Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

1

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT

TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KUALITAS AUDIT

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI ( STUDI PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK 2010-2013)

OLEH

Kris Fiska Julita Lubis 120522062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

2

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

4.1 Sampel Penelitian………... 36

4.2 Descriptive Statistics……… 37

4.3 Uji Normalitas ……… 41

4.4 Kriteria Pengambilan Keputusan… 44 4.5 Uji Autokorelasi……….. 44

4.6 Uji Multikolinearitas……….. 47

4.7 Hasil Analisis Regresi………. 49

4.8 Hasil Analisis Regresi………. 51

4.9 Pemasukan dan Pengeluaran Variabel… 53 4.9 Pemasukan dan Pengeluaran Variabel… 53 4.11 Adjusted R2 ……… 54

4.12 Adjusted R2 ……… 55

4.13 Uji Simultan (F)……….. 56

4.14 Uji Simultan (F)……….. 57

4.15 Uji Signifikan Parsial (t)………. 58


(3)

3

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.3 Kerangka Konseptual………….. 21

4.1 Uji Normalitas……….. 42


(4)

4 DAFTAR ISI

Daftar isi ... i

Daftar Tabel………..ii

Daftar Gambar………iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ...6

1.3 TujuanPenelitiaan ………...6

1.4 Manfaat Penelitian………7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori...8

2.1.1Teori Keagenan (Agency Theory)...8

2.1.2 Biaya Agensi (Agency Cost)………...10

2.1.3 Manajemen Laba………... 11

2.1.4 Alasan Manajer Melakukan Manajemen Laba…….………12

2.1.5 Teknik dan Pola Manajemen laba……….13

2.1.6 Kualitas Auditor………..………..………15

2.1.7Kepemilikan Institusional………...16

2.1.8 Komite Audit……….………...16

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………..……...18

2.3 Kerangka Konseptual………..……….20


(5)

5 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ………...………..23

3.2 Jenis data dan Sumber Data……… 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………..…….23

3.4 Metode Pengumpulan Data………..…24

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian………….25

3.5.1 Variabel Independen (Bebas)……….…..25

3.5.2 variabel Dependen………..………...26

3.5.3 Kualitas Auditor Sebagai Variabel Moderating………..….27

3.5.4 Ukuran (Size) Perusahaan dan Laverage sebagai variabel Kontrol…..……….………27

3.6 Metode Analisis Data………...29

3.6.1 Statistik Deskriptif………....29

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik………..29

3.6.2.1 Uji Normalitas………...….30

3.6.2.2 Uji Autokorelasi……….31

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas………...32

3.62.4 Uji Multikolonearitas………..33

3.6.3 Model Regresi Linear Berganda………...33

3.6.4 Pengujian Hipotesis………..34

3.6.4.1 Uji Simultan ( F-Test)………34


(6)

6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian……….36

4.2 Hasil Analisis Data………...37

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif………..37

4.2.2 Uji Asumsi Klasik……….39

4.2.2.1 Uji Normalitas………40

4.2.2.2 Uji Autokorelasi……….43

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas………45

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas……….46

4.2.3 Analisis Regresi………48

4.2.4 Pengujian Hipotesis……….………..52

4.2.4.1 Uji Koefisien Determinan………..54

4.2.4.2 Uji Simultan (F)……….56

4.2.4.3 Uji Parsial (t)………..57

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Simultan (F)………..62

4.32 Pengaruh Parsial ………62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….67

5.2 Saran………69


(7)

7

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta Bapak R. Lubis, dan Ibu M. Br. Tampubolon dan keluarga besar penulis yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini, bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM. Ak selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(8)

8

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Dra. Mutia Ismail, MM. Ak selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky MM, Ak, Ibu Mutia Ismail, Ak, MM, Ak dan Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing, Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman sepelayanan, teman kampus. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.

Medan, Februari 2015 Penulis

Kris Fiska Julita Lubis NIM. 120522062


(9)

9

Lembar Per nyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit Sebagai Moderating ( Pada Perusahaaan Manufaktur di BEI 2010 – 2013)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dai perusahaan atau lembaga dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan betika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 16 April 2015 Tanda Tangan

120522062


(10)

10

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI ( STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK 2010-2013)

Kris Fiska Julita Lubis

Prodi Akuntansi, Fakustas Ekonomi, Universitas Sumatra Utara

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh antara kepemilikan institusional, komite audit terhadap manajemen laba dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2010-2013. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 sejumlah 25 perusahaan. Sampel tersebut dipilih karena dianggap memenuhi kriteria tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel kepemilikan institusional, komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan bukan variabel moderating. Untuk variabel kontrol, peneliti menemukan bahwa ukuran perusahaan, laverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, kualitas audit, laverage, ukuran perusahaan.


(11)

11 ABSTRACT

The method used is associative. The data used are the financial statements of each company sample, which was published through the website www.idx.co.id. The sampling method used is the method Solvin and systematic random sample of 75 companies with a total sample period of 2013. The test data using statistical analysis of multiple linear regression analysis, MRA (Moderated Regression Analysis), F-test, t-test. F test is used to test the effect of simultaneous independent variables on the dependent variable. T-test was used to test the effect of partially independent variables on the dependent variable. And MRA is used to test whether a variable moderating able to moderate the relationship of independent variables with the dependent variable.

The results showed that the characteristics of the company with a proxy firm size, firm age, liquidity and leverage positive and significant impact. It can be seen from the value t count> t-table with significance 0.000 <0.05. In the moderating variables revealed no significant positive effect on relationships and independent commissioners and firm size, positive and significant effect on the relationship of independent commissioners and firm age, and no significant negative effect on the relationship of independent commissioners and liquidity on ROA, and a positive influence and significant in the relationships of independent commissioners and leverage on ROA.

Keyword: Comite Audit, Earning Management, Independent Commissioner,Quality Audit


(12)

10

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI ( STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK 2010-2013)

Kris Fiska Julita Lubis

Prodi Akuntansi, Fakustas Ekonomi, Universitas Sumatra Utara

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh antara kepemilikan institusional, komite audit terhadap manajemen laba dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2010-2013. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 sejumlah 25 perusahaan. Sampel tersebut dipilih karena dianggap memenuhi kriteria tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel kepemilikan institusional, komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan bukan variabel moderating. Untuk variabel kontrol, peneliti menemukan bahwa ukuran perusahaan, laverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: kepemilikan institusional, komite audit, manajemen laba, kualitas audit, laverage, ukuran perusahaan.


(13)

11 ABSTRACT

The method used is associative. The data used are the financial statements of each company sample, which was published through the website www.idx.co.id. The sampling method used is the method Solvin and systematic random sample of 75 companies with a total sample period of 2013. The test data using statistical analysis of multiple linear regression analysis, MRA (Moderated Regression Analysis), F-test, t-test. F test is used to test the effect of simultaneous independent variables on the dependent variable. T-test was used to test the effect of partially independent variables on the dependent variable. And MRA is used to test whether a variable moderating able to moderate the relationship of independent variables with the dependent variable.

The results showed that the characteristics of the company with a proxy firm size, firm age, liquidity and leverage positive and significant impact. It can be seen from the value t count> t-table with significance 0.000 <0.05. In the moderating variables revealed no significant positive effect on relationships and independent commissioners and firm size, positive and significant effect on the relationship of independent commissioners and firm age, and no significant negative effect on the relationship of independent commissioners and liquidity on ROA, and a positive influence and significant in the relationships of independent commissioners and leverage on ROA.

Keyword: Comite Audit, Earning Management, Independent Commissioner,Quality Audit


(14)

12 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama setahun buku bersangkutan. Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum dipublikasikan kepada publik.

Dalam menjalankan profesinya auditor dituntut untuk dapat bersikap independen dalam mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangannya. Hal ini telah diatur melalui keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK-06/2002 yang mengatur mengenai rotasi wajib bagi auditor dan kantor akuntan publik tidak diperbolehkan memberikan jasa nonaudit disamping jasa audit itu sendiri karena dapat mengganggu independensi auditor.

Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan yang disusun merupakan sumber informasi yang dijadikan sebagai acuan oleh stakeholder dan pihak-pihak terkait yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan


(15)

13

adalah mengenai laba perusahaan. Informasi terkait laba memiliki pengaruh yang besar baik bagi pihak internal maupun ekternal perusahaan, oleh karena itu seringkali informasi ini dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kehidupan keinginan pihak manajemen.

Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba (earning management). Sulistyanto (2008) mendefiniskan manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui antara lain Enron, Merck, WorldCom. Beberapa kasusu juga terjadi di Indonesia seperti PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Praktik manajemen laba pada perusahaan Enron Crop perusahaan terbesar ke tujuh di AS yang bergerak dibidang industri energi, para manajer memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk memperoleh kompensasi moneter yang besar. Praktik kecurangan yang dilakukan antara lain yaitu Divisi Pelayanan Energi, Para eksekutif melebih-lebihkan nilai kontrak yang dihasilkan dari estimasi internal. Pada proyek perdagangan luar negerinya misal di India dan Brasil, para eksekutif membukukan laba yang mencurigakan. Strategi yang salah, investasi yang buruk dan pengendalian keuangan yang lemah menimbulkan ketimpangan neraca yang sangat besar dan harga saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya ribuan orang kehilangan pekerjaan dan kerugiaan pasar miliyaran dollar pada nilai pasar. Kasus ini diperparah dengan


(16)

14

praktik akuntansi yang meragukan dan tidak independennya audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen terhadap Enron. Arthur Andersen yang sebelumnya merupakan salah satu “The Big Six”tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan Enron tetapi juga telah melakukan tindakan yang tidak etis dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Independensi sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya mantan pejabat dari senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam departemen akuntansi Enron Corp. Baik Enron maupun Andersen, dua raksasa industri dibidangnya, sama-sama kolaps dan menorehkan sejarah kelam dalam praktik akuntansi (Boediono,2005).

Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat membatasi penerapan mekanisme good corporate governance. Good corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba. Mekanisme good corporate governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan komisaris independen yang diyakini dapat membatasi perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba.

Manajemen laba merupakan salah satu topik penelitian yang sangat menarik perhatian peneliti. Berbagai hasil penelitian terdahulu membuktikan manager menggunakan kebijakan pengelolaan akrual untuk berbagai alasan. Healy (1985) menemukan bahwa manager menggunakan akrual diskresioner ini untuk meningkatkan kompensasi yang ingin mereka terima. Manager juga menggunakan


(17)

15

manajemen laba ini untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara menurunkan pajak (Healy, 1996).

Salah satu faktor adalah kualitas auditor dalam melakukan pengauditan atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.Pengauditan merupakan sarana bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) untuk memverifikasi kualitas laporan keuangan yang dibuat managemen. Laporan keuangan auditan tersebut dapat dipercaya kualitasnya apabila audit atas laporan keuangan tersebut dilakukan oleh auditor yang berkualitas tinggi.

Auditor yang berkualitas tinggi diyakini mempunyai kemampuan mencegah praktik perekayasaan laba yang mungkin dilakukan manajemen. Auditor yang berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien, sehingga manajer akan cenderung melakukan pembatasan terhadap besarnya akrual diskresioner.

Penelitian yang menguji faktor kualitas auditor dengan manajemen laba telah cukup banyak dilakukan. Sanjaya (2008) yang meneliti tentang auditor ekternal, komite audit, dan manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan auditor yang berkualitas dan bereputasi yang ditunjukan oleh kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan big four mampu mencegah dan mengurangi manajemen laba. Akan tetapi studi ini gagal membukukan keberadaan komite audit sebagai salah satu lembaga dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk mengurangi dan mencegah manajemen laba.


(18)

16

Sebuah penelitian yang dilakukan Luhgiatno (2008) yang meneliti analisis pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KAP Big Four dan KAP spesialis industri membuktikan tidak mampu membatasi praktik manajemen laba bagi perusahaan yang diauditnya pada saat perusahaan melakukan IPO manufaktur. Penelitian Ningsapiti (2010) tentang pengaruh ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini berkonsentrasi kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan kualitas audit dengan proksi auditor spesialis industri yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian tentang pengaruh kualitas auditor terhadap manajemen laba pernah dilakukan di Indonesia. Indriani (2010) meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional, semakin rendah manajemen laba perusahaan tersebut. Variabel proporsi


(19)

17

dewan komisaris independen dan leverage tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan perbankan.

Pada penelitian ini variabel kualitas auditor ditempatkan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara komite audit, kepemilikan institusional, manajemen laba dan ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol dengan memperbahurui tahun penelitian. Penggunaan variabel kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi didasarkan pada peran auditor sebagai pihak yang memberikan pengesahaan dan bukan sebagai pihak penyaji laporan keuangan. Maka dalam penelitian ini mengambil judul“ Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2011-2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapatdirumuskan adalah :

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?

3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba?

4. Apakah laverage dan ukuran (size) perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?


(20)

18

5. Apakah kualitas audit memoderasi hubungan antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba?

6. Apakah kualitas audit memoderasi hubungan antara komite audit dengan manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh hubungan antara kepemilikan institusional,komite audit, terhadap manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2014).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis dan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi empiris terhadap dunia akademis mengenai pengaruh hubungan antara kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Kegunaan bagi Investor

Bagi Pengguna laporan keuangan dan calon investor hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai pengaruh kualitas auditor, proporsi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi


(21)

19

Komite Audit Independen terhadap manajemen laba, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi.

3. Bagi Manajemen

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada manajemen untuk menghindari manajemen laba yang dapat merugikan pribadi dan perusahaan di mata publik dan dapat menurunkankepercayaan publik terhadap perusahaan.


(22)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory)

Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri informasi. Teori keagenan adalah teori yang mendasari hubungan antara prinsipal dalam hal ini adalah pemilik atau pemegang saham dan manajemen sebagai agen. Pemilik perusahaan mendelegasikan beberapa kewenangan kepada manajer untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang harus dijalankan oleh manajer dan pemilik perusahaan. Manajer berkewajiban dan mempunyai hak untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan perusahaan serta mempunyai hak untuk menerima pengharagaan atas apa yang telah dilakukannya. Sementara itu pemilik perusahaan memiliki kewajiban untuk memberi penghargaan kepada pengelola perusahaan (Sulistyanto,2008)

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) konsep teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan, dari prinsipal kepada agen. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal dan ceo (chief executive officer) sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk


(23)

21

bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.Didalam teori keagenan diasumsikan bahwa tiap individu memiliki motivasinya masing-masing sehingga hal ini memungkinkan timbulnya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Pihak prinsipal termotivasi untuk meningkatkan profitabilitas demi kesejahteraan dirinya dan agen dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi dan bonus.Oleh karena itu, terjadi perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen bekerja tidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Karena masing-masing pihak baik prinsipal dan agen berkeinginan meningkatkan utilitasnya sendiri maka akan menimbulkan konflik dan memungkinkan pihak agen melakukan manipulasi atau kecurangan. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas CEO sehari-hari untuk memastikan CEO bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen.Teori agensi mengasumsikan bahwa prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kondisi perusahaan. Agen memiliki informasi kondisi perusahaan karena agen menjalankan kinerja perusahaan terkait dengan wewenang yang diberikan prinsipal. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen menimbulkan masalah keagenan atau agency problem. Salah satu hal yang menyebakan agency problem adalah asimetri informasi.


(24)

22

Ketidakseimbangan akan informasi inilah disebut asimetri informasi yang kemudian dimanfaatkan oleh agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen mendorong agen menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen (Widyaningdyah,2001).

2.1.2 Biaya Agensi (Agency Cost)

Konflik yang kemudian dapat memicu biaya agensi. Biaya menetapkan pertentangan kepentingan antara para manajer dan pemegang saham adalah bentuk khusus biaya yang disebut biaya keagenan (agency costs). Biaya ini ditetapkan sebagai jumlah dari (Sjahrial,2007):

1. Biaya pengawasan dari pemegang saham

2. Biaya melaksanakan rancangan pengendalian

Teori keagenan merupakan pengorbanan yang timbul dari hubungan keagenan apa pun, termasuk hubungan didalam kontrak kerja antara pemegang saham dan manajer perusahaan. Oleh sebab itu, dalam hubungan keagenan setiap pihak akan menanggung biaya keagenan, tidak hanya prinsipal tetapi juga agen. Bahwa prinsipal, pemegang saham dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa para agen (pihak manajemen) akan membuat keputusan yang optimal hanya jika insentif yang tepat diberikan dan jika para agen diawasi. Intesif dapat meliputi opsi saham, bonus, dan


(25)

23

pengambilan tambahan (“kenyamanan” seperti mobil perusahaan dan kantor yang mahal) dan seluruh hal ini harus secara langsung berhubungan dengan dekat keputusan pihak manajemen dengan kepentingan pemegang saham (Van Horne, James C dan wachowicz, JR,1997).

2.1.3 Manajemen Laba

Para peneliti mempunyai pandangan yang mengenai pengertian manajemen laba.Menurut Sulistyanto manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi akuntansi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto,2008).Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum. Healy dan Wahlen (1999) mengemukakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.Jiambalvo (1996) mencoba melihat manajemen laba dari sudut pandang efisiensi. Sudut pandang efisiensi menyatakan bahwa manajer melakukan pilihan atas


(26)

24

kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang aliran kas yang akan datang dan untuk meminimalkan biaya keagenan (agency cost) yang terjado karena konflik kepentingan anatara stakeholder dan manajer. Pada umumnya studi tentang manajemen laba sering mengacu pada sudut opurtunistis dibandingkan dengan sudut pandang efisiensi.

2.1.4 Alasan Manajer Melakukan Manajemen Laba

Menurut Sanjaya (2008), motivasi tersebut adalah:

1. Motivasi bonus

Bonus Motivasi bonus(plan hypothesis), manajer perusahaan cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajer melakukan manajemen laba untuk kepentingan bonusnya.

2. Motivasi utang

Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.


(27)

25 3. Motivasi politik

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan yang kecil. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

4. Motivasi pajak

Manajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Karena semakin tinggi labanya maka semakin besar pajak yang dikenakannya. Sehingga manajer melakukan manajemen laba untuk mengurangi pajak tersebut.

5. Motivasi pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

6. Motivasi pasar modal

Motivasi ini muncul karena informasi akuntansi digunakan secara luas oleh investor dan para analisis keuangan untuk menilai saham. Dengan begitu, kondisi ini menciptakan kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi earnings dengan cara mempengaruhi harga saham jangka pendek.


(28)

26 2.1.5 Kualitas Auditor

Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bond holder) dan pemegang saham (Jensen dan Mecckling, 1976). Tujuan dari audit atas laporan keuangan adalah untuk memastikan apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material sehingga tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Herusetya,2009).Kualitas audit (audit quality) didefinisikan sebagai probilitas gabungan dari kemampuan seorang auditor untuk menemukan suatu pelanggaran dalam laporan keuangan pelanggaran dalam pelaporan keuangan klien dalam melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo, 1981).

Nilai auditing timbul karena auditing menurunkan pelaporan yang salah atas informasi akuntansi. Hasil auditing ini dicerminkan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Perbedaan dalam kualitas audit menyebabkan adanya variasi dalam kredibilitas yang ditawarkan auditor. Adanya variasi tersebut akan menimbulkan adanya perbedaan dalam kualitas laba (earning quality) dari klien mereka. Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Sanjaya,2008).


(29)

27 2.1.6 Kepemilikan Institusional

Salah satu cara yang paling efesien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk mengindetifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda. Mekanisme (pengendalian) internal perusahaaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini komposisi dewan (World Bank,1999).

Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Kepemilikan institusional dapat diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan (Boediono,2005).

Kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Adanya pengawasan yang dilakukan investor institusional secaraoptimal terhadap kinerja manajer, maka manajer akan lebihberhati – hati dalam mengambil keputusan atau dengan kata lain pengawasanyang dilakukan


(30)

28

investor institusionalsehingga manajer dapat memfokuskan perhatiannya terhadap kinerjaperusahaan.

2.1.7 Komite Audit

Untuk membangun sistem pengawasan dan pengendalian yang efektif dalam suatu perusahaan ada dua pihak yang diperlukan, yaitu komite audit, dan komisaris independen. Komite audit merupakan pihak yang mempunyai tugas untuk membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan eksternal audit. Komite audit bertugas melakukan pengawasan untuk meningkatkan efektivitas dalam menciptakan keterbukaan dan pelaporan keuangan yang berkualitas, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pengawasan internal yang memadai. Untuk itu ada beberapa aspek penting pengawasan hang harus dilakukan komite audit untuk mewujudkan kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab.

Komite Audit mempunyai peran dan tanggung jawab, antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan terhadap proses penerapan governance

2. Memastikan bahwa manajer senior secara aktif mensosialisasikan budaya corporate governance.

3. Memonitor bahwa code of conduct telah dilaksanakan secara konsekuen, 4. Memahami semua pokok persoalan dan issues yang mungkin dapat


(31)

29

5. Mematau bahwa perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undang yang berlaku

6. Mewajibkan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil evaluasi pelaksanaan corporate governance dan temuan lainnya( sulistyanto,2008).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Penelitian Hasil

1 Sanjaya (2008) Dependen: manajemen laba Independent: Auditor eksternal komite auditr

Variabel tidak signifikan mempengaruhi

manajemen laba

2 Luhgiatno (2008)

Dependen: Manajemen laba Independent:Kualitas audit pada perusahaan IPO manufaktur

Kap Big Four dan KAP Spesialis tidak mampu membatasi manajemen laba bagi perusahaan yang diaudit pada perusahaan IPO Manufaktur

3 Ningsapiti Dependen: manajemen Laba kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan


(32)

30

(2010) Independent:ukuran perusahaan, kualitas auditdan good corporate governance

kualitas audit dengan proksi auditor spesialis

industri yang berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba. Sedangkan

komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap manajemen laba

4 Indriani (2010) Dependen: Manajemen Laba Independen: kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan

variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan

manjerial dan kepemilikan

institusional. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba Sanjaya (2008) yang meneliti tentang auditor ekternal, komite audit, dan manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan auditor yang berkualitas dan


(33)

31

bereputasi yang ditunjukan oleh kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan big four mampu mencegah dan mengurangi manajemen laba. Akan tetapi studi ini gagal membukukan keberadaan komite audit sebagai salah satu lembaga dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk mengurangi dan mencegah manajemen laba.

Sebuah penelitian yang dilakukan Luhgiatno (2008) yang meneliti analisis pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KAP Big Four dan KAP spesialis industri membuktikan tidak mampu membatasi praktik manajemen laba bagi perusahaan yang diauditnya pada saat perusahaan melakukan IPO manufaktur. Penelitian Ningsapiti (2010) tentang pengaruh ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini berkonsentrasi kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan kualitas audit dengan proksi auditor spesialis industri yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Indriani (2010) meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four


(34)

32

menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional, semakin rendah manajemen laba perusahaan tersebut. Variabel proporsi dewan komisaris independen dan leverage tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan perbankan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana teoriyang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah penelitiidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual, ditentukan bahwa variabelnya adalahkepemilikan institusional, komite audit sebagai variabel independen, dan laverage dan ukuran (size) perusahaan sebagai variabel kontrol dan manajemen laba sebagai variabel dependen. Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor perusahaan dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang.

Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena komite audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga manajemen laba tidak akan terjadi. Komite juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena komite audit yang berjalan dengan baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para investor sehingga meningkatkan


(35)

33

kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Ukuran (size) perusahaan adalah merupakan rasio log natural aktiva perushaaan dan leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai hutang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam hipotesis debt convenant

bahwa motivasi debt convenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi berarti memiliki proporsi hutang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya, akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba (Barus dan Sembiring, 2012).

Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.4 Pengembangan Hipotesis Kepemilikan Institusional Komite audit

Kualitas audit

Manajemen laba

Variabel Kontrol: Ukuran perusahan Leverage


(36)

34

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap manajemen laba, 2. Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba,

3. Ukuran (size) perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba, 4.Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba,

5.Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap manajemen laba dengan kualitas audit sebagai moderating

6. Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba dengan kualitas audit sebagai moderating

7.Kepemilikan institusional, komite audit dan leverage, ukuran (size) perusahaan berpengaruh secara simultan tehadap manajemen laba.


(37)

35

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data sekunder yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan website Bursa Efek Indonesia. Meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannnya.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013, yaitu sebanyak 140 perusahaan. Sampel adalah sebagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Adapaun perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun


(38)

2010-36

2013. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 perusahaan.

Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan sampel adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak keluar pada tahun 2010-2013.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian tahun 2010-2013

3. Perusahaan yang memberikan informasi yang meliputi total aktiva, total hutang pendapatan, piutang dagang,aktiva tetap, laba bersih dan aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan, KAP yang melakukan pengauditan tersedia

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi dokumentansi, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dalam periode pengamatan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yait


(39)

37 3.5.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan komite audit.

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi / perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Perhitungan dari kepemilikan institusional adalah :

Kepemilkan Institusional = ��ℎ������ �������� �������������

�������ℎ������ ������� × 100 % 2. Komite Audit

Suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit. Perhitungan dari komite audit adalah :

Komite Audit = ����� ℎ������� ������ ����� ����������

����� ℎ������ ℎ��������� × 100% 3.5.2 Variabel Dependen


(40)

38

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu teknik pengelolaan angka laba dimana angka-angka yang dilaporkan memiliki kekuatan yang serupa untuk membangun opini dilingkungan perusahaan. Karena laba bersih yang dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian paling banyak, maka angka ini pulalah yang paling mungkin dimanipulasi oleh para manajer. Persamaan model Jones Modifikasian adalah sebagai berikut:

TAC = Nit – CFOit……… (1) Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = β1 (1/ Ait-1) + β2 (Δ Revt/ Ait-1) + β3 (PPEt/ Ait-1) + e………..(2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDAit = β1 ( 1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1) + β3 ( PPEt/Ait-1) + e (3) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TAit/ Ait-1 – NDAit………...(4) Keterangan:

Dait = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t Tait = Total akrual perusahaan i pada periode ke t


(41)

39

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t

CFOit= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect= Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error

3.5.3 Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating

Kualitas auditor dalam penelitian ini didefinsikan sebagai persepsi parapemakai laporan keuangan auditan tentang KAP yang mengaudit laporan keuangantersebut. Kualitas auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1diberikan untuk auditor yang berkualitas tinggi (Big Four) dan nilai 0 diberikanuntuk auditor yang berkualitas rendah (Non Big Four).

3.5.4 Ukuran (Size) Perusahaan dan Laverage sebagai Variabel Pengontrol Variabel control adalah variabel lain yang ikut berpengaruh yang dibuat sama pada setiap media percobaan dan terkendali.Ukuran perusahaan diukur denganmenggunakan log natural total aktivaperusahaan. Variabel ini digunakan untuk meminimalkan varians antar sampel.Variabel leverage dihitung dengan membagi total hutang dengan total aktivaperusahaan.


(42)

40

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Parameter Skala

Pengukuran 1 Kepemilikan

Institusional (X1)

Persentase saham yang dimiliki oleh institusi /

perusahaan

X1= saham yg dimiliki

institusional total saham yg

beredar x100%

Rasio

2 Komite Audit (X2)

komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan

X3=jumlah anggota

komite audit independen Rasio x100% jumlah seluruh komisaris

3 Leverage (X3)

Rasio antara total kewajiban dengan total ekuitas

X3=

Total ekuitas

Total kewajiban Rasio

4 Size (X4) Rasio Log natural aktiva perusahaan

X4= Ln(Aktiva Perusahaan)

Rasio

5 Kualitas Audit (X5) Kualitas auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1diberikan untuk auditor yang berkualitas tinggi (Big Four) dan nilai 0 diberikanuntuk auditor yang berkualitas rendah (Non Big Four)

X5 = KAP Big Four (1) dan Non KAP Big Four (0)


(43)

41 6 Manajemen Laba

(Y)

suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi

Y = TAit / Ait-1 – NDAit

Rasio

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS, namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar dengan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model


(44)

42

estimasi telah memenuhi kriteria ekometrik, dalam arti tidak ada penyimpangan yang serius dari asumsi-asumsi yang telah dibuat. Uji asumsi klasik meliputi:

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Menurut Ghozali (2013), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis statistik.

a. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

b. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambialn keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov yaitu:

1. smirnov dapat dilihat dari nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05 maka distribusi data adalah tidak normal,

2. nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05 maka distribusi data adalah normal.


(45)

43 3.6.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini muncul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Erlina, 2008). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Cara yang umum digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson, terjadinya Autokorelasi jika nilai Durbin-Watson(DW) memiliki nilai lebih dari 5, atau Durbin-Watson (DW) > 5. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: a) Bila nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi

b) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

c) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif,


(46)

44

d) Bila nilai DW terletak di antara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi.

Menurut Ghozali (2013) acak atau tidaknya data didasarkan pada batasan sebagai berikut :

a) apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secar a acak.

b)apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara tidak acak.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan


(47)

45

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2013).

3.6.2.4 Uji Multikolonearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas / independen (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam regresi adalah melihat tolerance value dan varian inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai tolerance value > 0,10 dan nilai VIF < 10.

3.6.3 Model Regresi Linear Berganda

Model regresi linear berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:


(48)

46

Y = α +β1KI + β2 KuaAud + β3 KI*KuaAud + β4 Leverage +β5 Size + e Y = α +β1KO + β2 KuaAud+β3 KO*KuaAud +β4 Leverage +β5 Size + e Keterangan:

Y= Manajemen laba (variabel dependen) α= Konstanta

β1 β2 β3= Koefisien regresi variabel KI = Kepemilikan Institusional KuaAud = Kualitas Audit

KI*KuaAud = Interaksi antara kepemilikan institusional dengan kualitas audit KO*KuaAud = Interaksi antara komite audit dengan kualita audit

Size, laverage. e= distribance error

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara simultan (uji F) dan parsial (uji t).

3.6.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :


(49)

47

2. Jika Fhitung> Ftabelmaka H0 ditolak dan Ha diterima,

3. Jika tingkat signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, 4. Jika tingkat signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

(Ghozali,2013).

3.6.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut : 1. Jika t hitung<t tabelmaka H0 diterima atau Ha ditolak,

2. Jika t hitung>t tabelmaka H0 ditolak dan Ha diterima,

3. Jika tingkat signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, 4. Jika tingkat signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak


(50)

48 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMB) tahun 2010-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2010-2013. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, terdapat 25 perusahan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama periode 2010 sampai dengan 2013. Ringkasan prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada table 4.1

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak keluar pada tahun 2010-2013

140

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian tahun 2010-2013


(51)

49

3 Perusahaan yang memberikan informasi yang meliputi total aktiva, total hutang pendapatan, piutang dagang, aktiva tetap, laba bersih dan aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan, KAP yang melakukan pengauditan tersedia

25

Tahun pengamatan 4

Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian 100

4.2 Hasil Analasis Data

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut ini dijelaskan statistik data penelitian:

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ManjLaba 100 -.91 .40 -.0114 .19576

KI 100 34.01 99.14 75.2313 16.44824

KomAudit 100 34.01 99.00 74.9303 15.94591

Size 100 25.18 33.86 28.5495 1.70897

Laverage 100 .09 .90 .4492 .20861

Valid N (listwise)


(52)

50

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.2 maka dapat dijelaskan bahwa:

1. Variabel Manajemen Laba memiliki jumlah sampel sebanyak 100, nilai minimum -9.1, nilai maksimum 40, mean (nilai rata-rata) sebesar-0.0114 dan standart deviation atau simpangan baku sebesar 0.19576.

2. Variabel Kepemilikan institusional memiliki jumlah sampel sebanyak 100, nilai minimum 34.01, nilai maksimum 99.14, mean (nilai rata-rata) sebesar 75.2313 dan standart deviation atau simpangan baku sebesar 16.44824.

3. Variabel Komite Audit memiliki jumlah sampel sebanyak 100, nilai minimum 34.01, nilai maksimum 99.00, mean (nilai rata-rata) sebesar 74.9303 dan standart deviation atau simpangan baku sebesar 15.94591. 4. Variabel Laverage memiliki jumlah sampel sebanyak 100, nilai minimum

0.09, nilai maksimum 90, mean (nilai rata-rata) sebesar 0.4492 dan standart deviation atau simpangan baku 0.20861.

5. Variabel Size memiliki jumlah sampel sebanyak 100, nilai minimum 25.18, nilai maksimum 33.86, nilai mean (rata-rata) 28.5495, dan nilai standart deviation atau simpangan baku 1.70897.


(53)

51 4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode moderated regression analysis (MRA) atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear. Analisis regresi berganda berguna untuk menguji pengaruh dari vatriabel independen terhadap variabel dependen dalam suatu penelitian dan analisis regresi dengan variabel moderating, untuk menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Sebelum melakukan uji hipotesis penelitian ini terlebih dahulu peneliti akan melakukan uji asumsi klasik, hal tersebut berguna untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas, dan untuk melihta apakah penelitian tersebut terjadi multikolineritas, heterokedastisitas dan autokorelasi atau tidak. Uji asumsi klasik harus memenuhi:

a. Berdistribusi normal,

b. Non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna atau mendekati sempurna,

c. Non-autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi.

d. Non-heteroskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan kepengamatan yang lain adalah konstan atau sama.


(54)

52 4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residul memiliki distribusi normal. seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residul mengikuti distribusi normal. kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali,2013).

Menurut Ghozali (2013) memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkna uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:

a. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0.05, maka distribusi data adalah tidak normal,

b. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0.05, maka distribusi data adalah normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:


(55)

53 Tabel 4.3

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi

zed Residual

N 100

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation

.19403233

Most Extreme Differences

Absolute .058

Positive .040

Negative -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .579

Asymp. Sig. (2-tailed) .891

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil Uji normalitas tabel 4.3 maka hasil yang di dapatkan adalah data terdistribusi secara normal karena dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.579 dan signifikansinya pada 0.891. maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, karena 0.891>0.05 dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram, dan normal probability plot yang terdistribusi normal.


(56)

54 Gambar 4.1 Uji Normalitas


(57)

55

Data yang telah terdistribusi normal dapat kita ketahui dengan melihat histrogram dan grafik pada gambar 4.1, grafik histogram pada uji normalitas di atas dapat terlihat bahwa data terdistribusi mengikuti garis diagonal yang tidak melenceng (Skewness) ke kiri maupun ke kanan. Data yang telah terdistribusi normal juga bisa diketahui dengan melihat grafik plot.

Menurut Ghozali (2013) pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data telah terdistribusi normal. Pada gambar 4.2 dapat terlihat bahwa penyebaran data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, oleh sebab itu dapat diketahui bahwa data telah terdistribusi dengan normal.

4.2.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,2013). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu:


(58)

56

Tabel 4.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<d1 Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl<d<du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du<d<4-dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negative

Tidak ditolak Du<d<4-du

Hasil uji autokorelasi (Durbin Watson) terlihat seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .386a .149 .114 .18717 2.143

a. Predictors: (Constant), KI, KomIndependen,KomAudit,Size,Laverage b. Dependent Variable: ManjLaba

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa nilai DWadalah 2.143. selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 100 (n=100) dan variabel independen 2 (k=5). Maka dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai batas (dI) adalah 1.441 dan batas atas (du) sebesar


(59)

57

1.647. Oleh karena DW 2.143 lebih besar dari batas atas (du) 1.647 dan lebih kecil dari 4 – 1.647 = 2.353 (4-du), maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi positif atau negatif (du<d<4-du) atau (1.647<2.143<2.353) atau dengan kata lain tidak terdapat autokorelasi.

4.2.2.3Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2013). Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2013) adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(60)

58 Gambar 4.2 Uji Heteroskedisitas

Pada gambar 4.2 pada grafik Scatterplot diatas dapat terlihat bahwa titik (data) menyebar secara acak dan tidak terlihat pola tertentu, dan pada grafik scatterplot diatas juga dapat terlihat bahwa tidak tersebar diatas maupun dibawah sumbu y dan angka 0. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas di dalam penelitian ini, dan model regresi ini layak dipakai dalam penelitian.

4.2.2.4Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable l independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal.


(61)

59

Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesame variabel independen sama dengan nol (Ghozali,2013). Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.1 atau sama dengan VIF < 10 (Ghozali,2013). Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardi zed Coefficie

nts

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant) .057 .347 .165 .869

KI .003 .001 .031 .296 .768 .921 1.085 KuaAudit -.053 .054 -.128 -.985 .327 .616 1.623 KomAudit -.050 .001 -.003 -.033 .974 .948 1.055 Size -.001 .013 -.005 -.042 .967 .803 1.245

Laverage -.135 .120 -.144

-1.130

.261 .640 1.562


(62)

60

Berdasarkan data olahan spss diatas dapat diketahui bahwa data penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hal tersebut dapat diketahui bahwa data penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF di atas 10 ataupun tolerance dibawah 0.1. dari hasil uji multikolinearitas ini didapatkan bahwa nilai VIF untuk kepemilikan institusional adalah 1.085 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0.921 > 0.1. Nilai VIF untuk proporsi dewan komite audit adalah 1.055 <10 dan nilai tolerance sebesar 0.948, Nilai VIF untuk size adalah 1.245 <10 dan nilai tolerance sebesar 0.803 >0.1. Nilai VIF untuk leverage adalah1.562< 10 dan nilai tolerance sebesar 0.640> 0.1 Nilai VIF untuk kualitas audit adalah 1.623< 10 dan nilai tolerance 0.616> 0.1. Kesimpulan dari uji multikolinearitas ini adalah bahwa semua variabel independen dan variabel kontrol telah lolos dari uji multikolinearitas.

4.2.3. Analisis Regresi

Moderated regression analysis (MRA) atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen), yang terdaftar pada analisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba dan pengaruh interaksi anatara kepemilikan intitusional terhadap manjemen laba dengan kualitas audit sebagai moderating hasil berikut:


(63)

61 Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .066 .355 .185 .854

KI .003 .001 .027 .244 .807

KuaAudit -.053 .055 -.126 -.957 .341

KI_KuaAudit -.003 .025 -.013 -.116 .908

Size -.001 .013 -.007 -.064 .949

Laverage -.134 .120 -.143 -1.117 .267

a. DependentVariabel: Manajemen Laba

Berdasarkan data diatas, dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk manejemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013 adalah sebagai berikut:

Y = 0.066 + 0.003 X1 – 0.53 X2 – 0.003 X3 – 0.001 X4 – 0.134 X5+ € Keterangan :

1. Konstanta (α) sebesar 0.0066 menunjukkan bahwa variabel independen sama dengan nol ( kepemilikan institusional = 0, komite audit = O), variabel control sama dengan nol (leverage = 0, ukuran perusahaan (size) = 0 ) dan variabel moderating sama dengan nol ( kualitas audit = 0)

2. Koefisien regresi kepemilikan institusional (β1) sebesar 0.003 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari kepemilikan institusional sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 0.003


(64)

62

3. Koefisien regresi kualitas audit (β2) sebesar -0.53 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari kualitas audit sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikkan manajemen laba sebesar -0.53

4. Koefisien regresi interaksi antara kepemilikan institusional dengan kualitas audit (β3) sebesar -0.003 menujukkan bahwa setiap kenaikan interaksi antara kepemilikan institusional sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.003

5. Koefisien regresi laverage (β4) sebesar -0.001 menunjukkan bahwa setiap kenaikan laverage sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.001

6. Koefisien regresi ukuran perusahaan (size) sebear -0.134 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.134.

Analisis pengaruh komite audit terhadap manajemen laba dengan interaksi antara komite audit dengan kualitas audit sebagai berikut:


(65)

63 Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .047 .347 .136 .892

KomAudit -.001 .001 -.005 -.052 .958

KuaAudit -.050 .054 -.120 -.920 .360

KA_KUA -.014 .021 -.071 -.687 .494

Size .001 .013 .007 .063 .950

Laverage -.131 .119 -.139 -1.097 .276

a. Dependent Variable: ManjLaba

Berdasarkan data diatas, dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk manejemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013 adalah sebagai berikut:

Y = 0.047 - 0.001 X1 – 0.50 X2 – 0.014 X3 + 0.001 X4 – 0.131 X5 Keterangan :

1. Konstanta (α) sebesar 0.047 menunjukkan bahwa variabel independen sama dengan nol ( komite audit = O), variabel control sama dengan nol (leverage = 0, ukuran perusahaan (size) = 0 ) dan variabel moderating sama dengan nol ( kualitas audit = 0)

2. Koefisien regresi komite audit (β1) sebesar -0.001 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari kepemilikan institusional sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.001


(66)

64

3. Koefisien regresi kualitas audit (β2) sebesar -0.50 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari kualitas audit sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikkan manajemen laba sebesar -0.50

4. Koefisien regresi interaksi antara kepemilikan institusional dengan kualitas audit (β3) sebesar -0.014 menujukkan bahwa setiap kenaikan interaksi antara kepemilikan institusional sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.014

5. Koefisien regresi laverage (β4) sebesar 0.001 menunjukkan bahwa setiap kenaikan laverage sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 0.001

6. Koefisien regresi ukuran perusahaan (size) sebear -0.131 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0.131.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan maksud untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan variabel moderating.


(67)

65 Tabel 4.9

Pemasukan dan PengeluaranVariabel Variables Entered/Removeda Mode l Variables Entered Variables Removed Method 1 Laverage, KI_KUA, size, KI, KuaAuditb

. Enter

a. Dependent Variable: ManjLaba b. All requested variables entered.

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa:

1. Variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu kepemilikan institusional, variabel kontrol yaitu laverage, size, dan variabel moderating yaitu kualitas audit.

2. Variabel independen tidak yang dikeluarkan. Tabel 4.10

Pemasukan dan Pengeluaran Variabel Variables Entered/Removeda Mode l Variables Entered Variables Removed Method 1 Laverage, KA_KUA, KomAudit, size, KuaAuditb

. Enter

a. Dependent Variable: ManjLaba b. All requested variables entered.


(68)

66

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa:

1. Variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu komite audit, variabel kontrol yaitu laverage, size, dan variabel moderating yaitu kualitas audit.

2. Variabel independen tidak yang dikeluarkan.

4.2.4.1 Uji Koefisien Determinan

Uji koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-variabel independen, moderating, dan kontrol menjelaskan variabel dependen. Nilai yang digunakan untuk mengetahui hasil koefisien determinasi adalah nilai adjusted R2. “ Adjusted R2 dianggap lebih baik dari R2 karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model” (Ghozali,2013).

Tabel 4.11 Adjusted R2 Model Summaryb Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .133a .018 -.035 .19911

a. Predictors: (Constant), Laverage, KI_KuaAudit, size, KI, KuaAudit b. Dependent Variable: ManjLaba

Hasil uji koefisien determinasi diatas menunjukkan besarnya Adjusted R2 adalah -0.035. Dengan demikian besarnya pengaruh leverage, kepemilikan


(69)

67

institusional, interaksi antara kualitas audit dengan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan (size), dan kualitas audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013 adalah hanya sebesar -3.5%. Sedangkan sisanya sebesar 103.5% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.12 Model Summaryb Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .147a .022 -.030 .19872

a. Predictors: (Constant), Laverage, KO_KUA, KomAudit, size, KuaAudit

b. Dependent Variable: ManjLaba

Hasil uji koefisien determinasi diatas menunjukkan besarnya Adjusted R2 adalah -0.030. Dengan demikian besarnya pengaruh leverage, komite audit, interaksi antara kualitas audit dengan komite audit, ukuran perusahaan (size), dan kualitas audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013 adalah hanya sebesar -3.0%. Sedangkan sisanya sebesar 103% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(70)

68 4.2.4.2 Uji Signikansi Simultan (F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen, variabel moderating, dan variabel kontrol yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1. Jika Fhitung< F tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak

2. Jika Fhitung> F tabelmaka H0 diterima atau Ha diterima

3. Jika tingkat signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, 4. Jika tingkat signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

Berikut ini peneliti menampilkan hasil uji signifikan simultan (F) pada tabel 4.13 dan 4.14:

Tabel 4.13 Uji Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression .067 5 .013 .338 .888b

Residual 3.727 94 .040

Total 3.794 99

a. Dependent Variable: ManjLaba

b. Predictors: (Constant), Laverage, KI_KuaAudit, size, KI, KuaAudit

Berdasarkan uji signifikan simultan (F) tersebut, maka didapat nilai Fhitung

0.338 dan tingkat signifikansi 0.888 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0.05) adalah 2.31. Oleh karena itu , nilai Fhitung< Ftabel atau 0.338 < 2.31 pada


(71)

69

kepemilikan intitusional, interaksi antara kepemilikan institusional dan kualitas audit, laverage, ukuran perusahaan kualitas audit secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Tabel 4.14 Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression .082 5 .016 .414 .838b

Residual 3.712 94 .039

Total 3.794 99

a. Dependent Variable: ManjLaba

b. Predictors: (Constant), Laverage, KO_KUA, KomAudit, size, KuaAudit

Berdasarkan uji signifikan simultan (F) tersebut, maka didapat nilai Fhitung

0.414 dan tingkat signifikansi 0.838 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) adalah 2.31. Oleh karena itu , nilai Fhitung< Ftabel atau 0.414 < 2.31 pada

tingkat signifikansinya 0.838 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit, interaksi antara komite audit dan kualitas audit, laverage, ukuran perusahaan kualitas audit secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

4.2.4.3Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui


(72)

70

secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tiak terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: 1. Jika thitung< ttabel maka H0 diterima atau Ha ditolak

2. Jika thitung> ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

3. Jika tingkat signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima 4. Jika tingkat signifikansi >0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

Berikut ini penelitian menampilkan hasil uji signifikan parsial (t) pada tabel 4.15 dan 4.16 dibawah ini:

Tabel 4.15

Uji Signifikan Parsial (t) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficient

s

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .066 .355 .185 .854

KI .003 .001 .027 .244 .807

KuaAudit -.053 .055 -.126 -.957 .341

KI_KuaAu dit

-.003 .025 -.013 -.116 .908

Size -.001 .013 -.007 -.064 .949

Laverage -.134 .120 -.143 -1.117 .267


(73)

71 Tabel 4.16

Uji Signifikan Parsia (t) Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

B Std. Error

Beta

1

(Constant) .047 .347 .136 .892

KomAudit -.001 .001 -.005 -.052 .958

KuaAudit -.050 .054 -.120 -.920 .360

KO_KUA -.014 .021 -.071 -.687 .494

Size .001 .013 .007 .063 .950

Laverage -.131 .119 -.139 -1.097 .276

a. Dependent Variable: ManjLaba

Ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1.986. Dari hasil uji signifikan

parsial (t) diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen, variabel moderating dan variabel interaksi secara satu persatu (parsial), yaitu:

1. Nilai thitung untuk kepemilikan institusional (KI) adalah 0.244,dan nilai

koefisien 0.003 dengan tingkat signifikansi 0.807oleh karena itu, thitung<

ttabel (0.244 < 1.986) dan signifikansi t lebih besar dari 0.05 ( 0.807 >

0.05) hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dalam perusahaan manufaktur 2. Nilai thitung untuk kualitas audit (KuaAudit) adalah -0.957 dan nilai

koefisien -0.053 dengan tingkat signifikansi 0.341 oleh karena itu, thitung<


(1)

92

Pemasukan dan Pengeluaran Variabel Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1

Laverage, KA_KUA, KomAudit, size, KuaAuditb

. Enter

a. Dependent Variable: ManjLaba


(2)

93

Tabel 4.11 Adjusted R2 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .133a .018 -.035 .19911

a. Predictors: (Constant), Laverage, KI_KuaAudit, size, KI, KuaAudit

b. Dependent Variable: ManjLaba

Tabel 4.12 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .147a .022 -.030 .19872

a. Predictors: (Constant), Laverage, KO_KUA, KomAudit, size, KuaAudit


(3)

94 Tabel 4.13 Uji Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression .067 5 .013 .338 .888b

Residual 3.727 94 .040

Total 3.794 99

a. Dependent Variable: ManjLaba


(4)

95 Tabel 4.14 Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression .082 5 .016 .414 .838b

Residual 3.712 94 .039

Total 3.794 99

a. Dependent Variable: ManjLaba


(5)

96

Uji Signifikan Parsial (t) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .066 .355 .185 .854

KI .003 .001 .027 .244 .807

KuaAudit -.053 .055 -.126 -.957 .341

KI_KuaAud it

-.003 .025 -.013 -.116 .908

Size -.001 .013 -.007 -.064 .949

Laverage -.134 .120 -.143 -1.117 .267


(6)

97 Tabel 4.16

Uji Signifikan Parsia (t) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d

Coefficient s

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .047 .347 .136 .892

KomAudit -.001 .001 -.005 -.052 .958

KuaAudit -.050 .054 -.120 -.920 .360

KO_KUA -.014 .021 -.071 -.687 .494

Size .001 .013 .007 .063 .950

Laverage -.131 .119 -.139 -1.097 .276


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 79 86

Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 40 99

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

14 239 98

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek)

1 13 109

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 1 9

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 11