulitkan untuk didapatkannya suatu definisi yang umum. Beberapa definisi yang diutarakan antara lain:

(1) Bowett D.W.

Dalam bukunya ”Hukum organisasi internasional” Bowet memberikan batasan definisi organisasi internasional, bahwa: ”tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya

organisasi ini merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkanperjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”.

(2) Starke

Dalam bukunya ”An introduction to international law”, starke membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke menegaskan ”pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan Hukum Tata Negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional”.

(3) Sumaryo Suryokusumo

”Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul”.


(27)

(4) Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr.

“Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala”.

(5) NA Maryan Green

Green memberikan batasan langsung tentang organisasi internasional dengan mengatakan: “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian dengan tiga atau lebih Negara-negara menjadi peserta”.

(6) Dr. Boer Mauna

“Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”.

(7) Teuku May Rudy

“Organisasi internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan/diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada dasar Negara yang berbeda”.


(28)

B. Tinjauan Umum Mengenai Organisasi Internasional

Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan tetapi perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada tingkat

regional.11

Kehadiran organisasi internasional, memiliki kaitan yang sangat erat dengan hukum internasional yang diterapkan di era modern saat ini. Status organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional yang membantu proses pembentukan hukum internasional itu sendiri, dapat dikatakan sebagai alat untuk memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati. Hukum internasional secara umum dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya, benar-benar ditaati

secara umum dalam hubungan negara satu sama lain.12

Adapun beberapa syarat sebuah organisasi disebut sebagai organisasi

internasional adalah sebagai berikut13

1. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional;

;

2. Harus mempunyai anggota, dimana setiap anggota mempunyai hak suara;

3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas

besar (headquarters) demi kelangsungan organisasi,

4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi

harus terdiri dari berbagai bangsa/negara.;

11 Ibid, hal. 52. 12

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hal. 1.

13


(29)

5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai

negara/bangsa. Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus

masih aktif. Organisasi yang tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.

Penulis dalam penelitian ini, akan fokus terhadap organisasi internasional universal, yang bertujuan general yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terdapat beberapa hal yang perlu diteliti dalam menganalisa PBB ini, yakni bagaimana mekanisme penentuan anggota dari PBB, proses pengambilan keputusan, serta sifat dari keputusan yang dihasilkan. Adapun PBB terdiri atas banyak badan dan organisasi spesialisasi, maka penulis akan fokus pada Dewan Keamanan PBB (United Nations Security Council) dalam menjelaskan ketentuan-ketentuan tersebut.

1. Karakteristik Organisasi Internasional

Secara sederhana pengertian organisasi internasional mencakup unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama

2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala

3. Adanya staf yang bekerja sebagai ”pegawai sipil internasional”

4. Kerjasama yang ruang-lingkupnya melintasi batas negara

5. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama

6. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap

7. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.

Sementara itu organisasi juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (A. Leroy Bennet):

1. Organisasi yang tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan

2. keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat


(30)

4. badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas

5. sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan

informasi secara berkelanjutan.

LL. Leonard memberikan karakteristik yang lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut:

1. piagam dasar/konstitusi biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral

dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi.

2. keanggotaan diberitahukan kepada negara peserta penandatanganan yang

berpartisipasi melalui pertemuan delegasi oleh pemerintah mereka.

3. strukturnya termasuk badan pembuat kebijakan terdiri atas perwakilan

semua anggota pemerintah dan pertemuan dengan jangka tetap dari 1 sampai 5 tahun.

4. kadang-kadang badan pembuat kebijakan dan badan eksekutif cadangan

telah disediakan yang terdiri atas keanggotaan terbatas, mempunyai kekuasaan yang ditegaskan dengan jelas dan pertemuan yang lebih sering.

5. prosedur pengambilan suara umumnya disediakan satu suara untuk

masing-masing anggota, memerlukan pengambilan suara bulat untuk keputusan penting.

6. strukturnya juga termasuk sekretariat yang dikepalai oleh seorang

sekretaris jenderal atau direktur dan biasanya terdiri atas pegawai sipil organisasi internasional yang dipekerjakan oleh organisasi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

7. anggota-anggotanya dibutuhkan untuk membuat kontribusi untuk


(31)

2. Klasifikasi Organisasi Internasional

Persoalan klasifikasi organisasi internasional adalah upaya untuk melihat apa yang seharusnya dilakukan , klasifikasi organisasi internasional berdasarkan pada tujuan dan aktivitasnya, dapat kita lihat dalam beberapa hubungan sebagai berikut:

1. organisasi yang bertujuan mendorong hubungan co-operative diantara

anggotanya yang tidak sedang dalam konflik negara.

2. Organisasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat conflictdiantara

negara anggota dengan jalan management konflik atau prevention conflict.

3. Organisasi dengan tujuan menciptakan/memproduksi confrontation

diantara anggota yang berbeda pendapat.

Klasifikasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki beberapa macam. Metode yang paling mudah untuk melakukan klasifikasi terhadap organisasi

internasional antar pemerintah (Intergovernmental) adalah klasifikasi organisasi

internasional berdasarkan tujuan organisasi dan keanggotaan organisasi tersebut. Secara keanggotaan, terdapat organisasi internasional universal. Tujuan organisasi general, salah satu contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan organisasi

dengan tujuan spesifik adalah organisasi-organisasi seperti IAEA (International

Atomic Energy Agency) dan WHO (World Health Organization).14

Sedangkan klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaan lainnya adalah organisasi internasional regional. Klasifikasi organisasi ini secara

general misalnya Uni Afrika (African Union), Uni Eropa (European Union), dan

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Klasifikasi organisasi

internasional regional berdasarkan tujuan yang spesifik adalah

organisasi-organisasi seperti NATO (North Atlantic Treaty Organization), NAFTA (North

14

Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relations; Theories and Approaches 3rd edition, Oxford University Press, New York, 2007, hal. 109.


(32)

American Free Trade Agreement) dan organisasi bersifat spesifik dan regional

lainnya.15

1. Kegiatan administrasi: organisasi internasional antar-pemerintah

(IGO/International Governmental Organization) dan organisasi

internasional non-pemerintah (INGO/International non-governmental

Organization)

Teuku May Rudy, mengemukakan dari segi ruang lingkupnya, fungsinya, kewenangan dan sebagainya ada beberapa macam penggolongan organisasi internasional. Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari satu macam penggolongan, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya. Secara terperinci penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam menurut segi tinjauan berdasarkan 8 hal, yaitu sebagai berikut:

2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan: Organisasi internasional global dan organisasi internasional regional.

3. Bidang kegiatan (operasional) organisasi, seperti ekonomi, lingkungan hidup, pertambangan, perdagangan internasional, dst.

4. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi: organisasi internasional umum dan organisasi internasional khusus.

5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan: umum, global-khusus, regional-umum, regional-khusus.

6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional (supranational organization) dan organisasi kerjasama (co-operative organization)

7. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan –keamanan

(Collective security) yang biasanya disebut ”institutionalized alliance” dan

kerjasama fungsional (fuctional organization)

8. Fungsi organisasi:

15


(33)

organisasi politik: yaitu organisasi yang didalam kegiatannya menyangkut masalah-masalah politik dalam hubungan internasional.

Organisasi administratif: yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif.

Organisasi peradilan (judicial organization): yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, sosial, dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan perjanjian internasional).

Sementara T. Sugeng Istanto mengklasifikasikan organisasi internasional

antara pertama, organisasi internasional privat: organisasi dari badan bukan

pemerintah atau orang-perorangan yang melakukan kerjasama untuk kepentingan internasional yang diselenggarakan badan-badan sejenis negara, dan kedua, organisasi internasional publik: yaitu organisasi dari pemerintah negara yang melakukan kerjasama untuk kepentingan internasional yang dibagi dua wilayah yaitu global dan regional.

Pengklasifikasian juga dilakukan oleh I Wayan Parthiana dengan meninjau meninjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari ruang lingkup kegiatannya:

 Organisasi internasional global/umum

 Organisasi internasional khusus

2. Ditinjau dari tujuannya:

 Organisasi internasional dengan tujuan umum

 Organisasi internasional dengan tujuan khusus/terbatas

3. Ditinjau dari sudut keanggotaannya: Intergovernmental organization


(34)

Berdasarkan bentuk dan pola Kerjasamanya, organisasi internasional terbagi atas:

1. Kerjasama Pertahanan-keamanan (Collective security) yang disebut juga

institutionalized alliance. Misalnya: NATO, SEATO, Pakta Warsawa.

2. Kerjasama fungsional (fuctional cooperation) yaitu sesuai dengan

fungsional bidangnya masing-masing. Misalnya: ASEAN, OPEC, PBB.

3. Pembentukan dan Komposisi Organisasi Internasional 1) Akte Konstitutif

Dalam hukum internasional, keberadaan suatu negara tergantung dari paling tidak 3 unsur obyektif yaitu wilayah, penduduk, dan pemerintah. Gabungan ke 3 unsur ini dari segi hukum internasional menjadi dasar lahirnya suatu negara. Sebaliknya organisasi-organisasi internasional tidak mempunyai unsur-unsur objektif tersebut seperti yang dimiliki negara. Suatu organisasi internasional baru ada bila negara-negara menghendakinya dan kehendak tersebut dirumuskan dalam suatu perjanjian internasional. Sebegitu lahir, organisasi internasional tersebut langsung menjadi subjek hukum internasional. Bedanya ialah negara merupakan

subjek asli karena keberadaan yuridiknya tidak tergantung dari siapapun.

Sedangkan organisasi internasional adalah subjek buatan karena keberadaannya

adalah akibat kehendak bersama negara-negara. Asli atau buatan, organisasi internasional juga merupakan subjek hukum internasional dan bersama dengan negara memainkan peran yang penting dalam kerjasama antar bangsa. Bila negara sepakat untuk mendirikan suatu organisasi internasional maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik. Instrumen yuridik tersebut

dinamakan akte konstitutif.

Apapun nama yang diberikan kepada akte konstitutif tersebut seperti Pakta untuk Liga Bangsa 1919, Piagam (Charter) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Statuta untuk Dewan Eropa 1949, Konstitusi untuk Organisasi


(35)

Buruh Sedunia (ILO) 1946, semuanya merupakan perjanjian multilateral, bentuk yang biasa dari akte konstitutif organisasi-organisasi internasional.

Keharusan adanya perjanjian multilateral yang merupakan akte konstitutif dari suatu organisasi internasional merupakan manifestasi kehendak negara-negara yang memberikan kesepakatan atas lahirnya suatu pelaku hukum yang kegiatan-kegiatannya dapat berdampak terhadap isi ataupun pelaksanaan wewenang masing-masing negara anggota. Negara-negara baru yang bukan pendiri dapat menjadi pihak pada suatu organisasi internasional setelah

menyampaikan keinginannya melalui prosedur pengesahan (ratification), aksesi

(accession), akseptasi (acceptance) ataupun hanya melalui tandatangan (signature) saja. Untuk suatu akte konstitutif atau perjanjian multilateral yang penting, prosedur yang dipakai ialah melalui ratifikasi atau pengesahan.

Akte konstitutif dapat berasal dari suatu perjanjian internasional yang baru atau perjanjian internasional yang merubah perjanjian sebelumnya dengan sekaligus merubah personalitas yuridiknya. Dalam hal kedua, prosedur yang dipakai adalah prosedur revisi yang tercantum dalam perjanjian sebelumnya. Dalam hal pertama, prosedur pembuatan adalah prosedur yang biasanya berlaku bagi pembuatan perjanjian-perjanjian multilateral dalam kerangka suatu

konferensi internasional.16

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969 hanya mendefinisikan organisasi internasional sebagai

organisasi antar pemerintah (inter-governmental organization). Dengan

memberikan definisi yang demikian, Konvensi kelihatannya tetap pada 2) Anggota-Anggota Organisasi Internasional (Organisasi Antar Pemerintah) a. Hak Untuk Ikut dalam Organisasi Internasional

16

DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, 2005, hal. 466-467.


(36)

pendekatan tradisionalnya yaitu hanya negara yang dapat diwakili dalam organisasi-organisasi internasional dan kehendak negara tersebut hanya dapat disampaikan oleh wakil-wakilnya yang ditunjuk oleh masing-masing negara.

Jelaslah bahwa traktat konstitutif organisasi internasional hanya terbuka untuk negara. Tidak mungkin lain, karena bukankah organisasi internasional itu melakukan kegiatan-kegiatannya atas kehendak negara-negara anggota yang mendirikan organisasi internasional itu sendiri.

Namun tidak ada pula yang melarang organisasi-organisasi internasional untuk menerima entitas lain yang non negara. Dalam prakteknya dapat terjadi wilayah-wilayah yang belum mempunyai pemerintah sendiri yang dapat menjadi anggota suatu organisasi internasional. Pasal 1 ayat 2 Pakta Liga Bangsa-Bangsa

membolehkan any fully self-governing State, Dominion or Colony menjadi

anggota dari Organisasi internasional tersebut. Atas dasar ketentuan ini, India misalnya menjadi anggota asli LBB dan juga anggota asli PBB walaupun negara tersebut baru merdeka pada tahun 1947. Sejumlah badan-badan khusus PBB seperti WMO, WHO, ICAO, dan UPU juga menerima wilayah-wilayah yang belum berpemerintahan sendiri atau yang belum merdeka sebagai anggota.

Semenjak beberapa waktu gerakan-gerakan pembebasan nasional atau organ-organ yang bertugas mewakili rakyat dari wilayah-wilayah yang belum merdeka atau diduduki kekuasaan asing dapat ikut dalam satu organisasi internasional. PLO misalnya, dengan status yang sama seperti negara, diterima sebagai anggota penuh dalam sejumlah organisasi regional seperti Liga Arab, OKI, dan juga GNB. PLO juga semenjak tahun 1974 dapat ikut dalam sidang Majelis Umum PBB dengan status sebagai peninjau. Demikian juga SWAPO diberi hak untuk ikut dalam perdebatan di Majelis Umum mengenai Namibia sebelum merdeka. ICRC juga sering diundang untuk ikut dalam sidang-sidang Majelis Umum sesuai Resolusi 45/6, 16 Oktober 1990.

Mengenai status keanggotaan, terdapat beberapa rejim yuridik. Negara-negara yang merupakan pihak pada akte konstitutif mempunyai status


(37)

keanggotaan dari organisasi, sedangkan negara-negara lainnya hanya berstatus

sebagai associate atau observer. Negara-negara yang berstatus associate

mempunyai hak yang sama seperti anggota kecuali tidak ikut dalam pemberian suara. Sedangkan yang berstatus peninjau mempunyai hak-hak lebih terbatas dan pada umumnya hanya dapat ikut dalam kegiatan-kegiatan organisasi bila langsung menyangkut kepentingannya.

Di samping itu partisipasi organisasi-organisasi internasional tertentu dalam kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi lainnya pada umumnya terbatas pada tingkat hubungan sekretariat masing-masing organisasi.

b. Penerimaan dalam Organisasi Internasional

Mengenai penerimaan ini, tidak ada masalah bagi negara pendiri suatu organisasi internasional. Negara-negara tersebut adalah negara-negara anggota asli, yaitu yang bertanggung jawab dalam pendirian organisasi dimaksud, dan yang ikut merumuskan piagam konstitutif dan ikut menandatanganinya di akhir konferensi. Negara-negara asli tersebut langsung menjadi anggota tanpa harus melalui prosedur khusus penerimaan.

Demikian juga halnya bila suatu entitas baru menggantikan negara dalam suatu organisasi. Jerman, setelah bersatu kembali pada 30 Oktober 1990, menggantikan kewajiban Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman dalam organisasi yang sama yaitu PBB, seperti juga halnya Yaman yang menggantikan kewajiban-kewajiban kedua Yaman setelah bersatu kembali tanggal

22 Mei 1990.17

Sebaliknya prosedur penerimaan biasa akan diberlakukan kepada negara-negara baru yang lahir dari perpecahan negara-negara seperti yang terjadi dengan

17


(38)

Yugoslavia menjadi anggota PBB pada tanggal 22 Mei 1992 melalui prosedur

penerimaan biasa.18

Karena berdaulat, suatu negara tidak dapat dipaksa untuk menjadi anggota pada suatu organisasi internasional. Pencalonan suatu negara selalu merupakan

suatu discretionary act. Sebaliknya pemilikan suatu kedaulatan tidak memberikan

jaminan kepada suatu negara untuk langsung dapat menjadi anggota dalam suatu organisasi. Selanjutnya negara-negara yang ikut mendirikan suatu organisasi internasional atas dasar kedaulatan yang dimilikinya merasa berhak mengawasi akses negara-negara lain dan memberlakukan prosedur penerimaan normal sesuai

piagam konstitutif.19

18 Danie S. Papp, Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding, Third

Edition, Macmillian Publishing Company, New York 1996, hal. 314.

19

DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, 2005, hal. 469-471.

c. Penarikan Diri dari Organisasi Internasional

Dengan menjadi anggota pada suatu organisasi internasional, negara-negara tidak menanggalkan kedaulatannya selagi belum adanya organisasi supra nasional. Namun kebebasan untuk menarik diri dari suatu organisasi internasional dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam piagam konstitutif organisasi tersebut.

Penarikan diri suatu negara berarti pembatalan secara unilateral terhadap piagam konstitutif organisasi. Dalam hal ini negara tersebut harus menghormati ketentuan-ketentuan umum mengenai penarikan diri yang dikodifikasi oleh pasal 54 dan 56 Hukum Perjanjian 1969. Sesuai ketentuan tersebut penarikan diri suatu negara dari suatu perjanjian internasional dibolehkan bila sesuai dengan pasal-pasal yang terdapat dalam perjanjian tersebut, atau atas kesepakatan semua pihak. Bila pasal-pasal itu tidak ada atau tidak ada pula kesepakatan mengenai hal tersebut, pengunduran diri tetap mungkin sekiranya para pihak pada perjanjian menerima kemungkinan pembatalan atau penarikan diri anggota-anggota.


(39)

Bila piagam konstitutif berisikan ketentuan-ketentuan pembatalan atau penarikan diri, tidak ada masalah karena negara-negara hanya tinggal melaksanakan ketentuan-ketentuan pembatalan atau penarikan diri, tidak ada masalah karena negara-negara hanya tinggal melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut. Pakta LBB, Statuta ILO, FAO, UNESCO, dan North Atlantic Treaty Organization berisikan ketentuan-ketentuan seperti itu. Atas dasar ketentuan tersebut Costa Rica tahun 1924, Brazil tahun 1946, Jepang dan Jerman tahun 1933

keluar dari LBB dan yang diikuti oleh 12 negara lainnya.20

Dalam kasus penarikan diri ini, kelihatannya PBB tidak mau mempersulit keadaan dan menegaskan bahwa tidak hadirnya Indonesia dalam kegiatan-kegiatan PBB bukan didasarkan atas penarikan diri melainkan sebagai penangguhan sementara, dan karena itu mempersilahkan Indonesia untuk aktif kembali. Sebagai bukti bahwa tidak keluar dari PBB, Indonesia tetap membayar sebagian dari kontribusi keuangannya kepada organisasi dunia tersebut.

Dalam sejarah perkembangannya, PBB juga mengalami penarikan mundur

anggotanya yaitu Indonesia. Karena menolak duduknya neo-kolonialisme

Malaysia di Dewan Keamanan, Indonesia melalui suratnya tanggal 20 Januari 1965 memutuskan menarik diri dari PBB. Kasus penarikan tersebut yang tanpa preseden dalam sejarah PBB cukup membingungkan para pakar, karena tidak adanya ketentuan penarikan diri dalam Piagam. Kemudian pada tanggal 19 September 1966, Indonesia dalam suratnya kepada sekretaris Jenderal PBB, memberitahukan keputusannya untuk memulihkan kembali kerjasamanya dengan PBB.

21

20

A. Le Roy Bennet, International Organization, 6th Edition, 1995, Prentice-Hall Inc., hal. 79.

21

DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, 2005, hal. 472-474.


(40)

C. Tinjauan Umum Mengenai PBB 1. Sejarah Berdirinya PBB

Atas usul presiden AS, Woodrow Wilson, pada tanggal 10 Januari 1920 dibentuk suatu organisasi internasional yang diberi nama Liga Bangsa-Bangsa. Tugasnya adalah menyelesaikan sengketa secara damai sehingga peperangan dapat dicegah. Hasil dari LBB yaitu Perjanjian Locarno (1925) dan Perjanjian Kellog Briand (1928).

Meskipun telah terbentuk, namun Perang Dunia II pun meletus. Pemicu peristiwa ini adalah munculnya kekuasaan kaum Nazi yang dipimpin oleh Hilter (Jerman), dan kaum Facis dipimpin oleh Mussolini (Italia), serta imperialis Jepang yang telah mengkhianati isi kesepakatan LBB saat Perang Dunia II berkecamuk.

Selama Perang Dunia II berkecamuk Franklin Delano Roosevelt (Presiden AS) dan Winston Churchill (Perdana Menteri Inggris) mengadakan pertemuan yang menghasilkan Piagam Atlantik (Atlantic Charter).

Isi piagam ini yaitu :

• Tidak melakukan perluasan wilayah antara sesamanya..

• Menghormati hak setiap bangsa untuk memilih bentuk pemerintahan dan

menentukan nasib sendiri.

• Mengakui hak semua negara untuk turut serta dalam perdagangan dunia.

• Mengusahakan terbentuknya perdamaian dunia dimana setiap bangsa

berhak mendapatkan kesempatan untuk hidup bebas dari rasa takut dan kemiskinan.

• Mengusahakan penyelesaian sengketa secara damai.

Pokok-pokok Piagam Atlantik tanggal 14 Agustus 1941 menjadi dasar konferensi internasional dalam menyelesaikan Perang Dunia II menuju ke


(41)

pembentukan PBB. Pertemuan-pertemuan dalam menyelesaikan Perang Dunia II menuju perdamaian adalah :

1. (1 Januari 1943) Prinsip Piagam Atlantik ditandatangani oleh 26 negara di

Washington Dc.

2. (30 Oktober 1943) Deklarasi Moskow tentang keamanan Umum

ditandatangani oleh Inggris, USA, Rusia dan Cina yang mengakui pentingnya Organisasi Internasional Perdamaian Dunia. Deklarasi ini dilahirkan di Moskow.

3. (21 Agustus-7 Oktober 1944) di Washington Dc, dilangsungkan

Konferensi Dumbarton Oask (Dumbarton Oask Conference) yang diikuti 39 negara membahas tentang rencana pendirian PBB dengan sebuah Dewan Keamanan.

4. Washington Dc gagal menentukan hak Veto pada pertemuan Dumbarton

Oask.

5. (4-11 Februari 1945) diadakan Konferensi Yalta yang dihadiri oleh

Roosevelt, Churchill dan Stalin. Hasilnya dikenal dengan rumus Yalta (Yalta formula), diantaranya yaitu menyetujui untuk mengadakan konferensi PBB di AS.

6. (25 April-26 Juni 1945) Konferensi San Fransisco.

PBB didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, D.C.. Namun Sidang Umum yang pertama yang dihadiri wakil dari 51 negara baru berlangsung pada 10 Januari 1946 di Church House, London. Markas pertama PBB berada di San Francisco, namun sejak tahun 1946 sampai sekarang kantor pusatnya terletak di New York.

Church House adalah sebuah bangunan yang menjadi markas pusat dari perkumpulan gereja-gereja (Anglikan) di Inggris, terletak di sebelah selatan dari Dean’s Yard di sebelah Wesminter Abbey di kota London.


(42)

Bangunan ini didesain oleh Sir Herbert Barker, sekitar tahun 1930-an, sebagai pengganti gedung yang terdahulu, yang diresmikan pada tahun 1902 oleh Coorperation of Church House yang berdiri sejak 1888. Bangunan ini dimaksudkan sebagai peringatan perayaan emas 50 tahun bertahtanya Ratu Victoria yang menjadi ratu sejak 1887. Batu pertama pembangunan bangunan ini diletakkan oleh Ratu Mary pada 26 Juni 1937 dan diresmikan oleh Raja George VI pada 10 Juni 1940.

Selanjutnya, diketahui bahwa istilah “United Nations” dicetuskan pertama kali oleh Franklin D. Roosevelt sewaktu masih berlangsung Perang Dunia II.

Nama PBB/UNO digunakan secara resmi pertama kali pada 1 Januari 1942. Tujuannya untuk mengikat wakil-wakil Pihak Berseteru kepada prinsip-prinsip Piagam Atlantik serta untuk menerima sumpah dari mereka guna menjaga keamanan Kuasa Paksi. Setelah upaya itu, Pihak Berseteru terus memantapkannya dengan ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan dalam persidangan-persidangan di Moscow, Kaherah dan Taheran sewaktu masih berperang pada tahun 1943. Dari bulan agustus sampai Oktober 1944, wakil-wakil dari Perancis, Republik China, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet bertemu untuk memperincikan rancangan-rancangan di Estet Dumbarton Oaks, Washington, D.C.

Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dicapailah rancangan pokok mengenai tujuan, wakil-wakil anggota dari tiap negara, struktur, serta susunan dewan untuk memelihara keamanan dan keselamatan antarbangsa, kerjasama ekonomi dan sosial antarbangsa. Rancangan ini telah dibicarakan dan diperdebatkan oleh beberapa wakil negara dan utusan bangsa.

Pada 25 April 1945, persidangan PBB tentang penyatuan antar bangsa, dimulai di San Francisco. Selain dihadiri oleh wakil-wakil negara juga organisasi umum termasuk Lions Club yang diundang khusus untuk mengubah piagam PBB. Tak kurang 50 negara yang menghadiri persidangan ini menandatangani “Piagam


(43)

Perserikatan Bangsa-Bangsa”. Polandia yang tidak menghadiri persidangan itu diberi satu tempat khusus, baru dua bulan kemudian tepatnya pada 26 Juni wakilnya menandatangani piagam itu.

Selanjutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa ditetapkan secara resmi pada 24 Oktober 1945, selepas piagamnya telah diratifikasi oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK), yaitu Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Perancis, Republik China serta diikuti anggota lainnya yang terdiri 46 negara di Church House, London, Inggris pada 10 Januari 1946 yang diikuti 51 negara.

Kantor Pusat PBB saat ini dibangun di sebelah Sungai East (East River), New York City pada tahun 1949 di atas tanah yang dibeli dari John D. Rockefeller, Jr. dengan dana bersama sebanyak 8.5 juta dollar AS jadi bukan milik Amerika Serikat. John D. Rockfeller pun juga diketahui merupakan anggota Freemason. Arsiteknya dari berbagai bangsa, termasuk Le Corbusier (Perancis), Oscar Niemeyer (Brazil), dan wakil-wakil dari beberapa negara yang lain. Tim ini diketuai oleh Wallace K. Harrison, Pimpinan Harrison & Abramovitz (NYC). Kantornya dibuka secara resmi pada 9 Januari 1951.

2. Asas dan Tujuan Berdirinya PBB

Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.

1. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.

2. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.

3. Penyelesaian sengketa dengan cara damai.

4. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan

Piagam PBB.


(44)

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.

1. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan

asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

3. Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan

masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.

4. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya

peperangan.

5. Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau

kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.

6. Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama

yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.

Sebagai agen yang bertugas untuk menjaga perdamaian dunia, tentunya ada banyak harapan dalam terciptanya perdamaian dunia. Cara PBB untuk

mempertahankan perdamaian dunia yaitu melalui peace keeping operation, PKO

ini adalah merupakan bentuk kehadiran PBB dan pengawasan dalam setiap konflik dan berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik yang ada melalui

resolusi mereka.22

1. Anggota asli (original members) yang terdiri dari 50 negara yang

menandatangani Piagam San Fransisco 26 Juni 1945. Pada tanggal 15 Oktober 1945 Polandia menyusul sehingga menjadi 51 negara.

3. Keanggotaan PBB

Keanggotaan PBB terdiri dari 2 macam, yaitu:

22

Departemen Informasi Publik, Basic Facts About The United Nations (New York: United Nations Department of Public Information) hlm. 27.


(45)

2. Anggota tambahan, yakni negara-negara anggota PBB yang masuk kemudian berdasar syarat-syarat yang disetujui oleh Majelis Umum PBB.

Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.

1. Negara merdeka.

2. Negara yang cinta damai.

3. Sanggup mematuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Piagam

PBB.

4. Diusulkan oleh Dewan Keamanan dan disahkan oleh Majelis Umum PBB.

Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2013, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus

sebagai pengamat

non-member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB).

4. Struktur Organisasi dan Tugas Badan-Badan PBB

Sistem PBB berdasarkan lima organ utama (sebelumnya enam - Dewan Perwalian dihentikan operasinya pada tahun 1994, setelah kemerdekaan Palau, satu-satunya wilayah perwalian PBB yang tersisa; Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial (ECOSOC), Sekretariat, dan Mahkamah Internasional. Lima dari enam organ utama Perserikatan Bangsa-Bangsa terletak wilayah internasional di kota


(46)

di Jenewa, Wina, dan Nairobi. Lembaga PBB lainnya tersebar di seluruh dunia.

Enam bahasa resmi PBB, yang digunakan dalam pertemuan antar pemerintah dan pembuatan dokumen-dokumen, adalah dua menggunakan tiga bahasa kerja, bahasa Inggris, Perancis dan Spanyol. Empat dari bahasa resmi adalah bahasa nasional dari anggota tetap Dewan Keamanan (Britania Raya dan Amerika Serikat masing-masing menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi secara de facto), Spanyol dan Arab adalah bahasa dari dua blok terbesar bahasa resmi di luar dari anggota permanen (Spanyol merupakan bahasa resmi di 20 negara, sedangkan Arab di 26). Lima dari bahasa resmi dipilih ketika PBB didirikan; Arab ditambahkan kemudian pada tahun 1973. Editorial PBB Manual menyatakan bahwa standar untuk dokumen-dokumen bahasa Inggris adalah menggunaka tahun 1971 ketika representasi PBB dari China berubah dari

1) Majelis Umum (General Assembly)

Majelis Umum adalah majelis permusyawaratan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terdiri dari semua negara anggota PBB yang saat ini berjumlah 193 negara. Majelis bertemu setiap tahun di bawah pimpinan yang dipilih dari negara-negara anggota. Selama periode dua minggu awal setiap sesi, semua anggota memiliki kesempatan untuk berpidato di hadapan majelis. Biasanya Sekretaris Jenderal melakukan pidato pertama, diikuti oleh pimpinan dewan. Sidang pertama diadakan pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di London dan dihadiri oleh wakil dari 51 negara.


(47)

Ketika Majelis Umum mengadakan pemilihan pada masalah-masalah penting, minimal diperlukan dua pertiga suara dari seluruh anggota yang hadir. Contoh masalah penting ini termasuk: rekomendasi tentang perdamaian dan keamanan; pemilihan anggota untuk badan PBB; pemasukan, suspensi, dan pengusiran anggota; dan hal-hal anggaran. Sedang masalah-masalah lain yang ditentukan cukup oleh suara mayoritas. Setiap negara anggota memiliki satu suara. Selain hal-hal persetujuan anggaran, resolusi tidak mengikat pada anggota. Majelis dapat membuat rekomendasi mengenai setiap masalah dalam lingkup PBB, kecuali masalah perdamaian dan keamanan yang berada di bawah pertimbangan Dewan Keamanan.

Dapat dibayangkan, dengan struktur satu negara memiliki satu suara maka dapat terjadi negara-negara yang mewakili dari hanya delapan persen populasi mampu meloloskan resolusi dengan suara dua-pertiga. Namun, karena resolusi ini tidak lebih dari sekedar rekomendasi, sulit dibayangkan situasi dimana ketika rekomendasi dari delapan persen populasi dunia akan diikuti oleh sembilan puluh dua persen lainnya, jika mereka semua menolak resolusi tersebut.

1. Keanggotaan

Semua negara anggota PBB adalah anggota Majelis Umum. Sidang Majelis umum terdiri dari seluruh anggota dan setiap anggota memiliki satu suara. Majelis Umum bersidang sekali setahun. Sidang luar biasa dilakukan apabila diminta oleh Dewan Keamanan atau sebagian besar anggota.

2. Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang Majelis Umum sebagai berikut.

a) Membicarakan persoalan-persoalan yang tercantum dalam PBB.

b) Membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan perdamaian dan

keamanan dunia.

c) Memilih anggota-anggota Dewan Ekonomi Sosial, menerima anggota


(48)

d) Menetapkan anggaran belanja PBB.

e) Memiliki wewenang mengadakan perubahan terhadap pasal-pasal piagam

PBB.

2) Dewan Keamanan (Security Council) 1. Keanggotaan

Dewan Keamanan mempunyai anggota 15 negara.

a. Lima negara anggota tetap (the Big Five) yakni Inggris, Perancis, RRC, Amerika Serikat, dan Uni Sovyet (Rusia). Kelima negara itu mempunyai hak veto yaitu hak untuk menolak atau membatalkan suatu keputusan dalam Dewan Keamanan. Hak veto tidak berlaku apabila masalah yang disidangkan DK menyangkut kepentingan negara anggota DK.

b. Sepuluh negara anggota tidak tetap (dipilih secara bergiliran untuk masa tugas dua tahun).

2. Tugas

Tugas dan wewenang DK sebagai berikut.

a) Menyelesaikan perselisihan internasional secara damai.

b) Mengadakan tindakan pencegahan atau paksaan dalam memelihara

perdamaian dan keamanan.

c) Memilih hakim-hakim Mahkamah Internasional.

d) Mengawasi wilayah-wilayah sengketa.

3) Sekretariat

Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang dipilih oleh Majelis Umum atas usul DK PBB untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat


(49)

pemimpin PBB. Gedung Sekretariat PBB bertempat di markas PBB di

Piagam menetapkan bahwa staf tidak akan meminta atau menerima instruksi dari otoritas lain selain PBB. Setiap negara anggota PBB diperintahkan untuk menghormati karakter internasional dari Sekretariat dan tidak berusaha untuk memengaruhi para stafnya. Sekretaris Jenderal sendiri bertanggung jawab untuk pemilihan staf.

Tugas utama Sekretaris Jenderal sebagai berikut.

1. Melaksanakan tugas-tugas administrasi PBB.

2. Menyusun laporan tahunan tentang kegiatan PBB yang harus disampaikan

kepada MU.

3. Menyiapkan, mengumumkan dan melaksanakan segala keperluan

badan-badan PBB.

4. Mengajukan kepada DK PBB mengenai situasi yang menurut pendapatnya

dapat membahayakan perdamaian internasional.

4) Mahkamah Internasional (International Court of Justice) 1) Keanggotaan

Keanggotaan Mahkamah Internasional adalah Badan Peradilan utama dari PBB. Mahkamah Internasional terdiri atas 15 hakim dari 15 negara. Anggota ini bertugas selama 9 tahun. Mahkamah Internasional ini berkedudukan di Den Haag.

2) Tugas

Tugas Mahkamah Internasional sebagai berikut.

1. Mengadili perselisihan-perselisihan atau persengketaan antarnegara-negara


(50)

2. Memberikan pendapat kepada Majelis Umum PBB tentang penyelesaian sengketa antarnegara-negara anggota PBB.

3. Mendesak DK PBB untuk mengambil tindakan terhadap pihak yang tidak

menghiraukan keputusan Mahkamah Internasional.

5) Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) 1) keanggotaan

ECOSOC memiliki 54 anggota, yang semuanya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Presiden dipilih untuk jangka waktu satu tahun dan dipilah di antara kekuatan kecil atau menengah yang berada di ECOSOC. ECOSOC bertemu sekali setahun pada bulan Juli untuk sesi empat minggu

2) tugas

Fungsi ECOSOC mencakup pengumpulan informasi, menasihati negara anggota, dan membuat rekomendasi. Selain itu, ECOSOC mempunyai posisi yang baik untuk memberikan koherensi kebijakan dan mengkoordinasikan fungsi tumpang tindih dari badan anak PBB dan dalam peran-peran inilah ECOSOC yang paling aktif.

4. Lembaga Khusus

Ada banyak organisasi dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada isu-isu tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah

Hal ini melalui badan-badan PBB yang melakukan sebagian besar pekerjaan kemanusiaan. Contohnya termasuk program vaksinasi massal (melalui


(51)

perlindungan masyarakat rentan dan pengungsi (misalnya, ole

Piagam PBB menyatakan bahwa setiap organ utama PBB dapat membangun berbagai badan khusus untuk memenuhi tugasnya.


(52)

BAB III

FUNGSI DAN PERAN DK PBB DALAM PEMELIHARAAN

PERDAMAIAN DI DUNIA

A. Gambaran Umum Mengenai Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar negara. Sedang badan PBB lainnya hanya dapat memberikan rekomendasi kepada para anggota, Dewan Keamanan mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan para anggota di bawah Piagam PBB pasal 25. Keputusan Dewan dikenal sebagai Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17 Januari 1946 di Church House, London dan keputusan yang mereka tetapkan disebut Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Dewan ini mempunyai lima anggota tetap. Mereka aslinya adalah kekuatan yang menjadi pemenang Perang Dunia II:

(1) Republik Cina

(2) Perancis

(3) Uni Soviet

(4) Inggris

(5) Amerika Serikat

Republik Cina dikeluarkan pada 1971 dan digantikan oleh Republik Rakyat Cina. Setelah Uni Soviet pecah pada 1991, Rusia masuk menggantikannya.


(53)

Dengan itu, anggota tetapnya kini adalah:

(1) Republik Rakyat Cina

(2) Perancis

(3) Rusia

(4) Inggris

(5) Amerika Serikat

Kelima anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh mempunyai senjata nuklir di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Sepuluh anggota tidak tetap Dewan Keamanan lainnya dipilih oleh Sidang Umum PBB untuk masa bakti 2 tahun yang dimulai 1 Januari, dengan lima dari mereka diganti setiap tahunnya. Anggota yang telah selesai masa keanggotaannya tidak dapat segera dipilih kembali.

Anggota dewan keamanan tidak tetap yang dipilih untuk saat ini adalah:

Periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2014

Negara Blok Regional Duta Besar

Argentina Amerika Selatan dan

Karibia María Perceval

Australia Eropa Barat dan Lainnya Gary Quinlan

Rwanda Afrika Eugène-Richard Gasana

Luksemburg Eropa Barat dan Lainnya Sylvie Lucas

Korea Selatan Asia Kim Sook

Sumber: Current Members - Permanent and Non-Permanent Members of Security Council, http://www.un.org/en/sc/members/ , diakses tanggal 24 Juli 2013.


(54)

Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013

Negara Blok Regional Duta Besar

Azerbaijan Eropa Timur Agshin Mehdiyev

Guatemala Amerika Latin dan

Karibia Gert Rosenthal

Maroko Afrika (Arab) Mohammed Loulichki

Pakistan Asia Abdullah Hussain Haroon

Togo Afrika Kodjo Menan

Sumber: Current Members - Permanent and Non-Permanent Members of Security Council, http://www.un.org/en/sc/members/ , diakses tanggal 24 Juli 2013.

Dewan Keamanan PBB dipimpin oleh seorang Presiden. Peran seorang Presiden Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mencakup penerapan agenda, memimpin pertemuan-pertemuannya dan mengawasi situasi krisis. Seorang Presiden berhak untuk mengeluarkan pernyataan presidensil (atas hasil

konsensus antar anggota) dan catatan-catatan23

23

http://www.un.org/Docs/sc/notes/PresidentialNotesEng.htm dan http://www.un.org/Docs/sc/unsc_pres_statements08.htm

yang digunakan untuk membuat pernyataan keinginan dimana selanjutnya dilaksanakan oleh Dewan Keamanan. Posisi presidensil berganti setiap bulannya antara anggota Dewan Keamanan berdasarkan urutan alfabet nama (dalam bahasa Inggris).

Diantara negara-negara yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, anggota-anggota tetap DK PBB memiliki hak istimewa khusus yang disebut dengan hak veto.

Hak veto merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh 5 negara besar


(1)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Upaya reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB terus disuarakan oleh banyak negara dan telah menjadi agenda utama dalam sidang-sidang Majelis Umum PBB dalam rangka melakukan reformasi terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sampai saat ini sudah banyak usulan atau proposal reformasi yang diajukan kehadapan Majelis Umum PBB untuk ditimbang dan disetujui diantaranya: The “Overarching Process” Proposal yang dikembangkan oleh Cyprus, Kofi Annan High-level Panel on Threats, Challenges and Change yang menghasilkan dua buah model proposal, “Uniting for Consensus” Amendment yang didukung oleh Argentina, Italia, Kanada, Kolombia, China dan Pakistan, Proposal dari kelompok G-4 yaitu Jepang, Jerman, India dan Brazil, The S5 (small five) Proposal yang diajukan oleh Kosta Rika, Yordania, Liechtenstein, Singapura dan Swiss, serta The African Union Resolution yang dirancang oleh Ghana, Nigeria, Senegal dan Afrika Selatan.

Dengan demikian, ide-ide maupun gagasan-gagasan dalam rangka melakukan upaya reformasi DK PBB telah banyak diajukan kehadapan Majelis Umum PBB. Tapi sayang reformasi terhadap Dewan Keamanan masih belum berhasil dikarenakan kendala-kendala yang sangat menghambat proses reformasi salah satu organ PBB tersebut.

2. Upaya reformasi Dewan Keamanan PBB memiliki banyak kendala tetapi kendala yang paling utama/pokok yang sangat menghambat upaya reformasi tersebut adalah adanya sifat arogan, egois dan kemauan keras dari negara-negara anggota tetap DK PBB yang menjadi pemegang hak


(2)

mereka. Hal ini juga ditambah dengan Piagam PBB yang menguntungkan negara-negara pemegang hak veto sehingga mempersempit celah untuk melakukan upaya reformasi terhadap badan tersebut. Seandainya saja negara-negara pemegang hak veto tersebut mendukung dengan sepenuh hati upaya reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB, maka proses reformasi tidak akan serumit seperti yang terjadi sekarang ini.

3. Piagam PBB telah memuat ketentuan hukum mengenai upaya reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB. Hal ini jelas diatur dalam Bab XVIII Pasal 108 dan Pasal 109 Piagam PBB. Kemudian pasal 10 dan 110 Piagam PBB. Walaupun pada akhirnya ketentuan dari Piagam PBB ini (termasuk pasal 27) malah menjadi salah satu penghambat dari upaya reformasi Dewan Keamanan itu sendiri.

Tampaknya para perancang Piagam PBB ini jauh-jauh hari sudah sangat menyadari akan munculnya tuntutan untuk mengamandemen Piagam PBB ini. Sehingga mereka sudah mengantisipasinya dengan memuat ketentuan-ketentuan hukum seperti dikemukakan diatas.

Sejauh ini amandemen Piagam PBB dalam rangka reformasi Dewan Keamanan PBB baru sekali dilakukan yaitu ketika disetujuinya penambahan jumlah anggota tidak tetap DK PBB.

B. Saran

1. Upaya reformasi Dewan Keamanan PBB harus dilakukan dengan dua cara yaitu secara yuridis dan secara politis. Bahkan cara-cara politis harus terus didorong dan ditingkatkan dengan politik menggalang kekompakan dari masyarakat internasional terutama dari negara-negara berkembang untuk membendung arogansi politik dari negara-negara pemegang hak veto. Jadi tidak hanya melakukan upaya yuridis mengingat kemungkinan keberhasilannya sangat kecil tetapi juga melakukan upaya-upaya politis seperti melakukan langkah-langkah diplomatik yang keras dan serius demi


(3)

tercapainya reformasi di Dewan Keamanan PBB. Bahkan bila perlu negara-negara anggota PBB yang pro reformasi terhadap DK PBB dapat mendirikan suatu lembaga internasional tandingan atas PBB yang piagamnya boleh hampir sama dengan Piagam PBB saat ini minus ketentuan-ketentuan yang bersifat kontroversial, diskriminatif dan tidak demokratis seperti aturan hak veto dan ketentuan peralihan Piagam PBB saat ini.

2. Penghapusan hak veto merupakan salah satu tujuan reformasi DK PBB yang utama dan yang diharapkan oleh mayoritas masyarakat internasional. Akan tetapi sebaiknya upaya reformasi harus dimulai dari penambahan jumlah anggota tetap Dewan Keamanan berdasarkan representasi kawasan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan resistensi yang berlebihan dari negara-negara pemegang hak veto. Lalu kemudian secara perlahan namun pasti mengarah kepada upaya penghapusan hak veto guna menciptakan tatanan negara-negara di dunia yang berdaulat, damai dan adil.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-buku

Barros, James, PBB Dulu Kini Dan Esok, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.

Mauna, Boer, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, Bandung, 2005.

Kusumaatmadja,Mochtar,Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Bandung, 1976.

Anwar, Chairul,Hukum Internasional, Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Djambatan, Jakarta, 1988.

Starke, J.G, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2008.

Sastroamidjojo, Ali, Pengantar Hukum Internasional, Batara, Jakarta, 1971.

D.W. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1991.

Prodjodikoro, Wirjono, Azas-azas Hukum Publik Internasional, PT. Pembimbing Masa, Jakarta 1967.

J.L Brierly, Hukum Bangsa-Bangsa, Bhratara, Jakarta, 1963.

Nasution, Dahlan, Politik Internasional: Konsep dan Teori, Erlangga, Jakarta, 1989.

Istanto, F. Sugeng, Hukum Internasional, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1984.


(5)

Tantowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung.

Wallace, Rebecca, Hukum Internasional, IKIP Semarang Press, Semarang, 1993.

Soeprapto, Hubungan Internasional, Sistem, Interaksi dan Perilaku, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995

B. Instrumen Hukum

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Statuta Mahkamah Internasional.

Konvensi Wina 1969.

C. Jurnal

Setyo Widagdo, The basis of Equal Sovereignty Principles and Veto Arrangement in the United Nations Security Council Decision Making.

Sahar Okhovat, The United Nations Security Council: Its Veto Power and Its Reform, CPACS Working Paper No. 15/1 Desember 2011, Universitas Sydney.

D. Internet

Indonesia dan Reformasi Dewan Keamanan PBB, http://kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=13&l=id, situs resmi kementerian luar negeri Republik Indonesia, diakses tanggal 15 Mei 2013.


(6)

Perserikatan Bangsa-Bangsa, http://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 10 April 2013.

Current Members, http://www.un.org/en/sc/members/, diakses tanggal 29 April 2013.

UN General Assembly 2012: Reforming Security Council Should Be Top Priority,

http://www.policymic.com/articles/15332/un-general-assembly-2012-reforming-security-council-should-be-top-priority, diakses tanggal 29 April 2013.

The Security Council, http://www.un.org/en/sc/, diakses tanggal 29 April 2013.

Security Council Reform,http://archive2.globalsolutions.org/issues/security_council_reform,

diakses tanggal 29 April 2013.

Reform of the United Nations Security Council, http://en.wikipedia.org/wiki/Reform_of_the_United_Nations_Security_Co uncil, diakses tanggal 29 April 2013.

Diplomatic Fallout: The Fading Dream of U.N. Security Council Reform, http://www.worldpoliticsreview.com/articles/12759/diplomatic-fallout-the-fading-dream-of-u-n-security-council-reform, diakses tanggal 29 April 2013.