Manajemen Usaha Rumput Laut doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negera kepulauan yang terdiri dari lebih 13.600 pulau dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur
mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Salah satu komoditi sumberdaya laut
yang ekonomis adalah rumput laut. Dari ratusan jenis rumput laut yang tersebar di perairan
pantai Indonesia, terdapat 4 jenis bernilai ekonomis yaitu marga Gracilaria, Gelidium dan
Gelidiella sebagai penghasil agar, dan marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil
carrageenan.
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut.
Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar agar, karaginan dan algin.
Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi,dll (Yasita dan Intan, 2008). Pada
habitat aslinya, tanaman ini hidup di laut, menempel pada permukaan yang berpasir atau
berlumpur agar dapat hidup, seperti pada karang mati, kulit kerang, batu, mapun kayu.
Rumput laut berkembang biak dengan baik di kedalaan 10-15 meter di bawah permukaan
laut. Beberapa referensi mengatakan,tanaman ini hanya bisa hidup sampai kedalaman 30
meter di bawah permukaan laut.
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi
masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil
olahan rumput laut seperti agar-agar, carrageenan dan alginat merupakan senyawa yang
cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor rumput laut juga mengimpor
hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai saat
ini industri pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi
industri, sedangkan untuk carrageenan dan alganit belum diolah di dalam negeri.Guna
meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil
1
olahannya, pengolahan di dalam negeri perlu dikembangkan. Disini diuraikan beberapa
proses pengolahan rumput laut serta manfaat dari hasil-hasil olahannya (Istini et al,1985).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui manfaat dan nilai ekonomis rumput laut.
2. Mengetahui potensi dan prospek usaha rumput laut.
3. Mengenal cara manajemen usaha rumput laut.
4. Memenuhi syarat pengambilan nilai mata pelajaran Dasar-Dasar Manajemen.
1.3 Mengapa Butuh Manajemen?
Manajemen dibutuhkan dalam usaha rumput laut karena:
1. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi
yang dimiliki.
2. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan pemborosan.
3. Manajemen diperlukan untuk kemajuan dan pertumbuhan
4. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Komoditas Rumput Laut
Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di negeri
Jepang, Cina, Eropa, maupun Amerika. Di antaranya sebagai nori, kombu, pudding, atau
dalam bentuk hidnagn linnya seperti sop, saus, dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.
Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang cukup
tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang
terdapat di dalamnya.
2.2 Pentingnya Pengamatan Mulai dari:
~ Dari sisi produksi
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku
dan Nusa Tenggara Timur. Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai
penghasil rumput laut, tetapi masih kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal
ini disebabkan karena produksi rumput laut Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil
panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan secara intensif. Usaha budidaya
rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah seperti Bali, Sulawesi Tenggara
dan itupun masih terbatas pada jenis Eucheuma.
Potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per hektar per tahun. Jika luas
areal itu dimanfaatkan secara optimal, total produksi mencapai 17.774.400 ton per tahun.
Harga di pasar dunia saat ini sekitar Rp 4,5 juta per ton. Ini berarti, nilai pendapatan yang
diperoleh Rp 79,984 triliun.
Total produksi rumput laut basah rata-rata 223.000 ton atau setara dengan 30.000 ton
kering. Setiap 8 ton rumput laut basah bisa menghasilkan 1 ton rumput laut kering. Hingga
kini baru 20.572 perusahaan skala menengah yang berinvestasi di budidaya rumput laut
dengan total investasi Rp 5,143 triliun.
~ Dari sisi konsumsi
Olahan sederhana dari rumput laut yang telah berkembang di Indonesia berasal dari jenis
Eucheuma. Jenis ini dikonsumsi masyarakat dalam bentuk makanan, seperti dodol, permen
jelly, puding dan manisan rumput laut. Dari jenis Gracilaria adalah agar-agar kertas, agar-agar
3
batangan, agar-agar powder, sedangkan dari jenis Sargassum antara lain adalah minuman
Alginat. Biasanya produk olahan tersebut diproses secara skala rumah tangga, penampilan
produknya kurang menarik dan daya simpan kurang lama. Hanya sebagian kecil yang telah
diproses seraca modern dan dikemas dengan menarik dan telah dijajakan di pasar swalayan.
2.3 Prospek Rumput Laut dari Sisi Permintaan
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan.
Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Bahkan menurut Doty permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di-taksir dapat
mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia
(USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000
ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun. Kemudian Porse
menunjukkan bahwa dewasa ini permintaan dunia untuk Eucheuma adalah 50.000 ton per
tahun, sedangkan suplai hanya mencapai 44.000 ton per tahun, untuk memenuhi permintaan
dunia masih diperlukan 6.000 ton per tahun. Dari sejumlah suplai Eucheuma, Indonesia
hanya mensuplai 9 % - nya.
Permintaan (demand) akan rumput laut belakangan ini makin meningkat. Berdasarkan
hasil kajian Divisi Research and Development Departemen Studi Makro dan Mikro Bank
Ekspor Indonesia (BEI), perdagangan internasional rumput laut selama 2004 meningkat ratarata 6% (dari sisi permintaan). Sedangkan, dari sisi persediaan (supply) hanya 5%. Artinya,
dengan permintaan komoditas rumput laut yang lebih besar ketimbang produksinya, harga
rumput laut diperkirakan meningkat pada masa mendatang.
2.4 Permasalahan dalam Komoditas Rumput Laut
a. Usaha budidaya tidak didukung dengan pemasaran yang terpadu. Para petani selalu
berhadapan dengan tengkulak yang cenderung menekan harga.
4
b.
Kurangnya penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas padahal bibit hanya boleh
dipakai paling banyak 4x musim tanam secara berturut-turut, setelah itu harus diganti
untuk menjaga stabilitas mutu produksi.
c. Tidak ada tenaga penyuluh yang khusus yang menangani rumput laut.
d. Belum ada tata ruang yang membagi lokasi untuk usaha pembudidayaan.
e. Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang
memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi
f.
daratan.
Pasar lokal masih lemah dan daya beli masyarakat masih rendah dan pasar luar negeri
masih terbatas. Karena itu perlu promosi di pasar lokal, domestik dan luar negeri.
g. Analisa ekonomi budidaya laut belum ada di Sumatera Utara, karena belum ada uji coba
yang telah memberi data mantap, karena itu masih perlu meneruskan dan
mengembangkan uji-coba kultur laut ini.
h. Vegetasi daerah pantai dan estuaria di banyak tempat telah rusak, terganggu atau habis,
karena itu telah banyak daerah pengembangbiakan alami hewan laut di bawah kondisi
minimal. Karena itu sumber benih alami untuk budidaya laut masa depan diharapkan dari
pembenih-pembenihan (Hatcheries).
2.5 Subsistem yang Berperan Penting
Dari subsistem yang berperan penting dalam komoditi rumput laut adalah riset and
development karena pengembangan rumput laut masih terdapat kendala. Selama Indonesia
masih tergantung pada hasil panen dari alam sehingga Indonesia belum dapat bersaing di
pasar internasional.
Analisis SWOT
Strengths
Penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat
tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan
untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna
coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan.
Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
5
mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan
penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein
kanker.
Senyawa
ini
juga
dapat
mengatasi
penyakit
bronchitis kronis
atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih,
ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti
hipertensi (Chapman & Chapman, 1980).
Weaknesses
Salah satu jenis rumput laut yang telah dibudidayakan secara intensif adalah
Eucheuma cottonii yang menghasilkan dodol, diolah dengan menggunakan bahan dasar
rumput laut.produk ini sangat spesifik dan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, tapi
karena keterbatasan teknologi dan budidaya dodol yang belum memasyarakat sehingga mutu
dari dodol tesebut kurang baik, antara lain dari segi plastisitas, kepadatan, daya awet dan
pengemasan.
Opportunities
Potensi rumput laut di Indonesia untuk dimanfaatkan di berbagai bidang: industri,
kesehatan, farmasi, kosmetik, pangan, tekstil dll, baik dari komponen primernya ataupun
komponen sekundernya, khususnya yang menggunakan komponen hidrokoloid. Sehingga
bagaimana usaha untuk meningkatkan budidaya dan produksinya, sehingga setiap tempat
yang berpotensi dapat dimanfaatkan secara optimal. Indonesia harus yakin bahwa mampu
memproduksi berbagai produk primer dan sekunder dari rumput laut yang cukup berlimpah
di perairan kita sendiri, bahkan dengan mutu yang baik (Internasional) yang mampu
menyaingi produk impor.
Threats
Pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia masih akan mengahdapi tantangan
yang tidak kecil. Misalnya lemahnya manajemen dan keputusan ekonomi dalam system
produksi rumput laut, terutama tentang kualitas yang akan berpengaruh terhadap ekspor.
Di masa yang akan datang isu lingkungan pasti akan menjadi salah satu faktor krusial
yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan komoditas rumput laut di Indonesia.
Di masa depan persaingan rumput laut dunia semakin ketat sehingga apabila tidak
diantisipasi dengan baik maka Indonesia akan kalah bersaing dengan Filipina yang
pemerintahannya sangat serius dalam membantu produksi rumput laut.
6
BAB III
FUNGSI MANAJEMEN DALAM USAHA RUMPUT LAUT
3.1 Planning
Pembatasan yang kompleks merumuskan perncanaan sebagai penetapan apa yang
harus dicapai, bilamana hal itu dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa
7
penetapan harus dicapai. Hampir sama dengan pembatasan terakhir yaitu perumusan
perncanaan merupakan penatapan jawaban kepada enam pernyataan berikut:
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan dalam mengoptimalkan rumput laut?
2. Apakah sebabnya tindakan tersebut harus dikerjakan?
3. Di mana usaha tersebut harus dikerjakan ?
4. Kapan usaha tersebut dilaksanakan?
5. Siapa yang akan mengerjakan usaha tersebut?
6. Bagaimana cara melaksanakan usaha tersebut?
Dalam perencanaan disusun dan ditetapkan budgetting. Oleh karena itu, lebih tepat
planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program dari
suatu organisasi yang akan melakukan usaha pemanfaatan rumput laut.
3.2 Organizing
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang
bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus
memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang
digunakan dapat tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.
3.3 Acting
Acting merupakan tindakan pelaksanaan dari rencana yang dibuat. Pelaksanaan
dilakukan jika fungsi perencanaan sudah matang dibuat. Pelaksanaan dalam manajemen lebih
dikenal dengan bahasa implementtasi program.
3.4 Controlling
Controlling atau pengawasan sering disebut juga pengendalian, yaitu mengadakan
pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat melakukan tugasnya dengan benar sesuai
dengan tujuan semula.
Keberhasilan suatu usaha budidaya rumput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya
rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering
mungkin untuk membersihkan
tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk
melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh
sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan
8
memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan
dihasilkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan panen adalah
usia rumput laut, cuaca, dan cara pemanenan.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa rumput laut merupakan sumber daya
yang berpotensi untuk dimanfaatkan di berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek kesehatan
dan industri. Tentunya setelah mengetahui manfaat rumput laut dalam aspek industri dan
9
kesehatan, masyarakat akan semakin terbuka pikirannya untuk mengembangkan potensi
rumput laut ini. Akan sangat disayangkan, Indonesia yang memiliki kekayaan laut yang
melimpah dan bermanfaat bagi kesehatan namun masyarakatnya hidup tidak sehat dan miskin
karena tidak mengetahui pemanfaatan sumber kekayaan itu.
b. Saran
Setelah memahami masalah pada manajemen bisnis rumput laut, kami memiliki
beberapa saran yang kiranya dapat berguna bagi pemerintah, pihak-pihak terkait, juga
masyarakat. Pertama, agar usaha rumput laut semakin dikembangkan dengan penggunaan
manajemen yang lebih baik, sehingga hasilnya dapat memberikan kesejahteraan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. Kedua, pemerintah sebaiknya memberikan
perhatian lebih pada usaha rumput laut, baik melalui perbaikan sarana prasarana, maupun
bantuan modal kepada para pengusahana. Ketiga, pemerintah sebaiknya menyediakan tenaga
penyuluh yang kompeten untuk memberikan pemahaman kepada pihak-pihak yang berkaitan
dengan usaha rumput laut. Dan yang terakhir, pemerintah dan perusahaan sebaiknya
memperkuat promosi mereka agar masyarakat umum dan luar negeri tertarik pada rumput
laut.
10
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negera kepulauan yang terdiri dari lebih 13.600 pulau dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur
mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Salah satu komoditi sumberdaya laut
yang ekonomis adalah rumput laut. Dari ratusan jenis rumput laut yang tersebar di perairan
pantai Indonesia, terdapat 4 jenis bernilai ekonomis yaitu marga Gracilaria, Gelidium dan
Gelidiella sebagai penghasil agar, dan marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil
carrageenan.
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut.
Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar agar, karaginan dan algin.
Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi,dll (Yasita dan Intan, 2008). Pada
habitat aslinya, tanaman ini hidup di laut, menempel pada permukaan yang berpasir atau
berlumpur agar dapat hidup, seperti pada karang mati, kulit kerang, batu, mapun kayu.
Rumput laut berkembang biak dengan baik di kedalaan 10-15 meter di bawah permukaan
laut. Beberapa referensi mengatakan,tanaman ini hanya bisa hidup sampai kedalaman 30
meter di bawah permukaan laut.
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi
masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil
olahan rumput laut seperti agar-agar, carrageenan dan alginat merupakan senyawa yang
cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor rumput laut juga mengimpor
hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai saat
ini industri pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi
industri, sedangkan untuk carrageenan dan alganit belum diolah di dalam negeri.Guna
meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil
1
olahannya, pengolahan di dalam negeri perlu dikembangkan. Disini diuraikan beberapa
proses pengolahan rumput laut serta manfaat dari hasil-hasil olahannya (Istini et al,1985).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui manfaat dan nilai ekonomis rumput laut.
2. Mengetahui potensi dan prospek usaha rumput laut.
3. Mengenal cara manajemen usaha rumput laut.
4. Memenuhi syarat pengambilan nilai mata pelajaran Dasar-Dasar Manajemen.
1.3 Mengapa Butuh Manajemen?
Manajemen dibutuhkan dalam usaha rumput laut karena:
1. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi
yang dimiliki.
2. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan pemborosan.
3. Manajemen diperlukan untuk kemajuan dan pertumbuhan
4. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Komoditas Rumput Laut
Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di negeri
Jepang, Cina, Eropa, maupun Amerika. Di antaranya sebagai nori, kombu, pudding, atau
dalam bentuk hidnagn linnya seperti sop, saus, dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.
Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang cukup
tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang
terdapat di dalamnya.
2.2 Pentingnya Pengamatan Mulai dari:
~ Dari sisi produksi
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku
dan Nusa Tenggara Timur. Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai
penghasil rumput laut, tetapi masih kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal
ini disebabkan karena produksi rumput laut Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil
panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan secara intensif. Usaha budidaya
rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah seperti Bali, Sulawesi Tenggara
dan itupun masih terbatas pada jenis Eucheuma.
Potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per hektar per tahun. Jika luas
areal itu dimanfaatkan secara optimal, total produksi mencapai 17.774.400 ton per tahun.
Harga di pasar dunia saat ini sekitar Rp 4,5 juta per ton. Ini berarti, nilai pendapatan yang
diperoleh Rp 79,984 triliun.
Total produksi rumput laut basah rata-rata 223.000 ton atau setara dengan 30.000 ton
kering. Setiap 8 ton rumput laut basah bisa menghasilkan 1 ton rumput laut kering. Hingga
kini baru 20.572 perusahaan skala menengah yang berinvestasi di budidaya rumput laut
dengan total investasi Rp 5,143 triliun.
~ Dari sisi konsumsi
Olahan sederhana dari rumput laut yang telah berkembang di Indonesia berasal dari jenis
Eucheuma. Jenis ini dikonsumsi masyarakat dalam bentuk makanan, seperti dodol, permen
jelly, puding dan manisan rumput laut. Dari jenis Gracilaria adalah agar-agar kertas, agar-agar
3
batangan, agar-agar powder, sedangkan dari jenis Sargassum antara lain adalah minuman
Alginat. Biasanya produk olahan tersebut diproses secara skala rumah tangga, penampilan
produknya kurang menarik dan daya simpan kurang lama. Hanya sebagian kecil yang telah
diproses seraca modern dan dikemas dengan menarik dan telah dijajakan di pasar swalayan.
2.3 Prospek Rumput Laut dari Sisi Permintaan
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan.
Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Bahkan menurut Doty permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di-taksir dapat
mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia
(USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000
ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun. Kemudian Porse
menunjukkan bahwa dewasa ini permintaan dunia untuk Eucheuma adalah 50.000 ton per
tahun, sedangkan suplai hanya mencapai 44.000 ton per tahun, untuk memenuhi permintaan
dunia masih diperlukan 6.000 ton per tahun. Dari sejumlah suplai Eucheuma, Indonesia
hanya mensuplai 9 % - nya.
Permintaan (demand) akan rumput laut belakangan ini makin meningkat. Berdasarkan
hasil kajian Divisi Research and Development Departemen Studi Makro dan Mikro Bank
Ekspor Indonesia (BEI), perdagangan internasional rumput laut selama 2004 meningkat ratarata 6% (dari sisi permintaan). Sedangkan, dari sisi persediaan (supply) hanya 5%. Artinya,
dengan permintaan komoditas rumput laut yang lebih besar ketimbang produksinya, harga
rumput laut diperkirakan meningkat pada masa mendatang.
2.4 Permasalahan dalam Komoditas Rumput Laut
a. Usaha budidaya tidak didukung dengan pemasaran yang terpadu. Para petani selalu
berhadapan dengan tengkulak yang cenderung menekan harga.
4
b.
Kurangnya penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas padahal bibit hanya boleh
dipakai paling banyak 4x musim tanam secara berturut-turut, setelah itu harus diganti
untuk menjaga stabilitas mutu produksi.
c. Tidak ada tenaga penyuluh yang khusus yang menangani rumput laut.
d. Belum ada tata ruang yang membagi lokasi untuk usaha pembudidayaan.
e. Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang
memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi
f.
daratan.
Pasar lokal masih lemah dan daya beli masyarakat masih rendah dan pasar luar negeri
masih terbatas. Karena itu perlu promosi di pasar lokal, domestik dan luar negeri.
g. Analisa ekonomi budidaya laut belum ada di Sumatera Utara, karena belum ada uji coba
yang telah memberi data mantap, karena itu masih perlu meneruskan dan
mengembangkan uji-coba kultur laut ini.
h. Vegetasi daerah pantai dan estuaria di banyak tempat telah rusak, terganggu atau habis,
karena itu telah banyak daerah pengembangbiakan alami hewan laut di bawah kondisi
minimal. Karena itu sumber benih alami untuk budidaya laut masa depan diharapkan dari
pembenih-pembenihan (Hatcheries).
2.5 Subsistem yang Berperan Penting
Dari subsistem yang berperan penting dalam komoditi rumput laut adalah riset and
development karena pengembangan rumput laut masih terdapat kendala. Selama Indonesia
masih tergantung pada hasil panen dari alam sehingga Indonesia belum dapat bersaing di
pasar internasional.
Analisis SWOT
Strengths
Penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat
tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan
untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna
coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan.
Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
5
mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan
penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein
kanker.
Senyawa
ini
juga
dapat
mengatasi
penyakit
bronchitis kronis
atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih,
ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti
hipertensi (Chapman & Chapman, 1980).
Weaknesses
Salah satu jenis rumput laut yang telah dibudidayakan secara intensif adalah
Eucheuma cottonii yang menghasilkan dodol, diolah dengan menggunakan bahan dasar
rumput laut.produk ini sangat spesifik dan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, tapi
karena keterbatasan teknologi dan budidaya dodol yang belum memasyarakat sehingga mutu
dari dodol tesebut kurang baik, antara lain dari segi plastisitas, kepadatan, daya awet dan
pengemasan.
Opportunities
Potensi rumput laut di Indonesia untuk dimanfaatkan di berbagai bidang: industri,
kesehatan, farmasi, kosmetik, pangan, tekstil dll, baik dari komponen primernya ataupun
komponen sekundernya, khususnya yang menggunakan komponen hidrokoloid. Sehingga
bagaimana usaha untuk meningkatkan budidaya dan produksinya, sehingga setiap tempat
yang berpotensi dapat dimanfaatkan secara optimal. Indonesia harus yakin bahwa mampu
memproduksi berbagai produk primer dan sekunder dari rumput laut yang cukup berlimpah
di perairan kita sendiri, bahkan dengan mutu yang baik (Internasional) yang mampu
menyaingi produk impor.
Threats
Pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia masih akan mengahdapi tantangan
yang tidak kecil. Misalnya lemahnya manajemen dan keputusan ekonomi dalam system
produksi rumput laut, terutama tentang kualitas yang akan berpengaruh terhadap ekspor.
Di masa yang akan datang isu lingkungan pasti akan menjadi salah satu faktor krusial
yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan komoditas rumput laut di Indonesia.
Di masa depan persaingan rumput laut dunia semakin ketat sehingga apabila tidak
diantisipasi dengan baik maka Indonesia akan kalah bersaing dengan Filipina yang
pemerintahannya sangat serius dalam membantu produksi rumput laut.
6
BAB III
FUNGSI MANAJEMEN DALAM USAHA RUMPUT LAUT
3.1 Planning
Pembatasan yang kompleks merumuskan perncanaan sebagai penetapan apa yang
harus dicapai, bilamana hal itu dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa
7
penetapan harus dicapai. Hampir sama dengan pembatasan terakhir yaitu perumusan
perncanaan merupakan penatapan jawaban kepada enam pernyataan berikut:
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan dalam mengoptimalkan rumput laut?
2. Apakah sebabnya tindakan tersebut harus dikerjakan?
3. Di mana usaha tersebut harus dikerjakan ?
4. Kapan usaha tersebut dilaksanakan?
5. Siapa yang akan mengerjakan usaha tersebut?
6. Bagaimana cara melaksanakan usaha tersebut?
Dalam perencanaan disusun dan ditetapkan budgetting. Oleh karena itu, lebih tepat
planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program dari
suatu organisasi yang akan melakukan usaha pemanfaatan rumput laut.
3.2 Organizing
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang
bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus
memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang
digunakan dapat tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.
3.3 Acting
Acting merupakan tindakan pelaksanaan dari rencana yang dibuat. Pelaksanaan
dilakukan jika fungsi perencanaan sudah matang dibuat. Pelaksanaan dalam manajemen lebih
dikenal dengan bahasa implementtasi program.
3.4 Controlling
Controlling atau pengawasan sering disebut juga pengendalian, yaitu mengadakan
pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat melakukan tugasnya dengan benar sesuai
dengan tujuan semula.
Keberhasilan suatu usaha budidaya rumput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya
rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering
mungkin untuk membersihkan
tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk
melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh
sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan
8
memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan
dihasilkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan panen adalah
usia rumput laut, cuaca, dan cara pemanenan.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa rumput laut merupakan sumber daya
yang berpotensi untuk dimanfaatkan di berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek kesehatan
dan industri. Tentunya setelah mengetahui manfaat rumput laut dalam aspek industri dan
9
kesehatan, masyarakat akan semakin terbuka pikirannya untuk mengembangkan potensi
rumput laut ini. Akan sangat disayangkan, Indonesia yang memiliki kekayaan laut yang
melimpah dan bermanfaat bagi kesehatan namun masyarakatnya hidup tidak sehat dan miskin
karena tidak mengetahui pemanfaatan sumber kekayaan itu.
b. Saran
Setelah memahami masalah pada manajemen bisnis rumput laut, kami memiliki
beberapa saran yang kiranya dapat berguna bagi pemerintah, pihak-pihak terkait, juga
masyarakat. Pertama, agar usaha rumput laut semakin dikembangkan dengan penggunaan
manajemen yang lebih baik, sehingga hasilnya dapat memberikan kesejahteraan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. Kedua, pemerintah sebaiknya memberikan
perhatian lebih pada usaha rumput laut, baik melalui perbaikan sarana prasarana, maupun
bantuan modal kepada para pengusahana. Ketiga, pemerintah sebaiknya menyediakan tenaga
penyuluh yang kompeten untuk memberikan pemahaman kepada pihak-pihak yang berkaitan
dengan usaha rumput laut. Dan yang terakhir, pemerintah dan perusahaan sebaiknya
memperkuat promosi mereka agar masyarakat umum dan luar negeri tertarik pada rumput
laut.
10