Pajak Leasing dan Modal Ventura

Kajian Reguler (Mingguan) PAKEIS IV A
Judul:

Pajak, Leasing dan Modal Ventura

Disusun oleh:
Fachry Ganiardi
Mujadid Ramli Tanjung
Pembimbing:
Ust. Abdul Murad
Ust. Mahfudz
Ust. Rifqi Arriza Lc.

PUSAT KAJIAN EKONOMI ISLAM (PAKEIS)
ICMI Orsat KAIRO
Wisma Nusantara, Senin 13 April 2015

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang...............................................................................................

1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
2
D. Metode Penelitian...........................................................................................
2
BAB II Pembahasan...................................................................................................
3
1. Pajak...............................................................................................................
3
a. Pengertian Pajak
..........................................................................................................
3
b. Landasan Hukum Pajak
..........................................................................................................
4
c. Asas Pajak
..........................................................................................................
4

d. Fungsi Pajak
..........................................................................................................
4
e. Jenis-jenis Pajak
..........................................................................................................
5
Pajak dalam Perspektif Negara Islam
...............................................................................................................
6
a. Pengertian al-Dhâribah
.......................................................................................................
6
b. Macam-macam Pajak Islam
.......................................................................................................
7
Perbedaan Antara Pajak Islam dengan Pajak Secara Umum
...............................................................................................................
9

Zakat dan Pajak di Indonesia

...............................................................................................................
9
2. Leasing / Sewa Guna Usaha (GSU)...............................................................
10
a. Pengertian
.......................................................................................................
10
b. Jenis-jenis Leasing
.......................................................................................................
10
c. Proses Transaksi Leasing
.......................................................................................................
12
d. Tinjauan Syariat Terhadap Leasing
.......................................................................................................
13
3. Modal Ventura ...............................................................................................
14
a. Pengertian
.......................................................................................................

14
b. Karakteristik Modal Ventura
.......................................................................................................
16
c. Tujuan Modal Ventura
.......................................................................................................
17
d. Mekanisme Modal Ventura
.......................................................................................................
18
e. Tahap Pembiayaan Modal Ventura
.......................................................................................................
19
f. Modal Ventura Islam
.......................................................................................................
20
g. Kesamaan Konsep Modal Ventura dan Mudarabah
.......................................................................................................
21
h. Sumber Dana Modal Ventura

.......................................................................................................
22
i. Pola Pembiayaan Modal Ventura
.......................................................................................................
24

BAB III PENUTUP
.............................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................
27

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah kitab al-kharâj karangan Abu Yusuf menjelaskan
bagaimana negara Islam juga memiliki pajak. Walaupun Islam tidak
menyebutkan secara eksplisit tentang pajak, namun esensi dari pajak sudah
ada dengan lahirnya Islam, yang kemudian digunakan istilah al-dharîbah

sebagai penyatuan hukum-hukum yang menyerupai pajak dalam negara
Islam. Hanya saja pajak didalam Islam memiliki nilai spiritual daripada
pajak dalam kaidah umum seperti zakat.
Dalam konsep negara Islam, penarikan pajak terbagi menjadi banyak,
namun pada umumnya ada empat jenis pajak yaitu zakat, jizyah, kharaj,
dan ‘usyr. Dari sekian jenis pajak pada hari ini hanya zakat-lah yang tetap
berjalan. Bukan tanpa sebab, tidak berfungsinya penarikan pajak selain
zakat adalah karena tidak ada lagi negara yang menggunakan konsep
negara Islam secara utuh.
Selain itu juga perbedaan agama juga bukanlah batasan-batasan yang
dianggap penting dalam konsep negara modern saat ini. Padahal hampir
dari semua jenis pajak negara Islam mempunyai hubungan dengan ahli
dzimmah, seperti Nasrani, Yahudi, Majusi dan lain sebagainya. Sehingga
dengan sendirinya pajak-pajak tersebut pun tidak lagi terpakai oleh
masyarakat muslim modern.
Namun ternyata pajak menimbulkan permasalahan bagi kaum muslim.
Karena disamping mereka harus membayar zakat, mereka juga wajib
membayar pajak. Kalau memang semua harus dibayar secara utuh, ini
akan menjadi beban khususnya bagi masyarakat menengah kebawah.
Sehingga harus ada jalan tengah antara dua kebijakan yang serupa tanpa

harus meninggalkan kewajiban kepada agama dalam melaksanakan zakat
dan kewajiban terhadap negara dalam memenuhi pajak.
Disamping permasalahan pajak, ternyata kebutuhan masyarakat kini makin
meningkat. Sehingga timbul transaksi-transaksi yang ditawarkan untuk
mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sekian
transaksi yang ada, penulis membahas transaksi leasing dan modal
ventura.

1

Leasing yang juga berarti akad sewa-menyewa mempunyai tawarantawaran untuk mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.
Hanya saja ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan, karena sebagai
muslim tansaksi pun harus mempunyai standar halal. Begitu juga halnya
dengan modal ventura.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi pajak, dharîbah, leasing dan modal ventura?
2. Apakah hukum dan landasan pajak, dharîbah, leasing dan modal
ventura?
3. Apa perbedaan antara pajak dalam kaidah umum dan dalam hukum
kenegaraan Islam?

4. Apakah saja pajak-pajak di negara Islam?
5. Bagaimana posisi zakat dalam perpajakan Indonesia?
6. Bagaimanakah proses transaksi leasing dan modal ventura?
7. Bagaimana tinjauan syariat terhadap transaksi leasing dan modal
ventura?
C. Tujuan Penulisan
1. Peserta kajian dapat mengetahui definisi, hukum serta landasan pajak,
dharîbah, leasing dan modal ventura
2. Peserta kajian dapat mengetahui perbedaan antara pajak dalam kaidah
umum dan dalam hukum kenegaraan Islam
3. Peserta mengetahui jenis pajak-pajak di negara Islam
4. Peserta kajian dapat mengetahui posisi zakat dalam perpajakan
Indonesia
5. Peserta kajian dapat mengetahui proses transaksi leasing dan modal
ventura
6. Peserta kajian dapat memahami tinjauan syariat terhadap transaksi
leasing dan modal ventura
D. Metode Penelitian
Metode penelitian makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
pengumpulan data-data dari literatur fikih klasik tentang pajak di negara

Islam, dan dari berbagai sumber tulisan ilmiah yang bisa dipertanggung
jawabkan, serta beberapa artikel, kemudian menyusunnya kembali.

BAB II
PEMBAHASAN

2

1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Pajak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pungutan wajib,
biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai
sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan
pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya.1
Pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH adalah “Pajak ialah
iuran rakyat kepada kas negara (peralihan dari sektor swasta ke sektor
pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk untuk
membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pencegah
atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan”

2

Pajak menurut UU 16 pasal 1 ayat 1 tahun 1983 yang kemudian diubah
pada tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.3
Dari pengertian diatas kita dapat menyimpulkan beberapa poin :
1. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada negara
2. Penarikan pajak harus berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbal secara langsung atau kontraprestasi oleh pemerintah
kepada rakyat
4. Pajak digunakan negara untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan
umum masyarakat luas
Pajak yang merupakan salah satu alat Negara untuk menghasilkan uang
selain sektor-sektor yang lain juga umum digunakan setiap negara didunia,
namun masing-masing mempunyai istilahnya tersendiri.
Di Inggris pajak menggunakan istilah tax, di Perancis menggunakan istilah
taxe, di Belanda belasting, dan di negara-negara Timur Tengah
menggunakan istilah al-dharibah.


1 http://kbbi.web.id/pajak, diakses pada 11 April 2015
2 Dr. Suparnyo, SH. MS, Hukum Pajak, Pustaka Magister, Semarang, 2012, hal. 31
3 Kementrian Keuangan RI Direktorat Jendral Pajak, Undang-undang KUP dan Peraturan
Pelaksanaannya, Jakarta, 2013, hal. 15

3

b. Landasan Hukum Pajak
Pajak tertulis dalam UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, "Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang."
Pajak dan tata cara pelaksanaannya juga tertulis dalam UU nomor 16 tahun
1983 yang kemudian disempurnakan pada tahun 2009.
c. Asas Pajak
Terdapat banyak asas yang bisa ditemukan dalam hukum pajak, namun
pada umumnya pajak tidak terlepas dari asas yang diungkapkan Adam
Smith.
1. Equity dan Equality
Maksudnya adalah adil dan merata. Pajak menerapkan asas adil dalam
memungut pajak, dan sesuai kemampuan Wajib Pajak.
2. Certainty
Artinya ada kepastian hukum, harus jelas subjek, objek, dan tarip
pajaknya.
3. Convenience of Payment : artinya pajak harus dipungut pada saat yang
tepat, saat yang paling baik bagi wajib pajak
4. Efisiensy / Economics of Collection : artinya pemungutan pajak harus
memberikan hasil, dilakukan dengan sehemat- hematnya dan jangan
sampai biaya pemungutan melebihi pemasukan pajaknya.4
d. Fungsi Pajak
Pajak dapat berfungsi menjadi dua hal, fungsi keuangan dan fungsi
mengatur.
1. Fungsi Keuangan (Budgetair)
Pajak sebagai fungsi keuangan ialah menjadi sumber dana bagi pemerintah
terhadap pengeluaran-pengeluarannya, seperti APBN atau APBD.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai fungsi mengatur ialah menjadi alat untuk mengatur
kesejahteraan rakyat di bidang sosial, ekonomi dan budaya, seperti pajak
4 Dr. Suparnyo, SH. MS, op. cit., hal. 27-28

4

yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras dimaksudkan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.5
e. Jenis-jenis Pajak
Pembagian jenis pajak berbeda-beda, tergantung dari sudut mana
dilihatnya. Minimal ada tiga sudut, pertama menurut golongan, kedua
menurut kewenangan memungut dan ketiga menurut sifatnya
1. Menurut Golongan
Pajak dari sudut penggolongannya dibagi menjadi dua, pajak langsung
dan tidak langsung.
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain, seperti Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)
2. Menurut Kewenangan
Pajak dari sudut kewenangan memungut dibagi menjadi dua, pajak
pusat dan pajak daerah.
a. Pajak pusat adalah pajak yang kewenangan memungutnya
dipegang oleh pemerintah pusat, seperti PPh, PPN, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
b. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan memungutnya
dipegang oleh pemerintah tingkat daerah (Propinsi, Kabupaten atau
Kota) yang digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah,
seperti pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak reklame, pajak
parkir dan lain sebagainya.
3. Menurut Sifat
Pajak dari sudut sifat dibagi menjadi dua, pajak pribadi dan pajak
perbendaan.
a. Pajak Pribadi (subyektif) yaitu pajak yang pemungutannya
memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (subjek pajak),
misalnya Pajak Penghasilan dalam menentukan besar kecilnya
utang pajak akan dilihat kondisi atau jumlah tanggungan Wajib
Pajak.
b. Pajak Kebendaan (pajak objektif) yaitu pajak yang pemungutannya
tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak, yang dilihat hanya
5 Ibid., hal. 35

5

objek pajaknya saja, misalnya PBB, PPN, Bea Meterai (BM) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan lain-lain. 6
Pajak Dalam Perspektif Negara Islam
Islam dan Arab sulit untuk dipisahkan, ini berdasarkan Alquran yang
menggunakan bahasa Arab sebagai perantara penyampaian wahyu Tuhan.
Sehingga pada dasarnya istilah pajak secara umum tidak ditemukan dalam
Islam, namun esensi dari pajak itu sendiri sudah ada seiringan dengan
keberadaan Islam.
Islam mewajibkan zakat kepada muslim sesuai dengan kadar-kadar yang
sudah ditentukan dalam pembahasan zakat sebelumnya. Islam juga
mewajibkan jizyah kepada orang-orang yang tidak beragama Islam yang
tinggal di Negara Islam. Kemudian Khalifah Umar bin Khattab
mewajibkan al-kharâj atau bisa disebut juga PBB dalam istilah perpajakan
modern. Semua hal ini menyentuh nilai-nilai esensi daripada pajak.
Kemudian bangsa Arab menggunakan istilah al-dharîbah atau al-muks
dalam menerapkan pajak di negri mereka.
a. Pengertian al-Dharibah
Al-Dharîbah secara bahasa berarti kewajiban terhadap kepemilikan,
pekerjaan, dan gaji seseorang untuk kemaslahatan negara sebagai
pemasukan yang bersifat paksaan dan dibebankan kepada seluruh
masyarakat.7
Istilah al-Dharîbah bukanlah istilah yang biasa digunakan dalam syariat
Islam, dan pada umumnya ia tidak beda jauh dengan makna pajak. Hanya
saja kemudian istilah ini digunakan untuk menyimpulkan seluruh hukumhukum syariat yang berkaitan dengan pemasukan kas negara.
b. Macam-macam Pajak Islami
Dalam agama Islam, terdapat pemasukan-pemasukan untuk kas Negara
yang tidak berbeda jauh dengan pajak pada umumnya, serta digunakan
untuk biaya belanja negara dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Setidaknya ada empat jenis pajak yang diatur menurut hukum kenegaraan
Islam.
1. Zakat

6 Ibid., hal. 37-38
7 Kamus Bahasa Arab Kontemporer

6

Zakat adalah penunaian kewajiban pada harta yang khusus dan disyaratkan
ketika harta itu dikeluarkan telah memenuhi haul8 dan nishab9.
Zakat telah diketahui ia diwajibkan berdasarkan Alquran dan sunah, serta
memiliki kadar masing-masing pada zakat uang, hewan ternak, emas,
perak dan lain sebagainya.
2. Jizyah
Jizyah secara bahasa adalah balasan. Sedangkan secara istilah adalah apa
yang diambil dari ahlu dzimmah sebagai balasan atas keamanan mereka di
negri muslim, dan keselamatan mereka10.
Jizyah hukumnya adalah wajib terhadap para lelaki ahli dzimmah yang
hidup di Negara Islam. Pewajiban ini berdasarkan firman Allah Swt. pada
surat al-Taubah ayat 29 :
‫حرلرمونن ما نح لنرنم الل ل نهه نونرسول ههه نول نيدينونن دينن‬
‫قارتهلوا ا ل نلذينن ل هيؤرمنونن ربالل ل نره نول ربالنيورم الرخرر نول ي ه ن‬
‫عن ي ندد نوههم صارغرونن‬
‫ب نحتلىى هيعهطوا الرجزي ننة ن‬
‫ال ن‬
‫حرلق رمنن ا ل نلذينن أوهتوا الركتا ن‬
Artinya : “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak
beragamadengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang)
yang telah diberikan kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak)
dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”
Jizyah diwajibkan bagi mereka yang laki-laki, baligh, berakal, bebas,
mampu membayar. Jizyah juga diwajibkan kepada mereka yang miskin
namun mampu bekerja.
Jumlah uang pembayaran jizyah dibagi menjadi dua, pertama jizyah atas
dasar perdamaian. Jizyah ini tidak ditentukan jumlah minimumnya, dan
jumlahnya sesuai kesepakatan pemimpin-pemimpin ahli dzimmah
terhadap negara. Sedangkan kedua jizyah al-‘anwiyah. Jizyah ini
jumlahnya ditentukan sesuai kemampuan masing-masing. Umar bin
Khattab membagi tiga kriteria ahli dzimmah di jizyah ini. Pertama, mereka
yang kaya membayar sejumlah 48 Dirham, kedua kalangan menengah
membayar 24 Dirham serta bagi ketiga yaitu mereka yang miskin namun
mampu bekerja maka jizyah mereka sebanyak 18 dirham.11
8Haul adalah masa satu tahun
9 Nishob adalah ukuran minimal harta untuk diwajibkan zakat
10 Abu Ya’la Muhammad bin Husain, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, Darul Kutub al-Ilmiyah, Beirut,
2000, hal. 153
11 Kementrian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait, al Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah, Kuwait, cet I,
juz 15, hal. 283

7

3. Kharâj
Kharâj secara bahasa adalah keluar, atau sesuatu yang keluar dari bumi.
Secara istilah kharâj adalah pajak yang ditetapkan pemimpin terhadap
tanah yang mempunyai potensi berkembang.
Kharâj merupakan hasil ijtihad Umar bin Khattab yang berlandaskan dari
firman Allah Swt. pada surat al-Hasyr ayat 6 -10.
Tanah yang terkena kharâj adalah tanah yang diurus oleh pemiliknya, dan
tanah yang berpotensi menghasilkan keuntungan, seperti toko, bukan tanah
yang dibangun di atas nya bangunan untuk tempat tinggal mereka.
Tanah yang terkena kharâj adalah tanah para ahi dzimmah, dan bagi
muslim ia tidak dikenakan kharâj, hanya saja mereka terkena zakat kharâj.
Jumlah penghasilan yang wajib disetorkan pun berbeda-beda antara ulama,
berkisar antara 5 sampai 10 Dirham dengan tanah yang berbeda-beda juga.
Sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikelola di atas tanah tersebut.
4.

‘Usyr

‘Usyr adalah apa yang diwajibkan kepada ahli dzimmah yang disiapkan
pada harta perniagaannya ketika ia peindah ke negara Islam.
Landasan hukum ‘usyr ini adalah sabda Nabi Saw. :
‫إنما العشور على اليهود والنصارى وليس على المسلمين عشور‬
“Sesungguhnya ‘usyur (ditetapkan) kepada orang-orang Yahudi dan
Nashrani, dan tidak ada bagi kaum muslim” H.R. Abu Daud
Dan secara logika, para pedagang ketika ingin berdagang di neagar Islam,
maka ia butuh keamanan untuk terhindar dari pencuri dan perampok.
Maka pemerintah menyediakan fasilitas keamanan bagi mereka selama di
perjalanan.
‘usyr diwajibkan terhadap dua kelompok, pertama kelompok yang
berdagang di negara Islam namun tidak tinggal di sana. Kedua kelompok
ahli dzimmah yang tinggal di negara Islam. 12
Namun pedagang muslim juga terkena pajak ‘usyr ini, dengan ketentuan
bila melebih 200 Dirham maka pajaknya 5 dirham. Sedangkan bagi ahli
dzimmah pajaknya dikenakan 5% dari harta dagangannya.13
12 Kementrian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait, op. cit., jil. 30, hal. 109
13 Abu Yusuf Yakub bin Ibrahim, Kitab al-Kharâj, Darul Marifat, Beirut, 1979, hal. 135

8

Perbedaan Antara Pajak Islami Dengan Pajak Secara Umum
Pajak secara umum memiliki beberapa perbedaan dengan pajak islami
khususnya zakat, beberapa perbedaannya adalah :
1. Pajak Islami (zakat) memiliki nilai spiritual dan ibadah bila
mengeluarkannya, sedangkan pajak secara umum tidak memiliki nilai
ibadah.
2. Pajak secara umum memungut dari semua lapisan masyarakat tanpa
memandang standar hidup mereka. Sedangkan pajak islami seperti
zakat tidak diambil kecuali bagi mereka yang muslim dan mampu
untuk membayarnya sesuatu jumlah yang ditentukan.
3. Pajak secara umum tidak memiliki standar khusus, dan berubah-ubah
sesuai dengan keadaannya. Sedangkan pajak islami memiliki standar
yang tetap dari zaman ke zaman.
4. Para cendikiawan sering berbeda pendapat tentang tujuan utama dari
pajak, apakah tujuannya adalah kemajuan ekonomi, kesejahteraan
sosial masyarakat, mereka melakukan ini karena khawatir bahwa pajak
akan kembali sebagai mesin uang yang hanya berorientasi
mengumpulkan uang semata. Sedangkan pajak islami tidak seperti itu,
pajak islami tidak hanya memperhatikan pemutaran uang zakat saja,
tapi juga memiliki nilai-nilai akhlak dan spiritual yang tinggi, sebagai
pensucian dari harta-harta mereka.14
Zakat dan Pajak di Indonesia
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat yang merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999,
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS yang dimaksudkan bukan
hanya BAZNAS yang dibentuk di tingkat pusat, melainkan juga BAZNAS
yang dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia
dengan keputusan Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 mempertegas asas pengelolaan
zakat, salah satunya ialah asas “terintegrasi”.
Dalam kaitan zakat dan pajak, sesuai perundang-undangan yang berlaku,
pembayaran zakat yang diperhitungkan sebagai komponen pengurang
penghasilan kena pajak atau dalam peraturan perpajakan disebut
“pengurang penghasilan bruto” berlaku secara nasional. Namun pada
prakteknya banyak yang mengira itu hanya perlaku pada BAZNAS pusat.15
14 Ben Ahmed Lakhdar, Dirasat Muqaranah li al-Dharibah wa al-Zakah, Univ. Al-Jazair, al-Tasyir,
2001, hal. 13-14

9

2. Leasing/ Sewa Guna Usaha (SGU)
a. Pengertian
Leasing secara bahasa diambil dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti
menyewakan, namun secara istilah leasing atau ta’jir tamwily atau Sewa
Guna Usaha (SGU) diartikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating
Lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (Lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.16
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan SGU ini ada 3 :
1. Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunakan modal dari kontrak SGU ini.
2. Pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah perusahan atau
pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk
barang modal.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor.
b. Jenis-jenis Leasing
1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut
kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee.
Sebagai imbalan atau jasa penggunaan barang tersebut lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang beruba uang
rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang
dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.

15 http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/realisasi-zakat-pengurang-penghasilan-kena-pajak-didaerah/ , diakses pada 12 April 2015
16 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK. 012/2006 Pasal 1c

10

Contoh perusahaan direct finance lease ini seperti PT. Federal
International Finance ( FIF ) yang memberikan kredit motor baru maupun
bekas.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi 2,
yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang
yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor
membeli suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh
lessee.

b. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada
lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu konrak
leasing antara lessee dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme
ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan direct
finance lease.
Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan
modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan
sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk
keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkana
sesuai dengan nilai objek barang lease.
2. Operating lease (sewa menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang
modal dan selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha.
Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna
usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna usaha
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang
disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha
lainnya.
Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung
jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi,
pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)

11

Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrik juga
berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi
termasuk bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian
terbesar transaksi.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan
lessee yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan
demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara berbeda.17
c. Proses Transaksi Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme
yang harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga
berikut :
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan
kepada lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas leasie dengan syarat dan kondisi yang disetujui
lessee (lama kontrak pembayaran sew lease), setelah ini maka kontrak
lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang di-lease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan
asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian peralatan
akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.

17 http://rizzkyyanuar.blogspot.com/2011/03/pengertian-leasing.html , Diakses pada 12 April
2015

12

5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang di-lease ke lokasi lessee.
Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut,
supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang di-lease kepada supplier.
9. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease. Perjanjian yang
dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agreement, dimana
didalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua
belah pihak. 18
d. Tinjauan Syariat Terhadap Leasing
Pada dasarnya leasing atau SGU ini tidak berbeda jauh dengan akad
Ijârah al-Muntahiyah bi Tamlîk (IMBT) bahkan ia adalah perkembangan
dari akad IMBT19. Hanya saja perbedaannya terletak pada adanya hak opsi
di SGU.
Leasing mempunyai beberapa kesamaan dengan akad ijarah dalam fikih
mu’amalah. Namun pada prakteknya terdapat beberapa hal yang
bertentangan dengan akad ijarah.
Beberapa hal yang bertentangan tersebut adalah :
1. Leasing pada pengertiannya adalah pinjaman, namun pada hakikatnya
ia adalah akad jual beli yang dilabeli dengan peminjaman.
2. Leasing merupakan akad yang mengandung unsur haram, karena
terdapat dua transaksi dalam satu akad dan hal ini tidak dibenarkan
dalam Islam. Pertama akad sewa, kedua akad jual beli.
3. Dalam leasing, bila lessee tidak bisa untuk memenuhi akadnya dan
terpaksa harus mem-faskh akad ini, maka lessee tetap membayar sisa
yang harusnya dipenuhi, dan ini adalaha haram.
4. Leasing mempunyai unsur riba dalam proses pembayaran cicilannya,
dan ini diharamkan.20

18 Ibid
19 Diktat Kuliah Univ. Al-Azhar fak. Hukum Islam, Qadhâya Fiqhiyah Mu’âshirah, hal. 34
20 Ibid., hal. 87-88

13

3. Modal Ventura Syariah
a. Pengertian
Istilah venture berasal dari kata venture yang secara bahasa bisa berarti
sesuatu yang mengandung risiko atau juga dapat diartikan sebagai usaha.
Dengan demikian, secara bahasa modal ventura (venture capital) adalah
modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko. Adapun
definisi perusahaan modal ventura menurut Keppres No. 61 Tahun1988
adalah bisnis pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu
tertentu.
Y. Sri. Susilo, dkk. Menyebutkan pengertian modal ventura menurut
beberapa ahli, antara lain:
a. Modal ventura adalah usaha penyediaan pembiayaan untuk
memungkinkan pembentukan dan pengembangan usaha-usaha baru di
berbagai bidang (Robert White).
b. Modal ventura adalah investasi jangka panjang dalam bentuk
pemberian modal yang mengandung risiko, dengan penyediaan dana
(venture capital company) terutama mengharapkan capital gain di
samping pendapatan bunga atau deviden (Tony Lorenz)
c. Modal ventura adalah dana yang diinvestasikan pada perusahaan atau
individu yang memiliki risiko tinggi (Clinton Richardson).
Dengan demkian, dapat dipahami bahwa modal ventura merupakan
pembiayaan yang memliki risiko tinggi. Keputusan ini dibuat dengan
berbagai pertimbangan tentunya dan sesuai pula dengan maksud dan
tujuan didirikannya perusahaan modal ventura yaitu melakukan
penanaman modal dalam suatu usaha yang memliki risiko tinggi, baik
dalam penyertaan modal maupun dalam bentuk pinjaman. Modal ventura
adalah salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi investasi dari
perusahaan yang mempunyai investasi. Penyertaan modal ventura
dilakukan dalam bentuk saham atau obligasi konversi, dan tidak untuk
melakukan investasi dalam rangka menerima deviden yang bersifat jangka
pendek, tetapi bersama-sama dengan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU)
untuk mengembankan dan meningkatkan nilai dari PPU. Akhirnya
investasi harus dijual dan modal dibayar kembali kepada investor.
Embrio pembiayaan modal ventura lahir sejak didirikannya PT Bahana
Pembina Usaha Indonesia berdasarkan PP No. 18 Tahun 1973 yang
sahamnya dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan:

14

1. Menumbuhkan dan merangsang pengusaha-pengusaha kecil dan
menengah, serta memberikan berbagai macam bantuan yang
diperlukan dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang sehat.
2. Membantu pengembangan usaha kecil dan menengah dengan cara:
a. Turut serta sebagai penyertaan modal pada perusahaan yang
didirikan.
b. Mengidentifikasi proyek dan membantu menyusun feasing studies
perusahaan.
c. Menyediakan dana dan SDM serta membantu dalam pemasaran.
Pembiayaan modal ventura berbeda dengan bank yang memberikan
pembiayaan berupa pinjaman atau kredit. Sementara modal ventura
memberikan pembiayaan dengan cara melakukan penyertaan langsung
dalam perusahaan yang dibiayainya. Perusahaan yang memperoleh
pembiayaan modal ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PUU)
atau investee company. Walaupun dasar pembiayaan dalam modal ventura
adalah “peyertaan” namun hal tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal
dari pembiayaanya selalu penyertaan. Bentuk penyertaan tersebut dapat
berupa obligasi atau kredit biasa dengan syarat pengembalian dan bunga
yang lebih lunak. Persyaratan yang lebih lunak misalnya imbalannya
berupa bagi hasil, pengembalian pinjaman sesuai dengan kemampuan
perusahaan pasangan usaha, dan pinjaman dapat dikonversi dengan saham
(convertible bond). Umumnya pembiayaan modal ventura hampir selalu
disertai dengan persyaratan keterlibatan dalam manajemen PPU yang
biasanya disepakati dalam perjanjian modal ventura.
Jangka waktu penyerahan saham modal ventura besifat sementara. Di
beberapa negara jangka waktu pembiayaan modal ventura antara 3-10
tahun. Di Indonesia sendiri jangka waktu tersebut menurut Keppres No. 61
Tahun 1998 paling lama 10 tahun harus sudah divestasi. Ciri inilah yang
membuat modal ventura berbeda dengan dengan investasi biasa. Peyertaan
modal dalam setiap PPU bersifat sementara dan tidak boleh melebihi
jangka waktu 10 tahun, dan penarikan kembali pernyertaan modal
(divestasi) oleh PMV dalam segala bentuknya dilaporkan kepada Menteri
Keuangan selambat-lambatnya 3 bulan setelah dilaksanakan.
Sedangkan modal ventura syariah adalah bisnis pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dengan berlandaskan prinsipprinsip syariah. Praktik modal ventura yang deilakukan berdasarkan akad
syariah dan bergerak di usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang diakui.

15

Secara nasional perkembangan modal ventura masih sangat lamban.
Terbukti sampai dengan saat ini baru ada 2 perusahaan modal ventura
syariah dalam daftar DSN MUI yaitu PT Bahama Artha Ventura dan PT
Sumut Ventura. Kondisi ini memang menunjukkan lambannya
pertumbuhan modal ventura syariah. Padahal, mekanisme perusahaan
modal ventura sangat sesuai dengan prinsip kerja sama yang menjadi pilar
dasar ekonomi Islam.21
b. Karakteristik Modal Ventura
Sebagai suatu manajemen pembiayaan, modal ventura memiliki beberapa
ciri yang menunujkkan bahwa “ia” berbeda dengan konsep lembaga
keuangan lain, seperti perbankan dan berbagai perusahaan pembiayaan
yang lain, seperti leasing dan juga anak piutang. Diantaranya:
a. Pembiayaan bersifat equity. Pembiayaan modal ventura dilakukan
dengan adanya penyertaan modal yang langsung dilakukan pada
perusahaan pasangan usaha.
b. Merupakan investasi yang dilaksanakan dengan perspektif jangka
panjang.
c. Merupakan pembiayaan yang bersifat “risk capital”. Dikatakan
berisiko tinggi karena pembiayaan modal ventura tidak disertai dengan
jaminan, seperti layaknya kredit yang diberikan oleh perbankan akan
tetapi hanya berdasarkan keyakinan akan gagasan yang diusung.
d. Pembiayaan modal ventura bersifat aktif, dimana akan selalu disertai
dengan keterlibaan dari manajemen perusahaan yang mendapatkan
pembiayaan.
e. Modal ventura bersifat sementara. Dengan adanya batasan waktu,
maka perusahaan modal ventura akan melakukan penarikan diri
dengan melakukan penjualan saham kepada perusahaan pasangan
usahanya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh
perusahaan modal ventura yang ingin menarik diri, diantaranya adalah
initial public offering (IPO) dan juga penjualan ataupun manajer dari
perusahaan.22
Disamping itu, bagi perusahaan modal ventura syariah terdapat
karakteristik khusus yaitu terpenuhinya prinsip-prinsip syariah. Ciri
khusus tersebut sebagai berikut:
a. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
penerapan prinsip-prinsip syariah.

21 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 312
22 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis,
Kencana, Jakarta, 2010, hal. 374

16

b. Aktivitas usaha yang dijalankan oleh perusahaan modal ventura
haruslah sesuai dengan prinsip syariah dan tidak dibernarkan
melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
Kegiatan usaha yang bertentangan antara lain:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram.
4. Produsen, distributor, dan penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat.
5. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan daripada modalnya23
c. Tujuan Modal Ventura
Kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam suatu PPU sesuai dengan Kep. Men. Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 dengan tujuan:
a. Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru.
b. Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan
dana dalam pengembangan usahanya, terutama tahap-tahap awal.
c. Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan suatu produk
maupun pada tahap mengalami kemunduran.
d. Membantu terwujudnya dari hanya suatu gagasan menjadi produk
jadiyang siap dipasarkan.
e. Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri.
f. Mendorong pengembangan proyek research and development.
g. Membantu pengembangan teknologi baru dan memperlancar
terjadinya alih teknologi.
h. Membantu dan memperlancar pengalihan kepemilikan suatu
perusahaan.
Dari sisi perusahaan pasangan usaha, masuknya modal ventura sebagai
sumber pembiayaan pada perusahaan akan memberikan manfaat kepada
yang bersangkutan. Manfaat tersebut antara lain:
a.
b.
c.
d.

Kemungkinan berhasilnya usaha lebih besar.
Meningkatkan efisiensi pendistribusian produk.
Meningkatkan bankabilitas.
Meningkatkan kemampuan memeperoleh keuntungan.

23 Andri Soemitra, op. cit., hal. 314

17

e. Meningkatkan likuiditas.24
d. Mekanisme Modal Ventura
Pada prinsipnya mekanisme modal ventura merupakan suatu proses yang
menggambarkan arus investasi yang dimulai dari masuknya pemodal
dengan membentuk suatu pool of funds, proses pembiayaan pada
perusahaan pasangan usaha sampai proses penarikan kembali penyertaan
tersebut (divestasi). Dengan demikian, modal ventura adalah kumpulan
dana (pool of funds) yang berasal dari investor, dikelola secara profesional
untuk diinvestasikan kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Oleh
karena itu, dalam mekanisme modal ventura paling sedikit tiga unsur yang
terlibat secara langsung, yaitu:
a. Pemilik modal yang menginginkan keuntungan tinggi dari modal yang
dimilikinya. Modal dari berbagai sumber atau investor tersebut
dihimpun dalam satu wadah atau lembaga khusus yang dibentuk untuk
itu atau disebut venture capital funds.
b. Profesional yang mempunyai keahlian dalam mengelola investasi dan
mencari jenis investasi potensial. Profesional ini dapat berupa lembaga
yang disebut perusahaan manajemen (management venture capital
company).
c. Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya.
Perusahaan yang dibiayai ini disebut perusahaan pasangan usaha
(investee company).
Di Indonesia perusahaan modal ventura yang telah memperoleh izin
usaha dari Menteri Keuangan dapat mengelola atau dikelola oleh
perusahaan modal ventura lainnya. Pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan investasi modal ventura dalam mekanisme modal ventura
konvensional dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal ventura itu
sendiri sebagai badan hukum, atau denga kata lain suatu perusahaan
modal ventura dapat sebagai pemilik modal (venture capital fund) dan
dalam waktu yang sama menjadi perusahaan manajemen (management
venture capital company). Oleh karena itu, kebijakan dan analisis
investasi, pelaksanaan monitoring, dana keterlibatan pada manajemen
perusahaan pasangan usaha serta pelaksanaan dalam proses divestasi
dilakukan oleh perusahaan modal ventura yang bersangkutan.
Sedangkan dalam mekanisme dengan pendekatan venture capital fund
company pelaksanaan semua kebijakan dan strategi investasi mulai
dari analisis, monitoring sampai pada proses divestasi dan review
merupakan tugas dan tanggung jawab perusahaan manajemen
24 Ibid., hal. 317

18

investasi. Atas tanggung jawab tersebut perusahaan manajemen
mendapat contract fee dan success fee.25
e. Tahap Pembiayaan Modal Ventura
Sebagai suatu perusahaan pembiayaan, maka pembiayaan modal ventura
sangat tergantung pada tahapan operasional dari perusahaan pasangan
usaha (investee company) yang membutuhkan pembiayaan. Adapun
tahapan pembiayaan modal ventura dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Early Stage Financing. Merupakan tahap pembiayaan yang paling sulit
karena perusahaan yang dibiayai tersebut baru berdiri sehingga
memiliki tingkat risiko kegagalan yang besar. Tahap ini terdiri dari
seed financing, dimana yang baru dilakukan adalah membiayai
perusahaan pasangan usaha untuk melakukan penelitian dan riset untuk
mengukur keandalan gagasan yang dikembangkan. Kemudian start
financing, yaitu pembiayaan yang berkaitan dengan pengembangan
produk dan juga pemasaran produk yang dibuat tersebut.
2. Expansion Stage Financing. Tahapan ini terdiri dari third round
financing yang mana perusahaan telah menjalankan operasionalnya
dengan sangat formal serta bridge financing, dimana perusahaan
sampai pada kemampuan untuk melakukan initial public offering.26
f. Modal Ventura Islam
Pembiayaan modal ventura pada early stage of life dari suatu investee
adalah bentuk klasik dari pembiayaan musyarakah atau mudarabah. Dari
sudut pandang Islam, penggunaan equity financing dalam bentuk saham
atau penyertaan terbatas dengan bagi hasil adalah suatu bentuk dari
aplikasi akad mudarabah, musyarakan ‘inan atau musayarakah ‘inan al
mutanâkis. Hubungan erat antara penyedia dana dengan pengguna dana,
mulai dari penetapan klausula yang menyangkut pengguanaan dana
sampai ke adding value, monitoringi, dan pembagian hasil dan risiko
sesuai dengan semangat musyarakah.
Seperti diketahui ada tiga instrumen pembiayaan Islam yang utama:
1. Musyarakah. Pembiayaan ini berguna untuk pendirian usaha ataupun
proyek. Dalam pembiayaan musyarakah dicampurkan dana untuk
mendirikan usaha baru ataupun kontrak proyek dengan tujuan untuk dapat
memperoleh keuntungan. Pemilik modal dalam pembiayaan musyarakah
adalah perusahaan modal ventura, pengusaha atau bisa partner bisnis yang
non-aktif. Keuntungan dan kerugian dari proyek ang dijalankan ini
25 Ibid., hal. 314
26 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, op. cit., hal. 373

19

dinikmati secara bersama-sama sesuai dengan porsi yang ada dengan
konsep profit atau loss sharing. Dalam modal ventura Islam, musayarakah
mempunyai implementasi yang spesifik, terutama dalam bentuk saham.
Adapun prinsip saham secara Islam adalah:
a. Bersifat musyarakah jika saham ditawarkan secara privat.
b. Bersifat mudarabah jika saham ditawarkan kepada masyarakat.
c. Tidak boleh ada perbedaan jenis saham karena risiko harus ditanggung
oleh kedua belah pihak.
d. Seluruh keuntungan akan dibagi hasil, karena risiko harus ditanggung
oleh semua pihak.
e. Investasi pada saham tidak dapat dicairkan dari usaha ataupun proyek
yang bersangkutan kecuali dalam keadaan bangkrut, atau terjadi
pengalihan kepemilikan lewat jual beli investasi.
2. Mudarabah, berguna untuk pembiayaan usaha ataupun proyek yang dapat
diselaraskan dengan
instrumen obligasi. Perusahaan memegang amanah yang diterima oleh
perusahaan modal ventura di mana modal yang ada merupakan titipan
dengan skim wadiah yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
keuntungan. Di saat pengusaha melakukan proyek yang berkaitan dengan
konsep mudarabah maka posisinya adalah wakil pemilik modal. Adapun
jika pengusaha memperoleh keuntungan, maka pengusaha bertindak
sebagai mitra pemilik modal. Keuntungan yang ada harus dibagikan
sesuai dengan porsi yang telah disepakati dia awal, atau dengan prinsip
musyarakah. Dalam konsep ini, modal disediakan secara utuh oleh pihak
pemilik modal hingga masa tertentu di mana modal tersebut lalu
dikembalikan secara utuh. Karena itu konsep mudarabah disebut juga
dengan trust financing di mana pembiayaan ini biasanya diberikan kepada
para pengusaha yang sudah diyakini kemampuannya.
3. Murâbahah. Pembiayaan murâbahah merupakan jual beli barang untuk
keperluan investasi dan juga bahan baku yang digunakan untuk
kepentingan modal kerja. Dalam menajemen modal ventura, aplikasi
murâbahah dijalankan bila perusahaan modal ventura bernegosiasi dengan
pihak pengusaha yang ingin membeli barang investasi dalam bentuk
mesin. Maka pengusa tersebut memesan kepada perusahaan modal ventura
untuk membeli mesin dari pihak podusen, dengan adanya kesepakatan
bahwa pengusaha akan membeli mesin tersebut dari perusahaan modal
ventura setelah dimiliki oleh pihak modal ventura. Harga beli adalh
keuntungan dan juga memperhitungkan risiko penanggungan pembayaran
dari kemungkinan terjadinya fluktuasi harga. Hal ini harus diperhitungkan
karena adanya tenggang waktu antara pengadaan mesin sertu pelunasan
yang pembiayaannya dilakukan perusahaan modal ventura. Pembiayaan

20

berupa modal ventura pada dasarnya bukan merupakan lembaga simpan
pinjam atau lembaga lain yang memberikan kredit. Karena itu modal
ventura tidak mendapat imbalan berupa bunga dari pembayaran cicilan.27
g. Kesamaan Konsep Modal Ventura dan Mudarabah
Seperti diketahui bahwa konsep dasar dari investasi mudarabah adalah
untuk melakukan penyatuan modal dengan tenaga kerja dan juga semangat
kewirausahaan. Selain itu, juga dilandasi dengan sifat dan semangat
keadilan dalam menanggung kerugian, serta melakukan pembagian
keuntungan secara transparan. Berikut ini adalah hal-hal yang menjelaskan
mengapa konsep modal ventura tidak bertentangan dengan konsep Islam:
1. Pemilik modal. Dalam usaha modal ventura pemilik modal juga
disebut investor, sedang pada mudarabah pemilik modal disebut
mudhârib atau pemilik dana. Dalam hal ini tidak terdapat pertentangan
antara konsep modal ventura dan juga mudarabah.
2. Penerima modal. Dalam modal ventura, pihak penerima modal , baik
melalui penyertaan langsung ataupun melalui obligasi konversi biasa
disebut dengan investee company. Adapun dalam mudarabah biasa
disebut dhârib atau pengelola dana. Konsep mudarabah ataupun
musyarakah memang tidak diatur secara khusus dalam Alquran akan
tetapi pada masa Rasulullah SAW. Dan juga para sahabat hal ini biasa
dilakukan dalam kegiatan perdagangan.
3. Modal. Dalam modal ventura, modal berarti dana yang diinvestasikan
ke dalam perusahaan pasangan usaha. Sementara dalam mudarabah
pengertian modal adalah dana yang diberikan kepada dhârib dari pihak
mudhârib. Di sini ditunjukkan tidak adanya perbedaan antara modal
ventura dengan konsep mudarabah.
4. Cara melakukan pengikatan. Dalam hal perjanjian, ada perbedaan
antara konsep modal ventura dengan mudarabah. Perbedaan itu terletak
dalam adanya ijab kabul yang dilakukan secara lisan. Sementara dalam
modal ventura hal itu tidak ada karena implisit telah terjadi pada waktu
perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak.
5. Penyertaan modal. Penyertaan modal yang dilakukan ke dalam
investee company dilakukan oleh perusahaan modal ventura dengan
jalan penyertaan langsung melalui saham atau obligasi konversi atau
juga melalui partisipasi terbatas. Sementara metode penyertaan modal
dalam konsep mudarabah atau musyarakah dilakukan dengan
penyertaan langsung melalui saham, terutama untuk usaha yang sudah
atau akan berjalan.28
27 Ibid., hal. 374
28 Ibid., hal. 378

21

h. Sumber Dana Modal Ventura
Sumber dana modal ventura dapat berasal dari berbagai sumber, antara
lain:
1. Investor perseorangan
Alternatif sumber modal ventura adalah investor individu. Hanya saja
menarik investor perseorangan untuk mengikutsertakan dananya ke
dalam suatu usaha modal ventura tidaklah mudah. Hal ini disebabkan
bisnis modal ventura memilki tingkat risiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Umumnya investor
perseorangan lebih menyukai dan cenderung melakukan investasi pada
usaha yang telah berjalan lancar dan bersifat jangka pendek. Bagi
investor individu dibutuhkan orang yang memiliki kesabaran dan
kesiapan menerima dan menanggung risiko tinggi dalam suatu usaha
2. Saham
Modal ventura di Indonesia masuk ke dalam entitas usaha melalui
instrumen pembiayaan saham dengan harapan memperoleh
keuntungan dari deviden, benefit lain atas kepemilikan entitas tersebut,
dan capital gain pada saat melakukan exit untuk sebagian atau seluruh
kepemilikian melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO).
Kemudian dilanjutkan dengan pasar sekunder dan private selling ke
investor potensial lainnya. Penetapan harga saham pada sat modal
ventura Indonesia masuk ke dalam suatu entitas lebih banyak
menggunakan nilai nominal saham mengingat entitas tersebut belum
mempunyai harga pasar yang jelas untuk saham yang dikerluarkan.
3. Obligasi konversi
Modal ventura masuk ke dalam suatu entitas usaha melalui instrumen
pembiayaan obligasi konversi dalam upaya memberikan waktu yang
lebih banyak