Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harga saham yang terjadi di pasar bursa ditentukan oleh pelaku pasar dan juga oleh permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar modal (Jogiyanto, 2008). Yang artinya, iika lebih banyak orang yang ingin membeli saham dari orang-orang yang ingin menjual, maka harga bergerak naik.
Sebaliknya, jika banyak orang ingin menjual saham daripada membelinya, akan ada pasokan lebih besar daripada permintaan yang menyebabkan harga akan turun.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997–1998 membuat perekonomian nasional menjadi terpuruk. Pada tahun 1998, hampir seluruh investor asing meninggalkan pasar saham Indonesia. Indonesia dianggap tidak kompetitif untuk investasi jangka panjang yang membuat bursa Indonesia mencapai titik terendah dalam lima tahun bursa beroperasi. Krisis keuangan global yang terjadi pada Oktober 2008 juga memberikan dampak signifikan terhadap bursa saham Indonesia dimana bursa saham mengalami penurunan indeks yang signifikan hingga melebihi 11% yang memaksa Otoritas Bursa untuk menghentikan perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih terpuruknya bursa akibat sentimen negatif.
Salah satu penyebab mengapa pasar saham di Indonesia masih sangat sensitif dengan gejolak perekonomian global adalah lemahnya penerapan praktik
Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan di Indonesia, seperti
lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris, dan terabaikannya hak minoritas (Kusumawati dan Riyanto, 2005). Sejak saat itu, pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik Corporate Governance.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company, yang melibatkan investor di Asia, Eropa, dan Amerika terhadap lima negara di Asia.
Ditemukan bahwa, Indonesia menduduki posisi paling terakhir dalam pelaksanaan
good corporate governance . Survei lain yang dilakukan oleh Political and
Economic Risk Consultancy (PERC) menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Berdasarkan survey PERC, Indonesia menempati posisi tiga terbawah negara Asia dalam menerapkan corporate governance di Asia. Pengelolaan perusahaan di Indonesia lebih buruk dari negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang menarik perhatian para ekonom dan pelaku bisnis di Indonesia sejak terjadinya krisis keuangan yang melanda Asia tahun 1997–1998 (Arifin, 2005). Jatuhnya perusahaan besar sepertin Enron dan Worldcom pada tahun 2002 serta adanya isu krisis subprime mortgage di Amerika Serikat tahun 2008 menyiratkan betapa pentingnya penerapan good corporate governance saat ini (Purwaningtyas, 2011).
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi.
Bagi perusahaan yang go public, penerapan prinsip-prinsip dasargood
corporate governance dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang
berdampak pada harga saham perusahaan sekaligus menjadikan perusahaan berumur panjang dan bisa dipercaya.
Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tanggal
1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance terdapat lima prinsip GCG. Prinsip pertama adalah transparansi (transparency), dimana adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan releven mengenai perusahaan. Prinsip kedua mengenai kemandirian (independency), adalah suatu keadaaan dimana perusahaan di kelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ketiga adalah akuntabilitas, dimana adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip keempat pertanggungjawaban (responsibility) adalah prinsip dimana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dan prinsip kelima adalah kesetaraan (fairness) adalah prinsip dimana para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan dan pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat, dan yang lainnya).
Untuk mendorong implementasi prinsip-prinsip good corporate
governance ini, muncul suatu ide tentang “organ tambahan” dalam struktur
perseroan. Organ-organ tambahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerapan good corporate governance di dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia dan meningkatkan perlindungan bari para kreditor dan investor (Surya dan Yustiavananda, 2006). Organ-organ tambahan tersebut diantaranya adalah :
1. Komisaris independen;
2. Direktur independen/direktur tidak terafiliasi;
3. Komite audit; 4. Sekretaris perusahaan (corporate secretary).
Keberadaan 4 (empat) organ tambahan ini diharapkan dapat menjadikan pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik yang secara otomatis akan meningkatkan harga saham perusahaan di pasar saham.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial, independensi dewan komisaris dan komite audit terhadap harga saham. Karena, Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ramdiana dan Yadnyana (2012) memperoleh hasil bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009–2011. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Bangun dan Jeffry (2008) yang menunjukkan bahwa GCG yang dinilai menggunakan penilaian mandiri (self assessment) tidak berpengaruh pada harga saham perusahaan yang go public di sektor makanan dan minuman. Terjadi perbedaan kesimpulan antara penelitian yang dilakukan Bangun dan Jeffry (2008) dengan Ramdiana dan Yadnyana (2012).
Selain itu, isu tentang corporate governance mengenai struktur kepemilikan atau kontrol dari perusahaan menjadi salah satu hal yang menjadi alasan mengapa good corporate governance menjadi hal yang wajib untuk dibahas. Sebuah studi oleh La Porta, et al terhadap perusahaan publik yang terdaftar di bursa menunjukkan bahwa, di antara kebanyakan, kontrol oleh keluarga adalah hal yang paling umum di negara-negara dengan prosedur perlindungan pemegang saham sementara pengurusan oleh pihak yang lebih luas adalah lebih banyak di negara-negara dengan prosedur perlindungan pemegang saham yang baik.
Oleh sebab itu, penelitian ini penting dilakukan untuk lebih meyakinkan bahwa good corporate governance berpengaruh atau tidak terhadap harga saham dan juga untuk mengatasi konflik kepentingan yang terjadi didalam struktur kepemilikan perusahaan (ownership structures) yang terdiri dari dua tipe, yaitu stuktur kepemilikan yang tersebar (dispersed ownership) kepada outside investors (pada pemegang saham publik) dan struktur kepemilikan dengan pengendalian (control) pada segelintir pemegang saham saja (concentrated ownership) yang akhirnya mempengaruhi harga saham di pasar saham.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarah Latranita Ginting (2013) yang berjudul Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Harga Saham dengan Return On Equity (ROE) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur (Tahun 2008 – 2010).
Yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian Sarah Latranita Ginting adalah dalam penelitian ini menggunakan variabel Kepemilikan Manajerial sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel Kepemilikian Institusional. Selain itu juga, populasi penelitian dan waktu penelitian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya berbeda. Dimana, populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi dari tahun 2010 hingga 2013. Selanjutnya, Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Investment (ROI) sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan Return On Equity (ROE).
Laporan keuangan yang bermutu merupakan sarana dasar untuk mengungkapkan kondisi operasi bisnis dan keuangan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan merupakan sarana utama berupa informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak luar, dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan informasi penting bagi sebagian investor dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sumber analisis investasi sebelum membeli saham yang diminati.Dimana laporan keuangan merupakan salah satu dari sekian banyak informasi yang bisa digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga saham.Para investor yang membeli saham suatu perusahaan tertentu berarti investor membeli prospek perusahaan yang bersangkutan. Apabila prospek perusahaan meningkat maka harga sahamnya juga akan meningkat.
Penilaian prospek perusahaan ini bergantung pada kinerja perusahaan yang bersangkutan.Salah satu alat pengukur kinerja perusahaan adalah dengan menilai harga saham perusahaan. Dengan kata lain harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Selain itu, kinerja perusahaan juga dapat diukur baik buruknya dengan menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan- perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam laporan keuangan (Kuswandi, 2006).
Analisis rasio yang digunakan adalah rasio Return On Investment (ROI). Karena setiap investor yang menginvestasikan dananya ingin melihat seberapa lama dana investasinya akan kembali dan seberapa besar keuntungan yang bisa didapat dari menginvestasikan sejumlah besar dana pada sebuah perusahaan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentanse.
Penelitian ini ingin melihat apakah ROI (return on investment) dapat mempengaruhi antara kepemilikan manajerial, independensi dewan komisaris dan komite audit terhadap harga saham atau tidak.
Perusahaan yang akan dilihat dalam penelitian ini ialah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang merupakan bagian dari perusahaan manufaktur.
Perusahaan sektor industri barang konsumsi memiliki prospek yang cerah sebab jumlah penduduk Indonesia yang banyak menjadi pasar yang berpotensi besar bagi perusahaan apabila pasar ini dikelola dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga
Saham Dengan Return On Investment (ROI) Sebagai Variabel Moderating
Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI
tahun 2010-2013”.1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengindentifikasi permasalah sebagai berikut :
1. Apakah Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013 ?
2. Apakah Independensi Dewan Komisaris Berpengaruh Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013 ?
3. Apakah Komite Auidt Berpengaruh Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013 ?
4. Apakah Kepemilikian Manajerial, Independensi Dewan Komisaris dan Komite Audit secara bersama – sama berpengaruh terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013 ?
5. Apakah Return On Investment (ROI) sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris dan Komite Audit dengan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010
- 2013 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013.
2. Mengetahui pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013.
3. Mengetahui pengaruh Komite Audit terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013.
4. Mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi
Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2010 – 2013.
5. Menguji pengaruh Return On Investment (ROI) sebagai variabel moderating antara Kepemilikan Manajerial, Indenpendensi Dewan Komisaris, Komite Audit terhadap Harga Saham.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Memberi tambahan pengetahuan empiris tentang Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap Harga Saham di Indonesia dan juga sebagai pembanding antara teori yang diperoleh dari literatur dengan aplikasinya pada penelitian ini.
2. Bagi Investor Diharapkan dengan penelitian ini, dapat menjadi bahan pertimbangan investor yang hendak menanamkan modalnya di pasar modal dalam mengambil keputusan investasi.
3. Bagi Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini, dapat membantu perusahaan- perusahaan khususnya yang sudah go public dalam menerapkan
Good Corporate Governance (GCG) yang dalam hal ini
diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam hal peningkatan harga saham perusahaan tersebut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Menjadi tambahan referensi bagi peneliti lainnya dalam hal mengembangkan atau memperluas hal yang berhubungan dengan penelitian ini.