PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA OLEH PERGURU

PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA OLEH PERGURUAN TINGGI
NEGERI SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN DAN PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh : Kidung Sadewa, Satria NurFauzi, Argadhia Aditama
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Indonesia
Latar Belakang
Pelaksanaan reformasi administrasi publik makin nyata di berbagai negara
termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM)/Reinventing Government
yang di dasarkan atas pengalaman negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan
Selandia Baru secara berangsur-angsur diadopsi ke dalam manajemen pemerintahan di
berbagai negara termasuk Indonesia. Perubahan manajemen pemerintahan dalam New
Public Management mulai dari penataan kelembagaan (Institutional Arrangement),
reformasi kepegawaian (Civil Servant Reform), dan reformasi pengelolaan keuangan
Negara (New Management Reform).1
Salah satu dari reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran dari
pengelolaan keuangan tradisional ke sistem pengelolaan keuangan berbasis kinerja.
Untuk

sistem

pengelolaan


tradisional,

penjalanannya

anggaran

cenderung

mengutamakan sistem dan prosedur, birokratis yang tidak efisien, pemberian layanan
yang lambat serta tidak efektif. Sedangkan pada sistem pengeloaan berbasis kinerja
lebih berorientasi pada kinerja dan hasil. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu
perubahan

dalam

rangka

proses


pembelajaran

yang

lebih

rasional

untuk

mempergunakan sumber daya yang dimiliki pemerintah mengingat tingkat kebutuhan
dana yang makin tinggi, sementara sumber dana yang tersedia tetap terbatas. Hal ini
semakin mendesak lagi dengan kenyataan bahwa beban pembiayaan pemerintahan yang
bergantung pada pinjaman semakin dituntut pengurangannya demi keadilan
antargenerasi. Dengan demikian, pilihan rasional oleh publik sudah seharusnya mampu
menyeimbangkan prioritas dengan kendala dana yang tersedia. Pemerintah dianjurkan
untuk melepaskan diri dari birokrasi klasik, dengan mendorong organisasi dan pegawai

1 Mahmudi, 2003, New Public Management (NPM): Pendekatan Baru Manajemen Sektor Publik, Diakses
15 Maret 2014 Pukul 09.00, http://journal.vii.ac.id/index.php/sinerji/artikel.


1

agar lebih fleksibel, dan menetapkan tujuan, serta target organisasi secara lebih jelas
sehingga memungkinkan pengukuran hasil.2
Pergeseran sistem pengelolaan keuangan tradisional ke sistem pengelolaan
keuangan berbasis kinerja kemudian diakomodir melalui suatu dasar hukum yaitu dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang
tersebut merupakan jalan bagi adanya penerapan pengeloaan keuangan berbasis kinerja
di lingkungan pemerintah. Pengeloaan keuangan berbasis kinerja ini secara eksplisit
tercantum dalam pasal 68 dan pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, di mana
dalam pasal-pasal tersebut

instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya

memberi pelayanan kepada masyarakat (seperti layanan kesehatan, pendidikan,
pengelolaan kawasan, dan lisensi) dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang
fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Instansi
pemerintah yang menjalankan ketentuan pada pasal-pasal tersebut kemudian disebut
sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Dijalankannya Badan Layanan Umum ini

diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen keuangan
berbasis pada hasil kinerja.
Salah satu dari instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat adalah instansi pendidikan tinggi / perguruan tinggi
negeri. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang telah mapan, sedikit demi sedikit
berusaha melepaskan diri dari ketergantungannya kepada pemerintah. Oleh karena itu,
keluarlah peraturan pemerintah seperti Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan
Hukum Pendidikan Milik Negara (BHPMN), dan Badan Layanan Umum (BLU).
Keluarnya peraturan-peraturan ini disambut baik oleh beberapa Perguruan Tinggi
Negeri yang mapan tersebut, sebagai langkah awal untuk menjadi Perguruan Tinggi
Negeri yang mandiri, pemerintah memberlakukan beberapa organisasi Perguruan Tinggi
Negeri sebagai Badan Layanan Umum hingga mendorong Perguruan Tinggi Negeri
untuk melakukan pembangunan sistem informasi akuntansi baru.
Perumusan Masalah
Saat ini penerapan pengelolaan keuangan berbasis kinerja melalui Badan
Layanan Umum pada Perguruan Tinggi Negeri masih menimbulkan berbagai
permasalahan. Pertama sulitnya Perguruan Tinggi Negeri untuk beradaptasi dengan
2 Maynihan, Donald dan Sanjay K Pandey, 2003, Testing a Model of Public Sector Performance : How
Does Management Matter ?, Diakses pada 15 Maret 2014 pukul 10.55, http://www.resources.bnet.com.


2

sistem pengelolaan keuangan ala BLU sehingga perbaikan kinerja pun tidak berjalan
baik. Kedua, peraturan yang rumit dan tidak sebanding dengan sumber daya manusia
yang kompeten.3 Hal tersebut menjadi dasar dari adanya keraguan dalam pelaksanaan
BLU dimana BLU yang diterapkan pada Perguruan Tinggi Negeri masih menjumpai
berbagai permasalahan sehingga dianggap belum mampu mengembangkan pendidikan
dan perekonomian Indonesia. Berdasarkan ulasan tersebut, maka muncul suatu rumusan
permasalahan yaitu apakah kekayaan negara dapat dikelola dengan baik oleh perguruan
tinggi negeri sebagai badan layanan umum dalam pengembangan pendidikan dan
perekonomian indonesia.
Pembahasan
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, kita perlu mengetahui dasar hukum
dari pengelolaan kekayaan negara melalui badan layanan umum. Pengelolaan kekayaan
negara melalui badan layanan umum diawali ketika negara Indonesia mengadopsi
pemikiran New Public Management (NPM). Pemikiran ini merupakan wujud dari
reformasi keuangan negara yang mulai bergulir sejak akhir tahun 2003. Reformasi
keuangan ini ditandai dengan dikeluarkannya tiga paket peraturan keuangan negara
yang baru, yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 Tahun 2005 tentang

Pemeriksaan Keuangan Negara. Ketiga paket peraturan keuangan negara tersebut telah
merubah pola pikir pengelolaan keuangan yang lebih efisien, profesional, akuntabel,
dan transparan. Perubahan dari sistem pengelolaan keuangan tradisional menjadi sistem
pengelolaan keuangan berbasis kinerja telah membuka koridor bagi penerapan Badan
Layanan Umum di lingkungan pemerintah. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan
dana pemerintah menjadi lebih jelas dari hanya membiayai input dan proses menjadi
berorientasi pada output. Perubahan ini sangat berarti mengingat kebutuhan dana yang
semakin tinggi, sedangkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas.4
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok

3 Margaret Puspitarini, Masih Banyak BLU Sulit Kelola Keuangan
http://kampus.okezone.com/read/2012/02/09/373/572616/masih-banyak-blu-sulit-kelolakeuangan/large, diakses pada 17 Maret 2014 Pukul 20.00
4 Abdul, Ahmad Hag, 2009, Ensiklopedia Perbendaharaan Badan Layanan Umum, Diakses pada 15 Maret
2014 Pukul 8.50 < http://www.ensiklopedia .multiply.com/journal/BLU.

3

dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola
pengelolaan keuangan yang fleksibel, berupa keleluasaan untuk menerapkan praktekpraktek bisnis yang sehat dalam rangka memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat
dengan tetap menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektifitas melalui Badan

Layanan Umum. BLU pada dasarnya adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan
publik

melalui

penerapan

manajemen

keuangan

yang

berbasis

pada

hasil,

profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yang dimaksud Badan Layanan Umum adalah instansi di
lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Pasal 1 butir (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menyatakan bahwa,
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPKBLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya .
Salah satu penyebab munculnya pola Badan Layanan Umum (BLU) ini karena
adanya pandangan bahwa instansi pemerintah, sebagai penyedia layanan masyarakat
selama ini tidak diberikan keleluasaan dalam melakukan pengelolaan keuangan. Seluruh
pendapatan institusi harus disetorkan terlebih dahulu ke kas negara sebagai PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak), baru kemudian instansi mengajukan rencana
anggaran untuk dapat mencairkan dana tersebut. Sehingga terdapat asumsi yang
mengatakan bahwa ada banyak potensi pemasukan yang seharusnya dapat langsung
digunakan untuk pengelolaan instansi terkait tidak dapat dimaksimalkan. Sesuai dengan

pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, BLU bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

4

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis
yang sehat.
Untuk dapat menjadi BLU, suatu instansi harus memenuhi tiga persyaratan
pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait dengan penyelanggaraan layanan
umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan,
serta persyaratan administratif terkait dengan terpenuhinya dokumen seperti pola tata
kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan minimal, laporan keuangan pokok, dan
laporan audit/bersedia untuk diaudit.
Fleksibilitas yang dimiliki Pola Pengelolaan Keuangan BLU yaitu Pendapatan
dan belanja, Pengelolaan kas, Pengelolaan piutang dan utang, Investasi, Pengadaan
Barang dan Jasa, Akuntansi, Remunerasi, Surplus/defisit, dan Status kepegawaian (PNS
dan Non PNS).5 Perubahan ini sangat penting karena kebutuhan dana yang makin tinggi
tetapi sumber daya pemerintah terbatas. Penganggaran ini dilaksanakan oleh

pemerintahan modern di berbagai negara. Mewirausahakan pemerintah (enterprising
the government) adalah paradigma untuk mendorong peningkatan pelayanan oleh
pemerintah.
Perguruan tinggi negeri juga tidak terlepas dari kewajiban untuk meningkatkan
pelayanan. Oleh karena itu sebagai bagian dari pemerintah yang menyelenggarakan
pelayanan publik, perguruan tinggi negeri juga dapat memperoleh perubahan status
menjadi Badan Layanan Umum. Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan
Layanan Umum menciptakan sistem pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi Negeri
yang lebih fleksibel. Perubahan sistem akuntansi ini mencakup perubahan dari
traditional budgeting menjadi performance based budgeting dan dari cash basis
menjadi accrual basis. Penilaian kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak hanya
berlaku pada lembaga atau organisasi yang berorientasi profit saja, melainkan juga perlu
dilakukan pada lembaga atau organisasi non komersial.6
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki

5 Waluyo Indarto, Badan Layanan Umum Sebuah Pola Baru Dalam Pengelolaan Keuangan Di Satuan Kerja
Pemerintah. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 2 – Tahun 2011, Hlm. 1 – 15.
6 Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.


5

kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian
pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.7
Apabila dikaitkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, fokus kegiatan dalam
penerapan pengelolaan keuangan lebih diarahkan kepada pendidikan dan penelitian
serta pengabdian pada masyarakat. Meski demikian, bukan tidak mungkin bila suatu
saat kegiatan pengabdian masyarakat dikembangkan sedemikian rupa sehingga
menumbuhkan industri, yang pada akhirnya dapat menyejahterakan masyarakat. Terkait
status sendiri, dengan perguruan tinggi otonomi dan berbadan hukum yang legal
menggunakan dana masyarakat, maka sebuah perguruan tinggi harus mempunyai
rencana yang jelas dalam menggunakan dana block grant maupun dana masyarakat.
Selain itu, pemanfaatan dana tersebut harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab
serta melalui proses yang transparan. Perbandingan antara dana dari pemerintah dan
masyarakat (termasuk dari perusahaan swasta) juga harus tercermin dalam perencanaan
anggaran perguruan tinggi, sehingga bukan berarti otonomi itu merdeka sendiri tetapi
juga memiliki batas.
Pelaksanaan pengelolaan kekayaan negara oleh perguruan tinggi negeri dalam
badan layanan umum menimbulkan dua cabang kemanfaatan yang pertama selain
berfokus pada penyediaan jasa pendidikan, perguruan tinggi negeri dapat mengelola
keuangannya sehingga dapat dikembangkannya penelitian dan pengabdian pada
masyarakat yang berbasis pada peningkatan perekonomian masyarakat. Sebagai contoh
perguruan tinggi negeri dapat mengadakan program Pusat Studi, dan Pendampingan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PSP-UMKM) untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat.8 Hal ini selain berperan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
(Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), hal ini juga merupakan wujud dari
pengembangan ekonomi masyarakat. Sehingga kewenangan perguruan tinggi negeri
7 Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
8 Taufik Rachman, UNS Kembangkan Pusat Studi dan Pendampingan UMKM,
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/06/28/lni1hb-uns-kembangkanpusat-studi-dan-pendampingan-umkm, diakses pada 16 Maret 2014 pukul 21.00

6

dalam pengelolaan kekayaan negara melalui Badan Layanan Umum dianggap mampu
mengembangkan pendidikan dan ekonomi indonesia secara konsekuen sesuai dengan
tujuan nasional yaitu mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesimpulan dan rekomendasi
Pengelolaan kekayaan negara melalui badan layanan umum diawali ketika
negara Indonesia mengadopsi pemikiran New Public Management (NPM). Pemikiran
ini merupakan wujud dari reformasi keuangan negara yang mulai bergulir sejak akhir
tahun 2003. Reformasi keuangan ini ditandai dengan dikeluarkannya tiga paket
peraturan keuangan negara yang baru, yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
No.15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara. Reformasi keuangan juga
dilaksanakan oleh perguruan tinggi negeri. Bila dikaitkan dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, fokus kegiatan dalam penerapan pengelolaan keuangan lebih diarahkan kepada
pendidikan dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat. Meski demikian, bukan
tidak mungkin bila suatu saat kegiatan pengabdian masyarakat dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menumbuhkan industri, yang pada akhirnya dapat
menyejahterakan masyarakat. Pengelolaan kekayaan negara oleh perguruan tinggi
negeri sebagai badan layanan umum dalam pengembangan pendidikan dan
perekonomian indonesia pada prinsipnya dapat terlaksana apabila Perguruan tinggi
negeri yang bersangkutan mampu menerapkan pengelolaan keuangan dengan
profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat kami rekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut : perencanaan pengelolaan keuangan perguruan tinggi negeri yang
menerapkan badan layanan umum harus mampu mengakomodir kepentingan dari kedua
belah pihak (pemerintah pusat dan perguruan tinggi negeri), perencanaan harus didesain
mendekati dengan kenyataan melalui perencanaan yang komprehensif, selain itu
pelaksanaan pengelolaan kekayaan negara harus diarahkan pada pengelolaan yang
memberikan manfaat secara akademik dan ekonomis melalui tridharma perguruan
tinggi, yang terakhir adalah diperlukannya sosialisasi dan pelatihan mengenai
pengelolaan keuangan kepada pihak perguruan tinggi agar pelaksanaan dari bentuk
badan layanan umum dapat berjalan sesuai dengan prinsipnya.
Daftar Pustaka

7

Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012 tentang Perubahan Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
Buku :
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Waluyo Indarto, Badan Layanan Umum Sebuah Pola Baru Dalam Pengelolaan
Keuangan Di Satuan Kerja Pemerintah. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,
Vol. IX. No. 2 – Tahun 2011, Hlm. 1 – 15.
Internet :
Abdul, Ahmad Hag, 2009, Ensiklopedia Perbendaharaan Badan Layanan Umum,
Diakses pada 15 Maret 2014 Pukul 8.50

< http://www.ensiklopedia

.multiply.com/journal/BLU.
Mahmudi, (2003) New Public Management (NPM): Pendekatan Baru Manajemen
Sektor

Publik,

Diakses

15

Maret

2014

Pukul

09.00,

http://journal.vii.ac.id/index.php/sinerji/artikel.
Margaret

Puspitarini,

Masih

Banyak

BLU

Sulit

Kelola

Keuangan

http://kampus.okezone.com/read/2012/02/09/373/572616/masih-banyak-blu-sulitkelola-keuangan/large, diakses pada 17 Maret 2014 Pukul 20.00
Maynihan, Donald dan Sanjay K Pandey (2003) Testing a Model of Public Sector
Performance : How Does Management Matter ?, Diakses pada 15 Maret 2014
pukul 10.55, http://www.resources.bnet.com
Taufik Rachman, UNS Kembangkan Pusat Studi dan Pendampingan UMKM,
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/06/28/lni1hbuns-kembangkan-pusat-studi-dan-pendampingan-umkm, diakses pada 16 Maret
2014 pukul 21.00

8