Analisis Vegetasi Tanaman Anggrek di Hutan Pendidikan USU Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Anggrek

  Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup sebagian besar epifit, ada pula yang teresterial. Anggrek memiliki rimpang, akar yang seperti umbi, tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya sering kali menebal membentuk umbi semu yang mempunyai akar yang mengandung klorofil (Tjitrosoepomo, 2004).

   

  Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu: 1)Anggrek Epifit adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon laintetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Akar yang dipakai untukmenempel adalah akarnya, sedangkan akar berfungsi untuk mencarimakanan adalah akar udara.

  2)Anggrek semi Epifit adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanamanlain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsiseperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.

  3)Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.

   

  Tumbuhan anggrek dibedakan menjadi dua, anggrek terestrial dan anggrek epifit.Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh di atas atau permukaan tanah, sedangkan anggrek epifit adalah anggrek yang hidup menempel pada batang-batang pohon, batu, tebing vertikal di pegunungan.Memiliki akar-akar fungsional berjurai di udara (Bandisch, 2002), dan akar yang menempel pada media (substratum) berfungsi sebagai penahan tanaman pada posisinya saja, seperti jangkar (Gunadi, 1979).Contoh :Agrostophyllum, Appendicula, Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrobium, Dendrochilum, Eria.

  a.Akar

  Pada umumnya akar anggrek epifit berbentuk silindris, berdaging, lunak, dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja yang berwarna hijau. Akar anggrek mempunyai lapisan yang bersifat berongga (Spongy). Dibawah lapisan tersebut terdapat lapisan lain yang mengandung klorofil. Pada saat akar tersebut menyentuh batang yang keras, maka akar tersebut mudah melekat. Akar-akar yang sudah tua akan menjadi coklat dan kering, kemudian fungsinya digantikan dengan akar-akar baru yang tumbuh (Gunadi, 1977).

  Akar anggrek epifit mempunyai dua jenis akar lekat dan akar gantung (akar udara). Akar lekat adalah akar yang menempel pada substrat yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan tanaman, sedangkan akar gantung adalah akar akar yang mengantung di udara yang berfungsi membantu pernavasan. Akar yang menempel pada batang umumnya berbentuk agak mendatar mengikuti bentuk permukaan batang, sedangkan rambut akarnya pendek-pendek. Akar ini mempunyai jaringan pilamen yang yang memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Pilamen juga berfungsi sebagai alat pernavasan (Hendrayono, 1998). Pilamen terdiri dari jaringan bunga karang dengan selubung luar berupa selaput berwarna putih dan keadaan biasa sel-selnya hanya berisi udara (Gunadi, 1977).

  b.Batang

  Bentuk batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, berdaging seluruhnya atau menebal dibagian tertentu saja, dengan tanpa umbi semu.

  Berdasarkan pola pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Pada umumnya anggrek tipe simpodial dengan pertumbuhan ujung batang yang terbatas, pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai ukuran yang maksimal (Latif, 1981).

  Gambar 1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial (Latif, 1981).

  c.Daun

  Bentuk daun anggrek epifit seperti tanaman monokotil lainnya, dimana tulang daunya sejajar, susunannya berseling dengan tepi daun rata dan berdaging.

  Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap daun dan berhadapan, warna daun nggrek hijau muda hingga hijau tua, kemungkinan dan ada pula yang bercak-bercak.Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan keindahan spesies anggrek terletak pada daun tersebut.Bentuk daun anggrek bervariasi (Latif, 1972 dalam Berliani 2008).

  Menurut Sumartono (1981), bentuk daun anggrek terdiri atas bermacam- macam bentuk berdaging dan kaku, dengan pertumbuhan tepi tidak bergerigi

  (rata) dengan ujung daun terbelah. Berdasarkan pertumbuhannya anggrek digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: 1). Evergreen yaitu daun tetap segar/ hijau dan tidak gugur secara serentak.

  Misalnya genus Cattleya dan Phalaenopsis. 2). Decidous (tipe gugur) yaitu semua helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat, misalnya genus Dendrobium.

  d.Bunga

  Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu daun kelopak (sepal), daun mahkota (petal), benang sari (stamen), putik (pisti) dan bakal buah (ovarium). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal

  dosrsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami

  modifikasi menjadi labellum (bibir). Warna labellum anggrek umumnya lebih cerah dari pada warna sepal dan petal. Pada labellum terdapat gumpalan- gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi (penyerbukan). Bagian-bagian bunga anggrek dapat dilihat pada gambar dibawah (Sumartono, 1981).

  Gambar 2. Bagian- bagian bunga Anggrek Keterangan : a. Bunga Cattleya, b. Tugu Bunga

   

  1. Kelopak Dorsal, 2. Mahkota (Corolla), 3. Kelopak Lateral

  4. Bibir (Labellum), 5. Tugu, 6. Kepala Sari,

  7. Rostellum, 8. Kepala Putik (Stigma) 9. Bakal Buah (Gunadi, 1985)

   

e.Buah

  Buah anggrek merupakan buah capsular yang terbelah enam, biji didalam buah sangat banyak. Biji-biji anggrek tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan) seperti biji tanaman lain. Cadangan makanan ini diperlukan dalam perkecambahannya. Selain itu dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekitarnya (Latif, 1960).

  Menurut sumartono (1981), buah anggrek mengandung ribuan sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklt.Pembiakan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat kecil dan mudah diterbangkan angin.Maka pembiakan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk untuk mendapatkan spesies baru.Biji diperoleh dari penyerbukan serbuk sari pada putik.Di hutan penyerbukan dapat dilakukan dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan pada kepala putik sehingga terjadi pembuahan.

   Taksonomi Anggrek

  Taksonomi tumbuhan anggrek menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae Ordo : Orchidales Family :Orchidaceae Genus :Terdiri atas 735 genera, seperti Dendrobium, Spathoglottis,

  Cymbidium, dll

  Spesies :Terdiri atas 25.000 jenis, seperti Spathoglottis plicata, Bulbophyllum lobii, Paphiopedilum tonsum, dll.

  Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam familia

  

Orchidaceae suatufamilyyang sangat besar dan bervariasi.Famili ini terdiri dari

  800 genus dan tidak kurang dari 25.000spesies.Familyorchidae ini merupakantanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasukIndonesia. Di Indonesia, anggrek banyak ditemukan di hutan, umumnya hutan Kalimantan yangmerupakan surga anggrek Indonesia (Sandra, 2001).

    Habitat Anggrek

   

  Anggrek dapat tumbuh diberbagai tempat yang memungkinkan untuk tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu, cadas, pasir, pohon, akar tumbuhan lain dan dalam hutan. Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia dari daerah tropis hingga kutub contohnya genus

  

Cypripedium, pada ketinggian nol mdpl hingga 4000 m lebih dipengunungan.

  Varietas paling luas dan jumlah terbanyak berada didaerah panas. Mayoritas anggrek memang merupakan tanaman bunga tropis dan sebagian besar adalah sub-tropis (Gunadi, 1985).

  Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang disebut anggrek epifit, ada yang hidup ditanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit, sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini merupakan kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).

  Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

    1.

  Anggrek epifityaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp.memerlukan cahaya +40%. Dendrobium sp50– 60%, Phalaenopsis sp + 30 % dan Oncidium sp 60 – 75 %.

  

2. Anggrek terestrial yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan

  cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp, Renanthera sp, Vanda spdan Arachnis sp.Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380°C, dan malam hari 18–210°C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.

  3. Anggrek litofit yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis. mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.

SyaratTumbuhAnggrek   a.Iklim

   

  Anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang berbeda-beda menurut jenis dan tipe habitatnya.Angin dan curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara 60-80% di siang hari dan 59-60% pada malam hari (Gunadi, 1986).

  Anggrek dapat tumbuh baik dengan keadaan iklim yang mendukung untuk pertumbuhannya. Yudi (2007) menyatakan bahwa iklim tersebut terbagi menajadi beberapa bagian yaitu: a.

  Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek b.

  Cahaya matahari sangat dibutuhkan sekali bagi anggrek. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada spesies anggrek. Ada yang memerlukan intensitas cahaya penuh, ada juga yang tidak penuh atau memerlukan naungan

  o c.

  C dan suhu maksimum Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 9

  o o

  adalah 30

  C. jika suhu udara pada malam berada dibawah 9

  C, maka daerah tersebut tidak di anjurkan utuk pertumbuhan anggrek. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan anggrek d.

  Kelembaban relative (RH) yang diperlukan berkisar antara 60-85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda.

  b.Ketinggian Tempat

  Menurut Gunadi (1985) suhu optimal bagi anggrek sesuai dengan ketinggian tempat tumbuhnya adalah sebagai berikut: a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) Anggrek ini biasanya menyukai sinar matahari dalam intensitas yang tinggi. Pada

  o

  siang hari temperatur berada di sekitar 27-30 C dan pada malam hari temperatur

  o

  berada di bawah 21 C.

  b. Anggrek sedang (ketinggian 650-1500 m dpl)

  o

  Anggrek ini memerlukan temperatur pada siang hari 21-26 C dan pada malam

  o

  hari 15-21 C.

  c. Anggrek dingin (ketinggian >1500 m dpl)

  o

  Anggrek dingin tumbuh baik pada temperatur siang antara 15-21 C dan pada

  o

  malam hari antara 9-15 C.

  Distribusi Anggrek

  Anggrek tersebar luas di atas daerah hutan hujan tropis basah seperti Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko, India, Srilanka, Indonesia, Thailand dan Malaysia (Lovelles, 1989). Beberapa jejis anggrek yang tumbuh di benua Asia adalah Dendrobium, Acczllis, Acineta, Maxillaria, Masdevallia dan

  

Zygopetalum sedangkan yang terdapat di benua Afrika yaitu Aernthes, Aerangis,

  

Angraecopsis, Ansellia, dan Cyrtorchis. Di benua Eropa yang tumbuh adalah

  yaitu Spiranthes, Anacamptis, Liparis, Aceras, Orchis dan Pseudoorchis sedangkan di benua Australia dan Selandia Baru yang tumbuh adalah adalah

  Glossodia, Pterostylis, Earina dan Corybas (Gunadi, 1986).

  Pada umunya genus yang paling banyak dijumpai adalah anggrek epift, sedangkan genus di daerah artik dan antartika (suhu dingin) hamper sebagian besar adalah anggrek tanah.Walapun anggrek dapat tumbuh pada daerah artik dan antrtika, tapi anggrek tersebut banyak ditemukan di daerah tropis (Comber, 2001).

      Manfaat Anggrek

  Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yaitu bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon- pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand (Kartikaningrum et al., 1998).

  Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan sebagai buga potong yang tahan lama tidak seperti bunga-bunga lain (Rahardi dan Wahyuni, 1993).

  Saat ini, anggrek bukan saja dipeliharakarena nilai estetika dan sosial budayanya, tapi sejalan dengan semakin fungsionalnya anggrek dalam kehidupan masyarakat, maka orang pun melihatnya sebagai komoditi yaitu menjadi lading garapan bagi kemungkinan ekonomi atau usaha industry (Gunadi, 1985).

   

  Kondisi Umum Hutan Pendidikan USU sebagai Tempat Penelitian Nota

  Berdasarkan   Kesepakatan  Kerjasama  (Memorandum  of 

  Understanding)   Nomor  522.4/3745  (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

dan   Nomor  2764/H.1.R/KPM/2011(Universitas Sumatera Utara) tentang

pelaksanaan pendidikan di TamanHutan Raya Bukit Barisan,yang   ditetapkan 

pada   tanggal  26  April  2011,  antara Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

  Utaradengan Universitas Sumatera Utara, telah ditetapkan hutan seluas 1.000 ha dalam kawasan TamanHutan Raya Bukit Barisan sebagai kawasan hutan pendidikan yang dinamakan Hutan Pendidikan USU. Hutan pendidikan ini merupakan laboratorium alam yang akan digunakan sebagai tempat praktik dan penelitian mahasiswa dan dosen, khususnya Program Studi Kehutanan USU, serta pengembangan ekowisata yang tidak memerlukan sarana dan prasarana bangunan fisik. Pengelolaan Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak Universitas Sumatera Utara, tetapi tetap dalam batasan-batasan yang tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat tindakan pengelolaan (Progran Studi Kehutanan USU, 2012).

  Berdasarkan penelitianSetiawan(2012), Hutan Pendidikan USU secara geografis terletak pada 3 13' LU 11' LU dan98 34'BT 32'BT, di jajaran −3 −98

  Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo.Batas-batas Hutan Pendidikan USU antara lain, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Bukum, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bukum dan Desa Tanjung Barus, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Barusdan Desa Barus Julu, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Barus Julu.

    Gambar 3. Peta Hutan Pendidikan USU sebagai tempat penelitian (Setiawan,2012)  

  Hutan Pendidikan USU sampaisaat ini belum banyak diketahui kekayaan sumberdaya alam hayati yang dimiliki hutan pendidikan ini.Perlu dilakukan berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan hutan pendidikan ini, untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama karena kawasan ini dikembangkan menjadi daerah tujuan ekowisata, pendidikan, dan penelitian(Setiawan, 2012).

  Sumatera adalah tempat yang sangat cocok untuk anggrek epifit, karena memiliki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Sumatera diperkirakan mempunyai + 1.118 spesies anggrek liar (Comber, 2001). Beberapa hasil penelitian tentang anggrek epifit di Sumatera antara lain Ruhana (2003), melaporkan bahwa di stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh, terdapat 25 jenis anggrek epifit, Yulinda (2004), melaporkan di hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat terdapat 9 jenis anggrek epifit, Widhiastuti et al., (2007), melaporkan di Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 38 jenis anggrek epifit, selanjutnya Marliya (2008), melaporkan di Taman Wisata Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 28 jenis anggrek epifit.

  Hutan Pendidikan USU sendiri baru diresmikan pada tanggal 25 Mei 2011(Setiawan, 2012),sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui kekayaan sumberdaya alam hayati yang dimiliki Hutan Pendidikan USU, khususnya keanekaragaman jenis tanaman anggrek. Perlu diadakan berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan hutan pendidikan ini untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama jika kawasan ini akan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata, pendidikan dan penelitian.