Kuliah 2b JasLink SUNGAI
Jasa Ekosistem Perairan Tawar
- Perairan Mengalir/Running Waters - Sungai - Saluran irigasi
• Perairan Menggenang/Standing Waters
- Danau - Bendungan - Rawa
Beda dengan Sungai Danau ? Ada 3 kondisi sungai yang berbeda dengan danau/kolam :
1. Arus di sungai sbg pengendali dan pembatas utama
2. Pertukaran tanah dan air lebih intensif sifat terbuka
3. Oksigen lebih seragam Kecepatan arus ditentukan oleh :
1. Kemiringan gradien dasar sungai
2. Halus kasarnya dasar sungai
3. Kedalaman sungai
4. Lebar sungai
Sungai adalah alur atau wadah air alami atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari
hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
Sungai merupakan sistem perairan terbuka dimana terjadi
interaksi antara fakror biotik dan abiotik, yaitu flora-fauna di
satu sisi hidraulika air dan sedimen disisi lain, serta seluruh
aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan sungai.
Sungai adalah alur atau wadah air alami atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari
hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
Sungai merupakan sistem perairan terbuka dimana terjadi
interaksi antara fakror biotik dan abiotik, yaitu flora-fauna di
satu sisi hidraulika air dan sedimen disisi lain, serta seluruh
aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan sungai.Pengertian Sungai
No Pulau Jumlah Wilayah Sungai Jumlah Sungai Utama Total Panjang Sungai Utama (km)
1 Sumatera 30 746 21.235,4
2 Jawa – Madura 15 612 14.820,5
3 Bali–Nusa Tenggara 7 1484 18.446,9
4 Kalimantan 14 514 16.460,2
5 Sulawesi 17 1251 17.126,8
6 Maluku 3 306 3.448,7
4 274 7.210,3 Jumlah 5187 98.748,8
Jumlah & Distribusi Sungai di Indonesia
7 Papua
Sungai berdasarkan debit aliran airnya, dibedakan atas:
1.Sungai permanen : Sungai yang debitnya stabil dan
tidak dipengaruhi oleh musim. Contoh Sungai Musi, Sungai
Batanghari, Sungai Indragiri, Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Kahayan dan Sungai Kapuas.2.Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya dipengaruhi oleh musim, meluap ketika musim hujan dan kering ketika musim kering. Contoh Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Progo, Sungai Code dan Sungai Brantas.
3.Sungai episodik atau intermitten; sungai yang aliran
airnya ada hanya di musim penghujan, contoh Sungai Kasada di Sumba.4. Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja
Sungai berdasarkan debit aliran airnya, dibedakan atas:
1.Sungai permanen : Sungai yang debitnya stabil dan
tidak dipengaruhi oleh musim. Contoh Sungai Musi, Sungai
Batanghari, Sungai Indragiri, Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Kahayan dan Sungai Kapuas.2.Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya dipengaruhi oleh musim, meluap ketika musim hujan dan kering ketika musim kering. Contoh Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Progo, Sungai Code dan Sungai Brantas.
3.Sungai episodik atau intermitten; sungai yang aliran airnya ada hanya di musim penghujan, contoh Sungai Kasada di Sumba.
4. Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja
Klasifikasi Sungai
Klasifikasi Sungai Klas
Debit (m3/dt) Sungai besar (large river) > 1000 m3/dt Sedang (river) 150 – 1000 m3/dt Kecil (stream) 5 – 150 m3/dt Anak sungai (small stream) < 5 m3/dt S. Citarum : 175 m3/dt (lebar 40 m, dlm 4 m)
Lotic Ecosystem Komponen Abiotik Perairan • Tipe aliran : dendritik, …., …..
- Gradien sungai
- Tipe dasar sungai
• Sifat aliran : permanen, musiman
- Lebar dan kedalaman
- Debit • Kualitas air
Ada dua zona utama pada aliran air (sungai) (Odum, 1988),
yaitu:
Ada dua zona utama pada aliran air (sungai) (Odum, 1988),
yaitu:Zonasi Sungai
•Zona air deras: daerah yang dangkal dimana kecepatan
arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih
dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya
padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus
atau organisme ferifitik yang dapat melekat atau berpegang
dengan kuat pada dasar yang padat, dan oleh ikan yang kuat
berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai di
daerah pergunungan.•Zona air tenang: bagian sungai yang dalam dimana
kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi
lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya
lunak, tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok
•Zona air deras: daerah yang dangkal dimana kecepatan
arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih
dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya
padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus
atau organisme ferifitik yang dapat melekat atau berpegang
dengan kuat pada dasar yang padat, dan oleh ikan yang kuat
berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai di
daerah pergunungan.•Zona air tenang: bagian sungai yang dalam dimana
kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi
lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya
lunak, tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok
Komunitas Biota Perairan
Plankton : alga, protozoa, rotifera
Neuston : serangga
Benthos : moluska, krustase
Nekton : ikan, amfibi, reptil, mammalia
Tumbuhan air : Hydrilla, Typha, Lemna,
Nelumbo, Anabaena, Eichornia Distribusi Fitoplankton/Alga
Klas Air Tawar Air Laut
CyanophytaXX XX
Chlorophyta
XX XX
Chrysophyta
X XX Pyrrophyta
X XX Euglenophyta
XX - Phaeophyta
- XX
Rhodophyta
- XX
Hubungan Saling Ketergantungan
Produser Primer
Omnivor Herbivor
Karnivor PenguraiPiramida Ekosistem Komunitas Biota Sungai
- Komunitas riam
- – di habitat riam
- Komunitas air tenang – di habitat berair tenang
- Habitat dasar :
- pasir dan sedimen halus – komunitas biota sedikit
- tanah liat – komunitas lebih banyak
- batu pipih atau kerikil – komunitas paling banyak/beragam :
- Benthos di habitat dasar
- epifauna – di habitat riam melimpah (crustacea dll)
- infauna – di habitat air tenang melimpah (bivalva, odonata dll)
Adaptasi Benthos
1. Bertaut permanen pada substrat, sprt batu, batang
pohon : alga filamen, diatom, lumut2. Berkait & alat pelekat : Diptera, Trichoptera
3. Tubuh bag bawah lekat : siput, cacing pita
4. Tubuh pipih
5. Tubuh streamline
6. Rheotaksis positif
7. Thigmotaksis positip
Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri
luapan air sungai, baik dalam periode waktu yang pendek maupun periode waktu
yang cukup panjang, yang merupakan daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem
akuatik dengan ekosistem daratan.Sebagai ekoton, daerah bantaran sungai memiliki peranan penting antara lain
adalah:
Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri
luapan air sungai, baik dalam periode waktu yang pendek maupun periode waktu
yang cukup panjang, yang merupakan daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem
akuatik dengan ekosistem daratan.Sebagai ekoton, daerah bantaran sungai memiliki peranan penting antara lain
adalah:
Peranan ekosistem bantaran
sungai- Menyediakan habitat yang unik bagi biota
- keanekaragaman hayati yang tinggi : � hutan aluvial � satwaliar (burung, mamalia, reptilia, ikan, dll
- Menyediakan habitat yang unik bagi biota
- keanekaragaman hayati yang tinggi : � hutan aluvial � satwaliar (burung, mamalia, reptilia, ikan, dll
- produktivitas biologi tinggi � hutan lahan basah � perikanan � burung
- produktivitas biologi tinggi � hutan lahan basah � perikanan � burung
- sumber penyebaran spesies ke tempat lain
- Mengatur “interpath dynamics”
- sumber penyebaran spesies ke tempat lain
- Mengatur “interpath dynamics”
- suplai bahan organik ke ekosistem akuatik (sungai)
- suplai bahan organik ke ekosistem akuatik (sungai)
- penyimpan hara untuk aliran permukaan lahan pertanian
- penyimpan hara untuk aliran permukaan lahan pertanian
- mempengaruhi pergerakan serta migrasi burung dan mamalia
- Indikator dari perubahan hydroklimat
- mempengaruhi pergerakan serta migrasi burung dan mamalia
- Indikator dari perubahan hydroklimat
- sensitif terhadap external control
- Mempunyai visual quality yang kuat
- sensitif terhadap external control
- Mempunyai visual quality yang kuat
- menciptakan warna, variasi dan citra yang berbeda
1. Terjadinya erosi tebing akibat terbukanya sempadan
maupun akibat dampak transportasi air yang tinggi
2. Pendangkalan akibat laju sedimentasi dari lahan DAS-DAS
kritis
8. Banjir di daerah hilir akibat menurunnya daya tamping air
sungai.
7. Fluktuasi tinggi muka air yang tinggi antara musim
kematau dan penghujan6. Ratio debit maksimum dan minimum yang tinggi
5. Degradasi dasar sungai akibat kegiatan penambangan
pasir dan batu
4. Penggunaan lahan sempadan untuk pertanian,
perdagangan dan pemukiman3. Penyempitan badan air untuk pemukiman penduduk
1. Terjadinya erosi tebing akibat terbukanya sempadan
maupun akibat dampak transportasi air yang tinggi
2. Pendangkalan akibat laju sedimentasi dari lahan DAS-DAS
kritis
8. Banjir di daerah hilir akibat menurunnya daya tamping air
sungai.
7. Fluktuasi tinggi muka air yang tinggi antara musim
kematau dan penghujan6. Ratio debit maksimum dan minimum yang tinggi
5. Degradasi dasar sungai akibat kegiatan penambangan
pasir dan batu
4. Penggunaan lahan sempadan untuk pertanian,
perdagangan dan pemukiman3. Penyempitan badan air untuk pemukiman penduduk
Permasalahan kerusakan perairan
sungaiNo Karakteri Parameter Indikator/ Satuan Kondisi stik
I Badan Air Hidrologi Rasio debit (Q maks/Qmin) Rendah (<25) sungai
Sedang (25-50) Tinggi (>50)
Rasio Muka Air Kedalaman (h maks/h min) Rendah (<25) Sungai
Sedang (25-50) Tinggi (>50)
Morfologi Palung sungai Ratio luas palung eksisting / luas 1 = baik (Perubahan palung awal 1/4 – 1/2 (rusak bentuk palung) sedang) <¼ (rusak berat)
Lebar sungai Lebar eksisting /lebar 1 = baik alamiahnya ¾ - 1 (sedang) <¾ (rusak)
Panjang sungai Panjang eksisting/panjang 1 = baik alamiah ¼ - 1 (sedang) <1/4 (rusak)
Pendangkalan Rasio pendangkalan Rendah (<5 %) sungai Sedang (5-10 %) Tinggi (>10 %)
Penurunan Muka air Rendah (<25%) muka air sungai Sedang (25 - 50%) pada musim Tinggi (>50%) kemarau
Perubahan Meandering Baik : tidak ada aliran perubahan Rusak : terjadi pelurusan
No Karakte Parameter Indikator/ Satuan Kondisi ristik
I Kualita Status mutu Indeks pencemaran Cemar ringan s air Cemar sedang Cemar berat
Keanek Keanekaraga Indeks keanekaragaman Baik (> 2) a man biota Sedang (1-2) ragama air
Rendah (>2) n hayati
Ikan lokal/ Jumlah ikan lokal/ Tetap
endemik endemik Berkurang Punah Ikan peruaya Keberadaan ikan Tetap ada( migratory peruaya Jarang dijumpai species) Punah Gulma air % luas penutupan gulma Rendah ( <5 %) Sedang (5-20 %) Tinggi (>20 %)
Sampah Persentase % luas sebaran sampah Tidak terdapat penutupan sampah (0 %) Sedang (1-5%) Tinggi (>5%)
II Ekosistem Sempadan Kondisi Sempadan % lebar Ada, lebar (99-
(Kepres 32/1990 sempadan 100% ) Sempadan
PP 26/2008 RTRW Ada, sempit (50-99%) Nasional) Hampir tidak ada (<50%)
Vegetasi % Tutupan Tinggi (> 90 %) Sedang (50-90 %) Rendah (< 50 %) Sampah Timbunan Tidak ada sampah sampah Sedikit sampah Timbunan sampah
Permukiman % Luas Tidak ada (0 %) lahan Sedikit (1-5%) terbangun Banyak (>5%) Stock pile batubara Volume Tidak ada (0 m3)
Sedikit (1-5 m3) Banyak (>5 m3)
III Ekosistem Daerah Tangkapan Air sesuai
Kondisi Vegetasi ( % tutupan Baik ( 0 %)
peruntukan/RTRWDAS/ DTA
hutan Sedang (<10 %) UU 26/2007 Penataan Rusak (>10 %) Ruang)
Kepadatan penduduk di Jumlah jiwa/ Jarang (<1000)
2
ISSUE NASIONAL PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR
ISSUE NASIONAL
- KAWASAN RESAPAN AIR
- SEMPADAN SUMBER AIR >mata air
- sungai
- danau/waduk
- dll<
- Perambahan hutan
- Illegal logging
- Kebakaran hutan dan lahan
- Alih fungsi lahan
- dll
KERUSAKAN LINGKUNGAN PENCEMARAN AIR
FLUKTUASI DEBIT TINGGI EROSI/
SEDIMENTASI DEBIT KECIL DEBIT BESAR
- INDUSTRI/HOTEL/ RESTORAN/RUMAH SAKIT
- RUMAH TANGGA
- PERTANIAN/PETERNAKAN
KRISIS AIR BANJIR
Permasalahan kualitas
Permasalahan kualitas
air air DAS CILIWUNG DAS CILIWUNG Limbah domestik Kurangnya resapan air
Limbah industri
Sampah sungai
- Limbah domestik
- Kurangnya resapan air
- Limbah industri
- Limbah domestik
- Kurangnya resapan air
- Limbah industri
- Limbah ternak
Erosi Fungsi Ruang/ Kawasan Limbah domestik
Limbah domestik
Limbah industri
Water Quality
SegmenKey Parameters BOD COD F.coli Total coli
I Kab. Bogor 2,0 - 12,4 5,7 – 33,0 490000-790000 24000-790000
II Kota Bogor 3,1 - 8,0 17,0 – 22,6 7900-490000 13000-140000
III Kab. Bogor 4,8 – 5,9 11,3 – 17,8 1700-3500 4600-4600
IV Kota Depok 3,2 – 9,7 15,1 – 27,2 4900-790000 70000-490000
V DKI Jakarta 3,6 – 23,6 19,7 – 89,32 70000-490000 33000-54 jt
Water Quality Modelling
Segmen BOD COD Fecal coli Total coli Total P Kelas Air I 2004 7,10 > 2000 > 10.000 1,14
IV 2006 15,23 > 2000 > 10.000
IV 2007 12,40 > 2000 > 10.000
IV II 2004 7,25 > 2000 > 10.000 1,14
IV 2006 12,69 > 2000 > 10.000
IV 2007 8,00 > 2000 > 10.000
IV III 2004 14,20 49,06 > 2000 > 10.000 1,22
IV 2006 7,62 > 2000 > 10.000
IV 2007 5,90 5,9 > 2000
IV IV 2004 16,70 44,90 > 2000 > 10.000 1,05
IV 2006 14,00 > 2000 > 10.000
IV 2007 11,1 > 2000 > 10.000
IV V 2004 28,00 65,85 > 2000 > 10.000 1,24
IV 2006 38,50 99,79 > 2000 > 10.000 > 1,00
IV
SUMBER PENCEMARAN AIR
Beban Pencemaran Beban (kg/jam) No Segmen Keterangan . BOD COD
1 Kab. Bogor 3.222 9.558 Telaga Warna - Katulampa
2 Kota Bogor 2.340 5.040 Katulampa – Kedunghalang
Kedunghalang - Jembatan3 Kab. Bogor 1.080 1.980 Panus
4 Kota Depok 4.680 7.740 Jembatan Panus - Kelapa Dua
5 Jakarta 22.320 49.140 Kelapa Dua - Ancol Total 33.642 73.458
SEGMENTASI SEGMENTASI Segmen 6 JAKARTA Segmen 5 JAKARTA KOTA DEPOK Segmen 4 KAB.BOGOR Segmen 3 KOTA BOGOR Segmen 2 Segmen 1 KAB.BOGOR
WATER CLASS CONDITIONS WATER CLASS CONDITIONS SAAT INI SAAT INI
II II
III
III
KELAS KELAS
III
III
KELAS KELAS
II II KELAS KELAS
I I
Segmen 5 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 KAB. BOGOR KAB. BOGOR KOTA BOGOR KOTA BOGOR KAB. BOGOR KAB. BOGOR KOTA DEPOK KOTA DEPOK DKI JAKARTA DKI JAKARTA
KELAS KELAS
I I
I I
I I KELAS KELAS
II II KELAS KELAS
20 TH
III
20 TH
KELAS KELAS
I I
I I KELAS KELAS
II II KELAS KELAS
II II KELAS KELAS
I I
Segmen 6
KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
I I
II II
KELAS KELAS
TIDAK
TIDAK
5 TH
MASUK
MASUK
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
IV IV KELAS
KELAS
IV IV KELAS
KELAS
IV IV KELAS
KELAS
IV IV
5 TH
10 TH
KELAS KELAS
I I
III
III
KELAS KELAS
III
III
II II KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
10 TH
IV IV KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
IV IV KELAS KELAS
KELAS KELAS
15 TH
15 TH
III
WATER CLASSIFICATION WATER CLASSIFICATION
Class Class
4
4 Class Class
3
3 Class Class
2
2 Class Class
1
1 (pertanaman) (perikanan air tawar, peternakan, pertanaman)
(rekreasi air, perikanan air tawar, peternakan, pertanaman)
(air baku air minum, rekreasi air, perikanan air tawar, peternakan, pertanaman)
KUALITAS AIR KUALITAS AIR SEMAKIN SEMAKIN BAIK BAIK PP No.82 Tahun 2001 PP No.82 Tahun 2001
ISU PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI DAS
- KAWASAN
RESAPAN AIR
- BANTARAN
- mata air
SUNGAI
- sungai
KERUSAKAN
- danau/waduk
- Perambahan hutan
LINGKUNGAN
- dll
- Illegal logging
- Kebakaran hutan dan lahan
- Alih fungsi lahan
EROSI/ FLUKTUASI
- Tambang Galian C dll SEDIMENTASI DEBIT TINGGI
DEBIT BESAR
DEBIT
- INDUSTRI
KECIL
- PERKOTAAN
- PERMUKIMAN
PENCEMARAN
- PERTANIAN/
AIR PETERNAKAN
- PERKEBUNAN
KRISIS AIR BANJIR
- PERIKANAN
- DLL
UPAYA PENGELOLAAN
1. Penetapan Kelas Air dan Baku mutu Air
2. Pemantauan kualitas air
3. Pemulihan kualitas air
4. Pengendalian kerusakan lingkungan sungai
Baku mutu air adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya di
dalam air
BAKU MUTU AIR, PP 82 TAHUN 2001 KELAS 1
(air baku air minum, rekreasi air, perikanan air tawar,
peternakan, pertanaman)
KELAS 2 (rekreasi air, perikanan air tawar, peternakan, pertanaman)
KELAS 3 (perikanan air tawar, peternakan, pertanaman)
KELAS 4 (pertanaman)
KUALITAS AIR SEMAKIN BAIK
Sumber: KLH Jakarta, 2006
Landasan Hukum Pengkajian Kelas Air (Sungai)
UUD 1945, UU No 7 Tahun 2004 , UU 32 Tahun 2009, UU No. 26 Tahun 2007UU 18/2004, PP 150/2000,
Analisis Land-Based
Fokus Kajian pp 04/2001
Activities di DAS
Kelas AirUU 41/1999, PP
Air (Pasal 9)
47/1999, Keppres Limbah
32/1990, (kota: PP PP 82/2001 63/2002, & PKA & PPA
Inmendagri 14/1988)
Hutan Lindung/
Pertanian, Kawasan
Muka air banjir
Perkebunan, Konservasi
Perkotaan, HTI dan Hutan
Permukiman
Muka air normal
Produksi dan Industri, dll
Sempadan sungai Alur sungai Sempadan sungai
UU 5/1990, UU 41/99,
PENGELOLAAN KUALITAS AIR (PKA) – PP 82 Tahun 2001
PEMERINTAH, PEMBINAAN & PENGAWASAN
GUBERNUR, BUPATI/
Pedoman Teknis
MENTERI WALIKOTA
1. Pengkajian utk
NEGARA LH
HHHHH Menetapkan Kelas Air
2. Penetapan BMA & Penambahan Parameter BMA
3. Mekanisme & Prosedur
RENCANA PEMANTAUAN
Pemantauan Kualitas Air
PENDAYAGUNAAN KUALITAS AIR
4. Penentuan Status Mutu PENGKAJIAN
AIR
Air Minimal 6
KELAS AIR
bulan sekali
AIR Setiap Orang
PENETAPAN
Pelestarian atau Penanggung Kualitas Air &
KELAS AIR
(Di atas & dibawah
Jawab Usaha Pengendalian Permukaan Tanah) dan atau
Pencemaran Air Kegiatan
BAKU MUTU AIR PENETAPAN
Penanggulangan
Mutu Air Kondisi
STATUS MUTU
Pencemaran &
Sasaran CEMAR
Pemulihan Kualitas air AIR Sumber: Peraturan Pemerintah No. 82
Kondisi
Pelestarian & Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kulaitas Air
Perbaikan Fungsi Lingk Sungai
Penetapan Kelas Air
TARGET
- Perpres • Perda
- TUJUAN
• SASARAN
TUJUAN, SASARAN DAN TARGET TUJUAN :
a. Sebagai dasar dalam melakukan PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
dan PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN sesuai mutu air sasaran (hulu s/d hilir)b. Memberikan ARAHAN PEMANFAATAN AIR sesuai peruntukan
SASARAN
Meningkatnya manfaat air untuk AIR BAKU AIR MINUM dan peruntukan
lainnya sesuai persyaratan mutu air.TARGET Peningkatan Kualitas Air (Mutu Air Sasaran) Manfaat Sesuai Peruntukan
TAHAPAN PENGKAJIAN PENETAPAN KELAS AIR
PENDEKATAN EKOSISTEM DAS DAN SEGMENTASI BADAN AIR
PENGHITUNGAN Permasalahan SEGMENTASI POTENSI AIR Lingkungan DAS BADAN AIR Batas Administratif
Wilayah ARAHAN PENDAYAGUNAAN
AIR (YAD) Penggunaan Air Kebutuhan Air Konsultasi Publik
PENGKAJIAN MUTU AIR
PEMANTAUAN
KLASIFIKASI
MUTU AIR SAAT INI
MUTU AIR PETA DASAR
PROGRAM PEMELIHARAAN DAN
1. Peta Topografi Skala 1 : 50 000 PEMULIHAN KUALITAS AIR
2. Peta DAS dan Jaringan Sungai
3. Peta Sumberdaya Air MUTU AIR
4. Peta Potensi Pencemaran Air
5. Peta Tata Guna Lahan Eksisting SASARAN
6. Peta Rencana Umum Tata Ruang
PENGENDALIAN KERUSAKAN
1. Daya tampung beban pencemaran
2. Inventarisasi & identifikasi sumber pencemar
3. Penetapan persyaratan pembuangan air
limbah ke sumber airSUMBER PENCEMAR
DAYA TAMPUNG TERLAMPAUI DAYA TAMPUNG TERPENUHI BEBAN PENCEMAR KECIL BEBAN PENCEMAR BESAR KUALITAS AIR TIDAK KUALITAS AIR SESUAI KELAS AIR
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR
KELAS AIR BEBAN PENCEMARAN
BEBAN PENCEMARAN TMDL
PENGUKURAN LAPANGAN PENGUMPULAN DATA
PENGUMPULAN DATA SUMBER Debit Air Sungai SEKUNDER KARAKTERISTIK DAN BEBAN PENCEMARAN AIR Kualitas Air SUNGAI, Debit Air Point Source Koefisien Penguraian Kualitas Air
Non Point Source (DAS) Zat Pencemaran Air Pemanfaatan Air PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA PERHITUNGAN DEBIT AIR
PENCEMARAN AIR Debit Minimal Periodik Beban Pencemaran Sungai PERHITUNGAN DAYA
PERHITUNGAN DAYA
TAMPUNG SUNGAITAMPUNG SUNGAI
Berdasar Ruas Sungai
Berdasar Ruas Sungai
Point Source
Point Source
Non Point Source (DAS)
Non Point Source (DAS)
REKOMENDASI REKOMENDASI PERSYARATAN
ALOKASI BEBAN PENCEMARAN ALOKASI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR
Segmen: Kecamatan Segmen: Kecamatan BAKU MUTU AIR Ruas: Sungai &Anak Sungai Ruas: Sungai &Anak Sungai Sektor: Limbah Penduduk, Sektor: Limbah Penduduk, Industri, dll Industri, dll Prioritas Pengendalian Prioritas Pengendalian Pencemaran Sungai Pencemaran Sungai